Anda di halaman 1dari 13

Demokrasi indonesia 1949 1959

1. 1. Demokrasi di Indonesia Periode 1949 - 1959 Kelompok 2:  Albertus Dwi Cahyo 


Ardianne Herdien  Bagus Adiwena  Gabriella Rosa  Ivanka Widya Putri  Oktaviana 
Rachmat al Ridha As’ad
2. 2. • Demokrasi parlementer (liberal) merupakan salah satu sistem demokrasi yang menitik
beratkan kedudukan badan legislatif sebagai lembaga tertinggi daripada badan eksekutif. •
Negara dengan menganut sistem demokrasi yang demikian merupakan negara yang
dipimpin oleh seorang Perdana Menteri dimana seorang Perdana menteri dan jajaran
menteri dalam kabinetnya akan diberhentikan oleh parlemen. • Dalam demokrasi
parlementer posisi kepala negara akan ditempati oleh seorang Presiden. Demokrasi
Parlementer
3. 3. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah
presiden. Jabatan eksekutif presiden ditunjuk langsung oleh legislatif, sedangakn raja dipilih
oleh Undang-Undang. Perdana menteri punya hak prerogratif (hak istimewa) untuk
mengangkat serta memberhentikan para menteri yang menjabat dalam departemen dan
non- deaprtemen. Para menteri hanya bertanggung jawab sebatas kekuatan legislatif.
Kekuasaan legislatif dipertanggungjawabkan eksekutif. Kekuasaan legislatif dapat
menjatuhkan kekuatan eksekutif. Negara, alokasi SDM dan SDA bisa terus dikontrol.
Kelompok minoritas dibebaskan untuk berjuang dan bertahan.
4. 4. Sistem pemerintahan dalam bidang politik yang dianut pada masa Demokrasi
Parlementer, atau yang dikenal juga dengan sebutan Demokrasi Liberal adalah sistem
kabinet parlementer. Sistem pemerintahan tersebut berlandaskan pada UUDS 1950. Sistem
pemerintahan ini menetapkan bahwa: • Kabinet-kabinet atau para menteri bertanggung
jawab kepada parlemen. • Sistem kabinet parlementer juga menerapkan sistem pemungutan
suara (voting) yang digunakan dalam pemilihan umum (Pemilu), mosi, dan demonstrasi
sebagai bentuk rakyat dalam mengekspresikan hak untuk ikut serta dalam berpolitik. • Selain
itu, adanya sistem multipartai pada masa ini menyebabkan terciptanya golongan mayoritas
dan minoritas dalam masyarakat, serta adanya sikap mementingkan kepentingan golongan
partai politik masing-masing dari pada kepentingan bersama.
5. 5. Demokrasi pada periode 1949 - 1959 Periode 1949-1950 Periode 1950-1959
6. 6. Pelaksanaan demokrasi pada masa ini tidak berlangsung lama karena bentuk negara
serikat yang dianut dalam konstitusi RIS tidak cocok dengan bangsa Indonesia. Oleh
karenanya pada tanggal 17 Agustus 1950 kita kembali lagi ke bentuk negara kesatuan
RI.Demokrasi liberal dengan sistem parlementer.
7. 7. Konstituante adalah lembaga yang ditugaskan untuk membentuk Undang-Undang Dasar
atau konstitusi baru untuk menggantikan UUDS 1950. • Konstituante gagal menjalankan
tugasnya karena adanya konflik antarpartai di dalam konstituante sendiri. Akibatnya,
ketatanegaraan menjadi sangat rawan bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Kemudian, Presiden mengeluarkan dekrit 5 Juli 1959, isinya adalah: • Pembubaran
konstituante. • Berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950. • Pembentukan
MPRS yang terdiri atas anggota DPR ditambah utusan dari daerah serta golongan, serta
pembentukan DPAS. Pemerintah berdasarkan parlemen dengan demokrasi liberal. Adanya
pemilu untuk pertama kali dalam rangka memilih anggota konstituante dan DPR.
8. 8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam periode 1949 – 1959 negara kita
menganut demokrasi parlementer. Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan
demokrasi di Indonesia, karena hampir seluruh elemen demokrasi dapat kita temukan
