Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah Akhlak Pribadi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A Latar Belakang............................................................................. 1
B Rumusan Permasalahan ............................................................. 1
C Tujuan Penulisan Makalah.......................................................... 1
BAB II KERANGKA PEMBAHASAN....................................................... 2
A Pengertian akhlak .................................................................... 2
B Akhlak pribadi ............................................................................ 3
C Macam macam akhlak pribadi.................................................... 3
BAB III PENUTUP........................................................................................ 20
A Kesimpulan............................................................................... 20
B Saran. ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ……………………….................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit kaum muslimin dalam berakhlak dan beradab
tidak mengindahkan nilai-nilai keislaman. Padahal,islam telah mengatur dengan jelas
tuntunan dalam berakhlak dan beradab sebagaimana yang di contohkan Rasulullah saw.
Akhlak tentunya harus ditanamkan pada diri setiap manusia sejak dini dan di petahankan
hingga ajal mejemput. Karena dengan adanya sifat akhlak pada diri manusia dapat
menciptakan kehidupan yang damai bahagia dunia dan akhirat. Tetapi akhlak manusia di
dunia pada saat ini sudah mulai hilang dalam diri manusia. Sebagai contohnya semakin
maraknya tindakan korupsi dikalangan pejabat baik daerah maupun Negara. Ini sangat
disesalakan oleh banyak pihak terutama masyarakat. Pejabat yang sudah diberi kekuasaan
tidak bisa dipercaya dan tidak jujur dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,yang berarti
tidak konsekuen dalam bekerja. Yang mengakibatkan masyarakat saat ini sudah mulai tidak
percaya dengan orang-orang yang bekerja sebagai pejabat dalam setiap pekerjaan yang
dikerjakan. Karena tindakan korupsi sangat merugikan banyak orang,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlaq
a. Secara Bahasa
Akhlaq berasal dari bahasa Arab yaitu jamak dari khuluqun, yang menurut lughat
diartikan adat kebiasaan, perangai, watak, tabiat, atau pembawaan, adab atau sopan
santun, dan agama. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalaqa yang berarti menciptakan dan khalqun yang berarti juga kejadian.
Kata khalqun, erat hubungannya dengan Khaliq yang berarti pencipta dan
makhluq yang berarti yang di ciptakan dan dari sinilah asal mula perumusan ilmu
akhlak yang merupakan koleksi urgensi yang memungkinkan timbulnya hubungan
yang baik antara Makhluk dengan Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk.
Luis Ma’luf (1986 : 194), Abuddin Nata (2002 : 1) dan Sofyan Sauri (2008 : 136)
menjelaskan bahwa Akhlak adalah bentuk jama dari khuluq, yang bermakna al-
sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-adat (kebiasaan,
kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik) dan ad-din (agama). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007 : 20) akhlak bermakna budi pekerti.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak secara
bahasa adalah perangai, kelakuan, tabiat, watak dasar, kebiasaan, kelaziman,
peradaban yang baik, agama, dan budi pekerti yang baik.
b. Secara Istilah
Abuddin Nata (2002:3-5) mencatat berbagai pengertian tentang akhlaq secara istilah
menurut para ulama, yaitu :
1. Menurut Ibnu Maskawaih
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Menurut Imam Ghozali
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
3. Menurut Ibrahim Anis
Sifat yang tertanam didalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
4. Abdul Karim Zaidan
2
Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan
sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk,
untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.
Dari perngertian para ulama di atas, dapat kita gambarkan bahwa akhlaq
setidaknya memiliki lima karakteristik yaitu :
- Tertanam kuat di dalam jiwa seseorang
- Akhlaq di lakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
- Akhlaq timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan
dan tekanan dari luar
- Akhlaq dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau
karenabersandiwara
- Akhlaq dilakukan ikhlas semata-mata karena Allah bukan karena ingin dipuji
orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.
B. Akhlaq Pribadi
Akhlaq pribadi atau dalam bahasa arab adalah al akhlaq al fardiyah, yakni akhlaq yang
terdiri dari :
Yang diperintahkan ( al awamir )
Yang dilarang ( an nawahi )
Yang dibolehkan ( al mubahat )
Akhlaq dalam keadaan darurat ( al mukhalafah bi al al idhtirar )
3
Artinya :
“Sesungguhnya ash shidq (kejujuran) itu menunjukkan kepada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke surga dan sesungguhnya seorang
bermaksud untuk jujur sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang jujur.
