Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA PERIODE


1949-1959

Di
s
u
s
u
n

oleh:

Nama : Cynthia Shabrina (5)


Kelas : XI MIPA 5

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara harafiah, demokrasi berarti kekuatan rakyat atau suatu bentuk


pemerintahan negara dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya.
Langkah awal demokratisasi di Indonesia, dilakukan melalui penerbitan
Maklumat Wakil Presiden No. X, tgl, 3 November 1945 tentang anjuran
untuk membentuk partai politik. Periode kedua pemerintahan negara
Indonesia merdeka berlangsung dalam rentang waktu antara 1949-
1959. Landasan demokrasi di Indonesia pada periode ini adalah
demokrasi parlementer (liberal). Sistem pemerintahan dalam bidang
politik yang dianut pada masa ini adalah sistem kabinet parlementer.
Sistem tersebut berlandaskan pada UUDS 1950.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian demokrasi Parlementer (liberal)?


2. Apa ciri-ciri demokrasi Parlementer (liberal)?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di indonesia pada tahun 1949-
1959?
4. Apa keunggulan dan kegagalan demokrasi pada 1949-1959?
5. Mengapa demokrasi Parlementer (liberal) bisa berakhir?
6. Apa kelebihan dan kekurangan demokrasi pada tahun 1949-1959?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan


Kewarnegaraan (PPKN).
2. Agar pembaca dapat memahami apa itu demokrasi Parlementer
(liberal).
3. Agar pembaca dapat mengetahui apa ciri-ciri dari demokrasi
parlementer.
4. Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan
demokrasi Indonesia pada periode 1949-1959.
5. Agar pembaca dapat mengetahui apa keunggulan dan kegagalan
demokrasi pada periode 1949-1959.
6. Agar pembaca mengetahui bagaimana berakhirnya demokrasi
Parlementer (liberal).
7. Agar pembaca dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan
demokrasi pada tahun 1949-1950 dan 1950-1959.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Demokrasi Parlementer (liberal) merupakan salah satu sistem
demokrasi yang menitik beratkan kedudukan badan legislatif sebagai
lembaga tertinggi daripada badan eksekutif.

Negara dengan menganut sistem demokrasi yang demikian merupakan


negara yang dipimpin oleh seorang Perdana Menteri dimana seorang
Perdana menteri dan jajaran menteri dalam kabinetnya dapat diangkat
dan diberhentikan oleh parlemen.

Dalam demokrasi parlementer, posisi kepala negara akan ditempati


oleh seorang presiden. Sedangkan kepala pemerintahan ditempati oleh
perdana menteri.

B. CIRI-CIRI DEMOKRASI PARLEMENTER

 Kepala pemerintahan adalah perdana menteri, sedangkan kepala


negara adalah presiden.
 Jabatan eksekutif presiden ditunjuk langsung oleh legislatif,
sedangkan raja dipilih oleh Undang-Undang.
 Perdana menteri punya hak prerogratif (hak istimewa) untuk
mengangkat serta memberhentikan para menteri yang menjabat
dalam departemen dan non-departemen.
 Para menteri hanya bertanggung jawab sebatas kekuatan
legislatif.
 Kekuasaan legislatif dipertanggungjawabkan eksekutif.
 Kekuasaan legislatif dapat menjatuhkan kekuatan eksekutif.
 Negara, alokasi SDM dan SDA bisa terus dikontrol.
 Kelompok minoritas dibebaskan untuk berjuang dan bertahan.

C. LANDASAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA PERIODE 1949-1959

Sistem pemerintahan dalam bidang politik yang dianut pada masa


Demokrasi Parlementer, atau yang dikenal juga dengan sebutan
Demokrasi Liberal adalah sistem kabinet parlementer. Sistem
pemerintahan tersebut berlandasan pada UUDS 1950. Sistem
pemerintaban ini menetapkan bahwa:

 Kabinet-kabinet atau para menteri bertanggung jawab kepada


parlemen.
 Sistem kabinet parlementer juga menerapkan sistem pemungutan
suara (voting) yang digunakan dalam pemilihan umum (pemilu),
mosi, dan demonstrasi sebagai bentuk rakyat dalam
mengekspresikan hak untuk ikut dalam berpolitik.
 Selain itu, adanya sistem multipartai pada masa ini menyebabkan
terciptanya golongan mayoritas dan minoritas dalam masyarakat,
serta adanya sikap mementingkan kepentingan golongan partai
politik masing-masing daripada kepentingan bersama.
D. PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA PERIODE 1949-
1950

Pelaksanaan demokrasi pada masa ini tidak berlangsung lama karena


bentuk negara serikat yang dianut dalam konstitusi RIS tidak cocok
dengan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, pada tanggal 17 Agustus
1950 kita kembali lagi ke bentuk negara kesatuan RI.

E. PELAKSAAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA PERIODE 1950-1959

Konstituante gagal menjalankan tugasnya karena adanya konflik


antarpartai di dalam konstituante sendiri. Akibatnya, ketatanegaraan
menjadi sangat rawan bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Kemudian, presiden mengeluarkan dekrit presiden pada tanggal 5 Juli
1959, yang isinya adalah:

 Pembubaran konstituante.
 Berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
 Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR ditambah
utusan dari daerah serta golongan, serta pembentukan DPAS.

