Anda di halaman 1dari 14

TAREKAT

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester matakuliah

Teosofi

yang dibina oleh Bapak Abdun Nafi Kurniawan, M.Pd.I

Oleh:

Siti Rachmatul Jannah (14640008)

Rahadi Dwitama (14640027)

Nuralfin Anripa (14640035)

A. Anwar Shidiq (14640047)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM (UIN MALIKI) MALANG

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JURUSAN FISIKA

Juni 2017
DAFTAR ISI

Lembar Judul

Daftar isi........................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUHAN................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................... 2

1.3 Tujuan................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 3

2.1 Pengertian Tarekat............................................................. 3

2.2 Sejarah Timbulnya Tarekat............................................... 5

2.3 Unsur-Unsur Terbentuknya Tarekat.................................... 7

2.4 Perkembangan Tarekat Di Indonesia................................. 8

2.5 Analisa Hasil Wawancara.................................................. 10

BAB III PENUTUP................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan......................................................................... 12

3.2 Saran................................................................................... 12

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang

Tarekat bila dilihat secara etimologis mempunyai arti jalan. Jalan


yang dimaksud adalah jalan yang ditempuh oleh para sufi menuju Allah. Tarekat
adalah pengalaman syariat, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan
menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang
tidak boleh dipermudah. Selain itu, Tarekat merupakan bagian dari ilmu tasawuf.
Namun, tidak semua orang yang mempelajari tasawuf lebih-lebih belum mengenal
tasawuf akan faham sepenuhnya tentang tarekat. Banyak orang yang memandang
tarekat secara sekilas akan menganggapnya sebagai ajaran yang diadakan di luar
Islam (bidah), padahal tarekat itu sendiri merupakan pelaksanaan dari peraturan-
peraturan syariat Islam yang sah. Namun perlu kehati-hatian juga karena tidak
sedikit tarekat-tarekat yang dikembangkan dan dicampuradukkan dengan ajaran-
ajaran yang menyeleweng dari ajaran Islam yang benar. Perlu diketahui bahwa
ada pengklasifikasian antara tarekat muktabarah (yang dianggap sah) dan ghairu
muktabarah (yang tidak dianggap sah).

Dengan perkembangan zaman pengertian tarekat mengalami perluasan,


tarekat bukan hanya suatu jalan yang dilalui oleh para sufi untuk mendekatkan diri
kepada Allah tetapi tarekat menjadi suatu organisasi yang melembaga dikalangan
para pengikut tarekat tersebut. Tarekat yang sudah menjadi sesuatu yang lembaga
dipimpin oleh seorang syekh yang mengajarkan tentang tata cara melakukan
ibadah yang terdapat dalam tarekat tersebut. Pada intinya tarekat itu lebih
terstruktur daripada tasawuf. Hakikat tarekat yang sebenarnya adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ajaran-ajaran tasawuf yang
dilakukan dibawah bimbingan seorang guru atau syekh. Apabila dihubungkan
antara tasawuf dan tarekat, hubungan yang ada di dalamnya adalah tasawuf
merupakan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. dan tarekat merupakan
jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Memang seluk-beluk tarekat tidak bisa dijabarkan dengan mudah karena
setiap tarekat-tarekat tersebut memiliki filsafat dan cara pelaksanaan amal ibadah
masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.

1. Apa pengertian dari tarekat?


2. Bagaimana sejarah timbulnya tarekat?
3. Apa saja unsur-unsur terbentuknya tarekat?
4. Bagaimana perkembangan tarekat di Indonesia?
5. Bagaimana analisa hasil wawancara mengenai tarekat?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian tarekat
2. Untuk mengetahui sejarah timbulnya tarekat
3. Untuk mengetahui unsur-unsur terbentuknya tarekat
4. Untuk mengetahui perkembangan tarekat di Indonesia
5. Untuk mengetahui analisa hasil wawacara mengenai tarekat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tarekat

