Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah tentang situasi Politik Dan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin, makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Bireuen, 08 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Permasalahan ........................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................... 1
BAB II KERANGKA PEMBAHASAN....................................................... 2
2.1 Situasi Politik Emokrasi Terpimpin.......................................... 2
2.2 Situasi Ekonomi Demokrasi Terpimpin..................................... 5
BAB III PENUTUP........................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan............................................................................... 9
3.2 Saran. ....................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ……………………….................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat atas Negara untuk dijalankan oleh pemerintahan tesebut. Di
Indonesia pada masa pemerintahan Orde Lama pernah menggunakan model pemerintahan
Demokrasi Parlementer. Akan tetapi, Demokrasi Parlementer ini gagal dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi pada masa awal kemerdekaan, maka Orde Lama kemudian
beralih ke Demokrasi Terpimpin. Sistem ini diterapakan pada masa kedua jabatan Soekarno
pada tahun 1959 sampai 1966. Demokrasi Terpimpin adalah sebuah pemerintahan demokrasi
dengan meningkatkan otokrasi. Dalam sistem demokrasi ini, seluruh keputusan berpusat pada
pemimpin Negara yaitu Presiden Soekarno. Konsep ini pertama kali diumumkan oleh
Presiden dalam pembukaan Sidang Konstituante pada tanggal 10 November 1956.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Situasi Politik Demokrasi Terpimpin


2. Bagaimana Situasi Ekonomi Demokrasi Terpimpin

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui tentang Situasi Demokrasi Terpimpin


3. Mengetahui Tentang Situasi Ekonomi Demokrasi Terpimpin

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SITUASI POLITIK MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Sejarah Indonesia (1959-1966) adalah masa di mana sistem "Demokrasi Terpimpin"


sempat berjalan di Indonesia. Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana
seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara, kala itu Presiden
Soekarno. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden
Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.

 Latar belakang
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno :
1. Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi
liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
2. Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa
demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet
tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
3. Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno
diawali oleh anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk
menggantikan UUDS 1950adalah UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro
dan kontra di kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya,
diadakan pemungutan suara yang diikuti oleh seluruh anggota konstituante .
Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang timbul dari
pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut.
Hasil pemungutan suara menunjukan bahwa :
 269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945
 119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945

Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat
direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang menyetujui
usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137
UUDS 1950. Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekrit
yang disebut Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1. Tidak berlaku kembali UUDS 1950
2. Berlakunya kembali UUD 1945
3. Dibubarkannya konstituante
4. Pembentukan MPRS dan DPAS

Partai Komunis Indonesia (PKI) menyambut "Demokrasi Terpimpin" Soekarno dengan


hangat dan anggapan bahwa PKI mempunyai mandat untuk mengakomodasi

2
persekutuan konsepsi yang sedang marak di Indonesia kala itu, yaitu antara
ideologi nasionalisme, agama(Islam) dan komunisme yang dinamakan NASAKOM.
Pada tahun 1962, perebutan Irian Barat secara militer oleh Indonesia yang
dilangsungkan dalam Operasi Trikora mendapat dukungan penuh dari kepemimpinan
PKI, mereka juga mendukung penekanan terhadap perlawanan penduduk adat yang
tidak menghendaki integrasi dengan Indonesia.

 Dampak ke situasi politik


Era "Demokrasi Terpimpin" diwarnai kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan
kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen
kaum buruh dan petaniIndonesia. Kolaborasi ini tetap gagal memecahkan masalah-
masalah politis dan ekonomi yang mendesak Indonesia kala itu.
Pendapatan ekspor Indonesia menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik
dan korupsi kaum birokrat dan militer menjadi wabah sehingga situasi politik Indonesia
menjadi sangat labil dan memicu banyaknya demonstrasi di seluruh Indonesia,
terutama dari kalangan buruh, petani, dan mahasiswa.

 Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Terpimpin


1. Kondisi Politik Dalam Negeri pada Masa Demokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin yang menggantikan sistem Demokrasi Liberal, berlaku tahun
1959 – 1965. Pada masa Demokrasi Terpimpin kekuasaan presiden sangat besar
sehingga cenderung ke arah otoriter. Akibatnya sering terjadi penyimpangan
terhadap UUD 1945. Berikut ini beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan
UUD 1945 yang terjadi semasa Demokrasi Terpimpin.
a. Pembentukan MPRS melalui Penetapan Presiden No. 2/1959.
b. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden.
c. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955.
d. GBHN yang bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959
yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita" ditetapkan oleh DPA bukan
oleh MPRS.
e. Pengangkatan presiden seumur hidup.