perwujudannya dalam kehidupan politik di Indonesia, antara lain: 1. Lembaga perwakilan
rakyat / parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan
2. Akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi pada umumnya sangat tinggi. 3. Kehidupan
kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-besarnya untuk berkembang
secara maksimal 4. Sekalipun pemilu hanya dilakukan satu kali yaitu pada 1955, tetapi
pemilu tersebut benar benar dilakukan dengan prinsip demokrasi. 5. Masyarakat pada
umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka tidak dikurangi sama sekali,
sekalipun tidak semua warga negara dapat memanfaatkannya secara maksimal. 6. Dalam
masa pemerintahan parlementer daerah-daerah mempunyai otonomi yang cukup luas.
9. 9. 1. Munculnya usulan presiden yang sering kita kenal dengan nama konsepsi presiden
untuk membentuk Dewan Nasional sehingga semua organisasi politik dan organisasi
kemasyarakatan yang ada menjadi ikut terlibat. Konsepsi presiden ini bertujuan untuk
membentuk pemerintahan yang memiliki sifat gotong royong yang juga melibatkan semua
kekuatan bersifat politik, tidak terkecuali Partai Komunis Indonesia. Konsepsi Presiden dan
juga Dewan Naisonal ini mengalami pertentangan yang sangat kuat dari sejumlah partai,
terutama Masyumi dan juga PSI. Dua partai ini menganggap bahwa Dewan Nasional adalah
pelanggaran yang sifatnya sangat fundamental terhadap konstitusi negara kita karena
lembaga itu tidak dikenal dalam konstitusi. 2. Dewan Konstituante gagal menemukan jalan
untuk mencapai kesepakatan dalam merumuskan ideologi nasional. Karena gagal
tercapainya titik persetujuan antara dua kelompok politik, yaitu kelompok yang ingin Islam
menjadi ideologi negara dan kelompok yang menginginkan Pancasila sebagai ideologi.
Meskipun voting telah dilakukan, mereka tetap tidak bisa menemukan suara mayoritasnya.
3. Politik aliran terlalu dominan sehingga pengelolaan konflik menjadi terganggu. Karena hal
itu, setiap konflik cenderung menyebar melewati batas yang akhirnya membawa dampak
yang sangat negatif kepada kestabilan politik yang ada. 4. Basis sosial ekonmi yang sangat
lemah. Struktur yang tegas membedakan kedudukan masyarakat secara langsung tidak
mendukung keberlangsungan demokrasi.
10. 10. Demokrasi parlementer hanya bertahan selama sembilan tahun seiring dikeluarkannya
dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang membubarkan konstituante dan kembali ke UUD 1945.
Presiden menganggap bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia yang dijiwai semangat gotong royong.
11. 11. Periode Sistem Pemerintahan Konstitusi Kelebihan Kelemahan 27 Desember 1949 s.d.
17 Agustus 1950 Kabinet Parlementer (Kursi Parlementer) Konstitusi RIS •Tidak ada mosi
tidak percaya dari parlemen •DPR dapat membubarkan kabinet bila dianggap menyimpang
•Masa jabatan kabinet tidak ditentukan •Kepala negara tidak dapat diganggu gugat, karena
yang bertanggung jawab adalah para menteri •Mementingkan kekuatan partai di parlemen
12. 12. Periode Sistem Pemerintahan Konstitusi Kelebihan Kelemahan 17 Agustus 1950 s.d. 5
Juli 1959 Kabinet Presidensial UUDS 1950 •Demokrasi multipartai •Pelaksanaan pemilu
demokratis •Berhasil menggalang dukungan internasional melalui KAA •Multipartai
berdampak pada kepentingan parpol/golongan •Stabilitas politik terancam •Tidak terdapat
partai yang menang secara mayoritas •Jatuh bangun kabinet yang singkat •Kebijakan
pembangunan tidak jalan
1. a.        Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 )
 