Dan sesungguhnya kedustaan itu menunjukkan kepada kejahatan dan sesungguhnya
kejahatan itu menunjukkan kepada neraka. Sesungguhnya seorang itu bermaksud
untuk berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang suka
berdusta.” (Muttafaq ‘alaih)
Bentuk-bentuk Shiddiq
Seorang Muslim harus selalu bersikap benar dimanapun, kapanpun dan dengan
siapapun. Shidiq terdiri dari lima bagian :
1) Benar Perkataan (shidq al-hadits)
Kita sebagai seorang muslim dan muslimah dalam keadaan apapun dan
dengan siapapun harus bisa berkata yang baik dan benar, baik dalam
menyampaikan informasi, menjawab suatu pertanyaan, dan memerintah
ataupun yang lainnya. Seperti dalam hadits nabi
Artinya : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan
tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)
2) Benar Pergaulan (shidq al-mu’amalah)
Kita sebagai seorang muslim harus bisa bermua’amalah dengan baik kepada
orang lain, tidak bohong, tidak mendusta, dan tidak memalsu. Orang yang
shidiq dalam mu’amalah akan menjadi tawadhu’ ( rendah hati ), jauh dari sifat
sombong dan ria,
Rasulullah saw bersabda :
4
Artinya :
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kamu bersikap
tawadhu’ sehingga tidak ada seorangpun yang menzalimi yang lainnya, dan
juga tidak ada seorangpun yang bersikap sombong terhadap yang lainnya.”
(HR. Muslim)
3) Benar Kemauan (shidq al-a’zam)
Sebagai umat yang beragama, sebaiknya sebelum kita memutuskan suatu
perkara atau suatu hal, lebih baik kita mempertimbangkan dan menilai
dahulu, apakah yang dilakukannya itu benar dan bermanfaat atau tidak.
4) Benar Janji (shidq al-wa’ad)
Apabila berjanji, kita sebagai seorang muslim akan selalu menepatinya.
Mengingkari janji adalah sifat tercela dan salah satu sifat munafik.
Sesungguhnya Allah swt menyukai orang-orang yang selalu menepati
janjinya.
Allah swt berfirman :
Artinya :
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menempati janji (yang dibuatnya)
dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaqwa. (Ali 'Imran : 76)
5) Benar Kenyataan (sidq al-had)
Seorang Muslim akan menampilkan dirinya seperti keadaan yang sebenarnya.
Dia tidak akan menipu kenyataan, misal : tidak memakai baju kepalsuan,
tidak mencari nama, dan tidak pula mengada-ada.
Kebohongan
Sifat bohong adalah sifat tercela, Rasulullah SAW menyatakan bahwasanya
seorang muslim tidak mungkin menjadi pembohong. Seorang muslim harus
menjauhi dari segala bentuk kebohongan, dan dalam bentuk apapun.
Bentuk-bentuk kebohongan:
1) Khianat
5
Sifat khianat adalah sejelek-jeleknya sifat bohong yang dimiliki seseorang.
Allah swt melarang untuk berkhianat, apalagi kepada Allah SWT dan rasul-
Nya.
Allah SWT berfirman :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah swt dan
RasulNya dan jangan (juga) kamu mengkhianati amanat-amanatNya yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. ( QS. Al-Anfal : 27 )
2) Mungkir Janji
Sifat mungkir janji menunjukkan pelakuannya memiliki kepribadian yang
lemah. Sifat itu mencabut kasih sayang dan mendatangkan kemudharatan.
Mungkir janji menyebabkan waktu terbuang sia-sia dan melahirkan angan-
angan kosong. Mungkir janji juga termasuk salah satu sifat orang-orang
munafik.
Rasulullah saw bersabda
Artinya
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika
berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat”. (HR Bukhari)
3) Fitnah
Fitnah adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah swt. Oleh sebab itu Allah
memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk tabayyun
( menyelidiki kebenaran suatu berita ) sebelum mempercayai yang
disampaikan oleh orang fasik.