Menurut Bung Hatta, Demokrasi Terpimpin sebagai sebuah konsepsi mempunyai tujuan
baik, tetapi cara-cara dan langkah-langkah yang hendak diambil untuk
melaksanakannya terlihat menjauhkan dari tujuan baik tersebut. Hal ini terbukti dengan
beberapa tindakan Presiden Soekarno, di antaranya membubarkan DPR hasil Pemilu.
Dalam periode Demokrasi Terpimpin, Partai Komunis Indonesia (PKI) berusaha
menempatkan dirinya sebagai golongan yang Pancasilais. Kekuatan politik pada
Demokrasi Terpimpin terpusat di tangan Presiden Soekarno dengan TNI-AD dan PKI di
sampingnya. Ajaran Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis) ciptaan Presiden Soekarno
sangat menguntungkan PKI. Ajaran Nasakom menempatkan PKI sebagai unsur yang sah
dalam konstelasi politik Indonesia. Dengan demikian kedudukan PKI semakin kuat, PKI
semakin meningkatkan kegiatannya dengan berbagai isu yang memberi citra sebagai
partai yang paling manipolis dan pendukung Bung Karno yang paling setia. Selama masa

3
Demokrasi Terpimpin, PKI terus melaksanakan program-programnya secara revolusioner.
Bahkan mampu menguasai konstelasi politik. Puncak kegiatan PKI adalah melakukan
kudeta terhadap pemerintahan yang sah pada tanggal 30 September 1965.

 Politik Luar Negeri Masa Demokrasi Terpimpin


Politik luar negeri masa Demokrasi Terpimpin lebih condong ke blok Timur. Indonesia
banyak melakukan kerja sama dengan negara-negara blok komunis, seperti Uni Soviet,
RRC, Kamboja, maupun Vietnam. Berikut ini beberapa contoh pelaksanaan politik luar
negeri masa Demokrasi Terpimpin.
Menurut UUD 1945, politik luar negeri yang dianut bangsa Indonesia adalah politik
luar negeri bebas aktif. Bebas artinya tidak memihak terhadap dua blok yang saat itu
sedang konflik yaitu blok Barat dan Blok Timur. Konsep aktif bermakna Indonesia
senantiasa ikut serta aktif dan berpartisipasi dalam mewujudkan perdamaian dunia.
a. Oldefo dan Nefo
Oldefo (The Old Established Forces), yaitu dunia lama yang sudah mapan
ekonominya, khususnya negara-negara Barat yang kapitalis. Nefo (The New Emerging
Forces), yaitu negara-negara baru. Indonesia menjauhkan diri dari negara-negara
kapitalis (blok oldefo) dan menjalin kerja sama dengan negara-negara komunis (blok
nefo). Hal ini terlihat dengan terbentuknya Poros Jakarta – Peking (Indonesia – Cina)
dan Poros Jakarta – Pnom Penh – Hanoi – Peking – Pyongyang ( Indonesia – Kamboja
– Vietnam Utara - Cina – Korea Utara).
b. Konfrontasi dengan Malaysia
Pada tahun 1961 muncul rencana pembentukan negara Federasi Malaysia yang terdiri
dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah. Rencana
tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno karena dianggap sebagai proyek
neokolonialisme dan dapat membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai.
Keberatan atas pembentukan Federasi Malaysia juga muncul dari Filipina yang
mengklaim daerah Sabah sebagai wilayah negaranya. Pada tanggal 9 Juli 1963
Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman menandatangani dokumen tentang
pembentukan Federasi Malaysia. Kemudian, tanggal 16 September 1963 pemerintah
Malaya memproklamasikan berdirinya Federasi Malaysia.
Dalam rangka konfrontasi Malaysia, Indonesia juga mengadakan operasi militer yang
diberi nama "Operasi Siaga" yang berupa penyusupan pasukan Indonesia ke wilayah
musuh di Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara. Panglima Siaga yang ditunjuk
oleh Presiden Soekarno adalah Marsekal Madya Umar Dhani.
Menghadapi tindakan Malaysia tersebut, Indonesia mengambil kebijakan konfrontasi.
Pada tanggal 17 September 1963 hubungan diplomatik antara dua negara putus.
Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan Dwi Komando
Rakyat (Dwikora),
isinya:
1) perhebat ketahanan revolusi Indonesia, dan
2) bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah,
dan Brunei untuk memerdekakan diri dan menggagalkan negara boneka Malaysia.

