Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah tentang situasi Politik Dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin, makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Permasalahan ........................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................... 1
BAB II KERANGKA PEMBAHASAN....................................................... 2
2.1 Situasi Politik Emokrasi Terpimpin.......................................... 2
2.2 Situasi Ekonomi Demokrasi Terpimpin..................................... 5
BAB III PENUTUP........................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan............................................................................... 9
3.2 Saran. ....................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ……………………….................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat atas Negara untuk dijalankan oleh pemerintahan tesebut. Di
Indonesia pada masa pemerintahan Orde Lama pernah menggunakan model pemerintahan
Demokrasi Parlementer. Akan tetapi, Demokrasi Parlementer ini gagal dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi pada masa awal kemerdekaan, maka Orde Lama kemudian
beralih ke Demokrasi Terpimpin. Sistem ini diterapakan pada masa kedua jabatan Soekarno
pada tahun 1959 sampai 1966. Demokrasi Terpimpin adalah sebuah pemerintahan demokrasi
dengan meningkatkan otokrasi. Dalam sistem demokrasi ini, seluruh keputusan berpusat pada
pemimpin Negara yaitu Presiden Soekarno. Konsep ini pertama kali diumumkan oleh
Presiden dalam pembukaan Sidang Konstituante pada tanggal 10 November 1956.
1.2 TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Latar belakang
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno :
1. Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi
liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
2. Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa
demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet
tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
3. Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno
diawali oleh anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk
menggantikan UUDS 1950adalah UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro
dan kontra di kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya,
diadakan pemungutan suara yang diikuti oleh seluruh anggota konstituante .
Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang timbul dari
pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut.
Hasil pemungutan suara menunjukan bahwa :
269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945
119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat
direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang menyetujui
usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137
UUDS 1950. Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekrit
yang disebut Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1. Tidak berlaku kembali UUDS 1950
2. Berlakunya kembali UUD 1945
3. Dibubarkannya konstituante
4. Pembentukan MPRS dan DPAS
2
persekutuan konsepsi yang sedang marak di Indonesia kala itu, yaitu antara
ideologi nasionalisme, agama(Islam) dan komunisme yang dinamakan NASAKOM.
Pada tahun 1962, perebutan Irian Barat secara militer oleh Indonesia yang
dilangsungkan dalam Operasi Trikora mendapat dukungan penuh dari kepemimpinan
PKI, mereka juga mendukung penekanan terhadap perlawanan penduduk adat yang
tidak menghendaki integrasi dengan Indonesia.
Menurut Bung Hatta, Demokrasi Terpimpin sebagai sebuah konsepsi mempunyai tujuan
baik, tetapi cara-cara dan langkah-langkah yang hendak diambil untuk
melaksanakannya terlihat menjauhkan dari tujuan baik tersebut. Hal ini terbukti dengan
beberapa tindakan Presiden Soekarno, di antaranya membubarkan DPR hasil Pemilu.
Dalam periode Demokrasi Terpimpin, Partai Komunis Indonesia (PKI) berusaha
menempatkan dirinya sebagai golongan yang Pancasilais. Kekuatan politik pada
Demokrasi Terpimpin terpusat di tangan Presiden Soekarno dengan TNI-AD dan PKI di
sampingnya. Ajaran Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis) ciptaan Presiden Soekarno
sangat menguntungkan PKI. Ajaran Nasakom menempatkan PKI sebagai unsur yang sah
dalam konstelasi politik Indonesia. Dengan demikian kedudukan PKI semakin kuat, PKI
semakin meningkatkan kegiatannya dengan berbagai isu yang memberi citra sebagai
partai yang paling manipolis dan pendukung Bung Karno yang paling setia. Selama masa
3
Demokrasi Terpimpin, PKI terus melaksanakan program-programnya secara revolusioner.
Bahkan mampu menguasai konstelasi politik. Puncak kegiatan PKI adalah melakukan
kudeta terhadap pemerintahan yang sah pada tanggal 30 September 1965.
