Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN TEREKAT DI INDONESIA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Islam dan Budaya Lokal
Dosen pengampu Bp. Lukmanul Hakim, M. Hum.

Disusun Oleh :

1. Nor Aida Salma 33030190011


2. Fitria Eka Wijiyanti 33030190016
3. Muhammad Ainun Najib 33030190073

PROGAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul“ Perkembangan Terekat di Indonesia “
telah selesai tepat waktu.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Lokal.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang perkembangan
terekatnya di Indonesia.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak dosen Lukmanul Hakim, M. Hum.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Islam dan Budaya Lokal yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi kami.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata dari kami, kami berharap semoga makalah tentang “Perkembangan Terekat di
Indonesia” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Salatiga, 18 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………...

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

C. Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II ISI .......................................................................................................................... ..

A. Sejarah Munculnya Terekat .................................................................................................2

1. Periode Pertama (abad ke-1 dan ke-2 H).......................................................................3


2. Periode Kedua (abad ke-3 dan ke-4 H)..........................................................................7
3. Periode ketiga (abad ke-5 H)..........................................................................................7
4. Periode keempat (abad ke-6 H. dan seterusnya)............................................................8

B. Terekat di Indonesia…………………………………………………….............................10

1. Era Wali Songo..............................................................................................................11


2. Pada abad 17-18.............................................................................................................12
3. Era Modern.....................................................................................................................14

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………...........17

A. Kesimpulan ……....…………………………………………………...………….......….....17

B. Saran dan Kritik ………………………………………………………………………........17

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………...…18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran tarekat adalah salah satu pokok ajaran yamg ada dalamtasawuf. Ilmu
tarekat sama sekali tidak dapat dipisahkan dengan ilmutasawuf dan tidak mungkin
dipisahkan dari kehidupan orang-orang sufi.Orang sufi adalah orang yang menerapkan
ajaran tasawuf. Dan tarekatitu sendiri adalah tingkatan ajaran pokok dari tasawuf itu.Para
tokoh sufi dalam tarekat, merumuskan bagaimanasistematika, jalan, cara, dan tingkat -
tingkat jalan yang harus dilaluioleh para calon sufi atau muri tarekat secara rohani untuk
cepatbertaqarrub, mendekatkan diri kehadirat Allah SWT.
Orang Islam yang tidak paham Ilmu Tasawwuf selalu mempertanyakan mengapa
ada pula ilmu Tarekat, apa tidak cukupilmu fiqh itu saja dikerjakan untuk melaksanakan
ajaran Islam itu.Orang yang bertanya demikian itu sebenarnya sudah melakukan ilmu
tarekat, tatkala gurunya yang mengajarkan ilmu fiqh itu kepadanya,misalnya
sembahyang, menunjuk dan membimbing dia, bagaimana cara melakukan ibadah
sembahyang itu, bagaimana mengangkat tangan padawaktu takbir pembukaaan,
bagaimana berniat yang sah, bagaimanamelakukan bacaan, bagaimana melakukan Mukti
dan sujud, semuanyaitu dengan sebaik-baiknya. Semua bimbingan guru itu dinamakan
tarekat, secara minimum tarekat namanya, tetapi juga pelaksanaan ibadah itu berbekas
kepada jiwanya, pelaksanaan itu secara maksimumtarekat namanya, sedang hasilnya
sebagai tujuan terakhir daripadasemua pelaksanaan ibadat itu ialah mengenal Tuhan
sebaik-baiknya,yang dengan istilah sufi ma’rifat namanya, mengenal Allah, untuk siapa
dipersembahkan segala amal ibadah itu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya terekat ?
2. Bagaimana sejarah terekat di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah terekat.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya terekat di Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Tarekat

Dari segi etimologi, kata tarekat yang berasal dari bahasa Arab‫ طریق‬yang
merupakan bentuk mashdar (kata benda) dari kata –‫ طرقطریقة‬-‫ یطرق‬yang memiliki arti
‫( الكیفیة‬jalan, cara), ‫( األسلوب‬metode, sistem), ‫( المذھب‬madzhab, aliran, haluan), dan ‫الحالة‬
(keadaan). Pengertian ini membentuk dua maknaistilah yaitu metode bagi ilmu jiwa
akhlak yang mengatur suluk individu dan kumpulan sistem pelatihan ruh yang
berjalan sebagaipersahabatan pada kelompok-kelompok persaudaraan Islam. Istilah
tarekat dalam ilmu tasawuf memiliki dua makna,
Pertama, cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang menempuh hidup sufi
(pandangan pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi atau sekitar abad ke-1 dan ke-2 Hijriah
berarti.
Kedua, sesudah abad ke-11 M atau abad ke-3 H. tarekat mempunyai pengertian
sebagai suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani dan
jasmani pada segolongan kaum muslimin menurut ajaran dan keyakinan tertentu 1
Pada dasarnya tarekat bukanlah sesuatu yang terpisah dari syari’at, sebab tarekat
adalah pengejawantahan dari syariat itu sendiri. Sebagaimana lazim dikatakan orang,
”syariat tanpa tarekat adalah kosong, sedangkan tarekat tanpa syariat adalah bohong.”
Terkait hal ini Abu Bakar Atjeh dalam bukunya, Pengantar Tarekat, dengan tegas
menyatakan bahwa tarekat merupakan bagian terpenting dari pada pelaksanaan
tasawuf. Mempelajari tasawuf dengan tidak mengetahui dan melakukan tarekat
merupakan suatu usaha yang hampa. Dalam ajaran tasawuf diterangkan, bahwa
syariat itu hanya peraturan belaka, tarekat lah yang merupakan perbuatan untuk
melaksanakan syariat itu, apabila syariat dan tarekat ini sudah dapat dikuasai, maka
lahirlah hakekat yang tidak lain daripada perbaikan keadaan atau ahwal, sedangkan