Masa antara tahun 1945 – 1950 merupakan masa revolusi fisik di Indonesia.
BangsaIndonesia masih berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari Belanda.
Karena itulah, demokrasi belum dapat terlaksana dengan baik di Indonesia. Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan menjadi tujuan utama saat itu. Pada awal
kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Hal tersebut sebagaimana diatur
dalam Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 (dihapus berdasarkan amandemen IV tahun
2002 ). Pada pasal tersebut tertulis “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,
DewanPerwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-
Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan
Komite Nasional”.Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara
yang absolut, pemerintah mengeluarkan maklumat antara lain:

1)Maklumat Wakil Presiden Nomor X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan


KNIP   menjadi Lembaga Legislatif.

2)Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.

3)Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 tentang Perubahan Sistem


Pemerintahan  Presidensial menjadi Parlementer.

b. Pelaksanaan demokrasi pada masa demokrasi liberal (1950 – 1959)

Pada masa antara tahun 1950-1959, Indonesia memberlakukan sistem


demokrasiparlementer. Sistem ini dikenal pula dengan sebutan demokrasi liberal.
Konstitusi yang digunakan pada masa demokrasi liberal adalah Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS)1950.Pada masa demokrasi liberal, terjadi beberapa kali pergantian
kabinet. Akibatnya, pembangunan tidak berjalan lancar. Setiap partai hanya
memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Masa demokrasi liberal ditandai
dengan berubahnya sistem kabinet ke sistem parlementer. Pada masa tersebut,
presiden hanya sebagai simbol. Presiden berperan sebagai kepala negara, bukan
sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang perdana
menteri.Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki pada masa pelaksanaan demokrasi
parlemen,yaitu:

1) Berkembangnya partai politik pada masa tersebut. Pada masa ini, terlaksana
pemilihan umum pertama di Indonesia untuk memilih anggota konstituante. Pemilu
tahun 1955 merupakan pemilu multipartai. Melalui pelaksanaan pemilu, berarti negara
telah menjamin hak politik warga negara.

2) Tingginya akuntabilitas politik.


3) Berfungsinya parlemen sebagai lembaga legislatif.

Adapun kegagalan pelaksanaan demokrasi liberal adalah:

1) Dominannya kepentingan partai politik dan golongan sehingga menyebabkan


konstituante digunakan sebagai ajang konflik kepentingan.

2) Kegagalan konstituante menetapkan dasar negara yang baru.

3) Masih rendahnya tingkat perekonomian masyarakat. Akibatnya, masyarakat tidak


tertarik untuk memahami proses politik.Kegagalan sistem parlementer dibuktikan
dengan kegagalan parlemen menyusun konstitusi negara. Sidang konstituante mampu
memenuhi harapan bangsa Indonesia. Hingga

akhirnya, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi:

a. menetapkan pembubarkan konstituante,

b. menetapkan UUD 1945 berlaku kembali dan tidak berlakunya UUDS 1950,

c. pembentukan MPRS dan DPAS.


2.       Pelaksanaan demokras kurun waktu tahun 1949 – 1950, masa konstitusi RIS
Pada masa ini telah terjadi perubahan konstitusi dari Undang-Undang Dasar 1945
menjadi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat. Sejak berlakunya konstitusi
RIS yang berlaku adalah demokrasi liberal dengan system parlementer.   Pelaksanaan
demokrasi ini tidak berlangsung lama, maka tanggal 17 Agustus 1950 kita kembali lagi
ke bentuk Negara kesatuan RI.

