A. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan tanya jawab serta mengamati video, peserta didik mampu
menganalisis kehidupan politik Indonesia pada awal kemerdekaan secara kritis dan
mandiri
2. Melalui kegiatan tanya jawab serta mengamati video peserta didik mampu
menganalisis latar belakang munculnya Demokrasi Liberal secara secara kritis dan
mandiri.
3. Melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok peserta didik mampu mendeskripsikan
kehidupan politik dan faktor yang menyebabkan jatuh bangunnya kabinet pada masa
demokrasi liberal secara tepat dan benar
4. Melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok peserta didik mampu menganalisis
pelaksanaan pemilu yang berlangsung pada masa Demokrasi Liberal secara tepat
5. Melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok peserta didik mampu menganalisis
permasalahan ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi Liberal tepat
6. Melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok peserta didik mampu menganalisis
uasaha pemerintah mengatasi permasalahan ekonomi Indonesia pada masa
Demokrasi Liberal secara tepat
7. Melalui penugasan peserta didik dapat menyajikan presentasi hasil identifikasi
tentang kehidupan politik masa demokrasi liberal secara tepat
B. Uraian Materi
https://imnahdia.wordpress.com/2016/10/17
Masa demokrasi liberal merupakan masa kiprahnya partai – partai politik pada
pemerintahan Indonesia. Dua partai terkuat PNI dan Mayumi silih berganti
memimpin kabinet. Setiap kabinet jika ingin bertahan harus mampu memperoleh
dukungan suara terbanyak di parlemen demikian juga kebijaksanaan pemerintah
tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki parlemen. Ciri – ciri sistem
kabinet parlementer (Kabinet Minsiteril) adalah :
a. Adanya sistem multi partai
b. Adanya pemisahan kekuasaan antara Kepala Negara dengan Kepala
Pemerintahan.
c. Presiden adalah Kepala Negara. Kepala Negara tidak bertenggung jawab
atas segala kebijaksanaan yang diambil kabinet.
d. Kepala pemerintahan ( Kabinet ) adalah seorang Perdana Menteri
e. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen. Kabinet harus meletakkan
mandatnya kepada Kepala Negara jika parlemen mengeluarkan mosi tidak
percaya kepada menteri tertentu atau seluruh Menteri
f. Dalam parlemen terdapat dua kelompok partai yaitu partai pemerintah (partai
penguasa) dan partai oposisi ( partai yang tidak memiliki wakil di
pemerintahan/kabinet).
g. Bila terjadi perselisihan antara kabinet dan parlemen dan Kepala Negara
beranggapan cabinet berada dipihak yang benar maka Kepala Negara dapat
membubarkan parlemen, serta secepatnya dilaksanakan pemilu untuk
membentuk parlemen yang baru.
https://www.kompas.com/
stori/read/
2021/04/16/161915979/
Kondisi politik
Indonesia di Demokrasi
Liberal tahun 1950–
1959 disebut sebagai
zaman pemerintahan
partai-partai. Di waktu
tersebut, mayoritas
partai dianggap
mengakibatkan kabinet
atau pemerintahan harus terus berganti.
Masa demokrasi liberal ditandai dengan adanya sistem parlementer. Karena
menggunakan sistem ini, pemerintahan dipimpin oleh seorang perdana menteri,
sedangkan presiden hanya berkedudukan sebagai kepala negara.
Ada 7 kabinet yang naik turun selama periode ini, sehingga dikenal sebagai
pemerintahan politik dagang sapi. Maksud dari politik tersebut adalah banyak partai
yang cenderung saling menjatuhkan untuk berkuasa di parlemen, sehingga bisa
mencari keuntungan untuk partainya.
Model politik dagang sapi inilah yang membuat kabinet tak bisa menjalankan
fungsinya dengan baik. Tak hanya itu, kepercayaan rakyat terhadap pemerintah juga
makin memudar. Kondisi Indonesia juga cenderung tidak stabil karena pergolakan
politik yang tak tertangani.
Selama kurun waktu 1950–1959, ada 7 kabinet yang menduduki parlemen. Pendeknya
masa kekuasaan kabinet pada masa demokrasi liberal disebabkan karena masalah
internal dan keamanan yang sering terjadi. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
1) Kabinet Natsir
Kabinet pertama dalam demokrasi liberal adalah kabinet Natsir, kabinet ini
berjalan dari September 1950–Maret 1951. Di kabinet ini, Moh Natsir dari Partai
Masyumi menjadi perdana menteri, sedangkan anggotanya termasuk
Hamengkubuwono IX, Ir. Djuanda, hingga Prof. Soemitro.
