“TAREKAT”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ahlak Tasawuf
Dosen Pengampu:
Alan Su’ud ma’adi,M.Sh.EC
Disusun Oleh:
Kelompok 14
Ulfa Roikhatul Jannah (20072110003)
Zuhrotul Awwaliyah (200721100012)
Sania Maria Ulfa (200721100030)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmatnya,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Tarekat Mu’tabarah Di Indonesia sebagai suatu pengetahuan yang berguna dengan baik
meskipun banyak tersdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada pemuda sejati,risalah penuh arti dialah Nabi kita
yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari lam kegelapan menuju ke
alam yang terang berderang saat ini .Begitu pula dengan di utusnya Beliau ke muka bumi
ini merupakan suatu keberkahan bagi umat islam.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita semua tentang apa itu Takhrij hadist.kami juga menyadari
sepenuhnya didalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan sangat jauh
dari kata sempurna.
Kami ucapkan terimakasih kepada bapak Alan Su’ud ma’adi,M.Sh.EC
selaku dosen mata kuliah ahlak tasawuf dan hadist yang telah memberikan tugas makalah
ini terhadap kami dalam menambah wawasan kami dan juga telah membantu dalam
pembuatan makalah ini agar baik dan benar.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dengan mudah di pahami bagi siapapun
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
kata- kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik beserta saran yang
membangun dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarekat..................................................................................................6
B. Macam-macam Tarekat........................................................................................6
a. tarekat mu’tabarah......................................................................................6
b.tarekat qadariyah..........................................................................................8
c.tarekat rifa’iyah..........................................................................................9
d.tarekat mualawiyah....................................................................................10
e.tarekat satariyah.........................................................................................11
f. tarekatnaksabandiyah................................................................................13
g.tarekat qadiriyah.........................................................................................18
BAB III.Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Tarekat di Indonesia sekarang tentu
tidak lepas dari sumber ajaran Islam bersasal yaitu di
jazirah Arab, tempat di mana makhluk ciptaan Allah
yang paling mulia diantara seluruh makhluk yaitu
Baginda Rasulullah SAW. Kemudian estafet Tarekat
diteruskan sampai masa Khalifah ar Rasyidin dan
sampai saat ini khususnya Indonesia tarekat beragam-
ragam.
Tarekat berasal dari bahasa arab, tarekat artinya
jalan. Kemudian mereka maksudkan sebagai jalan
menuju Tuhan. Pengertian Tarekat menurut
pandangan para Ulama Mutashawwifin ialah jalan
atau petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah
sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah
saw dan yang dicontohkan oleh beliau dan para
sahabatnya serta Tabi’in, Tabi’it Tabi’in dan terus
bersambung hingga kepada paara guru- guru, ulama,
Kyai-kyai secara bersambung hingga sekarang ini.
Dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat itu tidak saja
ditunjukkan kepada aturan dan cara-cara tertentu yang
digunakan oleh seorang Syekh tarekat dan bukan pula
terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah
seorang Syekh tarekat, tetapi meliputi segala aspek
ajaran-ajaran yang ada dalam agama Islam, seperti
shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya yang
semuanya adalah merupakan jalan atau cara
mendekatkan diri kepada Allah.
Sedangkan dalam tarekat yang sudah melembaga
bahwa tarekat itu adalah mencakup semua aspek
4
ajaran Islam Allah sedekat mungkin dengan melalui pensucian
seperti rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha medekatkan
shalat, diri ini biasanya selalu dibawah bimbingan seorang
puasa, guru atau Syekh. Ajaran-ajaran tasawuf yang
zakat, merupakan jalan yang harus ditempuh untuk
puasa, jihad, mendekatkan diri itu kepada Allah, itulah sebenarnya
haji dan tarekat. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
lain-lain dan tasawuf itu adalah usaha mendekatkan diri kepada
pengalaman Allah. Sedangkan tarekat itu adalah cara dan jalan
seorang yang ditempuh seseorang dalam usahanya
Syekh, mendekatkan diri itu kepada Allah
tetapi semua
itu terikat
dengan
untunan dan
bimbingan
seorang
Syekh
melalui
bai’at.