1
Asmaran As.Pengantar Studi Tasawuf. (Jakarta: RajaGrafindo Persada),1994, h. 97.

2
tujuan yang terakhir ialah makrifat yaitu mengenal dan mencintai Tuhan dengan
sebaik-baiknya.2
Habib MuhammadLutfi bin Yahya, Pemimpin Jamiyyah Ahlit Tarekat Al-
Mu‟tabarah An-Nahdliyyah, membagi Tarekat dua: Tarekat Syariah dan Tarekat
Wushul. Tarekat Syariah adalah seperangkat aturan-aturan fiqih yang disebutkan
dalam berbagai kitab-kitab para fukaha yang mu‟tabar, para muhadistin, mutakalimin
dan mufassirin yang mu‟tabar. Sedangkan tarekat wushul adalah upaya memetik
natijah (hasil) dari pelaksanaan tarekat Syariah dengan mengikuti bimbingan seorang
Syekh dengan penuh khidmah(pengapdian), muaffaqoh (mengangap benar) dan
menghindar buruk sangka, serta berupaya membersihkan hatinya dari berbagai sifat
tercela, menghiasinya dengan sifat mulia, dan memperbanyak zikir, menyebut nama
Allah. Karena pembersihan hati dari berbagai hal negatif tersebut hukumnya wajib,
maka wajib pula hukum memasuki tarikat.3
Membahas sejarah tarekat, maka dimulai dari perodesasi tasawuf.
1. Periode Pertama (abad ke-1 dan ke-2 H)
Gerakan tasawuf pada masa ini timbul sebagai bentuk kekahawatiran
terhadap perubahan mental masyarakat di masa itu. Kondisi masyarakat pada
masa abad pertama Hijriyah pasca nabi SAW dan para sahabat mengalami
perubahan besar dari aspek sosial dan ekonomi. Dalam hal spiritual,
masyarakat lebih banyak berbicara tentang teologi dan formulasi syariat
4
sehingga mulai melupakan persoalan-persoalan kerohanian. Kondisi ini
ditandai dengan berkembangnya budaya hedonism di tengah-tengah
masyarakat.
Para tokoh sufi melihat kehidupan masayarakat saat itu mulai cenderung
hidup bermewah-mewahan. Gerakan tasawuf yang dimotori oleh para sahabat,
tabi’in serta tabi’tabi’in senantiasa mengingatkan tentang hakikat hidup ini,
dan berupaya menanamkan semangatberibadah, dan melakukan pola hidup

2
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Uraian Tentang Mistik), (Solo:Ramadhani, tt 2001), h. 41.
3
Tim Penyusun JATMAN, Mengenal Thariqah,.h. 12.
4
Mulyati, Hj. Sri. dkk. , Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana.
2004, h.6

