Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

LANDASAN QUR’AN DAN SUNAH TENTANG AJARAN-AJARAN TASAWUF


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu :

KHOLIL SAID, M. H. I

Disusun oleh : Kelompok 2


Nindri 4117013
Febi Al Hazmi 4117024
Fatimah Ahzara 4117015
Hikmah Nurmalita 41170
Kelas B

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN (IAIN)
Tahun 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dengan demikian materi makalah ini diharapkan dapat membantu proses belajar mahasiswa.
Teriring ucapan terima kasih kepada, selaku pembimbing kami bapak Kholil Said, M. H. I., selaku
pembimbing kami dalam pembelajaran mata kuliah ulumul hadits, juga kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran guna perbaikan dan peningkatan kualitas
makalah di masa yang akan datang dari pembaca adalah sangat berharga bagi kami.
Semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Pekalongan, 10 September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
A. Ijtihad ................................................................................................................... 2
1. Pengertian Ijtihad............................................................................................2
2. Hukum melakukan Ijtihad...............................................................................3
3. Syarat-syarat menjadi Mujtahid......................................................................4
4. Pembagian Ijtihad...........................................................................................4
5. Metode dan Langkah-langkah dalam Ijtihad..................................................5
B. Ittiba’.................................................................................................................... 6
1. Pengertian Ittiba’.............................................................................................6
2. Hukum Ittiba’..................................................................................................7
3. Pendapat ulama mengenai Ittiba’....................................................................7
C. Taqlid ................................................................................................................... 9
1. Pengertian Taqlid............................................................................................9
2. Hukum Bertaqlid............................................................................................11
3. Ketentuan dalam Bertaqlid.............................................................................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................13
B. Saran .....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran dan As-sunnah adalah nash, setiap muslim kapun dan dimana pun diberi
tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan kandungannya dalam bentuk amalan
yang nyata. Sumber-sumber tasawuf adalah ajaran-ajaran Islam, sebab tasawuf ditimba
dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan amalan-amalan serta ucapan pra sahabat.
Dalam menjalankan sehidupan sehari-hari, kita sering mendengar pertanyaan-
pertanyaan yang meminta atas landasan atau dasar dari apa yang kita perbuat. Oleh sebab
itu, landasan atau dasar-dasar tasawuf dalam Al-Qur’an dan hadis sangat penting untuk
dibahas. Karena tanpa kajian yang khususkita tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Karena msa modern ini kita harus banyak mengkaji dan berpegang kepada Al-
Qur’an dan hadis yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAWsebagai pedoman bagi kit
supaya kita tidak terbawa arus globalisasi yang semakin merajalela.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana landasan al-Qur’an sebagai ajaran-ajaran Tasawuf ?
2. Bagaimana landasan sunnah sebagai ajaran-ajaran Tasawuf?
3. Bagaimana relasi/hubungan Ilmu Tasawuf dengan ilmu lainnya?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui landasan al-Qur’an sebagai ajaran-ajaran Tasawuf.
2. Untuk mengetahui landasan sunnah sebagai ajaran-ajaran Tasawuf.
3. Untuk mengetahui relasi/hubungan Ilmu Tasawuf dengan ilmu lainnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Qur’an Tentang Ajaran-Ajaran Tasawuf


Ajaran tasawuf pada dasarnya berkonsentrasi pada kehidupan rohaniyah,
mendekatkan diri kepada Tuhan melalui berbagai kegiatan kerohanian seperti pembersihan
hati, zikir, ibadah lainnya serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf juga
mempunyai identitas sendiri di mana orang-orang yang menekuninya tidak menaruh
perhatian yang besar pada kehidupan dunia bahkan memutuskan hubungan dengannya. Di
samping itu, tasawuf didominasi oleh ajaran-ajaran seperti khauf dan raja’, al-taubah, al-
zuhd, al-tawakkul, al-syukr, ak-shabr, al-ridha dan lainnya yang tujuan akhirnya fana atau
hilang identitas diri dalam kekekalan (baqa) Tuhan dalam mencapai ma’rifah (pengenalan
hati yang dalam akan Tuhan).
Al-Qur’an al-Karim adalah kitab yang di dalamnya ditemukan sejumlah ayat yang
berbicara berbicara atau paling tidak berhubungan dengan hal-hal tersebut di atas.
Di dalam Al-Qur’an ditemukan perintah beribadah dan berzikir, di antaranya:

‫ أنه الإله االانا فاعبدون‬....