Sebagai
mana telah
diketahui
bahwa
tasawuf itu
secara
umum
adalah
usaha
mendekatka
n diri
kepada
5
Di Indonesia sendiri aktivitas tarekat telah dikenal sejak awal mula masuknya Islam ke
Nusantara. Rentang waktu yang telah dilalui kaum tarekat yang membentang melintasi
puluhan generasi tentu menjadi objek yang menarik untuk dikaji. Sebab bisa dipastikan
mereka pasti terlibat dan mempunyai andil besar dalam dinamika pertumbuhan Islam di
Nusantara
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada indicator-indicator yang di kemukakan di latar belakang
masalah,rumusan yang kami tetapkan adalah:
1. Apa pengertian tarekat?
2. Apa tujuan dan manfaat tarekat?
3. Sebutkan kitab-kitab tarekat?
4. Bagaimana unsur-unsur tarekat?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tarekat
2. Mengetahui tujuan dan manfaat tarekat
3. Mengetahui kitab-kitab tarekat
4. Mengetahui unsur-unsur tarekat
BAB II
PEMBAHASAN
Dari segi etimologi, kata “Tarekat” berasal dari bahasa arab “Tariqoh” yang merupakan
bentuk masdar dari kata “Thariq” yang memiliki arti jalan yang benar. abu Bakar aceh
mendefinisikan Tarekat iti sebagai jalan petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dengan
ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan Tabi’in,
turun- temurun sampai kepada guru-guru, sambung-menyambung, dan rantai-berantai.
Dengan demikian istilah “Tarekat” memiliki dua makna, cara pendidikan akhlak dan jiwa
bagi mereka yang menepuh hidup sufi, definisi pertama istilah tarekat masih bersifat teoritis
dimana tarekat itu menjadi pedoman dalam menjalankan syariat sampai pada hakikatnya melalui
tingkat-tingkat pendidikan tertentu yang disebut dengan isttilah Maqomat dan Ahwal. Definisi
kedua, tarekat merupakan suatu kelompok persaudaraanyang ddirikan menurut aturan dan
perjanjian tertentu dimana kelompok-kelompok ini berfokus pada praktik-praktik ibadah dan
dzikir secara kolektif yang diikat oleh aturan-aturan tertentu, dimana aktivitasnya bersifat
duniawi dan ukhrowi. Dibawah ini merupakan macam-macam Tarekat:
A. Tarekat Mu’tabarroh
1. Pengertian Tarekat Mu’tabarroh
Tarekat mu’tabarroh secara etimologi nerasa; dari bahasa arab “thariqah” yang
mempunyai arti jalan, petunju, atau cara. kata “mu’tabarroh” menurut istilah adalah
jalan yang mengacu kepada seuatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan
(mu’tabarroh, dzikir, wirid). Para ahli mendefinisikan tarekat sebagai berikut:
a. Menurut Al-Jurjani
Tarekat adalah jalan atau tingah laku tertentu bagi orang-orang yang berjalan
di jalan Allah melalui amalan menuju ke tingkat yang lebih tinggi yaitu Al-
Maqomat
b. Menurut Hasrun Nasution
Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi dalam tujuan
untuk berada sedekat mungkin dengan tuhan1
1
Sri Mulyati (et.al) Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
Cet. Ke-3. 2006.
2
“Bai’at” merupakan janji setia yang biasanya diucapkan oleh calon murid
dihadapan guru untuk menjalankan segala persyaratan yang telah ditetapkan oleh
guru dan tidak melanggarnya sesuai dengan syariat islam.
d. Silsilah
Jika para Ulama merupakan pewaris Nabi yang mengajarkan ilmu lahir maka
Mursyid Tarekat merupakan pewaris nabi yang mengajarkan penghayatan agama
yang bersifat batin. Keberadaan silsilah dalam Tarekat berfungsi menjaga validasi
dan otentisitas ajaran Tarekat agar tetap merujuk kepada sumbernya yang pertama
yaitu Nabi Muhammad SAW.
e. Ajaran (Dzikir)
“Dzikir” artinya mengingat kepada tuhan. Salah satu bagian terpenting dalam
Tarekat yang hampir selalu dikerjakan ialah Dzikir agar senantiasa menngat kepada
Allah.
