Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PADA MASA ORDE LAMA

KELOMPOK 2 :

1. GERONSIUS SANGSUN DEO DATUS DARU 1807511100/05


2. NI MADE RISA PUSPITA AYUNI 1807511107/09
3. I MADE PINO JULIAN 1807511107/08
4. I KADEK AGUS KRISNA ANDIANA 1807511101/06

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2018
A.Rumusan Masalah
1. . Jelaskan program-program pemerintahan soekarno?
2. Sebutkan konstitusi yang sempat berlaku pada masa orde lama?
3. Jelaskan jalannya demokrasi pada masa orde lama?
4. . Jelaskan tentang latar belakang dekrit dan dampaknya?
5. . Jelaskan tentang peristiwa G30SPKI?
6. Jelaskan tentang supersemar dan dampaknya?
B. PEMBAHASAN
1. Jelaskan program-program pemerintahan soekarno?
2).Sebutkan konstitusi yang sempat berlaku pada masa orde lama?

Konstitusi yang pernah berlaku pada masa orde lama,terdapat 4 konstitusi yaitu:

1. Periode UUD 1945 I (Pertama) (18 Agustus 1945–27 Desember


1949)
2. Periode Konstitusi RIS (27 Desember 1949–17 Agustus 1950)
3. Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950–5 Juli 1959)
4. Periode UUD 1945 II (Kedua)
a. Orde Lama (5 Juli 1959–11 Maret 1966)
b. Orde Baru (11 Maret 1966–21 Mei 1998)
c. Reformasi (21 Mei 1998–sekarang)

3).Jelaskan jalannya demokrasi pada masa orde lama?

Pada masa orde lama ada dua Demokrasi yang di jalankan,di antaranya yaitu:

1. Masa demokrasi leberal

2. Masa demokrasi terpimpin

1. Masa demokrasi liberal (1945-1950)

Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Demokrasi pada
masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik. Ketegangan politik demokrasi
liberal atau parlementer disebabkan hal-hal sebagai berikut
2. Dominanya politik aliran maksudnya partai politik yang sangat mementingkan kelompok atau
alirannya sendiri dari pada mengutamakan kepentingan bangsa

3. Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah

4. Tidak mampunya para anggota konstituante bersidang dalam mennetukan dasar negara.
Presiden sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi 3 keputusan yaitu:
1) Menetapkan pembubaran konstituante
2) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali sebagai konstitusi negara dan tidak berlakunya
UUDS 1950
3) Pembentukan MPRS dan DPRS
Dengan turunnya dekrit presiden berakhirlan masa demokrasi parlementer atau demokrasi
liberal.
Pada massa ini kekuatan demokrasi belum tampak karena demokrasi dan pemerintahan
masih berpusat pada bangsawan dan kaum terpelajar,sehingga rakyat kebanyakan tidak mengerti
apa itu demokrasi,mengingat usia kemerdekaan Indonesia yang masih muda saat itu dan keadaan
sosial politik yang belum stabil setelah penggantian konstitusi,maka tak ayal banyak rakyat
Indonesia yang terutama berada di bawah garis kemiskinan lebih memikirkan kelangsungan
hidupnya daaripada harus memikirkan tentang demokrasi dan pemerintahan.

2. Masa demokrasi terpimpin (Tahun 1959 – 1968)

Menurut Ketepan MPRS no. XVIII/MPRS /1965 demokrasi trepimpin adalah kerakyatan yang
dipimpn oleh hikmat kebijaksamaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Demokrasi terpimpin
merupakan kebalikan dari demokrasi liberal dalam kenyataanya demokrasi yang dijalankan
Presiden Soekarno menyimpang dari prinsip-prinsip negara demokrasi.
Penyimpanyan tersebut antara lain:
1. Kaburnya sistem kepartaian dan lemahnya peranan partai politik