3.       Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1950 – 1959, masa


UUDS                          

a)    Masa demokrasi Liberal 1950 – 1959


Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan sebagai Kepala Negara
bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
• Dominannya partai politik
• Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
• Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
• Bubarkan konstituante
• Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
• Pembentukan MPRS dan DPAS
A.      Bagaimana Demokrasi pada Era Orde Lama?
Dalam era Orde Lama, pelaksanaan demokrasi di Indonesia terbagi atas tiga periode,
yaitu periode 1945-1949 (demokrasi dalam pemerintahan masa revulusi kemerdekaan), periode
1950-1959 (Demokrasi Parlementer), dan periode 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin).
1.      Demokrasi dalam Pemerintahan Masa Revolusi Kemerdekaan (periode 1945-1949)
Periode pertama pemerintahan negara Indonesia adalah periode kemerdekaan. Para
penyelenggara negara pada awal periode kemerdekaan mempunyai komitmen yang sangat besar
dalam mewujudkan demokrasi politik di Indonesia.
Pertama, polittical franchise yang menyeluruh. Para pembentuk nefara, sudah sejak
semula, mempunyai komitmen yang sangat besar terhadap demokrasi.
Kedua, Presiden yang secara konstitusional memiliki peluang untuk menjadi seorang
diktator, dibatasi kekuasaannya ketika Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dibentuk untuk
menggantikan parlemen.
Ketiga, dengan maklumat wakil presiden, dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai
politik, yang kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-
masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik di tanah air.
2.      Demokrasi Parlementer (Periode 1950-1959)
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950 sampai dengan 1959,
dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS), sebagai landasarn
konstitusionalnya.
Masa demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena
hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan perwujudannya dalam kehidupan politik di
Indonesia.
a.       Kekuasaan legislatif dijalankan oleh DPR, partai politik yang menuasai suara mayoritas di DPR
membentuk kabinet.
b.      Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/Dewan menteri dibawah pimpinan Perdana menteri
dan bertanggung jawab pada parlemen.
c.       Presiden hanya sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dipegang Perdana Menteri.
d.      Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas.
e.       Jika DPR atau parlemen menilai kinerja menteri kurang bauik maka parlemen mengajukan mosi
tak percaya, maka menteri harus meletakkan jabatannya.
f.       Jika kabinet bubar maka presiden menunjuk formatur kabinet untuk menyususn kabinet baru.
g.      Jika DPR atau parlemen mengajukan mosi tak percaya pada kabinet yang baru, maka DPR atau
parlemen dibubarkan dan diadakan pemilihan umum.
Hal-hal negatif yang terjadi selama berlakunya sistem parlementer :
a.       Usia atau masa kerja kabinet rata-rata pendek, selama kurun waktu 1950 -1959 telah terjadi
tujuh kali pergantian kabinet.
b.      Ketidak serasian hubungan antara dalam tubuh angkatan bersenjata.  Sebagian condong ke
kabinet Wilopo sebagian condong ke Presiden Soekarno.
c.       Perdebatan terbuka antara Soekarno dengan tokh Masyumi yaitu Isa Anshary tentang
penggantian dasar negara yang lebih Islami apakah akan merugikan umat agama lain atau tidak.
d.      Masa kampanye jadi panjang (1953-1955), sehingga meningkatnya ketegangan di masyarakat.
e.       Kebijakan beberapa perdana menteri cenderung menguntungkan partainya.
f.       Pemerintah pusat mendapat tantangan dari daerah seperti pemberontakan Permesta dan PRRI.
Hal-hal positif yang terjadi dimasa demokrasi parlementer :
a.       Badan peradilan menikmati kebebasannya dalam menjalankan fungsinya.
b.      Pers bebas dan banyak kritik di surat kabar.
c.       Jumlah sekolah bertambah
b.      Kabinat dan ABRI berhasil mengatasi pemberntakan RMS, DI/TII
c.       Sedikit ketegangan diantara umat beragama.
d.      Minoritas Tionghoa mendapat perlindungan dari pemerintah.
e.       Nama baik indonesia di Internasional dan berhasil melaksanakan Konferensi Asia Afrika di
Bandung April 1955.
)      a. Demokrasi Liberal
-          Demokrasi liberal adalah paham demokrasi yang menekankan pada kebebasan individu,
persamaan hukum, dan hak asasi bagi warga negaranya. Demokrasi liberal atau sering disebut
demokrasi parlementer, karena lembaga yang memegang kekuasaan menentukan terbentuknya
dewan (kabinet) berada di tangan parlemen atau DPR.
-          Landasan demokrasi liberal adalah
1.         Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
2.         Konstitusi RIS 1949 (pasak 116 ayat 2), dan
3.         Konstitusi UUD sementara tahun 1950 (pasal 83 ayat 2).
-   Ciri-ciri demokrasi liberal adalah
1.     Adanya golongan mayoritas / minoritas, dan
2.     Penggunaan sistem voting, oposisi, mosi dan demonstrasi, serta multipartai.
Sistem pemerintahan yang berlaku pada masa Konstitusi RIS ialah sistem kabinet parlementer.
Ciri-ciri pemerintahan pada masa Konstitusi RIS, antara lain:

1) Kekuasaan kedaulatan rakyat Indonesia Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama


dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat (pasal 1 ayat (2)).

2) Presiden tidak dapat diganggu gugat, tetapi tanggung jawab kebijaksanaan pemerintah berada
di tangan menteri-menteri, baik secara bersama-sama untuk seluruh maupun masing-masing
untuk bagiannya sendiri-sendiri (pasal 118 ayat (1)).

3) Kabinet yang dipimpin Perdana Menteri, bertanggung jawab kepada parlemen.

4) Susunan anggota dan program kabinet didasarkan atas suara terbanyak parlemen.