Istilah tarekat berasal dari kata At-Tariq (jalan) menuju kepada hakikat,
atau dengan kata lain pengalaman syariat. Menurut L. Massignon dalam buku
Mustafa (2010:281) yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan
tasawuf dibeberapa Negara islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah tarekat
mempunyai dua macam pengertan, yaitu:

a. Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering


dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf, untuk
mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut Al-Maqamat dan
Al-Ahwal. Pengertian yang seperti ini, menonjol sekitar abad ke-IX dan
ke-X Masehi.
b. Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut
aturan yang telah dibuat oleh seorang Syekh yang menganut aliran tarekat
tertentu. Maka dalam perkumpulan itulah seorang Syekh yang menganut
suatu aliran yang mengajarkan Ilmu Tasawuf menurut aliran tarekat yang
dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya. Pengertian
yang seperti ini, menonjol sesudah abad ke-IX Masehi.
Selain itu, Istilah tarekat diambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti
jalan atau metode. Dalam terminologi sufistik, tarekat adalah jalan atau metode
khusus untuk mencapai tujuan spiritual.1 Secara terminologis, menurut Mircea
Aliade, kata thariqah digunakan dalam dunia tasawuf sebagai jalan yang harus
ditempuh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atau, metode
psikologis-moral dalam membimbing seseorang untuk mengenali Tuhannya.
Adapun tarekat menurut istilah ulama Tasawuf adalah2
a. Jalan kepada Allah dengan mengamalkan ilmu Tauhid, Fikih dan Tasawuf.
b. Cara atau kaifiat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai suatu
tujuan.
Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang
khas. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid
mereka dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan

1 Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik

Antikolonialisme Tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa (Bandung:

Pustaka Hidayah, 2002), hlm 47.

2 H.A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah (Jakarta: Pustaka Al Husna


Baru, 2005), hlm 6.
bahwa tarekat itu mensistematiskan ajaran dan metode-metode tasawuf. Guru
tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, muraqabah
yang sama. Seorang pengikut tarekat akan memperoleh kemajuan melalui sederet
amalan-amalan berdasarkan tingkat yang dilalui oleh semua pengikut tarekat yang
sama. Dari pengikut biasa (mansub) menjadi murid selanjutnya pembantu Syaikh
(khalifah-nya) dan akhirnya menjadi guru yang mandiri (mursyid).3

Namun, dalam perkembangannya pengertian tarekat mengalami perluasan,


tarekat bukan hanya suatu jalan yang dilalui oleh para sufi untuk mendekatkan diri
kepada Allah tetapi tarekat menjadi suatu organisasi yang melembaga dikalangan
para pengikut tarekat tersebut. Tarekat yang sudah menjadi sesuatu yang lembaga
dipimpin oleh seorang syekh yang mengajarkan tentang tata cara melakukan
ibadah yang terdapat dalam tarekat tersebut. Pada intinya tarekat itu lebih
terstruktur daripada tasawuf.

Apabila dihubungkan antara tasawuf dan tarekat, hubungan yang ada di


dalamnya adalah tasawuf merupakan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT
dan tarekat merupakan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2.2 Sejarah Timbulnya Tarekat

Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan
secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid
atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib atau Nabi SAW
memerintahkan kepada sahabat A untuk banyak mengulang-ulang kalimat tahlil
dan tahmid. Pada sahabat B, Nabi Muhammad memerintahkan untuk banyak
membaca ayat tertentu dari surat dalam Alquran. Ajaran-ajaran khusus Rasulullah
itu disampaikan sesuai dengan kebutuhan penerimanya, terutama berkaitan
dengan faktor psikologis.4