Allah swt berfirman :
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
6
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(Al-Hujurat : 6)
4) Kesaksian Palsu
Kesaksian palsu merupakan kebohongan yang mendatangkan kemudharatan
besar bagi masyarakat dan termasuk dalam dosa besar.
Rasulullah saw bersabda :
Artinya
Anas ra berkata: “Rasulullah saw. ditanya tentang dosa-dosa besar,
kemudian beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, durhaka kepada
kedua orang tua, membunuh jiwa (manusia), dan saksi palsu.”
5) Gunjing
Sifat menggunjinag adalah sifat seseorang yang memiliki jiwa yang sakit,
tidak ada keinginan dalam hidupnya, yang ada hanya dia akan senang jika
melihat seseorang bermusuhan dan bertengkar. Allah memberi perumpamaan
orang-orang yang memilik sifat gunjing seperti memakan bangkai
saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata melawan gunjing adalah
dengan tidak mendengarkannya.
Allah berfirman :
Artinya
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang. (Al- Hujurat : 12)
7
b. Amanah
Amanah secara etimologis dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina-
amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan.
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk
dilaksanakan. Amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan aman,
sehingga mu'min berarti yang beriman, yang mendatangkan keamanan, juga yang
memberi dan menerima amanah. Orang yang beriman disebut juga al-mu'min, karena
orang yang beriman menerima rasa aman, iman dan amanah. Bila orang tidak
menjalankan amanah berarti tidak beriman dan tidak akan memberikan rasa aman
baik untuk dirinya dan sesama masyarakat lingkungan sosialnya. Amanah adalah
jalan menuju kesuksesan.
Allah swt berfirman:
8
1) Memelihara Titipan dan Mengembalikannya Seperti Semula.
Apabila seorang muslim dititipi oleh orang lain, misalnya barang berharga.
Sekalipun dalam penitipan tidak ada bukti transaksai tertulis, titipan itu harus
dipelihara dengan baik dan pada saatnya dikembalikan kepada yang punya
haruslah dalam keadaan utuh seperti semula.
Allah swt berfirman
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS.An-nisa : 58)
2) Menjaga Rahasia
Seorang muslim akan dapat menjaga rahasianya baik itu rahasia
pribadi,keluarga, organisaisi, dan lain sebagainya agar tidak di ketahui orang
lain. Apabila seseorang menyampaikan sesuatu yang penting dan rahasia kepada
kita, itulah amanah yang harus kita jaga.
Rasulullah saw bersabda :
Artinya : Nabi pernah membisikkan suatu perkara rahasia kepadaku, maka hal
itu aku tak akan kuceritakan kepada siapapun. Dan sungguh Ummu Sulaim pun
pernah bertanya tentang rahasia tersebut, namun aku tak menceritakannya.
[HR. Bukhari No.5815].
3) Tidak Menyalahgunakan Jabatan
Jabatan adalah suatu amanah yang harus dijaga. Hukumnya wajib.
Penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, baik keluarga, ataupun
kelompoknya termasuk perbuatan tercela yang melanggar amanah, hukumnya
haram.
Misalnya seorang seseorang yang di percaya menjadi wakil rakyat akan tetapi
justru mengambil hak- hak rakyat, berarti dia telah menyalahgunakan amanah
yang telah diberikan oleh rakyat sebagai wakil rakyat.
Rasulullah saw bersabda :
“Barangsiapa yang kami angkat menjadi karyawan untuk mengerjakan
sesuatu, dan kami beri upah menurut semestinya, maka apa yang ia ambil lebih
dari upah yang semestinya, maka itu namanya korupsi”. (HR. Abu Dawud dari
Buraidah).
9
4) Menunaikan Kewajiban dengan Baik.
Semua tugas yang diberikan Allah kepada manusia, maka manusia
wajib menjalankannya karena itu semua ada pertanggung jawabannya
dihadapan Allah swt.Betapapun kecilnya, akan dihisab oleh Allah swt.
