Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF

TASAWUF PARA PENDIRI TAREKAT

Dosen Pengampu:

Ahmad Sauqi ,S.Ag,M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 12
1. Ervin Zainul Haqi (126303202033)
2. Fadhila Mi'rojul Laila (126303201024)
3. Izzata Zulfa Sholikha (126303202035)
4. Nadila Zuana Pramesti (126303201019)

SEMESTER 2
JURUSAN TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dengan mengucap syukur kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Perkembangan Tasawuf.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita, yang membahas materi tentang Tasawuf Para Pendiri Tarekat. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ahmad Sauqi ,S.Ag,M.Pd.I
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Sejarah Perkembangan Tasawuf di IAIN Tulungagung,
yang telah memberikan bimbingan kepada kami sehinggga makalah ini dapat terselesaikan.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata, kami mohon maaf
apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini. Dan hanya kepada Allah SWT kita
berlindung dan memohon ampun.

Tulungagung, 8 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PEBDAHULUAN ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 1
BAB II .................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2
A. Sebab-sebab Munculnya Thariqah .............................................................................. 2
B. Tarekat-tarekat yang Paling Menonjol Pada Abad 7 dan 8 Hijriah .............................. 6
BAB III ............................................................................................................................... 15
PENUTUP .......................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17

iii
BAB I

PEBDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tarekat memanglah tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam dunia Islam.
Meskipun penamaannya hanya tersirat dalam Islam dan diri Nabi Muhammad namun
dalam kenyataannya tarekat merupakan suatu fenomena yang ada dalam dunia Islam.
Pada perkembangannya tarekat memberi ulasan tersendiri jika dibahas dalam sudut
agama Islam dan selalu berkaitan dengan ilmu tertinggi dalam Islam, yakni tasawuf.
Hakikat tarekat yang merupakan jalan menuju ketenangan dan semakin mendekatkan
diri kepada Sang Pencipta juga menjadi tujuan utama dari tasawuf. Hal inilah yang
menghubungakan keduanya untuk saling berkaitan dan menarik satu sama lain dalam
agama Islam. Dapat dikatakan bahwa tasawuf itu ilmunya dan tarekat adalah tempat
untuk belajar ilmunya. Untuk itu kami disini akan sedikit mengulas tentang apa
definisi dari Thariqah? Apa sebab-sebab kemunculannya? Dan Tarekat apa saja yang
paling menonjol pada abad ke 7 dan 8 hijriah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi thariqah ?
2. Apa sebab-sebab munculnya thariqah ?
3. Tarekat apa saja yang paling menonjol pada abad ke 7 dan 8 Hijriah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi thariqah
2. Untuk mengetahui sebab-sebab munculnya thariqah
3. Untuk mengetahui dan memahami tarekat yang paling menonjol pada abad ke
7 dan 8 hijriah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sebab-sebab Munculnya Thariqah

Definisi Tarekat
Tarekat berasal dari kata “thariqat” menurut bahasa artinya jalan cara “garis”,
“kedudukan”, “keyakinan” dan “agama”. Tarekat adalah pelaksanaan Takwa dan
segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada Allah SWT, seperti Usaha untuk
melewati berbagai jenjang dan maqam, setiap maqam memiliki Tarekat tersendiri.
Kamus Modern Dictionary Arabic-English oleh Alias dan Edward Elias, Edisi IX,
Kairo tahun 1954 menyatakan bahwa “thariqat” ialah “way” (cara atau Jalan),
“method” dan “system of belief” (methoda dan satu system kepercayaan). Tarekat
(thariqah) mempunyai beberapa arti, antara lain “jalan lurus” (Islam yang Benar, yang
berbeda dari kekufuran dan syirik), “tradisi sufi” atau “jalan spiritual (tasawuf), dan
“persaudaraan sufi”. Pada arti ketiga, tarekat berarti “organisasi Social sufi” yang
memiliki anggota dan peraturan yang harus ditaati, serta berpusat pada hadirnya
seorang mursyid (guru sufi). Tarekat yaitu media, cara yang tepat dalam
melaksanakan syariat, jalan kecil yang menyampaikan pelaku tasawuf ke terminal
hakikat. Pengertian tarekat menurut pandangan para Ulama tasawuf, ialah jalan atau
petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ibawa oleh
Rasulullah SAW dan yang dicontohkan oleh beliau dan para sahabatnya serta Tabi‟in,
Tabi‟it Tabi‟in dan terus bersambung hingga kepada para guru-guru, ulama, kyai-
kyai secara bersambung hingga sekarang ini. Tarekat adalah suatu cara atau jalan
yang ditempuh oleh para ahli tasawuf atau kaum Mutashawwifin untuk mencapai
tujuan .
Jika ditela’ah secara sosiologis dengan lebih mendalam, tampak ada hubungan
antara latar belakang lahirnya trend dan pola hidup sufistik dengan perubahan dan
dinamika kehidupan masyarakat. Sebagai contoh adalah munculnya gerakan
kehidupan zuhud dan ‘uzlah yang dipelopori oleh Hasan al-Bashri (110 H.) dan
Ibrahim Ibn Adham (159 H.). Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap pola hidup
hedonistik (berfoya-foya), yang dipraktekkan oleh para pejabat Bani Umayyah.