3
sederhana atau zuhud5. Di antara bentuk kesederhanaan mereka –utamanya
dalamberpakaian- adalah berpakaian shuf (pakaian dari bulu domba),
karenamereka dinamakan sufi. Termasuk dalam periode ini adalah Hasan
alBashri (110 H) dengan konsep khauf, dan Rabi’ah al ‘Adawiyah (185H)
dengan konsep cintanya.Berdasarkan keterangan di atas, tampak bahwa ajaran
tasawufpada periode pertama bercorak akhlaki, yakni pendidikan moral
danmental dalam rangka pembersihan jiwa dan raga dari
pengaruhpengaruhduniawi6.
2. Periode Kedua (abad ke-3 dan ke-4 H)
Pada periode ini ajaran tasauf memasuki babak baru. Ajaran tasawuf pada
periode ini tidak hanya terbatas pada pembinaan moral, sebagaimana yang
diajarkan para Zahid di masa periode pertama. Dalam pandangan Hamka,
pada masa abad ke 3 dan ke-4, ilmu tasawuf telah berkembang dan telah
memperlihatkan isinya yang dapat dibagikan kepada tiga bagian, yaitu ilmu
jiwa, ilmu akhlak dan ilmughaib (metafisika).Kehalusan rasa yang diutamakan
di abad pertama dan kedua telah mempertinggi penyelidikan atas ketiga
cabang ilmu itu, yang telah memenuhi seluruh kehidupan sufi. Menurut
Abubakar Atjeh, jika pada abad ke-2 ajaran tasawuf menekankan pada
kezuhudan (asceticism), maka pada abad ke-3 orang-orang sudah masuk pada
pembicaraan tentang wusul dan ittihad dengan Tuhan (mistikisme).
3. Periode ketiga (abad ke-5 H)
Memasuki abad ke 5, kedua bentuk ajaran tasawuf yaknitasawuf sunnidan
tasawuf falsafi yang berkembang pada periodekedua, maka pada periode
ketiga ini terjadi pembaharuan di dalamnya.Karena ternyata tasawuf
sunnimakin berkembang, sementara tasawuffalsafi mulai tenggelam dan baru
muncul kembali di saat lahirnya parasufi yang sekaligus seorang filosof7.Akan
tetapi, kaitannya dengan tarekat, pada abad kelima hijriahini tarekat dalam
pengertian kelompok zikir, baru muncul yang menjadikelanjutan kaum sufi

5
Al Fandi, Muhammad Sabit dkk.,.Dairat al Ma’arif al Islamiyah.
Teheran. Intisyirat Jahannam. t.th. jil. XV.2004,h. 24
6
Asmaran As. Pengantar Studi Tasawuf. (Jakarta: RajaGrafindo Persada),1994,h.249
7
Asmaran As. Pengantar Studi Tasawuf. (Jakarta: RajaGrafindo Persada),1994,h.253

7
sebelumnya. Hal itu ditandai dengan setiap silsilahtarekat selalu dihubungkan
dengan nama pendiri atau tokoh sufi yang lahir pada masa itu.Tarekat seperti
ini mulai bermunculan disebabkan oleh karenapada periode tersebut telah
terjadi kehampaan spiritual sehingga untukmengembalikan semangat spiritual
itu maka dilakukan upayapendekatan diri kepada Allah dalam bentuk tarekat,
sekalipun padaperiode ini kuantitas pengamalan tarekat masih cukup terbatas.
4. Periode keempat (abad ke-6 H. dan seterusnya)
Pada periode ini adalah munculnya kembali ajaran tasauf falsafi secara
sempurna, dimana pada periode sebelumnya (abad ke V) ajaran ini tenggelam.
Ajaran tasawuf falsafi pada periode abad ke V. mengalami perkembangan
yang sempurna dimana ajaran tqasauwuf ini sudah cukup detail dan mendalam
dalam segi praktek, pengajaran dan ide. Hal tersebut dapat terilhat dari tulisan
Ibnu Arabi dalam bukunya al Futuhat al Makkiyah dan Fusus al Hikam.
Perkembangan tasawuf pada periode ini secara signifikan turut berpengaruh
pada perkembangan tarekat itu sendiri. Dari hasil kajian oleh sebagian penulis
bahwa lahirnya gerakan tarekat sebenarnya diawali pada abad keenam
Hijriah8.
Berdasarkan kajian historis perkembangan tasawuf tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa di awal perkembangannya, utamanya pada abad ke-1 dan
ke-2 Hijriah tarekat masih merupakan jalan spiritual yang dilalui oleh seorang
salik menuju hakikat, dengan kata lain tarekat dalam pengertian yang pertama.
Nanti pada abad selanjutnya, abad ketiga dan keempat Hijriah, merupakan
cikal bakal munculnya tarekat-tarekat. Dan selanjutnya pada abad keenam
Hijriah terjadi perubahan arah dalam perkembangan tarekat dengan
munculnya beberapa kelompokkelompok tarekat yang diawali dengan
datangnya Syaikh Abdul Qadir al Jailani (w. 561 H/1166 M) dengan sistem
tarekat Qadiriahnya (sekaligus menjadi tarekat pertama).
Sejak itu, berbagai macam tarekat mulai bermunculan, baik yang
merupakan cabang dari tarekat Qadiriyah maupun tarekat yang berdiri sendiri.
Tarekat-tarekat itu antara lain, tarekat al-Rifaiyah yang diajarkan oleh Syekh