2. Peranan parlemen yang lemah

3. Jaminan hak-hak dasar warga negara masih lemah

4. Terjadinya sentralisasi kekuasaan pada hubungan antara pusat dan daerah

5. Terbatasnya kebebasan pers sehingga banyak media masa yang tidak dijinkan terbit.

Bahkan pada masa ini untuk para pemain politik. Demokrasi hanyalah sebuah kendaraan.
Layaknya mobil, demokrasi merupakan sarana mereka untuk maju sebagai pemimpin politik.
Sarana untuk mengeksploitasi simpati rakyat untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya. Kita
hidup di negara dimana untuk menjadi politikus, bukanlah otak dan hati yang diperlukan, namun
uang dan darah.
Kita hidup di negara dimana kampanye politik bukanlah sebuah sarana debat namun
sebuah konser dangdut. Kita hidup di demokrasi dimana perwakilan kita hanya dapat meluluskan
tujuh dari target lima-puluh pekerjaan mereka. Demokrasi, pada akhirnya, menjadi sebuah sarana
baik yang dimanfaatkan oleh pemain politik. Ini bukan salah mereka. Ini juga bukan salah sistem
demokrasi ini. Namun, ini adalah celah demokrasi, karena kebanyakan pemilih di Indonesia
bukanlah dari kaum yang berpendidikan tinggi. Ini adalah fakta yang kita harus akui. Dan ini
adalah celah yang dimanfaatkan dengan baik oleh pemain politik.
Akhirnya dari demokrasi terpimpin memuncak dengan adanya pemberontakan G 30 S /
PKI pada tanggal 30 September 1965. Demokrasi terpimpin berakhir karena kegagalan presiden
Soekarno dalam mempertahankan keseimbangan antara kekuatan yang ada yaitu PKI dan militer
yang sama-sama berpengaruh. PKI ingin membentuk angkatan kelima sedangkan militer tidak
menyetujuinya.Entah terjadi konspirasi atau memeng begini adanya,Akhir dari demokrasi
terpimpin ditandai dengan dikeluarkannya surat perintah 11 Maret 1966 dari Presiden Soekarno
kepada Jenderal Soeharto untuk mengatasi keadaan.11 Maret 1966 Adalah hari bersejarah
dikeluarkanya Supersemar,walaupun sampai saat ini kita tidaak tahu menahu tentang kenyataan
dimana bukti tertulis itu berada saat ini,negara hanya menyatakan “raib” atas keadaan ini.
Pada era orde lama (1955-1961), situasi negara Indonesia diwarnai oleh berbagai macam
kemelut ditngkat elit pemerintahan sendiri. Situasi kacau (chaos) dan persaingan diantara elit
politik dan militer akhirnya memuncak pada peristiwa pembenuhan 6 jenderal pada 1 Oktober
1965 yang kemudian diikuti dengan dengan krisi politik dan kekacauan sosial.Peristiwa yang
sangat memilukan bangsa ini,Pada ahirnya rakyat menjadi tidak percaya dengan
pemerintahan,walaupun sesungguhnya bukan rakyat yang meminta Ir.Soekarno mundur dari
jabatanya sebagai presiden. Pada massa ini persoalan hak asasi manusia tidak memperoleh
perhatian berarti, bahkan cenderung semakin jauh dari harapan.dengan adanya peristiwa 1965
yang menimbulkan banyak korban nyawa yang tak bersalah dari berbagai kalangan sampai pada
peristiwa 1966 yang mengukir sejarah baru Indonesia dengan diterbitkanya Supersemar.

Berikut adalah unsur-unsur yang diperlukan dalam penegakan demokrasi :


Unsur-unsur Penegakan Dremokrasi

1. Negara hukum

2. Masyarakat madani
3. Infrastruktur politik (parpol, kelompok gerakan, kelompok kepentingan, kelompok penekan)

4. Pers yang bebas dan bertanggung jawab

Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer

1. Kekuasaan legislatif lebih kuat dari pada kekuatan ekspekutif

2. Meteri-menteri (kabinet) harus mempertanggungjawabkan tindakan kepada DPR

3. Program kebijaksanaan kabinet harus disesuaikan dengan tujuan politik sebagian anggota
parlemen.

Dengan sistem parlementer terutama pada point ketiga tentu saja demokrasi hanya lah
sebuah impian rakyat karena jelas pemerintahan berada di tangan penguasa politik terutama yang
memiliki kekuatan mayoritas dalam kabinet.

4).Jelaskan tentang latar belakang dekrit dan dampaknya?