Program kerja kabinet Natsir terbagi dalam lima pokok, yakni memperjuangkan
penyelesaian masalah Irian Barat, mengembangkan ekonomi rakyat, serta
menyempurnakan Organisasi Angkatan Perang. Kabinet Natsir juga menggiatkan
usaha keamanan sekaligus menyempurnakan susunan pemerintah.
Salah satu keberhasilan kabinet Natsir adalah mengupayakan terjadinya
perundingan antara Indonesia dan Belanda untuk membahas masalah Irian Barat.
Kabinet ini juga cukup berhasil menjalankan Gerakan Banteng, yakni gerakan
nasional untuk mengubah struktur ekonomi nasional.
Penyebab jatuhnya kabinet Natsir adalah berpindahnya PNI sebagai pihak oposisi.
Awalnya PNI memang menjadi koalisi Partai Masyumi, namun Natsir tak
memasukkan PNI dalam susunan kabinet. Karena masalah ini, PNI berubah
menjadi oposisi bersama dengan PKI dan Murba.
Jatuhnya kabinet Natsir disebabkan oleh masalah internal juga, yakni tidak
berjalannya Sumitro Plan dan adanya perubahan susunan lembaga daerah akibat
mosi dari PNI.
2) Kabinet Sukiman
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden pun
menunjuk Sukiman dari Masyumi dan Sidik dari PNI untuk membentuk kabinet
koalisi. Kabinet Sukiman merupakan kabinet koalisi pertama antara Masyumi dan
PNI.
Program kerja kabinet Sukiman lebih mengutamakan untuk meningkatkan
keamanan dan ketentraman negara. Tak hanya itu, kabinet ini juga punya program
kerja untuk memperbaharui hukum agraria sesuai kepentingan petani hingga
mempercepat pemilihan umum.
Kabinet pada masa demokrasi liberal ini membuat program kerja untuk
menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan memasukkan Irian Barat kembali
ke Indonesia. Kabinet Sukiman juga menyiapkan undang-undang untuk
kepentingan buruh dan penetapan upah minimum.
Keberhasilan kabinet Sukiman terlihat dengan meningkatnya perusahaan kecil di
berbagai daerah. Sektor pendidikan juga mulai diperluas dan bisa melanjutkan
beberapa program kerja dari kabinet sebelumnya, terutama masalah Irian Barat.
Penyebab jatuhnya kabinet Sukiman adalah ketidakmampuan kabinet mengatasi
berbagai pemberontakan di wilayah Jawa dan Sulawesi. Selain itu, kabinet ini juga
mendapat sandungan karena dinilai menjalin kerja sama dengan blok barat lewat
MSA.
3) Kabinet Wilopo
Kabinet Wilopo berjalan dari April 1952–Juni 1953 dengan penunjukan Wilopo
dari PNI sebagai formatur. Kabinet ini mendapat dukungan dari 3 partai, yakni
PSI, Masyumi, serta PSI. Program kerja kabinet Wilopo terbagi dalam 2 program,
yakni dalam dan luar negeri.
Untuk program dalam negeri, Kabinet Wilopo berfokus untuk meningkatkan
kemakmuran rakyat, stabilitas negara, dan akses pendidikan. Kabinet ini juga
mengusahakan untuk segera menyelenggarakan Pemilu untuk memilih DPR,
Konstituante, dan DPRD.
Kemudian, untuk program luar negeri, Kabinet Wilopo melanjutkan dari program
kabinet sebelumnya, yakni memperjuangkan Irian Barat dan melakukan politik
bebas aktif. Keberhasilan kabinet Wilopo terlihat dengan terlaksananya Pemilu
dan produksi pangan nasional yang meningkat.
Penyebab jatuhnya kabinet Wilopo adalah adanya konflik internal TNI, krisis
ekonomi, hingga adanya defisit kas negara. Tensi gangguan juga meningkat
dengan adanya gerakan separatis yang ada di Jawa dan luar Jawa, berikut dengan
ketidak puasan masyarakat.
Peristiwa yang menjadi sebab jatuhnya kabinet Wilopo adalah Peristiwa Tanjung
Morawa. Peristiwa ini merupakan konflik yang terjadi di Deli antara petani liar
yang didukung PKI dan aparat kepolisian mengenai tanah perkebunan. Peristiwa
Tanjung Morawa ini mengakibatkan munculnya mosi tidak percaya dari Serikat
Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo, sehingga kabinet ini pun jatuh.
7) Kabinet Djuanda
Kabinet baru setelah kabinet Ali II dipimpin oleh Ir. Djuanda, kabinet Djuanda
disebut juga zaken kabinet karena berisi menteri yang ahli di bidangnya dan
tergolong intelektual. Jadi, di dalam kabinet ini minim dan bahkan tidak ada unsur
politik Sobat Pijar.