5) Masa jabatan kabinet tidak ditentukan dengan pasti lamanya.

6) Kabinet sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh parlemen, sebaliknya pemerintah dapat


membubarkan parlemen atau DPR bila dianggap tidak menyuarakan kehendak rakyat dan tidak
representatif.

7) RIS menganut sistem perwakilan bikameral (dua kamar) yaitu senat (perwakilan daerah) dan
DPR. Senat (dua orang per daerah) bersama pemerintah dan DPR berwenang mengubah
konstitusi RIS, menetapkan undang-undang federal dan anggaran belanja RIS. Senat juga
berwenang memberi pertimbangan/nasihat kepada pemerintah baik diminta maupun tidak.

Marked as spam
Ciri-ciri pemerintahan pada masa Konstitusi RIS, antara lain:1) Kekuasaan kedaulatan rakyat Indonesia
Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat (pasal 1
ayat (2)).2) Presiden tidak dapat diganggu gugat, tetapi tanggung jawab kebijaksanaan pemerintah
berada di tangan menteri-menteri, baik secara bersama-sama untuk seluruh maupun masing-masing
untuk bagiannya sendiri-sendiri (pasal 118 ayat (1)).3) Kabinet yang dipimpin Perdana Menteri,
bertanggung jawab kepada parlemen.4) Susunan anggota dan program kabinet didasarkan atas suara
terbanyak parlemen.5) Masa jabatan kabinet tidak ditentukan dengan pasti lamanya.6) Kabinet
sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh parlemen, sebaliknya pemerintah dapat membubarkan parlemen
atau DPRbila dianggap tidak menyuarakan kehendak rakyat dan tidak representatif.7) RIS menganut
sistem perwakilan bikameral (dua kamar) yaitu senat (perwakilan daerah) dan DPR. Senat (dua orang per
daerah) bersama pemerintah dan DPR berwenang mengubah konstitusi RIS, menetapkan undang-
undang federal dan anggaran belanja RIS. Senat juga berwenang memberi pertimbangan/nasihat
kepada pemerintah baik diminta maupun tidak.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/11861764#readmore


Ciri Ciri Konstitusi di Indonesia
Ciri Ciri Konstitusi di Indonesia – Berikut ini adalah Ciri Konstitusi Indonesia
 Bentuk Negara Kesatuan
 Bentuk pemerintahan republik
 Kedaulatan ada di tangan rakyat
 Sistem pemerintahan presidensil
 Adanya pembagian kekuasaan antara legislatif,eksekutif & yudikatif
 Negara hukum
 Desentralisasi
 Multi partai (teridiri dari banyak partai)
Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Menurut UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia tidak menganutsistem pemisahan
kekuasaan atau separation of power (Trias Politica) murni sebagaimana yangdiajarkan Montesquieu, akan tetapi
menganut sistem pembagian kekuasaan (distribution of power). Hal-hal yang mendukung argumentasi tersebut,
karena Undang-Undang Dasar 1945 :a. Tidak membatasi secara tajam, bahwa tiap kekuasaan itu harus dilakukan
oleh suatuorganisasi/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan.b. Tidak membatasi kekuasaan itu
dibagi atas 3 bagian saja dan juga tidak membatasi kekuasaandilakukan oleh 3 organ sajac. Tidak membagi habis
kekuasaan rakyat yang dilakukan MPR, pasal 1 ayat 2, kepada lembaga-lembaga negara lainnya.
Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Republik Indonesia