8
Kalsum, Ummu. Ilmu Tasawuf. Makassar: Yayasan Fatiya. 2003, h.117

8
Ahmad Rifa’i (w. 1182 M), tarekat al Kubrawiyahyang diajarkan oleh
Najmuddin al Kubra (w. 1221 M), tarekatSyaziliyah oleh Abu Hasan al
Syazili (w. 1258 M), tarekatNaqsyabandiyah oleh Bahauddin al-Naqsyabandi
(w. 1389 M), tarekatSyattariah oleh Abdullah al-Syattar (w. 1428 M), dan
tarekat alKhalwatiyah dari Zahiruddin al Khalwati (w. 1397 M).
Dalam proses pengajaran dan pengamalan masing-masingtarekat antara
syekh dan muridnya, sehingga terjadi transformasi ilmudi antara keduanya.
Murid yang telah sampai pada tingkatan tertinggidiberi ijazah untuk
mengadakan dan mengajarkan tarekat tersebut.Maka secara otomatis
penyebaran tarekat makin meluas.
Namun bukan hanya itu, terkadang seorang murid belajartarekat bukan
hanya dari satu orang atau satu jenis tarekat saja tetapi diantara murid tersebut
yang mempelajari tarekat dari beberapa sumberdan masing-masing
memberikan ijazah kepadanya untuk mengajarkantarekat yang telah
dipelajarinya sehingga terkadang dalam pengajarantersebut si murid membuat
kelompok tarekat baru yang menggabungdua atau beberapa tarekat yang telah
dipelajarinya. Sebagai contohtarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang
merupakan tarekatgabungan antara Qadiriyah dan Naqsyabandiyah yang
merupakantarekat yang didirikan oleh ulama asli Indonesia Ahmad Khatib
Sambas(Kalimantan Barat) yang lama belajar di Mekkah dan sangat
dihormati9.
Ada beberapa hal yang membedakan di antara tarekat-tarekat tersebut.
Pertama, al khirqah dan al zay yaitu semacam jubah berwarna yang dipakai
oleh seorang syekh tarekat dan menjadi cirri khas dari tarekat tertentu. Hanya
saja khirqah ini tidak cukup untuk membedakan semua tarekat yang ada
karena ada beberapa tarekat yang memiliki khirqah yang sama, misalnya
Qadiriyah, Sadiah, dan Bahamiyah yang sama-sama menggunakan khirqah
yang berwarna hijau. Perbedaan kedua adalah bahwa setiap tarekat memiliki

9
Mulyati, Hj. Sri. dkk. , Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana.
2004, h.19

9
wirid dan hizb yang berbeda yang diciptakan oleh masing-masing syekh dari
tarekat-tarekat tersebut10.
Sejarah Islam telah mencatat bahwa tarekat mengalami perkembangan
pesat sehingga memasuki semua Negara Islam. Tarekattarekat tersebut
memegang peranan penting dalam menjaga eksistensi dan ketahanan akidah
umat Islam, bahkan ternyata organisasi-organisasi tarekat tersebut telah
berhasil melanjutkan tradisi dakwah hingga ke pelosok dunia belahan barat
Maroko dan belahan timur Indonesia.11
B. Tarekat di Indonesia
Sejarah tarekat di Indonesia diyakini sama dengan sejarah masuknya Islam ke
Nusantara itu sendiri. Para sejarawan Barat menyakini, Islam bercorak Sufidtik itulah
yang membuat penduduk nusantara yang semula beragama Hindu dan Budha menjadi
sangat tertarik. Tradisi dua agama asal India yang kaya dengan dimensi metafisik dan
spiritualitas itu dianggap lebih dekat dan lebih mudah beradaptasi dengan tradisi
tarikat yang dibawa para wali. Sehingga perubahan besar itu pun berlangsung nyaris
tanpa meneteskan darah sedikitpun. Ini berbeda dengan proses Islamisasi di india
yang dilakukan secara besar-besaran melalui penaklukan dan tekanan, bahkan konon
sedikit pemaksaan dengan senjata. Oleh para raja Muslim seperti Sultan Mahmud
Ghadzna, Auranzeb, Haidar Aly, Tipu Sultan, dan sebagainya. Namun hingga saat ini
India terlebih setelah terbagi tiga dengan Pakistan dengan Banglades dan muslim,
Islam tetap tidak berhasil secara massip menggeser Hindu sebagai Agama mayoritas
masyarakat.12
Besarnya pengaruh tarekat dalam islamisasi juga didukung dengan dari temuan
sejarah bahwa sebenarnya Islam sudah masuk di Nusantara sejak abad ke-7, dan di
Jawa sejak abad 11 M, namun sejauh itu tidak cukup signifikan mengubah agama
masyarakat nusantara. Islam saat ini hanya menjadi agama para pendatang yang
berkumpul dalam komuniatas-komunitas kecil di beberapa kota di pesisir Jawa,
seperti di Leran (Gresik), Idramanyu dan Semarang. Sementara penduduk asli
10
Suryadilaga, M. Alfatih, dkk.,Miftahus Sufi, Yogyakarta; Teras, 2008.h. 233-234.
11
Gibb, H.A.R. Islam dalam Lintas Sejarah. Jakarta. Bharata Karya
Aksara. 1983, h.13
12
3Agus Sunyoto, Atlas Wali Songgo: Buku Pertama Yang Mengunkap Wali Songgo Sebagai Fakta Sejarah, (Pustaka
Ilman, Depok, 2012), h.42-43