Latar Belakang Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Awal mula dikeluarkannya dekrit presiden berawl dari pembentukan badan konstituante. Badan
konstituante merupakan badan negara yang dibentuk melalui jalur pemilihan umum pada tahun
1955. Badan ini ditugaskan untuk mempersiapkan rumusan undang undang dasar konstitusi baru
sebagai pengganti UUDS 1950 pada masa sebelumnya. Mulanya dewan konsituante memulai
sidang pada tanggal 20 november 1956 yang diawali dengan pembukaan oleh Presiden Soekarno
sebagai peresmian acara. Sidang yang digelar oleh dewan konstituante ini bertujuan untuk
menyusun sekaligus menetapkan kedaulatan republik indonesia tanpa ada batasan kedaulatan.
Hingga tahun 1959, para anggota dewan tidak pernah berhasil menciptakan rumusan undang
undang dasar yang baru.
Keadaan yang demikian semakin menggemparkan situasi politik di Indonesia. Tidak hanya itu,
bahkan setiap parta politik berusaha dengan menghalalkan segala cara supaya tujuan partai dapat
terpenuhi. Sementara itu, sejak tahun 1956 keadaan politik Indonesia semakin kacau dan
bertambah buruk tiap harinya. Hal ini disebabkan karena di berbagai daerah mulai terjadi
pergolakan dan muncul tanda tanda separatisme dari berbagai kalangan.
Daerah yang mengalami pergolakan dan separatisme ini tidak mengakui adanya pemerintah
pusat, bahkan daerah tersebut membentuk pemerintahan baru versi mereka sendiri.
Isi dekrit presiden 5 juli 1959 juga tidak lepas dari anjuran Ir.Soekarno yang menganjurkan
pemeritah Indonesia untuk menggunakan UUD 1945. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat
dari kalangan masyarakat untuk kembali pada UUD 1945. Maka dari itu dilakukanlah
pemungutan suara pada tanggal 30 mei 1959.

Hasil dari pemungutan suara dewan tersebut yang juga mempengaruihi isi dekrit presiden 5 juli
1959 yang pada intinya adalah kembali menggunakan UUD 1945. Meskipun pada saat itu suara
yang memilih untuk kembali pada UUD 1945 lebih banyak namun tetap saka pemungutan suara
ulang harus tetap dilakukan karena seluruh jumlah suara tidak memenuhi quorum atau jumlah
minimal aggota yang diharuskan menghadiri rapat tersebut. Namun karena jumlah suara tetap
tidak memenuhi akhirnya dewan konstituante memutuskan untuk menunda rapat sebagai upaya
meredam kekacauan. Hingga pada akhirnya presiden soekarno mengeluarkan dekrit presiden 5
juli 1959 di istana merdeka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dekrit presiden 5 juli 1959 dikeluarkan karena
terdapat faktor dan latar belakang antara lain:

 Kegagalan dewan konstituante menyusun dan menetapkan UUD yang baru sehingga
membuat Indonesia semakin terpuruk karena Indonesia tidak memiliki dasar hukum yang
kuat.
 Situasi politik yang memburuk serta bertambah kacau.
 Tidak stabilnya persatuan Indonesia karena konflik antar partai politik.
 Perbedaan pandangan antar partai yang juga selalu menghalalkan segala cara agar
tujuannya terlaksana.
 Terjadinya pemberontakan separatisme.
Isi dekrit presiden 5 juli 1959

Berikut adalah isi dekrit presiden yang dikeluarkan pada tanggal 5 juli 1959 di Istana merdeka
jakarta oleh Ir.Soekarno:

1. Pembubaran dewan konstituante.


2. Diberlakukannya kembari Undang Undang Dasar 1945.
3. Tidak berlakunya UUDS 1950
4. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam kurun waktu sesingkat singkatnya.

DAMPAK YANG DITIMBULKAN OLEH DEKRIT PRESIDEN 1959

Dampak Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ternyata memiliki beberapa dampak, berikut.

1. Terbentuknya lembaga-lembaga baru yang sesuai dengan tuntutan UUD 1945, misalnya
MPRS dan DPAS.
2. Bangsa Indonesia terhindar dari konflik yang berkepanjangan yang sangat
membahayakan persatuan dan kesatuan.
3. Kekuatan militer semakin aktif dan memegang peranan penting dalam percaturan politik
di Indonesia.
4. Presiden Soekarno menerapkan Demokrasi Terpimpin.
5. Memberi kemantapan kekuasaan yang besar kepada presiden, MPR, maupun lembaga
tinggi negara lainnya.

5). Jelaskan tentang peristiwa G30SPKI?