Artinya :
“ Bahwasanya tidak ada Tuhan melaikan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan
Aku”
‫كرّللا كثير لعلكم تفلحون‬
‫ه‬ ‫واذ‬....
Artinya:
“ Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”

. . . ‫الذين يذكرون هللا قياما وقعودا وعلى جنوهم‬


Artinya :
“ Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk dan dalam keadaan
berbaring . . .”

Tentang ketenangan jiwa karena berzikir, Allah berfirman:


Artinya :

2
‫ّللا تطمئن القلوب‬
‫الذين امنوا وتطمئن قلوهم بذ كر هللا اال بذ كر ه‬
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-
Ra’du:28)

Tentang takut dan harap dapat dilihat dari firman-firman Allah berikut :
‫وواذا سمعواماانزل الى الر سول ترى اعينهم تفيض من الد مع مما عرفوا من الحق يقولون ربنا امنا فكتبنا مع‬
‫الشاهدين‬
Artinya :
“ Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad),
kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur’an) yang
telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri), seraya berkata: “Ya Tuhan kami,
kami telah beriman , maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (Atas
kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad SAW).”
‫ّللا ذلك هدى‬
‫ّللا نزل احسن الحد يث كتابا متشا مثانى تقشعر منه جلود الذين يحشون ثم تلين جلودهم وقلو الى ذكر ه‬
‫ه‬
.‫ّللا فما له من هدا‬
‫ّللا يهدى به من يشاء ومن يضلل ه‬
‫ه‬
Artinya :
“ Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang yang takut
kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang
pemimpinpun”.
Artinya :

‫تتجفافى جنو عن المضا جع يدعون ر خوفا وطمعا ومما رزقناهم ينفقون‬


“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya
dengan rasa takut dan harap dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan”. (QS. As-Sajdah:16)

Tentang ibadah dikesunyian malam dan kwantitasnya , Allah berfirman:

3
َ ‫َو ِمنَ ٱلَّ ۡي ِل فَت َ َه َّج ۡد بِ ِهۦ نَافِلَ ٗة لَّ َك َع‬
٧٩ ‫س ٰٓى أَن يَ ۡبعَث َ َك َرب َُّك َمقَ ٗاما َّم ۡح ُمودٗ ا‬
Artinya :
“Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang terpuji”. (QS.AL-Isra’:79)

‫ وباالسحارهم يسغفرون‬, ‫كانواقليال من اليل ما يهجعون‬


Artinya:
“ Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon
ampun (kepada Allah)”. (QS. Al-Isra’:79)

‫وعدّللا حق فال تغر نكم الحيوة النيا واليغرنكم با هّلل الغرور‬


‫ه‬ ‫يأيهاالناس إن‬
Artinya:
“ Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon
ampun (kepada Allah). (QS.Adz-Dzariyat:17-18)

َّ ِ‫ّ هق فَ َال تَغُ َّرنَّ ُك ُم ۡٱل َحيَوة ُ ٱلد ُّۡنيَا َو َال يَغُ َّرنَّ ُكم ب‬ٞۖ ‫ٱّللِ َح‬
ُ ‫ٱّللِ ۡٱلغ َُر‬
٥ ‫ور‬ ُ َّ‫ٰٓيَأَيُّ َها ٱلن‬
َّ َ‫اس ِإ َّن َو ۡعد‬
Artinya:
“ Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah
kehidupan memberdayakan kamu dan sekali-kali janganlah orang yang pandai menipu,
memberdayakan kamu tentang Allah.” (QS.Fathir:5)

Al-Qur’an mengajarkan agar orang-orang yang beriman senantiasa melakukan upaya-


upaya perbaikan diri (taubat)
Artinya:

... ‫ّللا توبة نصوحا‬


‫ياأيها الذين أمنوا توبواالى ه‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-
murninya.”
Al-Qur’an juga mengajarkan agar tidak hidup serakah sebab dunia tidak ada apa-
apanya (qalil) jika dibanding dengan kehidupan akhirat:
Artinya:

... ‫ قل متاع الدنيا قليل واأل خرة خير لمن اتقى‬...