4
Di tengah situasi konflik Indonesia - Malaysia, Malaysia dicalonkan sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Masalah ini mendapat reaksi keras dari Presiden
Soekarno. Namun akhirnya Malaysia tetap terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Terpilihnya Malaysia tersebut mendorong Indonesia keluar dari PBB.
Secara resmi Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965.
c. Politik Mercusuar
Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa Indonesia
merupakan mercusuar yg dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia.
Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan spektakuler yg
diharapkan dpt menempatkan Indonesia pada kedudukan yg terkemuka di kalangan
Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yg sangat besar, mencapai milyaran
rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO (Games of the New Emerging
Forces ), pendirian kompleks Olahraga Senayan serta MONAS (Monumen Nasional).
d. Politik Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok merupakan gerakan persaudaraan negara-negara Asia-Afrika yg
kehidupan politiknya tidak terpengaruh oleh Blok Barat maupun Blok Timur.
Selanjutnya gerakan ini memusatkan perjuangannya pada gerakan kemerdekaan
bangsa-bangsa Asia-Afrika dan mencegah perluasan Perang Dingin.
GNB merupakan gerakan yang bebas mendukung perdamaian dunia dan kemanusiaan.
Bagi RI, GNB merupakan pancaran dan revitalisasi dari UUD1945 baik dalam skala
nasional dan internasional
5
Mempersiapkan rancangan Undang-Undang Pembangunan Nasional Indonesia
yang berencana dan bertahap.
Mengawasi dan menilai penyelenggaraan proses pembangunan tersebut.
Tugas dan bidang kerja badan ini secara tegas ditetapkan dalam Undang-Undang No.
80/1958, 19 Januari 1958, serta Peraturan Pemerintah No.2/1958.
Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depernas berhasil menyusun Rancangan
Dasar Undang-undang Pembangunan Nasional Sementara Berencana tahapan tahun
1961-1969 yang disetujui oleh MPRS melalui TAP No. 2/MPRS/1960. Mengenai
masalah pembangunan terutama mengenai perencanaan dan pembangunan proyek
besar dalam bidang industri dan prasarana tidak dapat berjalan dengan lancar sesuai
harapan. 1963 Dewan Perancang Nasional (Depernas) diganti dengan nama Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden Sukarno.
Pada tahun 1959 Indonesia mengalami tingkat inflasi yang sangat tinggi.Latar
Belakang meningkatnya laju inflasi :
Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lainnya mengalami
kemerosotan.
Nilai mata uang rupiah mengalami kemerosotan
Anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar
Pinjaman luar negeri tidak mampu mengatasi masalah yang ada
Upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun swasta guna penghematan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran belanja tidak berhasil
Penertiban administrasi dan manajemen perusahaan guna mencapai keseimbangan
keuangan tak memberikan banyak pengaruh
Penyaluran kredit baru pada usaha-usaha yang dianggap penting bagi
kesejahteraan rakyat dan pembangunan mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut disebabkan karena:
1) Pemerintah tidak mempunyai kemauan politik untuk menahan diri dalam
melakukan pengeluaran.
2) Pemerintah menyelenggarakan proyek-proyek mercusuar seperti GANEFO
(Games of the New Emerging Forces ) dan CONEFO (Conferenceof the New
Emerging Forces) yang memaksa pemerintah untuk memperbesar
pengeluarannya pada setiap tahunnya.
Dampaknya :
1) Inflasi semakin bertambah tinggi
2) Harga-harga semakin bertambah tinggi
3) Kehidupan masyarakat semakin terjepit
4) Indonesia pada tahun 1961 secara terus menerus harus membiayai kekeurangan
neraca pembayaran dari cadangan emas dan devisa
5) Ekspor semakin buruk dan pembatasan Impor karena lemahnya devisa.