Menurut kelompok peristiwa G30SPKI terjadi di bedakan menjadi 3


Hipotesa,berdasarkan beberapa sumber yang telah di ketahui. 3 Hipotesa tersebut antara
lain:

Pada malam 30 September 1965 atau lebih tepatnya 1 Oktober subuh dini hari, 6 Perwira Tinggi
Militer Indonesia diculik dan kemudian dibunuh secara misterius. Peristiwa ini kemudian
menjadi titik peralihan kekuasaan dari pemerintahan Presiden Soekarno menjadi era Orde Baru
dengan diangkatnya Soeharto menjadi presiden kedua Republik Indonesia.
HIPOTESA 1: VERSI PEMERINTAHAN ORDE BARU - G30S/PKI (1966 - 1998)
Ini adalah cerita versi official (resmi) pemerintahan Orde Baru yang dipercaya oleh sebagian
besar masyakarat Indonesia selama ± 32 tahun.
Latar Belakang
1. Nasakom
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia cenderung terbuka dengan berbagai
macam ideologi, baik ideologi nasionalis, agama, termasuk juga ideologi komunis. Presiden
Soekarno berpendapat bahwa ketiga ideologi itu bisa berjalan beriringan secara seimbang baik
secara politik maupun secara praktis dalam masyarakat - gagasan ini kemudian biasa disebut
dengan NASAKOM (Nasionalis-Agama-Komunis).
Dengan dinamika politik yang begitu beragam pada saat itu, masing-masing ideologi berusaha
untuk saling memperluas pengaruhnya baik kepada masyarakat maupun pada kaum yang
berkuasa pada pemerintahan Soekarno.

2. Dewan Jendral
Pada suatu kesempatan PKI mengarang cerita (menurut versi ORBA) bahwa ada kelompok
jendral-jendral Angkatan Darat yang membentuk kelompok yang dinamakan Dewan Jendral,
yang berencana melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno pada saat perayaan hari TNI, 5
Oktober 1965.

Kronologi

 Salah satu petinggi PKI Sjam Kamaruzzaman bekerjasama dengan komandan Resimen
Cakrabirawa (pasukan pengaman presiden), Letkol Untung Syamsuri untuk
menggagalkan rencana kudeta tersebut dengan cara menculik perwira tinggi yang diduga
tergabung dalam Dewan Jendral. Para jenderal tersebut kemudian diculik, disiksa, dan
dipaksa oleh oleh anggota-anggota PKI dan organisasi-organisasi bawahannya seperti
Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) dan Lekra (Lembaga Kebudajaan Rakjat)
menandatangani surat pernyataan (sebelum akhirnya dibunuh) yang menyatakan bahwa
mereka adalah anggota Dewan Jenderal.
 Keesokan harinya setelah aksi pembunuhan tersebut, Letkol Untung dengan di bawah
pengawalan pasukan tidak dikenal mengumumkan lewat Radio RRI bahwa dini hari itu
dia melakukan "pengamanan" terhadap Presiden dari para jendral yang akan melakukan
kudeta. Kejadian penculikan ini kemudian diketahui Mayjend Soeharto, yang waktu itu
menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
 Esoknya, Soeharto langsung menggerakan pasukannya untuk mencari para Jendral yang
hilang dan mengusir pasukan-pasukan tidak dikenal tersebut. Sampai pada tanggal 1
Oktober siang hari, Soeharto berhasil ngambil alih RRI dari tangan pasukan yang
menurutnya disusupi PKI, dan mengumumkan bahwa terjadi penculikan jenderal-jenderal
yang diduga digagas oleh PKI.
 Beberapa hari setelah itu, muncul berita-berita di media cetak asuhan TNI seperti
Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha yang intinya mengatakan bahwa dalang
penculikan terhadap jendral-jendral itu adalah PKI, termasuk berita bahwa jendral-
jendral itu mengalami penyiksaan terlebih dahulu hingga akhirnya dibunuh.