3 Sri Mulyati dkk, Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di


Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), hlm 8.
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi,
dilanjutkan mulai ada formulasi syariah. Abad kedua Hijriyah mulai muncul
tasawuf. Tasawuf terus berkembang dan meluas dan mulai terkena pengaruh luar.
Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India, maupun
Persia. Muncullah sesudah abad ke-2 Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan
amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Para
sufi kemudian membedakan pengertian-pengertian syariat, tahriqat, haqiqat, dan
makrifat. Menurut mereka syariah itu untuk memperbaiki amalan-amalan
lahir, thariqat untuk memperbaiki amalan-amalan batin (hati), haqiqat untuk
mengamalkan segala rahasia yang gaib, sedangkan makrifat adalah tujuan akhir
yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatan-Nya. Orang yang
telah sampai ke tingkat makrifat dinamakan wali. Kemampuan luar biasa yang
dimilikinya disebut karamat atau supranatural, sehingga dapat terjadi pada dirinya
hal-hal yang luar biasa yang tidak terjangkau oleh akal, baik di masa hidup
maupun sudah meninggal. Syaikh Abdul Qadir Jaelani (471-561/1078-1168)
menurut pandangan sufi adalah wali tertinggi disebut quthub al-auliya (wali
quthub).5

Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah
tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir
pada abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara ritual
masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di
asrama latihan rohani yang dinamakan suluk atau ribath.

Pada perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika


pada awalnya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam
mendekatkan diri kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat
digunakan untuk menunjuk pada suatu metode psikologi yang dilakukan oleh guru

4 Ahmad Najib Burhani, Tarekat Tanpa Tarekat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2002), hlm 101.
5 Sri Mulyati dkk, Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di
Indonesia ( Jakarta: Kencana, 2005), hlm 6.
tasawuf (mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam.
Dari sinilah terbentuk suatu tarekat, dalam pengertian jalan menuju tuhan di
bawah bimbingan seorang guru. Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang
cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah
organisasi tarekat. Pada tahap ini, tarekat dimaknai sebagai organisasi sejumlah
orang yang berusaha mengikuti kehidupan tasawuf.

Dengan demikian, di dunia islam dikenal beberapa tarekat besar, seperti


Tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah, Syathariyah, Sammaniyah, Khalwatiyah,
Tijaniyah, Idrisiyah, dan Rifaiyah.6

Dilihat dari ajaran ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah
(mutabarah) dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair mutabarah).
Penjelasan dari keduanya yaitu: Suatu tarekat dianggap sah (mutabarah) jika
memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat
tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syariat. Sebaliknya, jika suatu
tarekat tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran
tarekat tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syariat maka ia
dianggap tidak memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang
tidak sah (ghair al-mutabarah).

2.3 Unsur-Unsur Terbentuknya Tarekat

Dalam tarekat, setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi dasar
terbentuknya sebuah tarekat yaitu:

1. Mursyid
Mursyid adalah dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah
terbuka tabir antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau master atau
pir bertugas menemani dan membimbing para penempuh jalan spiritual
untuk mendekati Allah, seperti yang terjadi pada diri sang guru. Guru
spiritual itu kadang disebut dengan istilah thayr al-quds (burung suci) atau

6 Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah (Yogyakarta: LK


is Yogyakarta, 2008), hlm 63.
Khidir. Dalam tarekat, bimbingan guru yang telah mengalami perjalanan
rohani secara pribadi dan mengetahui prosedur-prosedur setiap mikraj
rohani adalah sangat penting.7
2. Baiat
Baiat atau talqin adalah janji setia seorang murid kepada gurunya,
bahwa ia akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh sang guru,
tanpa reserve.
3. Silsilah
Silsilah tarekat adalah nisbah, hubungan guru terdahulu
sambung-menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi. Hal ini
harus ada sebab bimbingan keruhanian yang diambil dari guru-guru itu
harus benar-benar berasal dari Nabi. Kalau tidak demikian halnya berarti
tarekat itu terputus dan palsu, bukan warisan dari Nabi.8
4. Murid
Murid atau kadang disebut salik adalah orang yang sedang mencari
bimbingan perjalanannya menuju Allah. Dalam pandangan pengikut
tarekat, seorang yang melakukan perjalanan rohani menuju Tuhan tanpa
bimbingan guru yang berpengalaman melewati berbagai tahap (maqamat)
dan mampu mengatasi keadaan jiwa (hal) dalam perjalanan spiritualnya,
maka orang tersebut mudah tersesat.9
5. Ajaran
Ajaran adalah praktik-praktik dan ilmu-ilmu tertentu yang
diajarkan dalam sebuah tarekat. Biasanya, masing-masing tarekat memiliki
kekhasan ajaran dan metode khusus dalam mendekati Tuhan. Guru-guru
tarekat yang sama mengajarkan metode yang sama kepada murid-
muridnya.

