MAKALAH
Teosofi
Oleh:
JURUSAN FISIKA
Juni 2017
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Daftar isi........................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUHAN................................................................ 1
1.3 Tujuan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 3
3.1 Kesimpulan......................................................................... 12
3.2 Saran................................................................................... 12
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHLUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian tarekat
2. Untuk mengetahui sejarah timbulnya tarekat
3. Untuk mengetahui unsur-unsur terbentuknya tarekat
4. Untuk mengetahui perkembangan tarekat di Indonesia
5. Untuk mengetahui analisa hasil wawacara mengenai tarekat
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah tarekat berasal dari kata At-Tariq (jalan) menuju kepada hakikat,
atau dengan kata lain pengalaman syariat. Menurut L. Massignon dalam buku
Mustafa (2010:281) yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan
tasawuf dibeberapa Negara islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah tarekat
mempunyai dua macam pengertan, yaitu:
1 Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik
Pada awalnya, tarekat itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan
secara khusus kepada orang tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid
atau zikir yang perlu diamalkan oleh Ali ibn Abi Thalib atau Nabi SAW
memerintahkan kepada sahabat A untuk banyak mengulang-ulang kalimat tahlil
dan tahmid. Pada sahabat B, Nabi Muhammad memerintahkan untuk banyak
membaca ayat tertentu dari surat dalam Alquran. Ajaran-ajaran khusus Rasulullah
itu disampaikan sesuai dengan kebutuhan penerimanya, terutama berkaitan
dengan faktor psikologis.4
Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah
tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir
pada abad itu. Setiap tarekat mempunyai syaikh, kaifiyah zikir dan upacara ritual
masing-masing. Biasanya syaikh atau mursyid mengajar murid-muridnya di
asrama latihan rohani yang dinamakan suluk atau ribath.
4 Ahmad Najib Burhani, Tarekat Tanpa Tarekat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2002), hlm 101.
5 Sri Mulyati dkk, Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di
Indonesia ( Jakarta: Kencana, 2005), hlm 6.
tasawuf (mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam.
Dari sinilah terbentuk suatu tarekat, dalam pengertian jalan menuju tuhan di
bawah bimbingan seorang guru. Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang
cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah
organisasi tarekat. Pada tahap ini, tarekat dimaknai sebagai organisasi sejumlah
orang yang berusaha mengikuti kehidupan tasawuf.
Dilihat dari ajaran ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah
(mutabarah) dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair mutabarah).
Penjelasan dari keduanya yaitu: Suatu tarekat dianggap sah (mutabarah) jika
memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat
tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syariat. Sebaliknya, jika suatu
tarekat tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran
tarekat tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syariat maka ia
dianggap tidak memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang
tidak sah (ghair al-mutabarah).
Dalam tarekat, setidaknya ada lima unsur penting yang menjadi dasar
terbentuknya sebuah tarekat yaitu:
1. Mursyid
Mursyid adalah dianggap telah mencapai tahap mukasyafah, telah
terbuka tabir antara dirinya dan Tuhan. Mursyid atau guru atau master atau
pir bertugas menemani dan membimbing para penempuh jalan spiritual
untuk mendekati Allah, seperti yang terjadi pada diri sang guru. Guru
spiritual itu kadang disebut dengan istilah thayr al-quds (burung suci) atau
7 Ahmad Najib Burhani, Tarekat Tanpa Tarekat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2002), hlm 36.
8 Sri Mulyati dkk, Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di
Indonesia ( Jakarta: Kencana, 2005), hlm 9-10.
9 Ahmad Najib Burhani, Tarekat Tanpa Tarekat (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2002), hlm 37.
Kehadiran tasawuf berikut lembaga-lembaga tarekatnya di Indonesia,
sama tuanya dengan kehadiran Islam itu sendiri sebagai agama yang masuk di
kawasan ini. Namun, tampaknya, dari sekian banyak tarekat yang ada di seluruh
dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia.
Hal itu dimungkinkan di antaranya karena faktor kemudahan sistem komunikasi
dalam kegiatan transmisinya. Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat
yang populer di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat
kegiatan dunia Islam. Faktor lain adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langung
oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India.
Kedua negara ini dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas
Muslim pertama di Indonesia.
10 Alwi Shihab, Akar Tasawuf Di Indonesia (Depok: Pustaka Iman, 2009), hlm
186
menganut tarekat tersebut dan berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah.
Oleh sebab itu, bentuk tarekat di Indonesia, seperti halnya di negeri muslim, tidak
lain merupakan kesinambungan dari tasawuf suni Al-Ghazali.
Selanjutnya, ada pula tarekat-tarekat yang bersifat lokal dalam arti tidak
berafeliasi kepada salah satu tarekat populer di negeri lain, seperti tarekat
Wahiddiyah dan Shiddiqiyah di Jawa Timur, tarekat Syahadatain di Jawa Tengah,
dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Secara istilah tarekat dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau
metode. Sedangkan pengertian tarekat secara istilah adalah suatu jalan atau
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu
Tauhid, Fikih dan Tasawuf.
2. Didunia, islam dikenal beberapa tarekat besar, seperti Tarekat Qadiriyah,
Naqsabandiyah, Syathariyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, Tijaniyah,
Idrisiyah dan Rifaiyah.
3. Unsur-unsur terpenting dalam tarekat ada lima yaitu mursyid (guru), baiat
(janji setia), silsilah (hubungan antar guru), murid dan ajaran.
4. Dilihat dari ajaran ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah
(mutabarah) dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair
mutabarah).
3.2 Saran
Saran dari kami ialah pada hakitatnya semua orang wajib melaksanakan
karena dengan tarekat hati menjadi tenang dan bisa terhidar dari kedendaman,
kebencian, dan penyakit hati lainnya agar kita bisa menjadi orang yang bahagia
dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Burhani, Ahmad Najib. 2002. Tarekat Tanpa Tarekat. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.