Dampak
Terjadilah serangkaian skenario "pembersihan" PKI dan simpatisannya di setiap pelosok penjuru
Indonesia. Sampai pada akhirnya Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret 1966
(SUPERSEMAR) yang berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima
Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan
yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu. Sehari
kemudian, 12 Maret 1966, Menpangad Letjen Soeharto membubarkan PKI dan menyatakan
sebagai partai terlarang di Indonesia.
HIPOTESA 2: KONFLIK INTERNAL ANGKATAN DARAT
Pertama kali muncul, hipotesis ini dijabarkan oleh peneliti politik Indonesia asal Universitas
Cornell, AS, Benedict Anderson. Ada dua versi kecil dalam teori ini, yaitu yang berpendapat
bahwa:

 Mayjen Soeharto adalah dalang dari peristiwa penculikan dan pembunuhan keenam
Jendral.
 Soeharto tidak terlibat namun hanya diuntungkan dari situasi dari konflik internal TNI.
Latar Belakang
1. Konflik internal dalam TNI
Pada masa itu TNI terpecah menjadi 2 kubu:
a. Kubu Soekarnois
Kubu ini sangat setia dengan Presiden Soekarno, walaupun mereka sebetulnya kurang sepakat
dengan ideologi Nasakom yang digagas oleh Soekarno. Salah satu figur utama dalam kubu ini
adalah Letnan Jendral Ahmad Yani (Kepala Staf Angkatan Darat/KSAD). A.Yani dikenal
sebagai pendamai ulung dalam setiap gerakan separatis yang mengancam kesatuan RI. Jadi, kalo
mau mendamaikan konflik apa-apa, Soekarno gak usah pusing, langsung aja turunin A.Yani ke
lapangan. Pemberontakan selesai, minim korban dan konflik! Selain A.Yani, kebanyakan kubu
Sokarnois dipenuhi oleh para perwira muda.
b. Kubu "Kanan"
Kubu ini sangat khawatir terhadap sikap politik Soekarno yang seringkali menganggap TNI
sebelah mata, sehingga sering juga Jendral-jendral dari kubu ini protes ke Soekarno. Perwira
tertinggi dari kubu ini yang terkenal adalah Jendral Sudirman, Jendral Tahi Bonar Simatupang,
dan Jendral Abdul Harris Nasution.
2. Konflik Militer
Pada masa itu (1962 - 1966), TNI cukup sibuk dengan adanya 2 konflik militer yaitu upaya
untuk merebut Irian Barat (1963) dan juga Konfrontasi dengan Malaysia (1962-1966).
3. Angkatan Kelima
Di tengah-tengah 2 operasi militer tersebut, TNI merasa terganggu dengan gagasan dari PKI
untuk membentuk Gerakan yang bernama Angkatan Kelima. Angkatan Kelima ini intinya adalah
gerakan untuk mempersenjatai sipil terutama kaum buruh dan petani, agar bisa membantu
Indonesia dalam konfrontasi militer dengan Malaysia, dengan alasan bahwa jumlah petani dan
buruh sangat banyak. Dengan adanya usulan ini, pihak militer menanam kecurigaan bahwa
gerakan Angkatan Kelima ini adalah upaya PKI untuk memobilisasi buruh dan petani (yang
merupakan simpatisan PKI) untuk melakukan kudeta dan merebut kekuasaan.
Nah, inilah yang jadi awal perpecahan yang berujung ke peristiwa G30S, yang menurut para
pendukung hipotesis ini, peristiwa penculikan dan pembunuhan keenam Jendral merupakan
gerakan murni yang dilakukan oleh TNI. Ada tiga bukti yang selalu dijadikan alasan kuat oleh
para pendukung hipotesis ini. Pertama adalah hasil penelitian Benedict Anderson yang dikenal
dengan Cornell Paper. Kedua adalah pembelaan diri dari Kolonel Latief (salah satu terdakwa
G30S/PKI), dan ketiga adalah hasil otopsi terhadap para jendral yang jadi korban G30S.
HIPOTESA 3 : KETERLIBATAN BLOK BARAT DI TENGAH KONFLIK PERANG DINGIN
Latar Belakang
1. Konflik perang dingin