B. Tarekat Qodariyah
1. Pengertian Tarekat Qodariyah
“Qodariyah” adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syech Abdul Qadir
Jailani yang berkembang dan berpusat di Irak dan Syiriah, kemudian diikuti oleh jutaan
umat musli yang tersebar di Yaman dan beberapa negara di Afrika dan Asia hingga ke
Indonesia. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13 namun baru terkenal di
Indonesia pada abad ke-15 M. Proses masuknya Tarekat Qodariyah ke Indonesia lewat
penyair besar dan setidaknya sejak abad ke-17 dengan adanya pembacaan kitab-kitab
manaqib Syech Abdul Qadir Jailani sebagai salah satu tradisi islam.
2. Tokoh Utama
“Syech Abdul Jailani” bermnama lengkap “Abu Muhammad Qadir Bin Abi
Sholeh Bin Musa Bin Janki DustaBin Abdillah Bin Yahya Bin Muhammad Bin Daud
Bin Musa Bin Abdillah Bin Hasan Bin Abi Thalib Fatimah Azzahra Binti Rosulullah
SAW. Syech Abdul Qadir Jailani lahir di Ghilan Bagdad, pada tahun 1470 H/1007 M.
Syech Abdul Qadir Jailani wafat pada tanggal 9 Rabiul Akhir 561 H/1166 M. Syech
Abdul Qadir Jailani berguru kepada Syech Hamdani.
3. Pokok-Pokok Ajaran3
a. Taubat
“Taubat” adalah kembali kepada Allah dengan mengurangi ikatan dosa yang
terus-menerus dari hati kemudian melaksanakan setiap hak Tuhan.
b. Zuhud
“Zuhud” adalah berpaling meninggalkan sesuatu yang disayang yang bersifat
material dan mengharap kebahagiaan akhirat.
c. Tawakkal
“Tawakkal” adalah berserah diri kepada Allah. Syech Abdul Qadir Jailani
menekankan bahwa Tawakkal berada diantara pintu-pintu iman, sedangkan iman
tidak terurus dengan baik kecuali dengan adanya ilmu, hal, dan amanah.
d. Syukur
“Syukur” adalah ungkapan rasa terimakasih atas nikmat yang diterima baik
lisan, telinga, maupun hati.
e. Sabar
“Sabar” adalah tidak mengeluh karena sakitnya musibah yang menimpa kita
kepada Allah karena Allah.
f. Ridho
“Ridho” menerima ketetapan Allah dengan berserah diri, pasrah tanpa
menunjukkan penentangan terhadap apa yang dilakukan oleh Allah.
g. Jujur
“Jujur” menetapkan hukum sesuai kenyataan didalam kondisi apapun, baik
menguntungkan maupun merugikan.
4. Wirid dan Dzikir
Syech Abdul Qadir Jailani memiliki dzikir dan wiritan tersendiri yakni membaca
Asmaul Husna merupakan cara pembersihan diri untuk mencapai sifat Allah, yakni
3
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad Xvii & Xviii; Akar
Pembaruan Islam Di Indonesia, Jakarta: Prenada, 2004.
Idrus Al-Kaf, Tasawuf dan Mistisisme Islam, Palembang: Grafika Telindo Pres, 2011,
bersifat dengan sifat-sifatannya yang mulia sehingg amencapai derajat insan yang
kamil. Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai tingkatan penekanan dan intensitas,
salah satunya adalah dzikir dengan satu gerakan dilaksanakan mengulang-ulang Asma
Allah melalui tarikan nafas panjang yang kuat, dan dihela dari tempat ang tinggi, diikuti
penekanan dari janjung dan tenggorokan, kemudian dihentikan sehingga nafas kembali
normal.
C. Tarekat Rifa’iyah
1. Pengertian Tarekat Rifa’iyah
“Tarekat Rifa’iyah” merupakan sempalah dari Tarekat Qadiriyah yang juga
berpusat di Irak. “Ar-Rifa’i” berhasil mendirikan tarekat tersendiri dengan jalan
mengubah aurat dan cara-cara bedzikir yang menyimpang dari pengamalan Qadiriyah.
2. Tokoh Utama
Tokoh utama Abul Abbas Ahmad Bin Ali Ar-rifa’i lahir di Qoryan Hasan, dekat
Basroh, Irak Selatan, pada 500/1106 M. Pertama kali Ar-Rifa’i belajar ilmu fiqih pada
madhab Syafi’i dengan mempelajari qitab Al-Tanbih akan tetapi beliau lebih cenderung
kepada ilmu tasawuf. Ar-Rifa’i mendapatkan gelar Al-Thoifah Ar-Rifa’iyah.