4
Di tengah situasi konflik Indonesia - Malaysia, Malaysia dicalonkan sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Masalah ini mendapat reaksi keras dari Presiden
Soekarno. Namun akhirnya Malaysia tetap terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB. Terpilihnya Malaysia tersebut mendorong Indonesia keluar dari PBB.
Secara resmi Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965.
c. Politik Mercusuar
Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa Indonesia
merupakan mercusuar yg dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia.
Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan spektakuler yg
diharapkan dpt menempatkan Indonesia pada kedudukan yg terkemuka di kalangan
Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yg sangat besar, mencapai milyaran
rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO (Games of the New Emerging
Forces ), pendirian kompleks Olahraga Senayan serta MONAS (Monumen Nasional).
d. Politik Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok merupakan gerakan persaudaraan negara-negara Asia-Afrika yg
kehidupan politiknya tidak terpengaruh oleh Blok Barat maupun Blok Timur.
Selanjutnya gerakan ini memusatkan perjuangannya pada gerakan kemerdekaan
bangsa-bangsa Asia-Afrika dan mencegah perluasan Perang Dingin.
GNB merupakan gerakan yang bebas mendukung perdamaian dunia dan kemanusiaan.
Bagi RI, GNB merupakan pancaran dan revitalisasi dari UUD1945 baik dalam skala
nasional dan internasional

2.2 SISTEM EKONOMI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Pada dasarnya tujuan pemerintah Indonesia menjalankan prinsip ekonomi


terpimpin ialah mewujudkan masyarakat sosialis Indonesia. Dalam pelaksanaannya
kebijakan ekonomi terpimpin berubah menjadi sistem yang bernama “Sistem Lisensi”.
Dalam sistem ini orang-orang yang dapat melaksanakan kegiatan perekonomian, terutama
impor hanyalah orang-orang yang mendapat Lisensi atau ijin khusus dari pemerintah.
Untuk mengatasi “Sistem Lisensi “ tersebut presiden mengeluarkan Deklarasi
Ekonomi (DEKON) pada tanggal 23 Maret 1963. Dari deklarasi ini dikeluarkannya
peraturan tentang ekspor-impor dan masalah penetapan harga. Namun, pada akhirnya
DEKON juga tidak berdaya mengatasi kesulitan ekonomi Indonesia.
Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka ekonomipun
mengikuti ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin merupakan bagian dari
demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas ekonomi disentralisasikan di pusat
pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan dari pusat. Langkah yang
ditempuh pemerintah untuk menunjang pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut.
Pada masa Kabinet Djuanda pada tahun 1958, pemerintah membuat sebuah
undang-undang perencanaan untuk membentuk badan perekonomian untuk meningkatkan
taraf ekonomi bangsa. Badan ini dinamakan Dewan Perancang Nasional (DEPERNAS)
yang dipimpin oleh Mohammad Yamin sebagai wakil kepala menteri . Adapun tugas dari
Dewan Perancang Nasional tersebut adalah :

