Anda di halaman 1dari 9

STABILISASI PENYERAGAMAN

SALSA NUR FADILLA (29)


XII MIPA 4
DEPOLITISASI
(Penghilangan/ penghapusan kegiatan
politik)parpol dan ormas pernah
dilakukan oleh pemerintahan ORBA
dengan penyeragaman ideologis malalui
ideologi Pancasila. Dengan alasan
Pancasila telah menjadi konsensus
nasional, keseragaman dalam
pemahaman Pancasila perlu
disosialisasikan
HISTORY

Presiden Soeharto mengajukan nama Eka Prasetya Pancakarsa dengan maksud menegaskan bahwa penyusunan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dipandang sebagai janji yang teguh, kuat, konsisten, dan
tulus mewujudkan 5 cita-cita

Takwa kepada Tuhan


Mencintai sesama Mencintai tanah air, Suka menolong orang
Yang Maha Esa dan Demokratis dan patuh
manusia dengan selalu menempatan lain, sehingga dapat
menghargai orang lain pada putusan rakyat
ingat kepada orang lain, kepentingan negara di meningkatkan
yang berlainan yang sah
tidak sewenang-wenang atas kepentingan pribadi kemampuan orang lain
agama/kepercayaan

(Referensi Bahan Penataran P4 dalam Anhar Gonggong ed, 2005:159)


PENGAJUAN P4
 Presiden mengajukan draft P4 kepada MPR. Pada tanggal 21 Maret
1978 rancangan P4 disahkan menjadi Tap MPR No. II/MPR/1978.
 Setelah disahkan, pemerintah membentuk Komisi Penasihat
Presiden mengenai P4 yang dipimpin oleh Dr. Roeslan Adulgani dan
sebagai badan pelaksana dibentuk Badan Pembinaan Pendidikan
Pelaksana P4(BP7) yang berkedudukan di Jakarta. BP7 memiliki
tugas untuk mengkoordinasi pelaksanaan program Penatran P4 yang
dilaksanakan pada tingkat nasional maupun region.
 Tujuan penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama
mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang
sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk
dan terpelihara.
P4
 Yang melaksanakan P4 adalah ASN(termasuk
pegawai BUMN), baik sipil maupun militer, para
pelajar, mulai dari sekolah menengah sampai
perguruan tinggi yang dilaksanakan setiap awal
tahun ajaran atau tahun akademik.
 Melalui penataran P4, pemerintah memberikan
penekanan pada masalah “suku”, “agama”,
“ras”, dan “antargolongan” (SARA).
 Pada tahun 1992 terjadi konflik antar kaum
muslim dan non muslim di Jakarta yang
mengakibatkan banyak kritikan dalam
pelaksanaan P4. Fakta ini kemudian
disampaikan kepada presiden agar masalah P4
ditinjau kembali.
“ Setelah P4 dilaksankan, selanjutnya orsospol yang
diseragamkan dalam arti harus mau menerima Pancasila
sebagai satu- satunya asas partai dan organisasi, yang
dikenal dengan sebutan “asas tunggal”.

Gagasan asas tunggal disampaikan oleh Presiden Soeharto dalam pidato pembukaan
Rapat Pimpinan ABRI(Rapim ABRI) di Pekanbaru, Riau, pada tanggal 27 Maret 1980 dan
dilontarkan kembalipada acara ulang tahun Korps Pasukan Sandi Yudha(Kopasandha) di
Cianjur, Jakarta, tanggal 16 April 1980.
GAGASAN ASAS TUNGGAL
• Gagasan asas tunggal pada awalnya menimbulkan reaksi yang cukup keras dari berbagai pimpinan Islam dan
beberapa Purnawirawan militer. Namun Presiden Soeharto tetap mengajukan gagasannya kepada MPR.
• Melalui sidang MPR ‘asas tunggal’ akhirnya diterima menjadi ketetapan MPR, yaitu Tap MPR No. II/1983.
• Tanggal 19 Januari 1985, pemerintah dengan persetujuan DPR, mengeluarkan UU No. 3/1985 yang
menetapkan bahwa parpol dan Golkar harus menerima Pancasila sebagai asas tunggal mereka.
• 4 bulan kemudian, tanggal 17 Juni 1985, pemerintah mengeluarkan UU No.8/1985 tentang ormas, yang
menetapkan bahwa seluruh organisasi sosial atau massa harus mencantumkan Pancasila sebagai asas tunggal
mereka.
SETELAH PENYERAGAMAN

• Sudah tidak ada lagi orsospol yang berasaskan


selain Pancasila.
• Demokrasi Pancasila yang mengakui hak hidup
“ Bhinneka Tunggal Ika”, dipergunakan oleh
pemerintahan ORBA untuk mematikan
kebhinekaan, termasuk memenjarakan atau
mencekal tokoh- tokoh pengkritik kebijakan
pemerintah ORBA

Anda mungkin juga menyukai