3. Pokok-Pokok Ajaran
a. Zuhud
“Zuhud” adalah landasan keadaan-keadaan yang diridhoi dan tingkatan-
tingkatan yang disunnahkan
b. Ma’rifat
“Ma’rifat” adalah kehadiran dalam makna kedekatan kepada Allah disertai
ilmu dan tersingkatnya hakikat realitas-realitas secara benar-benar yakin.
4. Wirid dan Dzikir
Ciri khas tarekat Ar-Rifa’i adalah pelaksanaan dzikir yang dilakukan bersamaan
dengan suara gendang yang bertalun-talun. Dzikir tersebut dilakukan sampai mencapai
keadaan dimana mereka dapat melakukan pebuatan-perbuatan yang menakjubkan.4
4
Idrus Al-Kaf, Tasawuf dan Mistisisme Islam, Palembang: Grafika Telindo Pres, 2011,
3. Pokok-Pokok Ajaran
a. Ajaran tentang Tuhan
Bahwa tuhan adalah “Yang awal Yang Akhir ,Yang lahir ,Yang batin Tuhan
yang awal bagi rumi berarti berarti ia adalah sumberyang darinya segala sesuatu
berarti berasal.tuhan sebagai yang akhir diartikan sebagai tempat Kembali segala
yang ada di dunia ini.
b. Ajaran Tentang Alam
Bagi Rumi Alam bukan benda mati begitu saja sekalipun alam itu mati tapi
berkat sentuhan Tuhan makai a menjadi makhluq hidup bergerak penuh kea rah
tuhan yang maha baik dan sempurna . dengan kekuatan cinta yang dimilikinya
56
alam kemudian berkembang dari tingkat yang rendah seperti mineral ketingkat
yang lebih tinggi sepertitumbuhan hingga mencapi tingkat manusia
c. Ajaran Tentang Manusia
Rumi memandang Manusia adalah tujuan khir penciptaan, kalua ala mini
diibaratkan dengan pohon maka manusia adalah buahnya untuk apa pohon ditanam
kalua bukan mengharap buah. Hadis khudsi mengatakan “kalua bukan karna kau
takkan kuciptaan alam semesta ini “
E. Tarekat Syatariah
1. Pengertian Tarekat Syatariah
Tarekat syatariah adalah aliran yang pertama kali munul di india. Nama tarekat ini
di nisbatkan kepada Abdullah syattar w1429 mseorang ulama yangmasih memiliki
hubungan dangan syihabuddin Abu hafsh Umar Suhrawardi. Sepeninggal Abdullah asy-
syatar, tariakat syatariah di sebarluaskan para murid -muridnya terutama Muhammad
Al- A’layang di kenal sebagi qozan satiri. Dan muridnya yang paling paling berperan
dalam mengembangkan dan menjadikan tarekat Syatariah sebagai tariakat yang berdiri
sendiri adalah Muhammad Ghauts dari Gwalior (w.1562) keturuanan ke empat dari
Abdullah syathar
2. Tokoh Utama
Syekh Abdullah asy-syattar ia adalah keturunan syihabudin suhrawardi
kemumgkinan besa ria dilahirkan di salah satu tempat di sekitar Bukhara.disini pula ia
di tahbiskan secra resmi menjadi anggota tarekat ishiqiyah oleh gurunya mohammad
Arif
3. Pokok -Pokok Ajaran
Ajaran tarekat yang berkembang di nusantara yang dibawa oleh abdul rauf singkel
di antaranya:
5
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan, 2006
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah, 2015, Cet. Ke-03
6
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 2011
a. Ketuhanan dan Hubungan dengan Alam
Dalam naskah syattariah yang di tulis syakh al-sinkil dijelaskan bahwa
hubungan antara tuhan dengan alam menurut pandangan sattariah sebagai berikut.