5
 Mempersiapkan rancangan Undang-Undang Pembangunan Nasional Indonesia
yang berencana dan bertahap.
 Mengawasi dan menilai penyelenggaraan proses pembangunan tersebut.
Tugas dan bidang kerja badan ini secara tegas ditetapkan dalam Undang-Undang No.
80/1958, 19 Januari 1958, serta Peraturan Pemerintah No.2/1958.
Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depernas berhasil menyusun Rancangan
Dasar Undang-undang Pembangunan Nasional Sementara Berencana tahapan tahun
1961-1969 yang disetujui oleh MPRS melalui TAP No. 2/MPRS/1960. Mengenai
masalah pembangunan terutama mengenai perencanaan dan pembangunan proyek
besar dalam bidang industri dan prasarana tidak dapat berjalan dengan lancar sesuai
harapan. 1963 Dewan Perancang Nasional (Depernas) diganti dengan nama Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden Sukarno.
Pada tahun 1959 Indonesia mengalami tingkat inflasi yang sangat tinggi.Latar
Belakang meningkatnya laju inflasi :
 Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lainnya mengalami
kemerosotan.
 Nilai mata uang rupiah mengalami kemerosotan
 Anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar
 Pinjaman luar negeri tidak mampu mengatasi masalah yang ada
 Upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun swasta guna penghematan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran belanja tidak berhasil
 Penertiban administrasi dan manajemen perusahaan guna mencapai keseimbangan
keuangan tak memberikan banyak pengaruh
 Penyaluran kredit baru pada usaha-usaha yang dianggap penting bagi
kesejahteraan rakyat dan pembangunan mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut disebabkan karena:
1) Pemerintah tidak mempunyai kemauan politik untuk menahan diri dalam
melakukan pengeluaran.
2) Pemerintah menyelenggarakan proyek-proyek mercusuar seperti GANEFO
(Games of the New Emerging Forces ) dan CONEFO (Conferenceof the New
Emerging Forces) yang memaksa pemerintah untuk memperbesar
pengeluarannya pada setiap tahunnya.
 Dampaknya :
1) Inflasi semakin bertambah tinggi
2) Harga-harga semakin bertambah tinggi
3) Kehidupan masyarakat semakin terjepit
4) Indonesia pada tahun 1961 secara terus menerus harus membiayai kekeurangan
neraca pembayaran dari cadangan emas dan devisa
5) Ekspor semakin buruk dan pembatasan Impor karena lemahnya devisa.
6) 1965, cadangan emas dan devisa telah habis bahkan menunjukkan saldo negatif
sebesar US$ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi dengan Malaysia dan
negara-negara barat.

6
 KebijakanPemerintah :
 Keadaan defisit negara yang semakin meningkat ini diakhiri pemerintah dengan
pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Sehingga menambah berat angka
inflasi.
 13 Desember 1965 pemerintah mengambil langkah devaluasi dengan menjadikan
uang senilai Rp. 1000 menjadi Rp. 1.

Dampaknya dari kebijakan pemerintah tersebut :


 Uang rupiah baru yang seharusnya bernilai 1000 kali lipat uang rupiah lama akan
tetapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih
tinggi dari uang rupiah baru.
 Tindakan moneter pemerintah untuk menekan angka inflasi malahan menyebabkan
meningkatnya angka inflasi.
Pemerintah secara sigap bereaksi dengan mengeluarkan kebijakan
perekonomian dengan cara devaluasi. Tujuan dilakukan devaluasi yaitu:
1) Guna membendung inflasi yang tetap tinggi
2) Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyaraka
3) Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.
Maka pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah mengumumkan keputusannya
mengenai penuruan nilai uang (devaluasi) yaitu:
1) Mengurangi jumlah peredaran uang dalam negeri. Kebijakan itu mengarah pada
praktik devaluasi dari Rp. 1000 menjadi Rp. 100.
2) Pembekuan sebagian dari seluruh simpanan uang di bank-bank di seluruh
Indonesia yang melebihi Rp. 25.000. Peraturan ini bertujuan untuk mengurangi
banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat.
3) Uang kertas Rp. 1000 dan Rp.500 yang telah diubah menjadi Rp.100 dan Rp. 50
harus dengan uang kertas yang baru sebelum 1 Januari 1959.
Tetapi usaha pemerintah tersebut tetap tidak mampu mengatasi kemerosotan
ekonomi yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam bidang moneter. Para pengusaha
daerah di seluruh Indonesia tidak mematuhi sepenuhnya ketentuan keuangan tersebut.
Pada masa pemotongan nilai uang memang berdampak pada harga barang menjadi
murah tetapi tetap saja tidak dapat dibeli oleh rakyat karena mereka tidak memiliki
uang. Hal ini disebabkan karena :
1) Penghasilan negara berkurang karena adanya gangguan keamanan akibat pergolakan
daerah yang menyebabkan ekspor menurun
2) Pengambilalihan perusahaan Belanda pada tahun 1958 yang tidak diimbangi oleh
tenaga kerja manajemen yang cakap dan berpengalaman.
3) Pengeluaran biaya untuk penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, RI sedang
mengeluarkan kekuatan untuk membebaskan Irian Barat.
`Kemunduran perekonomian Republik Indnesia tampak dari meningginya
kembali nilai peredaran uang rupiah adanya proyek mercusuar Gabefo (Games of
the New Emerging Forces) pada tahun 1962 juga menjadi penghambat
pembangunan ekonomi dan moneter Indonesia.