10
diceritakan masih hidup dengan agamanya, bahkandigambarkan dengan pola hidup
yang “kotor”13.
Proses islamisasi nusantara secara besar-besaran baru terjadi pada penghujung
abad 14 atau awal abad 15, bersamaan dengan masa keemasan perkembangan tasawuf
akhalaki yang ditandai dengan munculnya aliran-aliran tarekat di Timur Tengah. Fase
itu sendiri telah dimulai sejak Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali (wafat 1111
M) merumuskan konsep tasawuf moderat yang memadukan keseimbangan unsur
Ahklak, syariat, dan filsafat. Konsep itu diterima sacara terbuka oleh kaum fukaha
yang sebelumnya menentang habis-habisan ajaran tasawuf falsafi yang kontroversial.
Dilanjutkan dengan bermunculannya pusat-pusat pengajaran tasawuf yang dipimpin
oleh para sufi terkemuka seperti Syekh Abdul Qadir Al-Jailani (wafat 1166 M), yang
ajaran tasawufnya menjadi dasar Thariqoh Qodiriyyah. Ada juga Syekh Najmudin
Kubro (wafat 1221 M), sufi Asia Tengah pendiri Thariqoh Kubrawiyyah; Syekh Abul
Hasan Ali Asy-Syadzili (wafat 1258), pendiri Thariqoh Syadziliyyah asal Maghribi,
Afrika Utara; Ahmad Arfa‟iyyah. Belakangan, pada awal abad keempat belas juga
lahir Tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syekh Muhammad Bahauddin An-
Naqsabandy (wafat 1389) di Khurasan dan Tarekat Syathariyyah yang di dirikan
Syekh Abdullah Asy-Syatthari (wafat 1428 M).
Tarekat-tarekat ini kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Nusantara,
melalui para penyebar agama Islam. Mencapai puncaknya pada abad 17-18,
bersamaan dengan orang-orang Jawayang naik haji. Hingga saat ini tak kurang dari
44 tarekat yang telah ada dan tersebar di seluruh Indonesia14.
a. Era Wali Songo
Islam bercorak sufistik itulah yang membuat penduduk nusantara yang
semula beragama Hindu dan Budha menjadi sangat tertarik. Tradisi dua agama
asal India yang kaya dengan dimensi metafisik dan spritualitas itu dianggap
lebihdekat dan lebih mudah beradaptasi dengan tradisi tarikat yang dibawa oleh
para wali. Sayang nya dokumen sejarah Islam sebelum abad 17 cukup sulit

13
Agus Sunyoto, Atlas Wali Songgo, h. 48-50
14
Jami‟iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu‟tabarah An-nahdiyyah (JATMAN), lihat: Tim Penyusun JATMAN, Mengenal
Thariqah , (Lajnah Ta‟alif wa Nasr JATMAN, Pekalongan, 2005), h. 15

11
dilacak.15 Meski begitu, beberapa cacatan tradisional di keraton-keraton sedikit
banyak bercerita tentang aktivitas tarekat di kalangan keluarga istana raja-raja
Muslim.
jika mengacu pada data kronologi sejarah tentu saja pertemuan fisik antara
Sunan Gunung Jati dengan yang hidup diabad 16, dengan Syekh Abul Hasan Asy-
Syadzili yang wafat di abad 13, apalagi dengan Syekh Abu Najmuddin Kubra
yang wafat pada tahun 1221 M, tidak lah munkin.16
Anggota wali songgo yang lekat dengan tarekat adalah Sunan Gunung
Jati, Sunan Ampel dan Sunan Bonang alias Raden Makhdum Ibrahim. Dalam
babat Tanah Jawi, Sunan Ampel disebut-sebut mengajarkan Suluk Tarekat
Naqsabandiyah. Sementara Sunan Bonang, diceritakan oleh Caita Lasem dan
Hikayat Hasanudin, setelah gagal berdakwah dikediri, karena menggunakan
pendekatan fiqih yang cenderung kaku, lalu pindah ke Demak dan menjadi Imam
Masjid Agung Demak. Tak lama kemudian ia hijrah ke Lasem, Rembang
membangun zawiyyah dan menjalani suluk tarekat. Usai menjalani suluk itu lah
Raden Makhdum Ibrahim yang kemudian bergelar Sunan Bonang itu melanjutkan
dakwahnya. Adapun pendekatan-pendekatan baru ini terbukti dengan beberapa
peninggalan Sunan Bonang yang lebih bercorak sufistik dan budaya baik bentuk
tembang, dolanan bocah, primbon dan serat-serat.17
b. Pada abad 17-18
Tarekat lain yang tercatat masuk ke Nusantara pada periode awal adalah
Tarekat Qodiriyyah, Syaththariyyah dan Rifa‟iyyah. Ketiga tarekat tersebut masuk ke
Sumatra sepanjang abad 16 dan 17 secara susul menyusul. Tarekat Qadiriyyah yang di
bawa oleh Hamzah Fansuri, ulama dan sastrawan sufi kontroversial dari Aceh. Meski
banyak meninggalkan karya tulis, namun sang sufi yang sempat berkelana kenegeri-
negeri di Asia selatan dan tenggara itu diyakini tidak menyebarkan tarekat nya kepada
khalayak umat Islam. Jejaknya hanya diikuti oleh murid utamanya, Syamsudin al-
Sumatrani, yang belakangan justru menyebarkan Tarekat Syadthariyyah izazah