Pada mulanya ala mini di ciptakan oleh nur muhammmad. Sebelum segala sesuatu
di ciptakan oleh Allah ia berada dalam ilmu allah yang di beri nama A’yan Tsabitah
ia merupakan bayang banyang bagi dzat Allah. Sesudah A’yan Tsabitah menjelma
pada A’yan Khirijiyah (Kenyataan tuhan yang berada di luar) maka A’yan
Khrijiyah itu merupakan bayang bayang bagi yang memiliki bayang -bayang
b. Insan Kamil atau Manusia Ideal
Insan Kamil lebih mengacuh kepada hakikat manusia dan hubungannya
dengan penciptanya manusia merupakan penampakan cinta tuhan yang azali kepada
esensinya yang sebenarnya manusia adalah esensi sifat dan Namanya.hubungan
wujud tuhan dengan insan al kamil bagaikan cermin dengan bayangannya.
Pembahasan tentang insan alkamil meliputi masalah
Masalah hati
Kejadian manusia yang dikenal dengan A’yan kharijiah dan A’yan tsabitah
Akhlak Takholil dan Tajali
c. Jalan Kepada Allah
Tarekat Syatariah menekankan pada rekonsiliasi syariat dan tasawuf , yaitu
memadukan tauhid dan dzikir .tauhid ini memiliki empat martabat yaitu tauhid
uluhiyah ,tauhid sifat,tauhid dzat dan tauhid af’al.segala martabat terhimpun dalam
kaliamat laa ilaha illa Allah.Dzikir ini untuk mendapatkan al-mawat al -ikhtiariah
(kematian sukarela)yang merupam lawan dari al mawat al-tabi’I ( kematian alami)
dan bahwa ma’rifat yang di peroleh oleh seseorang tidak boleh menafikan jalan
Syariah
Suatu latihan konsentrasi:Sufi yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas
menghembuskan nafas,dan ketika berhenti diantara keduanya.
Terus menerus mengulangi nama Allah, Dzikir tauhid ( laailaa haillallah),atau dzikir
lainnya yag di berikan oleh guru seseorang, dalam hati atau dengan lisan. Leh sebab
itu,bagi penganut naqsyabandiyah, dzikir itu tidak dilakukan sebatas berjaamah atau
sendirian sehabis sholat,tetepi harus terus menerus agar di dalam hati bersemayam
kesadaran akan Allah yang permanen.
Yaitu menjaga fikiran dan perasaan terus menerus sewaktu melakukan dzikir tauhid untuk
mencegah agar pkiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan
tuhan,dan untuk memelihara pikiran dan prilaku seseorang agar sesuai dengan kalimat
tersebut.
Penglihatan yang di berkahi secara langsung menangkap zat Allah ,yang berbeda dari
sifat dan nama namanya; Mengalami baha segalanya berasal dari Allah yang Esa dan
beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Penglihatan ini ternyata hanya
mungkin dalam keadaan jadzbha,itulah drajat rohani tertinggi yang bisa di capai.
Maknanya adalah sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Ubaidillah Ahrar, “Wukuf Qalbi adalah
keadaan hati seorang murid atau salik yang selalu hadir bersama Allah SWT”. Pikiran yang ada
terlebih dahulu dihilangkan dari segala perasaan, kemudian dikumpulkan segenap tenaga dan
panca indera untuk melakukan tawajjuh dengan mata hati yang hakiki, untuk menyelami
Ma’rifat Tuhannya, sehingga tidak ada peluang sedikitpun dalam hati yang ditujukan kepada
selain Allah SWT dan terlepas dari pengertian dzikir. Kehadiran hati merupakan salah satu
persyaratan berdzikir yang harus dipenuhi.
Dalam menafsirkan makna wuquf qalbi, Syaikh Ahrar juga pernah berkata: “Wuquf Qalbi adalah
keadaan dimana ketika sedang berdzikir, orang yang berdzikir itu berhenti (berdiam diri) pada
hatinya, dengan cara menghadapkan diri pada hati dan menjadikan hatinya sibuk dengan lafadz
dzikir beserta maknanya serta tidak meninggalkan hatinya dalam keadaan lalai dari berdzikir dan
lupa dari makna dzikirnya”.
Salah satu murid Syaikh Ubaidullah al-Ahrar berkata: “al-Khwajah Muhammad Bahauddin tidak
menjadikan menahan nafas dan menjaga bilangan sebagai sesuatu yang tetap dalam berzikir.
Adapun mengenai wuquf qalbi, beliau menjadikannya sebagai sesuatu yang penting. Karena
target dan maksud dari berdzikir adalah wuquf qalbi”.