7
Pada tahun 1963, Dewan Perancang Nasional berubah wujud menjadi Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan dipimpin langsung oleh
Presiden Soekarno,
1) Selain membentuk Bappenas, pemerintah juga menangani krisis moneter
dengan mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan perekonomian, yang antara
lain sebagai berikut:Pendirian Bank Tunggal Milik Negara. Tujuan dari
kebijakan ini adalah untuk menyediakan wadah bagi arus perputaran sirkulasi
antarbank, baik bank sentral maupun bank umum.
2) Pengeluaran uang baru yang nilainya 1000 kali dari uang rupiah lama.
Kebijakan ini mengakibatkan kemunduran ekonomi dan moneter Indonesia
karena nilai rupiah baru dan lama memiliki perbandingan 10:1 jumlah
pengeluaran pemerintah pun turut meningkat dari Rp. 3 miliar menjadi Rp. 30
milar.
Untuk mengatasi krisis ekonomi, pada masa demokrasi terpimpin diadakan
berbagai pembaharuan seperti:
1) Membentuk Dekon (Deklarasi Ekonomi)
Tujuan membentuk Dekon adalah menciptakan iklim ekonomi yang mendukung
kesejahteraan masyarakat dengan mencanangkan Program Politik Berdikari.
Cara ini dilakukan karena tidak mudah untuk mendapatkan pinjaman dari luar
negeri akibat Indonesia dikucilkan dari pergaulan internasional.
2) Membentuk Kotoe (Komando Tertinggi Operasi Ekonomi)
Tujuannya untuk mengatur perekonomian negara semakin sentralistik.
3) Membentuk Kesop (Kesatuan Ekonomi)
Tujuannya adalah untuk meningkatkan sektor perdagangan.
4) Membentuk Bank Sentral
5) Pada masa demokrasi terpimpin, kondisi Indonesia semakin beruk, terutama
sektor ekonomi. Hal itu disebabkan karena beberapa hal yaitu:
 Terjadinya penyelewengan ekonomi karena miskinnya pengetahuan
ekonomi.
 Semua permasalahan ekonomi diselesaikan dengan kebijakan politis.
 Organisasi pemerintahan yang buruk sehingga menimbulkan koordinasi
yang tidak baik antarlembaga negara. Akibatnya, kebijakan yang dibuat
banyak berhenti di tengah jalan dan tidak selesai.
Kebijakan-kebijakan perekonomian yang dikeluarkan oleh pemerintah pada masa
demokrasi terpimpin memiliki pertentangan dengan kebijakan dan peraturan-peraturan
lain yang dikeluarkan presiden. Hal ini disebabkan oleh adanya kewenangan presiden
dalam membuat peraturan lain yang setingkat dengan undang-undang. Kondisi
perekonomian Indonesia semakin menunjukkan kemunduran hingga tahun 1966.

BAB III

8
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Konstituante yang diharapkan mampu menghasilkan UUD ternyata gagal,sehingga


tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang membubarkan
Konstituante, menyatakan kembali ke UUD 1945, dan pembentukan MPRS dan DPAS.
Keluarnya Dekrit Presiden menjadi tonggak lahirnya Demokrasi Terpimpin. Demokrasi
Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak setabil sebagai warisan
masa Demokrasi Liberal menjadi lebih mantap/stabil.
Namun pada pelaksanaannya masa Demokrasi Terpimpin mengalami berbagai macam
bentuk penyimpangan. Penyimpangan tersebut diakibatkan oleh terpusatnya kekuatan politik
pada Presiden Soekarno. Pada masa Demokrasi Terpimpin terjadi beberapa penyimpangan
terhadap Pancasila, dan UUD 1945 termasuk kebijakan politik luar negeri. Pembubaran DPR
hasil pemilu, pengangkatan presiden seumur hidup, terbentuknya poros Jakarta-Peking,
konfrontasi dengan Malaysia, sampai keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB merupakan
sejumlah contoh dari penyimpangan tersebut.

3.2 SARAN

Dalam makalah ini, penulis berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat
mengetahui tentang Demokrasi Terpmpin yang pernah ada dan berlaku di Indonesia dan
system Pelaksanaannya.
Penulis juga menyadari bahwasanya dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan materi, sehingga penulis mengharapkan saran dan
kritikan yang sifatnya membangun dari rekan-rekan untuk kesempurnaan makalah yang
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

9
http://rusdiaswaj.blogspot.com/2014/04/makalah-sejarah-demokrasi-terpimppin-ma.html

http://sayutinew.blogspot.com/2015/03/makalah-dampak-demokrasi-terpimpin.html

10

Anda mungkin juga menyukai