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun niscaya Allah swt
akan melihatnya.” (QS. Zalzalah : 8)
5) Memelihara Nikmat Yang Telah Diberikan Oleh Allah
Semua nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan suatu
amanah yang harus dijaga dengan baik. Termasuk didalamnya umur, kesehatan,
rizki, nikmat, harta benda dan lain sebagainya. Misalnya harta benda yang
diberikan oleh Allah harus digunakan untuk mencari ridho Allah, selalu
bersyukur dan membiasakan bersedekah.
Khianat
Lawan dari sifat Amanah adalah khianat.
Kata khianat berasal dari bahasa arab yang berupa bentuk masdar dari kata kerja “ -خان
”يخخخونselain “ ”خيانخخةbentuk masdarnya bisa berupa ‘ " خونخخا– وخاونخخة – ومخانخخةyang
semuanya berarti “ ” ان يخخؤتمن ال نسخخان فل ينصخخخsikap tidak bagusnya seseorang ketika
diberi kepercayaan.
Allah swt berfirman :
10
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat ( untuk membela ) orang-orang yang
menghianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An-Nisa :107)
c. Istiqomah
Secara etimologis, istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak
lurus. Dalam terminologi akhlaq istiqomah adalah sikap teguh dalam
mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam
rintangan dan godaan.
Perintah dalam beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran :
Artinya: Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai
mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan
katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku
diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan
kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada
pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-
Nya-lah kembali (kita)".( QS.Asy-Sura: 15 )
Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan dan
amal perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga dimensi
tersebut. Ibarat berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang
lurus yang cepat alam menghantarkan
tujuan.
11
Hal ini tercermin dalam perkataan dan perbuatanya yang benar untuk mensucikan
hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan mengalami beberapa ujian
dari Allah.
Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah
termasuk kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan tetap teguh dalam
mengahadapi kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman,
kemunduran, hambatan dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda,
kemegahan, pujian, kesenangan.
Buah dari Istiqomah
Dalam QS. Funshshilat 41: 30-32 dijelaskan beberapa buah yang akan dipetik oleh
orang yang beristiqomah baik didunia maupun di akhirat.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa buah dari istiqomah adalah :
1) Orang yang beristiqomah akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih yang
negatif. Misalnya takut menghadapi masa depan, takut menyatakan kebenaran
namun orang yang beristiqomah senantiasa akan mendapatkan kesuksesan dalam
kehidupannya didunia karena akan dilindungi oleh Allah.
2) Akan mendapatkan lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendapatkan
kesuksesan dalam kehidupan perjuangan di dunia
Demikianlah sikap istiqomah memang sangat diperlukan dalam kehidupan ini.
Karena tanpa sikap seperti itu seseorang akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri,
dan mudah terombang ambing oleh berbagai macam arus. Orang yang tidak
beristiqomah ibarat baling-baling di atas bukit yang berputar menuruti arah angin
yang berhembus.
d. Iffah
Secara etimologis, iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu-iffah yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik,dan juga berarti kesucian tubuh.
Secara terminologis,iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yanag
akan merendahkan,merusak dan menjatuhkannya.
Nilai dan wibawa seseorang tidaklah di tentukan oleh kekayaan dan jabatannya,dan
tidak pula oleh bentuk dan rupanya,tapi di tentukan oleh kehormatan dirinya.Untuk
menjaga kehormatan diri tersebut,setiap orang haruslah menjauhkan diri dari segala
hal yang dilarang oleh Allah SWT.dia harus bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Bentuk-bentuk Iffah
12
Al-qura’an dan hadis memberikan beberapa contoh dari iffah sebagai berikut:
1) Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah
seksual,seorang Muslim dan Muslimah diperintahkan untuk menjaga pandangan,
penglihatan , pergaulan dan
pakaiannya.
2) Allah swt berfirman:
13
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-nisa:31)
Dan Allah SWT.berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 59,
14
Artinya: “(Berinfaklah)kepada orang orang fakir yang terikat(oleh)jihad di jalan
Allah;mereka tidak dapat (berusaha)di muka bumi ini;orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena mereka memelihara diri dari minta-
minta.kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifat nya,mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak.dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan di jalan Allah maka sesungguh nya Allah Maha Mengetahui”
Meminta-minta adalah perbuatan yang merendahkan kehormatan diri.Dari pada
meminta-minta seorang lebih baik mengerjakan apa saja untuk mendapatkan
penghasilan asal halal sekalipun mengumpulkan kayu api.