2
Demikian juga berkembangnya tasawuf filosofis yang dipelopori oleh Abu Mansur
Al-Hallaj (309 H.). dan Ibn Arabi (637 H.), tampaknya tidak bisa terlepas dari adanya
pengaruh gejala global masyarakat Islam, yang cenderung tersilaukan oleh
berkembangnya pola hidup rasional. Hal ini merupakan pengaruh berkembangnya
filsafat dan kejayaan para filosof peripatetik, seperti; al-Kindi, Ibn Sina, Al-Farabi,
dan lain-lain.
Demikian juga halnya, munculnya gerakan tasawuf sunni yang dipelopori oleh
al-Qusyairi, al-Ghazali dan lain-lain, juga tidak terlepas dari dinamika masyarakat
Islam pada saat itu. Mereka banyak mengikuti pola kehidupan sufistik yang menjauhi
syari’at, dan tenggelam dalam keasikan filsafatnya. Sehingga sebagai antitesanya,
munculah gerakan kembali ke syari’at dalam ajaran tasawuf, yang dikenal dengan
istilah tasawuf sunni.
Adapun tarekat, sebagai gerakan kesufian populer (massal), sebagai bentuk terakhir
gerakan tasawuf, tampaknya juga tidak begitu saja muncul. Kemunculannya
tampaknya lebih dari sebagai tuntutan sejarah, dan latar belakang yang cukup
beralasan, baik secara sosiologis, maupun politis pada waktu itu. Setidaknya ada dua
faktor yang menyebabkan lahirnya gerakan tarekat pada masa itu, yaitu faktor kultural
dan struktur.
Dari segi politik, dunia Islam sedang mengalami krisis hebat. Di bagian barat
dunia Islam, seperti: wilayah Palestina, Syiria, dan Mesir menghadapi serangan
orang-orang Kristen Eropa, yang terkenal dengan Perang Salib. Selama lebih kurang
dua abad (490-656 H. / 1096-1258 M.) telah terjadi delapan kali peperangan yang
dahsyat. Di bagian timur, dunia Islam menghadapi serangan Mongol yang haus darah
dan kekuasan. Ia melahap setiap wilayah yang dijarahnya. Demikian juga halnya di
Baghdad, sebagai pusat kekuasaan dan peradaban Islam. Situasi politik kota Baghdad
tidak menentu, karena selalu terjadi perebutan kekuasan di antara para Amir (Turki
dan Dinasti Buwihi). Secara formal khalifah masih diakui, tetapi secara praktis
penguasa yang sebenarnya adalah para Amir dan sultan-sultan. Keadaan yang buruk
ini disempurnakan (keburukannya) oleh Hulagu Khan yang memporak porandakan
pusat peradaban Umat Islam (1258 M.) Kerunyaman politik dan krisis kekuasaan ini
membawa dampak negatif bagi kehidupan umat Islam di wilayah tersebut. Pada masa
itu umat Islam mengalami masa disintegrasi sosial yang sangat parah, pertentangan
antar golongan banyak terjadi, seperti antara golongan sunni dengan syi’ah, dan
golongan Turki dengan golongan Arab dan Persia. Selain itu ditambah lagi oleh