15
Tim Penyusun JATMAN, Mengenal Thariqah,.h. 23
16
al-fuyudhat ar-Rabbaniyyah: hasil kesepakatan muktamar dan musyawarah besar jami‟iyyah Ahlith Thariqah al-
mu‟tabarah an-Nahdiyyah tahun (1957-2005), (Surabaya: Khatulistiwa, 2006), h. 162-163
17
Agus Sunyoto, Atlas Wali Songg,.h 162-103

12
kemursidan Syathariyyahnya di peroleh dari sufi asal Hujarat, Syeh Muhammad Bin
Fadhlullah Burhanpuri. 18
Meskipun berbeda tarekat, guru dan murid itu mempunyai kesamaan
kecenderungan, yakni mengajarkan faham Wahdatul wujud, yang kemudian memicu
konflik tajam dengan Sufi lain yang menjadi mufti kerajaan Aceh, yakni Syekh Nuruddin
Al-Raniri. Usaha kelompok Al-Raniri dalam memeranggi ajaran pantaisme ala-
Syamsuddin itu tidak main-main. Selain pembakaran kitab pegangan dan zauwiyyah-
zauwiyyahnya, al-Raniri juga berhasil meyakinkan pemerintah untuk menghukum bakar
Syamsuddin serta para pengikutnya.
Sepeninggal al-Raniri, jejaknya diteruskan oleh Syekh Abdul Rau‟f al-
Awaludini Sejarah dan Perkembangan Tarekat Nusantara Singkili asal Singkel,
Aceh. Ulama muda yang pernah belajar di Tanah Suci selama 19 tahun itu
membawa TarikatSyadthariyyah yang lebih bercorak ahklaki. Ijazah kemursyidan
Syehk Abdul Rau‟f Singkel diperoleh dari dua sufi besar Madinah, Syehk Ahmad
al-Qusasy (wafat 1660 M) dan Syekh Ibrahim al-Kurani (wafat 1691). Setelah
mendengar konflik antara pengikut Syadthariyyah la Syamsudin yang
kontrofersial dan Syekh Nuruddin al-Raniri, Abdul Rau‟f di utus gurunya untuk
kembali ke Aceh guna menyebarkan Tarekat Syadthariyyah yang benar.
Kedatangannya diterima dengan tangan terbuka oleh kerajaan. Bahkan ia lalu
diangkat menjadi salah satu mufti kerajaaan. Syekh Abdul Rauf Singkel memiliki
beberapa murid yang mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam dan Tarekat
Syaddthariyyah. Yang paling terkenal di antara mereka adalah Syekh
Burhanuddin Ulakan, yang berdakwah, berjuang melawan VOC dan wafat
priaman sumatra barat. Melalui ulama sufi dan juga pernah berguru kepada Syekh
Ahmad al-Kusasi di Mekah, Tarekat Syadthariyyah kemudian menyebar di
Sumatra Barat.19
Tokoh lain yang hidup semasa Syekh Abdul Rauf Singkel dan pernah juga
berguru kepada Syekh Ibrahim al-Kurnia serta ulam sufi lainnya di Timur
Tenggah adalah Syekh Yusuf al-Makassari, ulama pejuang asal Sulawesi Selatan.
Setelah mengembara hingga ke Damaskus, Syekh Yusuf pulang ke Nusantara
18
Martin Van Brunainessen, Kitab Kuning, h. 94 dan 192-195
19
Id Wikipedia, org/wiki Burhanudin-Ulakan dan pariamannew, Wordress. com