4
“Katakanlah:Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang-orang yang bertakwa.”
Di dalam Al-Qur’an juga ditemukan ajaran-ajaran untuk berserah diri hanya
kepada-Nya (al-tawakkul), bersyukur terhadap pemberian-pemberian Tuhan bersabar serta
ridha terhadap-Nya.

) ‫ (الطالق‬. . . ‫ومن يتوكل على هللا فهوحسبه‬

Artinya:
“ Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya”.

)‫ (إبراهيم‬. . . ‫لئن شكرتم ألزيدنكم‬

Artinya:
“ Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”

‫فاصبر إن وعد هللا حق واتغفر لذنبك وسبح بحمد ربك بالعشى واإلبكار‬
Artinya:
“ Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah
ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan
pagi”. (QS. Al-Mukmin:55)

) :‫ ((المائده‬. . . ‫ رضي هللا عنهم ورضواعنه‬. . .

Artinya:
“Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun ridha terhadap-Nya.”

Berhubungan dengan kedekatan Tuhan dengan manusia, Al-Qur’an di antaranya


meninformasikan:

‫وإذا سألك عبادى عنى فإنى قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان فليستجيبوا وليؤمنوابي لعلهم‬
) : ‫يرشدون (البقرة‬
Artinya :

5
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa
apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”

) :‫ ونحن اقرب اليه من حبل الوريد ( ق‬. . .

Artinya:
“ . . . dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

B. Landasan As-sunnah Tentang Ajaran-Ajaran Tasawuf


Di samping riwayat yang menjelaskan bahwa Muhammad setiap bulan Ramadhan
bertahannus di Gua Hira untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati serta hakikat
kebenaran di tengah-tengah keramaian hidup, ditemukan sejumlah hadis yang memuat
ajaran-ajaran tasawuf, diantaranya adalah sebagai berikut:
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم اتقوا فراسة المؤمن فإنه ينظر بنور هللا‬
Artinya:
“ Rasulullah s.a.w. bersabda: takutilah firasat orang mukmin karena ia memandang dengan
nur Allah.” (Riwayat Bukhori)
Di dalam Hadis Qudsi dikatakan Bahwa Nabi S.A.W. bersabda: ‘sesungguhnya
allah berkata: “Barang siapa yang memusuhi wali (hamba kekasih)-Ku, maka aku akan
menyatakan perang padanya. Seseorang hamba yang mendekatkan diri (kepada-Ku) lebih
aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan padanya. Ketika Aku mencintainya, Aku
menjadi Penglihatnya atas apa yang sedang dilihatnya, menjadi Tangannya atas apa yang
digenggamnya, dan menjadi Pejalannya atas perjalanan yang dilakukannya. Apabila ia
meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya; dan apaila dia memohon ampun kepada-Ku,
Aku akan menampuninya” (HR. Bukhori Muslim).
‫جاء رجل الى النبى صلى هللا عليه وسلم فقال يا نبي هللا اوضنى فقا عليك بتقو هللا فإنه جماع كل خير وعليك بالجهاد‬
‫)فإنه رهبانية المسلم وعليك بذكرالل فإنه نورلك (رواه البخارى‬
Artinya:
“seorang laki-laki datang kepadaku Nabi s.a.w. lalu berkata: Wahai Nabi Allah
berwasiatlah kepadaku. Nabi berkata; bertawakal lah kepada Allah kerena, itu adalah