3
suasana banjir yang melanda sungai Dajlah yang mengakibatkan separuh dari tanah
Iraq menjadi rusak. Akibatnya, kehidupan sosial merosot. Keamanan terganggu dan
kehancuran umat Islam terasa di mana-mana.
Dalam situasi seperti itu wajarlah kalau umat Islam berusaha mempertahankan
agamanya dengan berpegang pada doktrinnya yang dapat menentramkan jiwa, dan
menjalin hubungan yang damai dengan sesama muslim. Masyarakat Islam memiliki
warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat digunakan, sebagai pegangan
yaitu doktrin tasawuf, yang merupakan aspek kultural yang ikut membidani lahirnya
gerakan tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian
ulama sufi, mereka memberikan pengayoman masyarakat Islam yang sedang
mengalami krisis moral yang sangat hebat (ibarat anak ayam kehilangan induk).
Dengan dibukanya ajaran tasawuf kepada orang awam, secara praktis lebih berfungsi
sebagai psikoterapi yang bersifat massal. Maka kemudian banyak orang awam yang
memasuki majelis dzikir dan halaqah-nya para sufi, yang lama kelamaan berkembang
menjadi suatu kelompok tersendiri (eksklusif) yang disebut dengan Tarekat.

Sejarah Munculnya Tarekat

Pada masa kekuasaan khalifah al-Mutawaakil, para ulama di Baghdad mengadukan


al-Junaid kepada khalifah karena dianggap mengajarkan ajaran-ajaran yang
menyimpang dari syari’at Islam. Qadhi Abu Tsur mengajukan usul kepada khalifah
untuk menguji seorang murid al-Junaid, dan jika dia tidak bisa menjawab pertanyaan
para ulama, maka kepalanya akan dipenggal. Kemudian sang algojo al-Walid keluar,
sambil membawa pedangnya, dia berkata kepada di hadapan murid-murid al-Junaid,
sekitar 207 orang yang duduk sambil menundukkan kepalanya, berdzikir kepada
Allah: “Apakah diantara kalian ada yang mau ditebas pedang?”.

Bedirilah seorang lelaki bernama Abu al-Hasan an-Nuri. Al-Walid menceritakan,


“Aku belum pernah melihat yang bergerak secepat dia. Dia melompat dan berdiri di
hadapanku. Aku kagum karena kecepatannya. Lalu aku bertanya, “Apakah kau tahu,
kenapa aku berdiri disini?” Dia menjawab, “Tentu, bukankah anda menanyakan
apakah ada diantara kami yang ingin ditebas pedang?” Aku menjawab, “Ya, dan
kenapa kau berdiri?”. “Abu al-Hasan menjawab, ‘Aku tahu bahwa dunia adalah
penjara bagi kaum Mukmin, dan aku ingin pergi ke tempat kebahagiaan, juga aku
lebih mementingkan sahabat-sahabatku atas diriku untuk hidup walaupun sebentar.

4
Semoga aku dibunuh sehingga pergolakan ini padam, semuanya dapat bebas dan
jangan ada seorang pun selain aku yang dibunuh.”

Di bagian awal telah disebutkan bahwa gerakan tarekat , persaudaraan sufi dan
perkumpulan mistik semacamnya, muncul diantaranya dipicu oleh realitas politik dan
keadaan masyarakat yang meliputinya. Dan pada perkembangan selanjutnya,
perkembangan tasawuf, juga banyak dipengaruhi oleh tekanan politis m asyarakat.
Perilaku dan keyakinan para salik yang cenderung berbeda dengan kebanyakan orang
kebanyakan, pada beberapa masyarakat tertentu dianggap mengganggu stabilitas dan
berbagai peristiwa tentang upaya-upaya yang dilakukan masyarakat dan penguasa
untuk melumpuhkan dan meminimalisir pengaruh ajaran tarekat yang berkembang
pada suatu masa.