13
dengan mengantongi izazah kemursyidan tarikat Naqsabandiyah, Qadariyyah,
Syathariyyah, Ba‟alawiyyah dan Khalwatiyyah. 20
Di Makasar, Syekh Yusuf lalu mengajarkan Tarekat Khalwatiyyah yang
dipadu dengan beberapa ritual tarekat lain yang dikuasainya, dan dikenal
kemudian dengan nama Khalwatiyyah Yusufiyyah. Pengikut tarekat ini juga
dikenal sangat militan. Beberapa kali merekat terlibat bentrokan dengan penjajah
dan ditangkapi. Syekh Yusuf sendiri kemudian hijrah ke kesultanan Banten, ikut
membantu perjuangan rakyat Banten sambil terus mengajarkan tarekat
Khalwatiyyahnya.
Sepeningal Sultan Ageng yang gugur di penjara komponi Belanda, Syekh
Yusuf membangun basis pertahanan di sekitar Tangerang. Namun raja Banten
berikutnya cenderung membela penjajah, perjuangan Syekh Yusuf pun semakin
melemah hingga akhirnya tertangkap pada tahun 1683. Setelah dipindah-
pindahkan dari penjara Cirebon ke Batavia, akhirnya pada tanggal 12 September
1684 ia dibuang ke Ceylon, Afrika Selatan. Di negeri itu ia menghabiskan sisa
usia dengan berdakwah, mengajarkan dan menulis kitab. Hingga kini masyarakat
Ceylon masih mengangap sang Syekh sebagai wali dan pahlawan kebanggaan
mereka.
c. Era modern
Seorang ahli tarekat terbesar menerangkan, bahwa sebenarnya tarekat itu tidak
terbatas banyaknya, karena tarekat atau jalan kepada Allah itu sebanyak jiwa manusia.
Maka dari itu, tiap tarekat diakui sah ulama harus mempunyai lima dasar, yaitu:21
1. Menuntut ilmu untuk dilaksanakan sebagai perintah Tuhan
2. Mendampingi guru dan teman se tarekat untuk meneladani
3. Meninggalkan rukhsandan ta‟wil untuk kesungguhan
4. Mengisi semua waktu dengan do‟a dan wirid
5. Mengekangi hawa nafsu dari pada berniat salah dan untuk kesalamatan.
Tarekat sendiri sebenarnya ada banyak, ada tarekat-tarekat yang
merupakan induk, diciptakan oleh tokoh-tokoh tasawuf aqidah, dan ada tarekat-
tarekat yang merupakan perpecahan dari pada tarekat induk tersebut, yang sudah
20
12Martin
Van Bruinessen, Kitab Kunig, h. 79
21
Abubakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat (Kajian Historis Tentang Mistik), (Solo: Ramadani, 1996), h. 72.

14
dipengaruhi oleh syekh-syekh tarekat yang mengamalkannya. Dan diantara
perpecahan tarekat-tarekat itu disusun dalam atau diberi istilah-istilah yang sesuai
dengan tempat perkembangannya. Dan dalam perkembangannya di Indonesia
sekarang, sudah tercatat ada 45 tarekat mu‟tabarah,22yaitu: Rumiyah, Rifa‟yah,
Sa‟diyah, Bakriyah, Justiyah, Umariyah, Alawiyah, Abasiyah, Zainiyah,
Dasuqiyah, Akbariyah, Bayumiyah, Malamiyah, Ghoibiyah, Kubrowiyah,
Maulawiyah, Jalwatiyah, Baerumiyah, Ghozaliyah, Hamzawiyah, Hadadiyah,
Mabuliyah, Sumbuliyah, Idrusiyah, Usmaniyah, Syadziliyah, Sya‟baniyah,
Khalsyaniyah, Qodiriyah, Syatoriyah, Khalwatiyah, Bakdasiyah, Syuhriyah,
Ahmadiyah, „Isawiyah, Thuruqil Akabiril Auliya, Qdariyah wa Naqsabandiyah,
Khalidiyah wa Naqsabandiyah, Ahli Mulazamatil Qur‟an wa Sunnah wa Dalailil
Khoiroti Wata‟limi Fathil Qoribi, au Kifayatil Awam. 23
Pada tahun 1979, diadakanlah musyawarah para pemimpin NU di Suburan
Mranggen Demak. Dalam musyawarah itu tercetus keputusan dibentuknya
Jam‟iyyah Ahl Tarekat Al Mu‟tabarah Al Nahdiyah (JATMAN). Keputusan ini
dilakukan dengan Surat Keputusan PB. Syuriyah Nomor: 137/ Syur PB/V/1980
dengan tujuan mempertahankan kepentingan bersama, yaitu tarekat yang
terhimpun ini mengindahkan Syari‟ah dan termasuk ahlussunhah wal jama‟ah,
sertaharus mempunyai silsilah yang sah, yaitu berkesenambungan sampai Nabi.
Di Indonesia sendiri saat ini tak kurang dari tujuh puluh juta orang tercatat
sebagai pengamal tarekat.
Empat puluh juta di antaranya tergabung dalam Jam‟iyyah Ahlith Tarekat
Al-Mu‟tabarah Al-Nahdliyyah, organisasi para pengamal tarekat yang didirikan
oleh para ulama da guru mursyid tarekat yang berasal dari kalangan Nahdliyyin.
Karena tarekat saat itu jumlahnya sangat banyak, organisasi kaum tarekat
NU itu menambahkan kata mu‟tabarah di belakangnya. Kata mu‟tabarah dalam
nama tersebut ialah muttasil sanadnya sampai kepada Rasulullah saw yang
menerima ijazah dan bai‟atnya dari malaikat Jibril as dari Allah Swt. Dan di
kemudian hari, nama itu ditambah lagi dengan An-Nahdliyyah untuk