6
himpunan setiap kebaikan. Berjihadlah karena itu kehidupan ruhbani muslim. Berdzikirlah,
karena itu adalah nur (cahaya) bagimu.” (Riwayat Bukhori)
. . . ‫)اعبد هللا كأنك تراه فأن لم بكن تراه فأنه يراك (متفق عليه‬
Artinya:
Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak dapat
melihat-Nya, maka ia pasti melihatmu. (HR. Bukhori dan Muslim)
Tentang kwalitas dan kwantitas ibadah rasulullah SAW., ‘Aisyah r.a. pernah
berkata:
“ Sesungguhnya Nabi SAW. bangun ditengah malam (untuk melaksakan sholat)
sehingga kedua telapak kakinya menjadi lecet. Saya berkata kepadanya:” Wahai
Rasulullah, mengapa Anda masih berbuat seperti ini, padahal Allah telah mengampuni
dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang bagimu?”. Nabi SAW. lalu menjawab:
Salahkah aku jika ingin menjadi seorang hamba yang selalu bersyukur”. (HR. Bukhori
Muslim)
Di dalam riwayat lain dikatakan bahwa nabi SAW. bersabda: “Wahai manusia,
bertaubat dan memohon ampunlh kepaada Allah SWT., sesungguhnya aku bertaubat sehari
sebanyak seratus kali”.
Tentang tarekat yang ditempuh dirujuk landasannya dari hadis berikut:
‫ قلت يا رسول هللا اي الطريقة اقرب الى هللا وسهلها على عباد هللا وافضالها عند هللا تعالى‬: ‫وعن على كرم هللا وجهه‬
‫ يا على ال تقوم الساعة حتى ال يبقى على‬:‫؟ فقا يا على عليك بدوام ذكر هللا فقال عل كل الناس يذكرون هللا فقال ص م‬
‫ غمض عينيك واسمع عنى ثالث‬:‫ هللا فقال له على كيف اذكر يا رسول هللا ؟ فقال ص م‬,‫ هللا‬: ‫وجه االرض من يقول‬
‫ ال اله اال هللا ثالث مرات مغمضا عينه ثم قالها على كذالك‬:‫مرات ثم قل مثلها وانا اسمعز فقال ص م‬.
“ Dan dari Ali karramallahu wajhahu: Aku berkata:”ya Rasulullah manakah jalan yang
terdekat kepada allah dan termudah atas hamba-hamba Allah dan yang terafdhal disisi
Allah? Maka Rasulullah bersabda: Ya Ali mestilah atasmu berkekalan mengingat (zikir)
Allah. Maka Ali berkata, tiap orang berzikir kepada Allah. Maka Rasulullah SAW.
bersabda: Ya Ali, tidak akan terjadi kiamat sehingga tiada tinggal lagi di atas permukaan
bumi ini orang- orang yang mengucap Allah, Allah maka Ali berkata kepada Rasulullah,
bagaimana caranya aku berzikir ya Rasulullah? Maka Rasulullah bersabda: Coba pejamkan
kedua matamu dan dengarlah dari saya ucapan tiga kali. Kemudian ucapkanlah Ali seperti
itu dan aku akan mendengarkan. Maka berkata Rasulullah SAW. La Ilaha Illa Allah tiga

7
kali sedang kedua matanya tertutup kemudian Ali pun mengucapkan kalimat La Ilaha Illa
Allah seperti demikian”.
Ayat-ayat dan Hadis-hadis yang dikutip diatas hanya sebagian dari ayat-ayat dan
hadis-hadis yang mengemukakan hal-hal kehidupan ruhaniyah yang ditemukan dalam
tasawuf. Kehidupan yang didominasi rasa takut dan harap, kezuhudan, berserah diri kepada
Tuhan, bersyukur, bersabar, dan ridha serta dekat atau “intim”dengan Allah. Kehidupan
inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w. sendiri serta para sahabat-sahabatnya,
khususnya mereka yang dijuluki ahl al-shuffah.
Karena itu, setelah mengutip sejumlah ayat yang berhubungan dengan ajaran-ajaran
tasawuf dan menjelaskannya, Muhammad Abdullah Asy-syarqawi mengatakan:
“dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa awal mula tasawuf Islam dapat ditemukan
semangat ruhaninya dalam al-Quran al-Karim, sebagaimana juga dapat ditemukan dalam
sabda dan kehidupan Nabi saw., baik sebelum maupun sesudah diutus menjadi nabi. Awal
mula tasuwuf Islam juga dapat ditemukan pada masa sahabat Nabi saw. beserta para
generasi dibawahnya (tabi’in).
Abu Nashr As-Siraj Al-Thusi mengatakan bahwa ajaran tasawuf pada dasarnya digali dari
Al-Quran dan Al-Sunnah. Karena amalan para sahabat menurutnya, tentu saja tidak keluar
dari ajaran al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Menurutnya, para sufi (orang-orang yang menggeluti tasawuf) dalam teori-teori mereka
tentang akhlak, kerinduan, kecintaan, ma’rifah, suluk, dan latihan-latihan rohaniyah
mereka untuk terealisasinya kehidupan mistis, pertama-tama sekali mendasarkan
pandangan mereka kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

C. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Disiplin Ilmu yang Lain


1. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Filsafat
Alkindi, sebagaimana yag dikutip oleh Irfan Abdul Hamid, mendefinisikan filsafat
sebagai berikut :
‫علم االشيا ء بحقا ىها بقدرطاقة االنسا ن ال ن غرض الفيلسوف في علمه إصا بة‬
‫الحق وفي عمله‬

8
“Mengetahui sesuatu dengan hakikatnya sebatas kemampuan manusia karena tujuan
filosof di dalam ilmunya sampai kepada kebenaran dan di dalam amalnya sebagai amal
yang benar”
Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa filsafat berkonsentrasi pada pencarian hakikat
sesuatu yang dapat mengantarkan kepada ilmu dan amal yang benar (al-haq).
Pencarian kebenaran dalafilsafat adalah dengan pendekatan kefilsafatan yaitu dengan
pengerahan rasional atau pemikiran . diantara objek-objek bahasan filsafat adalah jiwa
dan roh. Di antara tokoh-tokoh filosof yang melakukan kajian terhadap jiwa dan roh
ini adalah : Al-Kandi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali.
Ilmu Tasawuf disisi lain juga berupaya untuk sampai kepada kebenaran mutlak tetapi
pendekatan yang digunakan lebih kepada zauq (rasa) dengan jalan riyadhah (latihan-
latihan) pembersihanjiwa untuk dapat dekat dengan kebenaran mutlak ( Allah). Objek
kajian tasawuf juga adalah jiwa dan roh kendati lebih sering menggunakan istilah qalb
(hati).
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, filsafat telah memberikan sumbangan
dalam dunia tasawuf. Kajian- kajian filsafat tetang jiwa dan roh ini banyak
dikembangkan dalam tasawuf, khususnya tasawuf falsafi.
2. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Psikologi
Diantara objek bahasan ilmu jiwa (psikologi) adalah kesehatan mental. Dalam ilmu
psikiatri dan psikoterapi, kata mentalsering digunakan sebagai nama lain dari
kepribadian (personaliti) yang berarti semua unsur jiwa, termasuk pikiran, emosi,sikap
dan perasaan yang dalam keseluruhannya membentuk corak perilaku , cara
menghadapi sesuatu yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan
dan sebagainya.
Jadi salah satu objek bahasan ilmu jiwa adalah mental, mental yang sehat dan tidak
sehat. Mental dalam hubungannya dengan tindak tanduk manusia. Mental dalam
hubungannya dengan rasa bahagia dan tidak bahagia dan lain lain.
Dalam kajian ilmu jiwa dikatakan bahwa orang yangmentalnya sehat akan merasakan
kebahagiaan dalam hidup, merasa dirinya berguna, dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai keadaan sehingga terhindar dari rasa stres dan perilaku perilaku yang tidak
baik dan atau tercela.

9
Hal ini berbeda dengan orang yang bermental tidak sehat akan melahirkan rasa yang
tidak nyaman di dalam kehidupannya. Ketidak nyamanan itu tergantung kepada
tingkat ketidak sehatan mental tersebut. Jika terlalu parah, maka kesengsaraan batin
akan dirasakannya berupa kegelisahan meskipun ia tidak tahu apa yang ia gelisahkan.
Mental yang tidak sehat juga akan melahirkan perilaku perilaku yang selalunya tidak
menyenangkan baik bagi diri maupun bagi lingkungannya.
Di dalam ilmu tasawuf juga dibahas hubungan anatara jiwa dan jasmani. Ini dirumuska
oleh para sufi untuk melihat sejauh mana hubungan prilaku manusia dengan dorongan
yang dimunculkan oleh jiwanya sehingga perbuatan tersebut dapat terjadi.
Menurut para sufi prilaku ( akhlak) seseorang bergantung kepada jenis jiwa yang
berkuasa dalam dirinya. Apakah jiwa yang dikuasai oleh nafsu hewani atau jiwa yang
dikuasai oleh cahaya Ilahi. Karena itulah, dalam tasawuf , jiwa mesti terus dibersihkan
dengan berbagai latihan-latihan dan amalan-amalan.
Perlu ditegaskan disini bahwa Ilmu tasawuf lebih mengkonsentrasikan kebersihan jiwa
dengan pendekatan diri kepada Tuhan lewat berbagai Ibadah sedang psikologi tidak
demikian. Psikologi lebih banyak menggunakan teori-teori dengan berbagai solusi
diluar konteks ibadah atau zikir yang dikenal dalam tasawuf.
3. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Fiqh
Secara umum, fiqh didefinisikan sebagai : “ilmu tentang hukum-hukum syari’ah
amaliyah dari dalil-dalilnya yeng terperinci (adillah tafshiliyyah)”. Dari definisi ini
dapat dilihat bahwa fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’iyyah yang amaliyah
yakni yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan manusia baik dalam bentuk
ibadah maupun mu’amalah. Dari sini dapat dikatakan bahwa hukum-hukum aqidah
dan akhlak tidaak termauk dalam fiqh, meskipun jika ditelusuri lebih jauh dapat
dimasukkan kedalamnya. Hukum-hukum ini diambil dari dalil-dalil yang terperinci
yakni dalil-dalil yang meninjukkaan pada sutu hukum tertentu.
Dalam artian yang seperti ini, jelas bahwa fiqh mengatur hal-hal yang berubungan
dengan perbuatan manusia baik daam bidang ibadah maupun mu’amalah. Tasawuf
memberikan dimensi lain. Ibadah shalat dalam ilmu tasawuf bukan sekedar
terpenuhinya syart-syarat dan rukun yang digariskan dalam fiqih. Lebih dari itu shalat