2.4 Perkembangan Tarekat Di Indonesia

7 Ahmad Najib Burhani, Tarekat Tanpa Tarekat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2002), hlm 36.
8 Sri Mulyati dkk, Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di
Indonesia ( Jakarta: Kencana, 2005), hlm 9-10.
9 Ahmad Najib Burhani, Tarekat Tanpa Tarekat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2002), hlm 37.
Kehadiran tasawuf berikut lembaga-lembaga tarekatnya di Indonesia,
sama tuanya dengan kehadiran Islam itu sendiri sebagai agama yang masuk di
kawasan ini. Namun, tampaknya, dari sekian banyak tarekat yang ada di seluruh
dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia.
Hal itu dimungkinkan di antaranya karena faktor kemudahan sistem komunikasi
dalam kegiatan transmisinya. Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat
yang populer di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat
kegiatan dunia Islam. Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langung
oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India.
Kedua negara ini dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas
Muslim pertama di Indonesia.

Adapun murid-murid yang mengajarkan tarekat setelah berguru di mekkah


mereka adalah:

1. Fansuri adalah syaikh tarekat Qadiriyah


2. Al-Raniri adalah syaikh tarekat Riffaiyah
3. Abdul Al-Rouf Sinkel adalah syaikh tarekat Syattariyah
4. Al-Palimbani adalah syaikh tarekat Sammaniyah. Bahkan yang disebut
terakhir mengarang buku khusus yang menjelaskan kaidah dan syarat-
syarat untuk menjadi pengikut Sammaniyah. Mereka merupakan syaikh
yang memperkenalkan tarekat-tarekat tersebut di Indonesia.10
Di antara tarekat-tarekat yang umumnya memperoleh simpati dan banyak
pendukungnya di Indonesia adalah tarekat Khalwatiyah, Syatariyah, Qadiriyah,
dan Alawiyah. Khalwatiyah kebanyakan pengikutnya berasal dari Sulawesi
Selatan, tarekat Syatariyah kebanyakan muridnya dari Sumatera Selatan,
kemudian tarekat Qadiriyah banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia,
sementara itu tarekat Alawiyah tersebar di Indonesia melalui keturunan
Alawiyyin dan murid-muridnya. Di samping itu, terdapat pula tarekat
Naqsabandiyah yang merupakan tarekat terbesar di Indonesia, Syadziliyah,
Rifaiyah, Idrisiyah, Sanusiyah, Tijaniyah, dan Aidrusiyah.
Petunjuk tentang penyebaran dan diterimanya tarekat-tarekat ini oleh
masyarakat Indonesia adalah bahwa kebanyakan ulama yang kembali dari Hijaz

10 Alwi Shihab, Akar Tasawuf Di Indonesia (Depok: Pustaka Iman, 2009), hlm
186
menganut tarekat tersebut dan berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah.
Oleh sebab itu, bentuk tarekat di Indonesia, seperti halnya di negeri muslim, tidak
lain merupakan kesinambungan dari tasawuf suni Al-Ghazali.
Selanjutnya, ada pula tarekat-tarekat yang bersifat lokal dalam arti tidak
berafeliasi kepada salah satu tarekat populer di negeri lain, seperti tarekat
Wahiddiyah dan Shiddiqiyah di Jawa Timur, tarekat Syahadatain di Jawa Tengah,
dan sebagainya.

2.5 Analisa Hasil Wawancara


Adapun hasil wawancara kami adalah bahwa tariqoh merupakan sesuatu
yang diajarkan langsung oleh Nabi SAW secara turun temurun, dimana apa yang
kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari merupakan contoh dari sebuah
tariqoh. Tetapi ada tariqoh yang khusus seperti yang diajarkan oleh Nabi dahulu
pada Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As-Shidiq dan lain-lain. Jadi sampai sekarang
istilah tariqoh adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada allah.