6) 1965, cadangan emas dan devisa telah habis bahkan menunjukkan saldo negatif
sebesar US$ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi dengan Malaysia dan
negara-negara barat.
6
KebijakanPemerintah :
Keadaan defisit negara yang semakin meningkat ini diakhiri pemerintah dengan
pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Sehingga menambah berat angka
inflasi.
13 Desember 1965 pemerintah mengambil langkah devaluasi dengan menjadikan
uang senilai Rp. 1000 menjadi Rp. 1.
7
Pada tahun 1963, Dewan Perancang Nasional berubah wujud menjadi Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan dipimpin langsung oleh
Presiden Soekarno,
1) Selain membentuk Bappenas, pemerintah juga menangani krisis moneter
dengan mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan perekonomian, yang antara
lain sebagai berikut:Pendirian Bank Tunggal Milik Negara. Tujuan dari
kebijakan ini adalah untuk menyediakan wadah bagi arus perputaran sirkulasi
antarbank, baik bank sentral maupun bank umum.
2) Pengeluaran uang baru yang nilainya 1000 kali dari uang rupiah lama.
Kebijakan ini mengakibatkan kemunduran ekonomi dan moneter Indonesia
karena nilai rupiah baru dan lama memiliki perbandingan 10:1 jumlah
pengeluaran pemerintah pun turut meningkat dari Rp. 3 miliar menjadi Rp. 30
milar.
Untuk mengatasi krisis ekonomi, pada masa demokrasi terpimpin diadakan
berbagai pembaharuan seperti:
1) Membentuk Dekon (Deklarasi Ekonomi)
Tujuan membentuk Dekon adalah menciptakan iklim ekonomi yang mendukung
kesejahteraan masyarakat dengan mencanangkan Program Politik Berdikari.
Cara ini dilakukan karena tidak mudah untuk mendapatkan pinjaman dari luar
negeri akibat Indonesia dikucilkan dari pergaulan internasional.
2) Membentuk Kotoe (Komando Tertinggi Operasi Ekonomi)
Tujuannya untuk mengatur perekonomian negara semakin sentralistik.
3) Membentuk Kesop (Kesatuan Ekonomi)
Tujuannya adalah untuk meningkatkan sektor perdagangan.
4) Membentuk Bank Sentral
5) Pada masa demokrasi terpimpin, kondisi Indonesia semakin beruk, terutama
sektor ekonomi. Hal itu disebabkan karena beberapa hal yaitu:
Terjadinya penyelewengan ekonomi karena miskinnya pengetahuan
ekonomi.
Semua permasalahan ekonomi diselesaikan dengan kebijakan politis.
Organisasi pemerintahan yang buruk sehingga menimbulkan koordinasi
yang tidak baik antarlembaga negara. Akibatnya, kebijakan yang dibuat
banyak berhenti di tengah jalan dan tidak selesai.
Kebijakan-kebijakan perekonomian yang dikeluarkan oleh pemerintah pada masa
demokrasi terpimpin memiliki pertentangan dengan kebijakan dan peraturan-peraturan
lain yang dikeluarkan presiden. Hal ini disebabkan oleh adanya kewenangan presiden
dalam membuat peraturan lain yang setingkat dengan undang-undang. Kondisi
perekonomian Indonesia semakin menunjukkan kemunduran hingga tahun 1966.
BAB III
8
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Dalam makalah ini, penulis berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat
mengetahui tentang Demokrasi Terpmpin yang pernah ada dan berlaku di Indonesia dan
system Pelaksanaannya.
Penulis juga menyadari bahwasanya dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan materi, sehingga penulis mengharapkan saran dan
kritikan yang sifatnya membangun dari rekan-rekan untuk kesempurnaan makalah yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
9
http://rusdiaswaj.blogspot.com/2014/04/makalah-sejarah-demokrasi-terpimppin-ma.html
http://sayutinew.blogspot.com/2015/03/makalah-dampak-demokrasi-terpimpin.html
10