10
dimaknai dengan hubungan manusia dengan Tuhan. Hubungan ini mesti benar-benar
diusahakan dan dirasakan llewat cara-cara yang telah digariskan tasawuf.
Demikian juga dalam bidang mu’amalah. Jika dalam fiqih ada kebolehan untuk
mengumpul harta benda sebanyak-banyaknya asal lewat jalan yang benar, tasawuf
memberikan dimensi lain, bahwa harta benda yang banyak dapat menimbulkan
berbagai akhlak yang tidak terpuji atau tercela.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu tasawuf memberikan unsur-unsusr
bathiniyah kepada fiqih. Fiqh akan terasa sangat lahiriyah dan formalistik atau terasa
amat kering jika tanpa tasawuf.
Sebaliknya fiqh pula memberikan aturan-aturan yang dengannya tasawuf terhindar
dari kebenaran sendiri yang bathiniyah tanpa memeperhatikan aturan-aturan lahiriyah.
Di sinilah perlunya menggabungkan antara syari’ah (dalam artian fiqqh) dengan
hakikat (dalam artian tasawuf).
Al-Qusyairi mengatakan :
“setiap syari’at yang tiak didukung dengan hakikat maka urusannya tidak diterima,
setiap hakikat yang tidak didukung oleh syari’at maka urusannya tidak berhasil”.
Al-Ghazali mengatakan :
“Tidak akan sampai kepada tujuan kecuali setelah diawali dengan hukum-hukum”.
Demikian hubungan yang erat antara tasawuf dengan fiqih yang tergambar dari
beberapa ungkapan diatas.
Memang diakui ada tokoh-tokoh tertentu dari kalangan sufi yang berfaham bahwa
pada tingkat tertentu di saat seorang bersatu dengan Tuhannya, disaat dia adalah Tuhan
dan Tuhan adalah dia, maka syari’ah dalam artian tasawuf tidak lagi diperlukan karena
dia telah sampai kepada hakikat syari’ah tersebut. Pemahaman seperti inilah yang
dengan keras ditolak oleh A-Quryairi dan Al-Ghazali. Tidak ada syari’ah tanpa hakikat
dan tidak ada hakikat tanpa syari’ah.
Dalam pandangan penulis, pengabaian syari’ah dengan alasan telah sampai kepada
hakikat dapat membuka jalan bagi pemahaman-pemahaman serba boleh pada tingkat
syari’ah dengan alasan “yang penting adalah hakikat”. Pemahaman seperti ini, pasti
mengobrak-abrik ajaran agama, sekaligus dapat merusk tatanan hidup masyarakat
yang telah diatur dalam syari’at yang selama ini telah diperpegangi oleh masyarakat.