Tariqoh itu ada 2 macam yaitu mutabarah dan ghoiru mutabarah.


Mutabarah adalah yang diamalkan oleh orang-orang sekarang berupa perjalanan
dalam agama untuk menaatinya. Selain itu mutabarah merupakan silsilah dari
guru sampai ke Nabi Muhammad SAW kemudian Nabi SAW dibimbing oleh
Malaikat Jibril, tetapi malaikat Jibil tidak berjalan sendiri melainkan ditugas oleh
Allah SWT. Oleh karena itu, orang tariqoh merupakan orang yang menjalankan
perintah Allah SWT. Sedangkan untuk ghairu mutabarah dipimpin oleh seorang
syaikh yang memiliki ijazah untuk taqin zikir dan murid untuk silsilahnya sampai
kepada Rasulullah tetapi beliau tidak sebagai orang pilihan Allah dan Rasulullah
SAW.

Tujuan tariqoh adalah Tasqiyatul Qalbi untuk membersihkan hati dari


penyakit hati misalnya iri, dengki dan dendam. Orang tariqoh membersihkan hati
dengan cara dzikir dan belajar ilmu agar mendapatkan kebahagian dunia dan
akhirat.

Orang tariqoh mempunyai tiga metode yang diamalkan yaitu Tahalli,


Takhalli dan Tajalli. Tahalli adalah behias diri dengan kebaikan, takhalli adalah
menyempikan diri dari angkara murka dan amarah atau meninggalkan hal-hal
yang tidak terpuji dan tajalli adalah hati yang terang, hati yang senang dan hati
yang mempunyai tujuan.

Organisasi tariqot di Indonesia dikenal dengan Idhara. Idhara itu sendiri


dibagi menjadi lima macam yaitu:

1. Idhara Ulya adalah pengurus pusat yang berada di Jakarta pemimpinnya


yaitu Habib Lutfi bin Yahya (Pekalongan).
2. Idhara Wustha adalah pengurus yang berada di wilayah (Jawa Timur dan
Jawa Tengah).
3. Idhara Subiyah adalah pengurus yang berada di kabupaten cabang yaitu
bupati.
4. Idhara Husniyah adalah pengurus yang berada di kecamatan.
5. Idhara Sawiyah adalah pengurus yang berada di desa.
Aktivitas orang tariqorat yang diamalkan adalah dzikir yaitu kalimat
tauhid.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Secara istilah tarekat dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau
metode. Sedangkan pengertian tarekat secara istilah adalah suatu jalan atau
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu
Tauhid, Fikih dan Tasawuf.
2. Didunia, islam dikenal beberapa tarekat besar, seperti Tarekat Qadiriyah,
Naqsabandiyah, Syathariyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, Tijaniyah,
Idrisiyah dan Rifaiyah.
3. Unsur-unsur terpenting dalam tarekat ada lima yaitu mursyid (guru), baiat
(janji setia), silsilah (hubungan antar guru), murid dan ajaran.
4. Dilihat dari ajaran ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah
(mutabarah) dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair
mutabarah).

3.2 Saran

Saran dari kami ialah pada hakitatnya semua orang wajib melaksanakan
karena dengan tarekat hati menjadi tenang dan bisa terhidar dari kedendaman,
kebencian, dan penyakit hati lainnya agar kita bisa menjadi orang yang bahagia
dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Burhani, Ahmad Najib. 2002. Tarekat Tanpa Tarekat. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.

Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah.


Yogyakarta: LK is Yogyakarta.

Mulyati, Sri, dkk, 2005. Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat


Muktabarah Di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Mustafa, Ahmad. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.


Said, H.A. Fuad, 2005. Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah. Jakarta: Pustaka Al
Husna Baru.

Shihab, Alwi. 2009. Akar Tasawuf Di Indonesia. Depok: Pustaka Iman.

Thohir, Ajid, 2002. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis


Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyah-
Naqsabandiyah di Pulau Jawa. Bandung: Pustaka Hidayah.

Anda mungkin juga menyukai