4) Untuk menjaga kehormatan diri dari dalam hubungannya dengan kepercayaan
orang lain kepada dirinya,seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam
ketidak jujuran, jangan sekali-kali berkata bohong, ingkar janji, khianat dan lain
sebagainya.
Rasulullah saw bersabda:
Artinya : “Berikanlah jaminan kepadaku terhadap enam perkara,maka aku akan
memberimu enam jaminan kalian masuk syurga.Yaitu, jujurlah bila kamu
berkata,tepatilah bila kamu berjanji, tunaikanlah amanah kepada yang berhak
jika kamu diberi amanah,jagalah kemaluanmu,tegurkanlah pandanganmu,dan
tahanlah tanganmu(sehingga tidak menyakiti orang lain).” (HR.Ahmad dan Ibn
Hibban)
Demikianlah sifat iffah yang sangat di perlukan untuk menjaga kehormatan dan
kesucian diri sehingga tidak ada peluang sedikit pun bagi orang lain (yang tidak
senang dengannya) untuk melemparkan tuduhan dan fitnahan.Orang yang mempunyai
sikap iffah akan dihormati dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dan yang
lebih penting lagi dia akan mendapatkan ridho Allah swt.
e. Mujahadah
Istilah mujahadah berasal dari kata jaahada-yuhaahidu-mujaahadah-jihad yang berarti
mencurahkan segala kemampuan. Dalam konteks akhlaq,mujahadah adalah
mencurahkan segala kemampuan untuk melepas diri dari segala hal yang
menghambat pendekatan diri terhadad Allah swt, baik hambatan yang bersifat internal
maupun eksternal.
Hambatan yang bersifat Internal datang dari jiwa yang mendorong untuk berbuat
keburukan,hawa nafsu yang tidak terkendali,dan kecintaan kepada dunia.Sedangkan
15
hambatan eksternal datang dari syaithan,orang kafir, munafik, dan para pelaku
kemaksiatan dan kemungkaran.Untuk mengatasi semua hambatan tersebut diperlukan
usaha dan perjuangan yang sungguh-sungguh serta usaha yang keras,dan itu disebut
dengan Mujahadah.Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhoan Allah
SWT,maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan baginya untuk mencapai tujuan
tersebut. Allah SWT,berfirman:
16
ibadah dan kebajikan.Untuk itulah Allah SWT, memerintahkan kepada orang-
orang yang beriman untuk melakukan nahi munkar, di samping amar ma’ruf.
Cara mujahah
Setelah menyadari enam hal yang menjadi objek mujahadah diatas, maka kita perlu
berusaha mencurahkan segala kemampuan dan potensi yang kita miliki untuk
menghadapinya.Secara garis besar ada tiga cara mujahadah:
Yang pertama,sebagai landasan teoristis,berusaha sungguh-sungguh:
1) Memahami hakikat jiwa dan bagaimana pengaruh kebaikan dan keburukan
yang dilakukan terhadap kesucian jiwa
2) Menyadari bahwa hawa nafsu jika di kelola dengan baik akan berakibat
positif untuk kebaikan diri,tapi jika tidak bisa di kendalikan akan merusak.
3) Menyadari dan mengingat selalu bahwa syaitan tidak akan pernah berhenti
menjerumuskan umat manusia dengan segala macam cara.
4) Menyadari bahwa segala nikmat kehidupan di dunia belum seberapa
dibandingkan dengan nikmat di syurga.
5) Menyadari bahwa sebagian besar orang-orang kafir dan munafik tidak akan
pernah berdiam diri selama orang-orang beriman tidak mengikuti pandangan
dan sikap hidup mereka, oleh sebab itu di perlukan persatuan dan tolong
menolong sesama orang islam dalam menghadapinya.
6) Menyadari bahwa kemaksiatan dan kemungkaran jika dibiarkan akan
merusak masyarakat dan menghancurkan segala kebaikan yang sudah
dibangunnya.