11
Paling tidak pengabaian syariah dapat melahirkan sikap relativisme, karena semua
dapat dianggap benar asal saja dapat mengantarkan kepada hakikat (bersatu dengan
Tuhan).
4. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Kalam
Ilmu tasawuf dan Ilmu kalam adalah dua disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan
antara satu dengan lainnya. Agar terlihat hubungan di antara keduanya, terlebih dahulu
harus diketahui apa yang dimaksud dengan ilmu kalam dan ilmu tasawuf itu sendiri.
Harun Nasution mengatakan bahwa ilmu yang membahas dasar-dasar suatu agama
disebut teologi. Teologi Islam disebut juga ‘ilm al-tauhid, yaitu ilmu yang mempelajari
sifat-sifat Tuhan dimana salah satu sifat terpenting-Nya adalah Esa. Teologi Islam
disebut juga ‘ilm al-Kalam, yaitu ilmu yang mempelajari sabda Tuhan (Al-Quran)
yang pernah menimbulkan pertentangan di kalangan umat Islam, tentang apakah sabda
tersebut qadim atau baharu. Dengan demikian ilmu kalam identik dengan ilmu tauhid
dan theologi Islam.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang mempelajari tentang
Allah, sifat-sifat dam kalam-nya. Bahasa tentang sifat-sifat dan kalam Allah ini
mengarah kepada perbincangan mendalam dengan menggunakan dalil-dalil, baik
aqliyah maupun naqliyah.
Dalam hubungan ini, ilmu tasawuf, mengemukakan bahasan-bahasan tentang jalan
praktis untuk merasakan sifat-sifat dan kalam Allah tersebut. Jika ilmu kalam,
misalnya, menjelaskan bahwa itu Allah Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, maka
ilmu tasawuf mengemukakan bahasan bagaimana merasakan Esa dan kasih sayang
Tuhan tersebut. Dengan demikian ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan
spiritual, rohaniyah dari ilmu kalam.
Dalam hubungan ini menarik untuk dikemukakan apa yang dipaparkan oleh Imam
Ghazali tentang bagaimana orang yang meneladani sifat-sifat Allah akan melahirkan
pribadi-pribadi yang baik. Orang yang mneladani sifat Rahman dan Rahim allah akan
berlaku kasih dan sayang kepada semua orang.
Penjelasa ini juga berarti bahwa tidak cukup hanya pengenalan akan pengasih dan
penyayang Allah tetapi juga mesti dirasakan dan diaplikasikan. Dengan demikian,
kajian ilmu kalam akan lebih terasa maknanya jika diisi dengan ilmu tasawuf.

12
Sebaliknya, ilmu kalam pula dapat berfungsi sebagai pengendli ilmu tasawuf. Jika ada
teori-teori dalam ilmu tasawuf yang tidak sesuai dengan kajian ilmu kalam tentang
Tuhan yang didasarkan kepada Al-Quran dan Al-Hadits maka mesti dibetulkan.
Demikian terlihat hubungan timbal balik diantara ilmu tasawuf dan ilmu kalam.
Disamping itu, ilmu kalam lebih menggunakan aqal dalam arti aqliyah (rasional)
didalam kajian-kajiannya, sementara tasawuf lebih kepada qalb, fuad dan lubb
(qalbiyah), ilmu yang diperoleh hati karena telah tersingkapnya tabir penghalang
antara seorang hamba dengan Tuhannya (ma’rifah)
Dikalangan para sufi dikatakan bahwa fungsi dari hati adalah ilmu atau pengetahuan
intuitif (ma’rifah), sedangkan fungsi fu’ad adalah penglihatan yang benar (ru’yah),
sedangkan lubb adalah merasakan tauhid. Inti hati adalah lubb, lapisan diatasnya
adalah fuad, lapisan diatasnya lagi adalah qalb dan lapisan paling luar adalah shadr
(dada). Shadr dikatakan sebgai tempat penyimpanan ilmu yang kasabi aqli.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang
dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak
yang mulia dan dekart dengan Allah SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang
kegiatan yanga berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar slalu dekat
dengan Tuhan. Inilah esensi atau hakikat tasawuf.
Dasar-dasar tsawuf sudah ada sejak datangnya agama Islam. Dan dasar yang
digunakan oleh kaum sufi dalam melaksanakan praktik-praktik kesufian ialah Al-
Qur’an dan As-Sunnah, dan Hadis. Al-Qur’an merupakan dasar-dasar para sufi dalam
bertasawuf kedudukannya sebagai ilmu tentang tingkatan (maqam) dan keadaan
(ahwal).

B. Saran

14

Anda mungkin juga menyukai