Pengaduan yang dilakukan oleh para ulama Baghdad kepada khalifah al-Mutawakkil
tentang ajaran-ajaran al-Junaid yang dianggap menyimpang dari syariat Islam. Al-
Junaid dihadapkan pada sebuah persidangan yang dihadiri ulama-ulama dari Yaman,
Syam, Irak, dan Mesir. Mereka, sesuai keputusan khalifah, menantang al-Junaid untuk
berdebat dalam masalah agama; jika ternyata al-Junaid kalah dalam perdebatan itu,
maka kepalanya harus di penggal. Meski kemudian peristiwa itu berakhir damai
setelah Abu Hasan an-Nuri berhasil menjawab semua pertanyaan Qadhi Abu Tsur,
peristiwa itu cukup menjadi bukti adanya pertentangan antara Muslim ortodoks (para
ulama fiqih) dengan para pengikut tarekat (al-Junaid dan murid-muridnya).

Beberapa orang mengungkapkan bahwa pengaduan para ulama itu mengemuka karena
cemburu melihat kedekatan penguasa dengan golongan tarekat, dan tak mau peran
mereka terpinggirkan oleh keberadaan para sufi. Dan pada-pada tahun-tahun pertama
abad ke-10 M, sejarah menyaksikan puncak reaksi kaum Muslim ortodoks terhadap
transendentalisme individualistis para sufi – beberapa diantara para sufi ini banyak
bertingkah aneh untuk menunjukkan kebencian mereka terhadap pertimbangan-
pertimbangan masyarakat – yaitu ketika al-Hallaj, yang dilahirkan di Persia,
menyatakan dirinya sebagai al-Haqq, dihukum mati dengan tuduhan mendebat Allah,
di kota Baghdad pada tahun 922 M. setelah peristiwa itu, sebagian dari pada sufi yang
suka berkomunikasi dengan masyarakat di luar mereka, berusaha menciptakan
rekonsilasi dengan tradisionalisme dan dengan teologi yang telah diterima
masyarakat.

5
Namun ada konsekuensi lain dari korupsi dikalangan dan tenggelamnya kalangan
istana dalam kehidupan duniawi adalah dicarinya sejumlah ulama yang shaleh
dikalangan sufisme atau asketeisme. Meskipun ditentang oleh para ulama karena
sejumlah konsep sufi yang jelas bertentangan dengan ajaran-ajaran pokok dalam
Islam. Secara pelan-pelan gerakan sufi dapat memikat banyak orang dan mendominasi
lingkungan agama di sejumlah wilayah muslim. Ini merupakan buah dari kesalehan
mereka, gaya hidup yang sederhana, kejujuran dalam mencari penghidupan,
keramahan, dan suka untuk membantu sesame. Mereka juga berperan penting dalam
menyebarkan islam di beberapa belahan dunia. Orang yang paling shaleh di kalangan
mereka bertindak layaknya seorang psikiatris agama, orang datang kepada mereka
yang menghadapi kesulitan dan mereka akan pulang dengan menemukan pemecahan
spiritual dan kepuasan mental.

B. Tarekat-tarekat yang Paling Menonjol Pada Abad 7 dan 8 Hijriah

Tarekat pertama kali muncul pada abad ke-6 dan 7 Hijriah, ketika tasawuf
menempati posisi penting dalam kehidupan umat Islam dan dijadikan sebagai falsafah
hidup. Pada periode ini, tasawuf memiliki aturan, prinsip, dan sistem khusus.
Sedangkan, sebelumnya tasawuf dipraktikkan secara individual tanpa adanya ikatan
satu sama lain.
Tarekat pada awalnya merupakan salah satu bagian dari Ajaran tasawuf, para
sufi mengajarkan ajaran pokok tasawuf, yaitu Syariat, tarekat, hakikat, makrifat, yang
pada akhirnya masing-masing ajaran tersebut berkembang menjadi suatu aliran yang
berdiri sendiri.Martin Van Bruiness melakukan penelitian yang menyatakan bahwa
tarekat sebagai suatu intuisi belum ada sebelum Abad ke-8 H/ 14 M, berarti tarekat
merupakan sebuah ajaran baru yang tidak ada dalam ajaran Islam yang asli. Namun
demikian, bila dilihat secara mendalam ternyata ajaran-ajaran pokoknya memiliki
keterkaitan akar yang kuat sampai kepada Rasuluallah. Diantara aliran Sufi yang
tersebar luas di Irak adalah Ar-Rifaiyah atau disebut juga sebagai Tarekat Rifaiyah.
Tarekat Rifaiyah didirikan oleh Ahmad bin Ali Abu Al-Abbas Ar-Rifa’i (578 H/ 1182
M), Tarekat Rifaiyah lebih mengutamakan ajaran Zuhud untuk mencapai Ridha Allah
SWT.
Mengapa periodisasi tersebut diawali dari abad pertama Hijriah?, Karena pada
awal mulanya tasawuf itu adalah padah masa sahabat dan tabi’in. tidak muncul pada