Program kerja kabinet Djuanda dikenal dengan nama Panca Karya yang berisi 5
poin. Diantaranya membentuk Dewan Nasional, normalisasi keadaan RI,
perjuangan pengembalian Irian Jaya, serta melancarkan pembatalan KMB.
Kabinet ini juga berusaha untuk mempercepat proses pembangunan.
Keberhasilan kabinet Djuanda adalah mengeluarkan Deklarasi Djuanda, dengan
deklarasi ini wilayah Indonesia makin luas karena perairan Indonesia menjadi 12
mil dari garis pantai. Sebelum adanya Deklarasi Djuanda, perairan Indonesia
terbatas hanya di angka 3 mil.
Penyebab jatuhnya kabinet Djuanda adalah kegagalan kabinet dalam mengatasi
pergolakan PPRI atau Permesta. Tak hanya itu, kabinet juga dinilai gagal menjaga
keamanan negara karena adanya Peristiwa Cikini, yakni peristiwa percobaan
pembunuhan terhadap Soekarno.
Kabinet Djuanda akhirnya dibubarkan sebagai efek dari Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Dengan adanya dekrit tersebut, kabinet demokrasi liberal telah berakhir.
Indonesia pun mengganti sistem pemerintahannya sebagai masa demokrasi
terpimpin.
1. Gunting Syafruddin
Gunting Syafruddin merupakan kebijakan pemotongan nilai uang atau sanering
yang diambil dari Menteri Keuangan Syarifuddin Prawiranegara. Pada 20 Maret
1950, semua uang yang bernilai Rp 2,50 ke atas akan dipotong nilainya hingga
setengahnya.
Tujuannya adalah untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp 5,1 miliar.
Dengan kebijakan ini, jumlah uang yang beredar bisa berkurang.
2. Gerakan Benteng
Gerakan Benteng merupakan sistem ekonomi yang bertujuan mengubah struktur
ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional.
Sistem ini dicanangkan oleh Menteri Perdagangan Sumitro Djojohadikusumo, ayah
dari Prabowo Subianto.
Gerakan Benteng pada saat itu diwujudkan dengan menumbuhkan pengusaha
Indonesia lewat kredit, teman-teman.
Sayangnya, program ini dikatakan gagal karena pengusaha yang ada saat itu tidak
mampu bersaing. Kegagalan ini justru menambah defisit anggaran dari Rp 1,7
miliar pada tahun 1951 menjadi Rp 3 miliar pada tahun 1952.
Sayangnya, sistem ekonomi ini mengalami kegagalan karena beberapa hal berikut
ini
- Banyaknya pengusaha pribumi yang mengalihkan usaha mereka kepada para
pengusaha non-pribumi.
- Kredit yang diberikan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pengusaha
pribumi.
- Kredit yang awalnya ditujukan untuk mendorong kegiatan produksi justru
digunakan untuk kegiatan konsumsi.
- Pengusaha pribumi gagal dalam memanfaatkan kredit secara maksimal
sehingga kurang berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia
5. Persaingan Finansial Ekonomi
Utang kepada belanda seperti yang disepakati lewat Konferensi Meja Bundar
(KMB) tentu saja memberatkan Indonesia. Oleh karena itu pada 7 Januari 1956,
Indonesia memutuskan langkah Finansial Ekonomi atau Finek, isinya:
- Persetujuan hasil KMB dibatalkan.
- Indonesia keluar dari Uni Indonesia-Belanda
Akibatnya banyak pengusaha Belanda menjual perusahaannya, sementara
pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan itu
6. Rencana Pembangunan Lima Tahun
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional merancang Rencana Pembangunan
Lima Tahun atau RPLT. Sebab saat itu kabinet pemerintahan kerap berganti yang
berakibat pembangunan berjalan tersendat karena disibukkan persaingan politik.
RPLT disetujui DPR pada 11 November 1958. Pembiayaan Rp 12,5 miliar
rencananya akan digunakan untuk pembangunan selama 1956-1961.
Namun, Rencana Pembangunan Lima Tahun ini tidak berjalan karena depresi
ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barta. Depresi itu juga berdampak pada
perekonomian dalam negeri, seperti ekspor lesu dan pendapatan negara yang
merosot
2. Pada masa demokrasi liberal keadaan pemeritahan tidak stabil. Hal ini disebabkan
karena ...