1)    Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah negara terbagi dalambeberapa
provinsi. Provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Bali, Banten, Bengkulu,Bangka
Belitung, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat,Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, KalimantanSelatan, Kalimantan
Timur, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, NusaTenggara Timur, Papua, Papua
Barat, Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, SulawesiTenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Barat, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan SumatraSelatan.
2)      Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan adalah presidensial.
3)      Pemegang kekuasaan eksekutif adalah Presiden yang merangkap sebagai kepala negara dankepala pemerintahan.
Presiden dan wakilnya dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan5 tahun. Namun pada pemilu tahun
2004, Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsungoleh rakyat dalam satu paket untuk masa jabatan
2004– 2009.
4)      Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden, serta bertanggung jawabkepada
presiden.
5)    Parlemen terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
DewanPerwakilan Daerah (DPD). Para anggota DPR dan DPD merupakan anggota MPR. DPR
terdiriatas para wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu dengan sistem proporsional terbuka.
AnggotaDPD adalah para wakil dari masing-masing provinsi yang berjumlah 4 orang dari tiap
provinsi.Anggota DPD dipilih oleh rakyat melalui pemilu dengan sistem distrik perwakilan
banyak.Selain lembaga DPR dan DPD, terdapat DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota
yanganggotanya juga dipilih melaui pemilu. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan
kekuasaanmengawasi jalannya pemerintahan..
kelebihan
 Menjalankan prinsip distribution of power
 Muncul kehidupan demokrasi multi partai
 Tidak ada mosi tidak percaya dari parlemen
 DPR dapat membubarkan kabinet bila dianggap menyimpang
 Berhasil meletakkan dan membangun dasar kehidupan negara secara konstitusional
 Demokrasi multipartai
 Pelaksanaan pemilu demokratis
 Berhasil menggalang dukungan internasional melalui KAA
 Mampu membangun integritas nasional
 Kembalinya Irian Barat
 Pelopor Nonblok dan pemimpin Asia-Afrika.

kekurangan
 Sistem pemerintahan tidak berjalan/tidak dapat bekerja sama
 Pelaksanaan sistem pemerintahan tidak dapat dilaksanakan masa revolusi/kegentingan
 Belum terbentuk alat-alat kelengkapan negara
 Masa jabatan kabinet tidak ditentukan
 Kepala negara tidak dapat diganggu gugat, karena yang bertanggung jawab adalah para
menteri
 Mementingkan kekuatan partai di parlemen
 Multipartai berdampak pada kepentingan parpol/golongan
 Stabilitas politik terancam
 Tidak terdapat partai yang menang secara mayoritas
 Jatuh bangun kabinet yang singkat
 Kebijakan pembangunan tidak jalan
system pemerintahan Presidensial merupakan system pemerintahan di mana kepala pemerintahan
dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (legislative). Menteri
bertanggung jawab kepada presiden karena presiden berkedudukan sebagai kepala Negara sekaligus
kepala pemerintahan. Contoh Negara: AS, Pakistan, Argentina, Filiphina, Indonesia. Ciri-ciri system
pemerintahan Presidensial: 1. Pemerintahan Presidensial didasarkan pada prinsip pemisahan
kekuasaan. 2. Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk menyatu dengan Legislatif. 3. Kabinet
bertanggung jawab kepada presiden. 4. eksekutif dipilih melalui pemilu. system pemerintahan
Parlementer merupakan suatu system pemerintahan di mana pemerintah (eksekutif) bertanggung jawab
kepada parlemen. Dalam system pemerintahan ini, parlemen mempunyai kekuasaan yang besar dan
mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap eksekutif. Menteri dan perdana menteri
bertanggung jawab kepada parlemen. Contoh Negara: Kerajaan Inggris, Belanda, India, Australia,
Malaysia. Ciri-ciri dan syarat system pemerintahan Parlementer: 1. Pemerintahan Parlementer
didasarkan pada prinsip pembagian kekuasaan. 2. Adanya tanggung jawab yang saling menguntungkan
antara legislatif dengan eksekutif, dan antara presiden dan kabinet. 3. Eksekutif dipilih oleh kepala
pemerintahan dengan persetujuan legislatif. system pemerintahan Campuran dalam system
pemerintahan ini diambil hal-hal yang terbaik dari system pemerintahan Presidensial dan system
pemerintahan Parlemen. Selain memiliki presiden sebagai kepala Negara, juga memiliki perdana menteri
sebagai kepala pemerintahan. Contoh Negara: Perancis.    Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara
Indonesia Tahun 1945 – 1949 Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD ’45 antara lain:   Berubah
fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan
legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan wewenang MPR. Terjadinya perubahan sistem
kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer berdasarkan usul BP – KNIP. Tahun 1949 – 1950
Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah system parlementer
cabinet semu (Quasy Parlementary). Sistem Pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukan
cabinet parlementer murni karena dalam system parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan
yang sangat menentukan terhadap kekuasaan pemerintah. Tahun 1950 – 1959 Landasannya adalah
UUD ’50 pengganti konstitusi RIS ’49. Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer cabinet
dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Ciri-ciri: presiden dan wakil presiden tidak dapat
diganggu gugat. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan. Presiden berhak
membubarkan DPR. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Anda mungkin juga menyukai