 Setelah masa perang dunia II, terjadi ketegangan antara kedua kubu besar yang
mengambil andil besar dalam mengalahkan Jerman dan Jepang, yaitu kubu Blok Timur
(Uni Soviet, Cina,Warsaw Pact) yang mayoritas beridiologi komunis dengan Blok Barat
(Amerika dan NATO) yang sebagian besar beridiologi kapitalis.
 Indonesia dipandang oleh kedua kubu sebagai wilayah yang sangat strategis. Tentu saja
kedua kubu ini ingin sekali mengambil hati negara Indonesia untuk bisa bergabung
dengan aliansi mereka masing-masing.
 Sementara itu, Soekarno menetapkan Indonesia sebagai penganut Non-Aligned
Movement(Gerakan Non-Blok).
 Sampai pada tahun 1957-1958 Indonesia menghadapi 2 ancaman pemberontakan
dari Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat tahun
1958 dan pemberontakan Perdjuangan Semesta atau Perdjuangan Rakjat Semesta
disingkat Permesta di Makasar dan kawasan Indonesia Timur. Dalam upaya meredam
pemberontakan ini, Indonesia menyadari bahwa adanya intervensi dari Blok Barat, CIA,
dan Amerika yang mendukung kaum pemberontakan. Salah satunya adalah dengan
tertangkapnya Allen Lawrence Pope seorang tentara bayaran yang ditugasi CIA untuk
membantu pemberontakan PRRI dan Permesta.
 Sejak saat itu, pandangan politik Presiden Soekarno berubah drastis terhadap Blok Barat
dan cenderung lebih menjalin hubungan baik dengan Blok Timur.
 Puncaknya pada tahun 1964, Soekarno memulai kampanye anti-Amerika dengan
melarang peredaran film, buku, dan musik dari Amerika, penolakan segala macam
bantuan dari Amerika, sampai pemenjaraan dari group band Koes Plus karena bandel
tetap memainkan musik dengan gaya rock and roll ala Amerika. Kondisi tersebut
diperparah ketika Indonesia memutuskan keluar dari PBB pada 7 January 1965 dan
membentuk kebijakan politik luar negeri menjadi poros Jakarta–Beijing–Moscow–
Pyongyang–Hanoi.
 Tentu saja serangkaian gerakan politik Indonesia pada tahun 1964-1965 itu sangat amat
mengkhawatirkan bagi pihak Blok Barat. Amerika terancam tidak bisa membangun
hubungan bilateral yang baik, jalur perdagangan terputus, kerjasama dalam bidang
ekonomi dan sumber daya alam gak lagi bisa dilakukan, dsb. Sampai ketakutan dari
Amerika yang paling utama adalah jika Indonesia secara resmi tergabung dengan Blok
Timur dan ikut menganut ideologi komunis.

2. Keterlibatan CIA

 Para peneliti sejarah yang menganalisa keterlibatan CIA ini kemudian mengambil
kesimpulan bahwa ada kemungkinan CIA terlibat dalam gerakan penculikan dan
pembunuhan tujuh perwira tinggi militer dengan memanfaatkan konflik internal dari TNI
untuk kemudian membantu terjadinya peralihan kekuasaan (menumbangkan Soekarno)
sambil menjadikan PKI (yang beridiologi komunis) sebagai kambing hitam.

Penganut hipotesa ini seakan mendapatkan titik terang ketika pada tahun 1990,Kathy Kadane
mantan agen CIA membeberkan keterlibatan CIA terhadap proses peralihan kekuasaan pada
tahun 1965 serta upaya penghapusan ideologi komunis di Indonesia. Selain itu, pada tahun 1999,
CIA melakukan deklasifikasi (declassified) atau pembukaan dokumen rahasia (merupakan
kebijakan Amerika untuk membuka dokumen rahasia setelah sekian puluh tahun berselang)
tentang keterlibatan mereka terhadap konflik internal negara Indonesia dari mulai bukti telegram
dari kedutaan besar Amerika di Indonesia tentang pendanaan yang diberikan oleh Amerika untuk
agar Indonesia tidak jatuh menganut paham ideologi Komunisme. Sampai pada akhirnya
Wikileaks juga membuka dokumen-dokumen rahasia Amerika lainnya tentang keterlibatan AS
dalam mendukung gerakan peralihan kekuasaan di Indonesia pada tahun 1965.
Korban
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
• Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi
Tertinggi)
• Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
• Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan
dan Pembinaan)
• Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
• Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
• Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya
pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan dia, Lettu
CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal
sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
• Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J.
Leimena)
• Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
• Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