F. KEUNGGULAN DEMOKRASI PADA PERIODE 1949- 1959

Demokrasi parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi di


Indonesia, karena hampir seluruh elemen demokrasi dapat ditemukan
perwujudannya dalam kehidupan politim di Indonesia, antara lain:
1. Lembaga perwakilan rakyat/parlemen memainkan peranan yang
sangat tinggi dalam proses politik berjalan.
2. Akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi pada umumnya
sangat tinggi.
3. Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang
sebesar-besarnya untuk berkembang secara maksimal.
4. Sekalipun pemilu hanya dilakukan 1 kali yaitu pada 1955, tetapi
pemilu tersebut benar-benar dilakukan dengan prinsip demokrasi.
5. Masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak
dasar mereka tidak dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua
warga negara dapat memanfaatkannya secara maksimal.
6. Dalam masa pemerintahan parlementer daerah-daerah
mempunyai ekonomi yang cukup luas.

G. KEGAGALAN DEMOKRASI PADA PERIODE 1949-1959

1. Munculnya usulan presiden yang sering kita kenal dengan nama


konsepsi presiden untuk membentuk Dewan Nasional sehingga
semua organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan yang ada
menjadi ikut terlibat. Konsepsi presiden ini bertujuan untuk
membentuk pemerintahan yang memiliki sifat gotong royong
yang juga melibatkan semua kekuatan bersifat politik, tidak
terkecuali Partai Komunis Indonesia. Konsepsi presiden dan juga
Dewan Nasional ini mengalami pertantangan yang sangat kuat
dari sejumlah partai, terutama Masyumi dan juga PSI. Dua partai
ini menganggap bahwa Dewan Nasional adalah pelanggaran yang
sifatnya sangat fundamental terhadap konstitusi negara kita
karena lembaga itu tidak dikenal dalam konstitusi.
2. Dewan konstituante gagal menemukan jalan untuk mencapai
kesepakatan dalam merumuskan ideologi nasional. Karena gagal
tercapainya titik persetujuan antara dua kelompok politik, yaitu
kelompok yang ingin islam menjadi ideologi negara dan kelompok
yang menginginkan pancasila sebagai ideologi. Meskipun voting
telah dilakukan, mereka tetap tidak bisa menemukan suara
mayoritasnya.
3. Politik aliran terlalu dominan sehingga pengelolaan konflik
menjadi terganggu. Karena hal itu setiap konflik cenderung
menyebar melewati batas yang akhirnya membawa dampak yang
sangat negatif kepada kestabilan politik yang ada.
4. Basis sosial ekonomi yang sangat lemah. Struktur yang tegas
membedakan kedudukan masyarakat secara langsung tidak
mendukung keberlangsungan demokrasi.

H. BERAKHIRNYA DEMOKRASI PARLEMEN


Demokrasi parlementer hanya bertahan selama 9 tahun seiring
dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959 yang membubarkan
konstituante dan kembali ke UUD 1945. Presiden menganggap bahwa
demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia yang dijiwai semangat gotong royong.

I. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DEMOKRASI PADA PERIODE 1949-


1950

Periode ini dilaksanakan pada 27 Desember 1949 sampai dengan 17


Agustus 1950 dengan sistem pemerintahan yaitu Kabinet Parlementer
(kursi parlementer) dan konstitusinya yaitu Konstitusi RIS .

Kelebihannya yaitu:

 Tidak ada mosi tidak percaya dari parlemen.


 DPR dapat membubarkann kabinet bila dianggap menyimpang.

Kekurangannya yaitu:

 Masa jabatan kabinet tidak ditentukan.


 Kepala negara tidak dapat diganggu gugat karena yang
bertanggung jawab adalah para menteri.
 Mementingkan kekuatan partai di parlemen.
J. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DEMOKRASI PADA PERIODE 1950-
1959

Periode ini dilaksanakan pada 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli


1959 dengan sistem pemerintahan yaitu Kabinet Presidensial dan
konstitusinya yaitu UUDS 1950.

Kelebihannya yaitu:

 Demokrasi multipartai.
 Pelaksaan pemilu demokratis.
 Berhasil menggalang dukungan internasional melalui KAA.

Kekurangannya yaitu:

 Multipartai berdampak pada kepentingan parpol/golongan.


 Stabilitas politik terancam
 Tidak terdapat partai yang menang secara mayoritas.
 Jatuh bangun kabinet yang singkat.
 Kebijakan pembangunan tidak jalan.

BAB III

SIMPULAN
Landasan demokrasi di Indonesia pada periode 1949-1959 ini adalah
demokrasi parlementer (liberal). Pelaksanaan demokrasi pada masa ini
tidak berlangsung lama karena bentuk negara serikat yang dianut
dalam konstitusi RIS tidak cocok dengan bangsa Indonesia. Demokrasi
parlementer hanya bertahan selama 9 tahun. Pada tanggal 17 Agustus
1950 seiring dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959 yang
membubarkan konstituante dan kembali ke UUD 1945 dengan bentuk
negara kesatuan RI. Presiden menganggap bahwa demokrasi
parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang
dijiwai semangat gotong royong.

Anda mungkin juga menyukai