A. Kabinet yang berkuasa sangat lemah
B. Para menteri yang diangkat banyak melakukan korupsi
C. Sering terjadi pergantian Kabinet
D. Kabinet pada waktu itu tidak mendapat dukungan dari rakyat
E. Tidak adanya Partai mayoritas
3. Setiap kabinet yang berkuasa pada masa demokrasi liberal mempunyai program.
Masalah yang selalu menjadi program setiap Kabinet pada masa Demokrasi Liberal
adalah ...
A. Penyelesaian Konflik Angkatan darat
B. Pembangunan Lima Tahun
C. Pelaksanaan Pemilihan Umum
D. Pengembalian Irian Barat ke Republik Indonesia
E. Pembentukan Partai Politik
4. Pada masa demokrasi liberal terjadi gangguan keamanan yang mengancam disintergrasi
bangsa. Contoh gangguan keamanan yang terjadi di Indonesia pada awal pelaksanaan
demokrasi liberal adalah ...
A. Pemberontakan PRRI atau PERMESTA
B. Permberontakan di Irisan Barat
C. Krisis keuangan di berbagai daerah
D. Munculnya gerakan separatisme di berbagai daerah
E. Intervensi Parlemen terhadap TNI
7. Pada 22 Januari 1951 Hadikusumo dari PNI mengeluarkan mosi kepada Kabinet Natsir.
Dampak mosi Hadikusumo tersebut adalah....
A. Kursi menteri diperebutkan oleh PNI dan Masyumi
B. Moh. Natsir memasukkan tokoh-tokoh PNI dalam formatur kabinetnya
C. PNI memutuskan menjadi bagian oposisi bagi Kabinet Natsir
D. Moh. Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno
E. Moh. Natsir mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1950
8. Kinerja Kabinet Burhanuddin Harahap dinilai berhasil dan berdampak besar bagi
kehidupan politik di Indonesia. Salah satu bentuk keberhasilan tersebut adalah....
A. Mendapatkan kembali wilayah Irian Barat setelah dikuasai Belanda
B. Melunasi utang kepada Belanda yang menumpuk sejak masa kolonial
C. Membatalkan kesepakatan KMB yang dianggap merugikan bangsa Indonesia
D. Menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota parlemen dan konstituante
E. Membentuk konstituante yang bertugas merumuskan UUD baru
9. PNI menjadi partai oposisi dalam Kabinet Burhanuddin Harahap. Kondisi tersebut
terjadi karena...
A. Kabinet Burhanuddin Harahap membatalkan hasil KMB
B. PNI meraih suara terbanyak dalam penyelenggaraan pemilu 1955
C. A.H. Nasution diangkat sebagai KSAD untuk menyelesaikan permasalahan dalam
tubuh TNI
D. Tuntutan PNI agar menunjuk sendiri orang-orang yang akan duduk dalam
kabinet tidak disetujui
E. Kabinet Burhanuddin Harahap belum berhasil mengembalikan wilayah Irian Barat
ke Indonesia
10. Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo II PKI tidak dilibatkan dalam
jajaran kabinet. Salah satu faktor penyebab PKI tidak dilibatkan dalam kabinet ini
adalah....
A. PKI tidak mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah
B. Beberapa tokoh Islam menolak keterlibatan PKI dalam kabinet
C. PKI tidak hadir dalam sidang pembentukan formatur kabinet
D. Ali Sastroamidjojo menolak keterlibatan PKI dalam kabinet
E. PKI tidak termasuk partai besar pemenang pemilu 1955
Kunci Jawaban
1. B. 2, 3, dan 4
2. C. Sering terjadi pergantian Kabinet
3. D. Pengembalian Irian Barat ke Republik Indonesia
4. D. Munculnya gerakan separatisme di berbagai daerah
5. E. Liberal
6. D. 7
7. D. Moh. Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno
8. D. Moh. Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno
9. D. Tuntutan PNI agar menunjuk sendiri orang-orang yang akan duduk dalam
kabinet tidak disetujui
10. B. Beberapa tokoh Islam menolak keterlibatan PKI dalam kabinet
DAFTAR PUSTAKA
Anjar, M. 2019. E-Modul Perkembangan Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal.
Jakarta : Direktorat Pembinaan SMA-Kemendikbud
Dicky Setyawan. 2023. Sejarah Pemilu 1955: Latar Belakang, Jumlah Partai &
Pemenangnya. https://tirto.id/sejarah-pemilu-1955-latar-belakang-jumlah-partai-
pemenangnya-gAQ9 diakses 11 Oktober 2023
Kemendikbud. 2018. Buku Sejarah Indonesia Siswa Kelas XII. (edisi revisi 2018).
Jakarta : Kemdikbud RI
Melkisedek, dkk. 2017. PR Sejarah Indonesia Siswa Kelas XII Kurikulum 2013.
Jakarta : Intan Pariwara