Dampak
Dampak dari peristiwa ini jauh lebih menyedihkan bagi Bangsa Indonesia. Sejak (atau bahkan
sebelum) Soeharto membubarkan PKI dan menyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia pada
tahun 1966, kebencian masyarakat Indonesia terhadap PKI meluas ke seluruh penjuru Indonesia.
Akibatnya, diperkirakan:
• 600.000 orang yang dianggap terkait dengan PKI menjadi tahanan politik, ditangkap tanpa
surat penangkapan serta ditahan tanpa proses persidangan.
• Setidaknya diperkirakan 500.000 - 2,000,000 atau 3,000,000 orang dihilangkan secara paksa
dan dibunuh di seluruh pelosok Indonesia dari tahun 1965 - (kemungkinan) 1971. (Angka 2 juta
diakui oleh Laks TNI Sudomo sedangkan 3 juta diakui oleh Jendral Sarwo Edhie)
• Ratusan orang tawanan politik Indonesia kabur ke luar negeri dan tidak bisa kembali ke
Indonesia selama 30 tahun hingga masa Orde Baru jauh pada tahun 1998.
Aftermath atau dampak berkelanjutan setelah gerakan 30 September 1965 dianggap sebagai
salah satu tragedi kemanusiaan (genocide) terbesar pada abad 20 yang jarang diketahui oleh
publik Indonesia maupun dunia hingga saat ini.

Dampak Politik
a. Presiden Soekarno kehilangan kewibawaannya di mata rakyat Indonesia.
b. Kondisi politik Indonesia semakin tidak stabil sebab muncul pertentangan dalam lembaga
tinggi negara.
c. Sikap pemerintah yang belum dapat mengambil keputusan untuk membubarkan PKI sehingga
menimbulkan kemarahan rakyat.
d. Munculnya aksi demonstrasi secara besar-besaran yang dilakukan rakyat beserta mahasiswa
yang tergabung dalam KAMI, KAPPI, dan KAPI menuntut pembubaran terhadap PKI beserta
ormas-ormasnya. Tuntutan mereka dikenal dengan istilah Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat
yaitu
1) Pembubaran PKI.
2) Pembersihan Kabinet Dwikora dan unsur-unsur PKI.
3) Penurunan harga-harga barang.

e. Pemerintah mengadakan reshuffle (pembaharuan) terhadap Kabinet Dwikora menjadi Kabinet


Dwikora yang disempurnakan dengan ditunjuknya kabinet yang anggotanya seratus menteri
sehingga dikenal dengan Kabinet Seratus Menteri. Akan tetapi, pembentukan kabinet tersebut
ditentang oleh KAMI dan rakyat banyak sebab dalam kabinet tersebut masih dijumpai menteri-
menteri yang pro-PKI atau mendukung PKI sehingga mereka melakukan aksi ke jalan dengan
mengempeskan ban-ban mobil para calon menteri yang akan dilantik. Aksi tersebut
menewaskan seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim. Kematian Arif Rahman
Hakim tersebut memengaruhi munculnya aksi demonstrasi yang lebih besar yang dilakukan
mahasiswa dan para pemuda Indonesia di Jakarta maupun di daerah-daerah lainnya.
f. Pada tanggal 25 Februari 1966, Presiden Soekarno membubarkan KAMI sebab dianggap telah
menjadi pemicu munculnya aksi demonstrasi dan turun ke jalan yang dilakukan oleh para
pemuda Indonesia dan mahasiswa Indonesia.
g. Pada tanggal 11 Maret 1966 diselenggarakan sidang kabinet yang ingin membahas kemelut
politik nasional. Namun sidang mi tidak dapat diselesaikan dengan baik karena adanya pasukan
tak dikenal yang ada di luar gedung yang dianggap membahayakan keselamatan Presiden
Soekarno.
h. Padatanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret
atau yang dikenal dengan istilah Supersemar yang isinya Presiden Soekarno memberi perintah
kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap penting dan perlu
agar terjamin keamanan dan ketertiban, jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi, serta
menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden.
Dampak Ekonomi
Di Bidang Ekonomi, Peristiwa G30S/PKI telah menyebabkan akiat yang berupa infalasi yang
tinggi yang diikuti oleh kenaikan harga barang, bahkan melebihi 600 persen setaun untuk
mengatasi masalah tersebut, pemerintah mengeluarkan dua kebijakan ekonomi yaitu :
a. Mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yaitu Rp. 1000 menjadi Rp.100
b. Menaikkan harga bahan bakar menjadi empat kali ipat tetapi kebijakan ini menyebabkan
kenaikan harga barang yang sulit untuk dikendalikan

6).Jelaskan tentang supersemar dan dampaknya?

Anda mungkin juga menyukai