22
Muhsin jamil, Tarekat dan Dinamika Sosial Politik (Tafsirsosial Sufi Nusantara), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), h. 110
23
Muhsin jamil, Tarekat dan Dinamika Sosial Politik.., h. 110

15
membedakan dengan kemungkinan munculnya jam‟iyyah yang sejenis yang
bukan tidak berafiliasi kepada Nahdlatul Ulama. Demikian keputusan Mu‟tamar
NU ke-26 di Semarang 1979 M.24
Dalam setiap mu‟tamarnya ulama tarekat dan guru mursyid yang
tergabung dalam jam‟iyyah juga mengelar kajian masalah-masalah keagamaan
konterporer, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas ketarekatan. Mengikuti
jejak pendiri-pendirinya, jam‟iyyah juga sangat peduli dengan berbagai isu
kebangsaan. Hal itu terlihat dari tema-tema yang di usung disetiap mu‟tamar dan
musyawarah kubranya. Dalam muktamar ini, misalnya tema yang diusung adalah
menggalang kebersamaan jamaah untuk meneguhkan khidmah kaum tarekat
kepada bangsa dan Negara.

24
Tim Penulis Lajnah Ta‟lif Wan Nasr, Mengenal Thariqah, (LTN-JATMAN, 2005), h. 55

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan tarekat di Indonesia bermula dengan adanya ajaran tasawuf, yang di


padukan dengan ajaran sufistik india dan sufistik pribumi kemudian di anut oleh
kalangan masyarakat islam di Indonesia pada abad ke-18 M, berbagai macam tarekat
telah mendapat banyak pengikut, termasuk tarekat Naqsabandiyah. Pada dasarnya
tarekat bukanlah sesuatu yang terpisah dari syari’at, sebab tarekat adalah
pengejawantahan dari syariat itu sendiri. Sebagaimana lazim dikatakan orang, ”syariat
tanpa tarekat adalah kosong, sedangkan tarekat tanpa syariat adalah bohong.”

Dari berbagai referensi tentang pengertian tarekatik, di peroleh dua makna, yaitu
tarekat bermakna jalan yang di tempuh oleh seorang sufi untuk mendekatkan diri pada
tuhan.dan tarekat bermakna semacam organisasi atau perkumpulan yang di dalamnya
terdapat syaikh, melakukn upacra ritual dn dzikir- dzikir.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami sajikan, penulis sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan
demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bisa menjadikan
manfaat bagi kita semua

17
DAFTAR PUSTAKA

Al Fandi, Muhammad Sabit dkk,. 2004. .Dairat al Ma’arif al Islamiyah. Jakarta: Teheran

al-fuyudhat ar-Rabbaniyyah: hasil kesepakatan muktamar dan musyawarah besar jami‟iyyah


Ahlith Thariqah al-mu‟tabarah an-Nahdiyyah tahun (1957-2005),Surabaya: Khatulistiwa.

As, Asmaran. 1994. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Jamil, Muhsin. 2005. Tarekat dan Dinamika Sosial Politik (Tafsirsosial Sufi Nusantara).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kalsum, Ummu. 2003. Ilmu Tasawuf. Makasar: Yayasan Fatiya

Atjeh, Abu Bakar. 2001. Pengantar Ilmu Tarekat, (Uraian Tentang Mistik), Solo:Ramadhani.

H.A.R, Gibb,1983. Islam dalam Lintas Sejarah. Jakarta. Bharata Karya


Aksara.

Id Wikipedia, org/wiki Burhanudin-Ulakan dan pariamannew, Wordress. Com/ diakses 16


September 2021.

Mulyati, Hj. Sri. Dkk,. 2004. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di
Indonesia. Jakarta: Kencana.

Tim Penyusun JATMAN,2005. Mengenal Thariqa.Pekalongan: Lajnah Ta‟alif.

Suryadilaga, M. Alfatih, dkk,. 2008.,Miftahus Sufi, Yogyakarta; Teras.

Sunyoto, Agus. 2002. Atlas Wali Songgo: Buku Pertama Yang Mengunkap Wali Songgo Sebagai
Fakta Sejarah, Depok :Pustaka Ilman,

18

Anda mungkin juga menyukai