Dengan membayangkan hati seseorang (yang didalamnya secara batin dzikir ditempatkan)
berada dihadirat Allah, maka hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali Allah. Dan dengan
demikian perhatian seseorang secara sempurna selaras dengan zikir dan maknanya. Tajuddin
menganjurkan untuk membayangkan gambar hati dengan nama Allah terukir di atasnya.
Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-
ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat laa ilaha illallah. Tujuan latihan itu
ialah untuk mencapai kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan permanen. Pertama sekali,
Tarekat Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal dzikir yang lazimnya
adalah dzikir diam (khafi, “tersembunyi”, atau qalbi, ” dalam hati”), sebagai lawan dari dzikir
keras (dhahri) yang lebih disukai tarekat-tarekat lain. Kedua, jumlah hitungan dzikir yang mesti
diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah daripada kebanyakan tarekat lain.
Dzikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut
Naqsyabandiyah lebih sering melakukan dzikir secara sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal
dekat seseorang syekh cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana
dilakukan dzikir berjamaah. Di banyak tempat pertemuan semacam itu dilakukan dua kali
seminggu, pada malam Jum’at dan malam Selasa. Di tempat lain dilaksanakan tengah hari sekali
seminggu atau dalam selang waktu yang lebih lama lagi.
1. Dzikir ism al-dzat, “mengingat yang Haqiqi” dan dzikir tauhid, ” mengingat keesaan”.
Yang duluan terdiri dari pengucapan asma Allah Swt berulang-ulang dalam hati, ribuan
kali (dihitung dengan tasbih), sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan semata.
2. Dzikir Tauhid (juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) terdiri atas bacaan perlahan
disertai dengan pengaturan nafas, kalimat laa ilaha illa llah, yang dibayangkan seperti
menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Bunyi laa permulaan digambar dari daerah
pusar terus ke hati sampai ke ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan berhenti pada
ujung bahu kanan. Di situ, kata berikutnya, illa dimulai dengan turun melewati bidang
dada,
sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata Allah di hujamkan dengan sekuat
tenaga. Orang membayangkan jantung itu mendenyutkan nama Allah dan membara,
memusnahkan segala kotoran.
Variasi lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih tinggi tingkatannya
adalah dzikir latha’if. Dengan dzikir ini, orang memusatkan kesadarannya (dan membayangkan
nama Allah itu bergetar dan memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh titik halus pada
tubuh.
G. Tarekat Qadiriyah
1.Pengertian tarekat qadiriyah
(bahasa Arab: ِ )درية القاadalah sebuah tarekat yang didirikan oleh Syekh Muhyiddin Abdul
Qadir al-Jailani al-Baghdadi.[1] Tarekat Qadiriyah berkembang dan berpusat di Iraq dan Suriah,
kemudian diikuti oleh umat muslim lainnya yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika
dan Asia.[2] Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13. Namun meski sudah berkembang
sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di Makkah, tarekat
Qadiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.[3]
2.Tokoh Utama
Syekh Abdul Qadir al-Jailani ini adalah urutan ke 17 dari mata rantai emas mursyid
tarekat ini. Garis silsilah tarekat Qadiriyah disebutkan berasal dari Ali bin Abi Thalib, Al-
Husain, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Musa al-Kadzim, Ali ar-
Ridha, selanjutnya melalui Ma’ruf al-Karkhi, Abul Hasan Sarri as-Saqati, Junaid al-Baghdadi,
Abu Bakar as-Syibli, Abul Fadli Abdul Wahid at-Tamimi, Abul Faraj at-Tartusi, Abul Hasan Ali
al-Hakkari, Abu Sa’id Mubarak al-Makhzumi, dan Muhyidin Abdul Qadir al-Jailani.7
7
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah, 2015, Cet. Ke-03
PENUTUP
1.1 kesimpulan
1.2 Saran
Sri Mulyati (et.al) Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet.
Ke-3. 2006.
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad Xvii & Xviii; Akar
Pembaruan Islam Di Indonesia, Jakarta: Prenada, 2004.
Idrus Al-Kaf, Tasawuf dan Mistisisme Islam, Palembang: Grafika Telindo Pres, 2011,
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah, 2015, Cet. Ke-03