Yang kedua, melakukan amal ibadah praktis yang dituntunkan oleh Rasulullah
saw, untuk memperkuat mental spiritual dan meningkatkan semangat juang untuk
menghadapi semua tantangan,dan amalan itu antara lain:
1) Mendirikan sholat malam,karena malam sangat efektif untuk meningkatkan
mental spiritual dan semangat juang,
2) Puasa sunnah
3) Membaca Al-Qur’an sebanyak-banyak nya dan lebih baik lagi jika diikuti
dengan perenungan serta pemahaman isinya.
4) Berdzikir dan berdo’a, terutama mohon perlindungan Allah SWT, dari godaan
syaitan.
17
Yang ketiga (untuk menghadapi hambatan luar) adalah dengan jihad,mulai dari
jihad dengan harta benda,ilmu pengetahuan,tenaga,sampai dengan nyawa.
Dengan demikian barang siapa yang bermujahadah pada jalan Allah SWT maka
Allah akan memberikan hidayah kepadanya,dan pada akhirnya semua hasil dari
mujahadah itu akan kembali untuk kebaikan dirinya sendiri.Allah berfirman
dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ankabut ayat 6,
Artinya: “Dan barang siapa yang bermujahadah,maka sesungguhnya
mujahadahnya itu adalah untuk dirinya sendiri,sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”
f. Syaja’ah
Syaja’ah artinya berani, tapi bukan berani dalam arti siap menantang siapa saja tanpa
mempedulikan apakah dia berada di pihak yang benar atau salah, dan bukan pula
berani memperturutkan hawa nafsu. Tetapi berani yang berlandaskan kebenaran dan
dilakukan dengan penuh kebenaran.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya:
“Bukanlah yang dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya
pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai dirinya diwaktu marah”. (HR.
Muttafaqun ‘Alaih)
Bentuk-bentuk Keberanian
1) Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan (jihad fi sabilillah).Seorang
muslim harus berani terjun ke medan perang untuk menegakkan dan membela
kebenaran. Seseorang dapat dikatakan memiliki sifat berani jika ia memiliki daya
tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja
bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.
Allah swt berfirman :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-
orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu
membelakangi mereka (mundur). (Al-Anfal : 15)
18
Artinya: Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali
berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan
yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan
dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat
kembalinya. (Al-Anfal: 16)
19
tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan
amarahnya.
Contohnya Figur Sahabat dan Sahabiyah yang Memiliki Sifat saja’ah. Berani
karena benar dan rela mati demi kebenaran. Slogan tersebut pantas dilekatkan
pada diri sahabat-sahabat dan sahabiyah-sahabiyah Rasulullah saw. Karena
keagungan kisah-kisah perjuangan mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai
dengan larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani
maupun secara rohani. Akhlak pribadi seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak pribadi yang
baik dan akhlak pribadi yang buruk. Akhlak yang baik misalnya shidiq, amanah, istiqomah,
iffah, mujahaddah, syaja’ah, tawadhu’, malu, sabar dan pemaaf. Akhlak pribadi yang buruk
misalnya suka berbohong, berkhianat, pantang menyerah tidak tahu malu dan lain
sebagainnya
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak pribadi seseorang yaitu antara lain,
faktor intern yaitu faktor. yang mempengaruhi dalam diri sendiri, faktor ekstern yaitu faktor
dari luar baik dari keluarga, kelompok, sahabat ataupun masyarakat. Oleh karena itu sifat
pribadi seorang muslim selalu terjaga dengan baik ada beberapa cara agar akhlaq pribadi
seseorang terbentuk baik diantaranya sebagai berikut: Aqidah (keyakinan) yang benar , berdoa
kepada Allah swt, mujahadah (perjuangan), muhasabah (intropeksi diri), tafakur (merenung)
dampak postif dari akhlak mulia, melihat dampak negatif dari akhlak tercela, jangan pernah
berputus asa, bercita-cita yang tinggi, berpaling dari orang-orang yang bodoh dan lain
sebagainya.
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
https://sisteminformasiweb.wordpress.com/2016/06/07/makalah-agama-islam-akhlak-pribadi-
1-shiddiq-amanah-istiqamah/
http://badanedukasi.blogspot.com/2016/11/makalah-al-islam-iii-akhlakpribadi.html
21