6
pada masa Nabi Muhammad SAW. Hal itu disebabkan oleh prilaku umat Islam masih
sangat stabil, keberagamaan masih dilaksanakan secara seimbang, bahkan cara
pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatism, materialism dan hedonism. Namun
sekalipun di masa tersebut belum ditemukan istilah tasawuf, mereka sebenarnya telah
menjadi seorang sufi dengan tidak pernah mengagungkan dunia tetapi tidak juga
meremehkannya, mereka selalu ingat kepada Allah sebagai Sang Pencipta langit dan
bumi serta segala isinya.
Dalam perkembangan selanjutnya, tarekat menjadi semacam organisasi atau
perguruan dan kegiatannya pun semakin meluas, tidak terbatas hanya pada zikir dan
wirid atau amalan amalan tertentu saja. Bahkan, ada beberapa tarekat yang melibatkan
diri dalam kegiatan politik, seperti Tarekat Sanusiyah yang menentang penjajahan
Italia di Libya, Tarekat Tijaniyah yang menentang penjajahan Prancis di Afrika Utara,
dan Tarekat Safawiyah yang melahirkan kerajaan Safawi di Persia (Iran).
Selanjutnya, tarekat makin berkembang secara luas di berbagai belahan dunia.
Beberapa yang terkenal adalah :

1. Qadiriyah

Tarekat Qadiriyah (bahasa Arab: ‫ )القادِرية‬adalah sebuah tarekat yang didirikan


oleh Syekh Muhyiddin Abdul Qadir al-Jailani al-Baghdadi. Tarekat Qadiriyah
berkembang dan berpusat di Iraq dan Suriah, kemudian diikuti oleh umat
muslim lainnya yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan
Asia. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13. Namun meski sudah
berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15
M. Di Makkah, tarekat Qadiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M. Tarekat
Qadiriyah mempunyai ajaran-ajaran yang berupa wirid-wirid dan dzikir-dzikir.

Dari ketaudanan nabi dan sabahat Ali ra dalam mendekatkan diri kepada Allah swt
tersebut, yang kemudian disebut tarekat, maka tarekat Qodiriyah menurut ulama
sufi juga memiliki tujuan yang sama. Yaitu untuk mendekat dan mendapat ridho
dari Allah swt. Oleh sebab itu dengan tarekat manusia harus mengetahui hal-
ikhwal jiwa dan sifat-sifatnya yang baik dan terpuji untuk kemudian diamalkan,
maupun yang tercela yang harus ditinggalkannya.

7
Misalnya dengan mengucapkan kalimat tauhid, dzikir “Laa ilaha Illa Allah”
dengan suara nyaring, keras (dhahir) yang disebut (nafi istbat) adalah contoh
ucapan dzikir dari Syiekh Abdul Qadir Jaelani dari Sayidina Ali bin Abi Thalib ra,
hingga disebut tarekat Qodiriyah. Selain itu dalam setiap selesai melaksanakan
shalat lima waktu (Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya’ dan Subuh), diwajibkan membaca
istighfar tiga kali atau lebih , lalu membaca salawat tiga kali, Laailaha illa Allah
165 (seratus enam puluh lima) kali. Sedangkan di luar shalat agar berdzikir
semampunya.

Dalam mengucapkan lafadz Laa pada kalimat “Laa Ilaha Illa Allah” kita harus
konsentrasi dengan menarik nafas dari perut sampai ke otak. Kemudian disusul
dengan bacaan Ilaha dari arah kanan dan diteruskan dengan membaca Illa Allah ke
arah kiri dengan penuh konsentrasi, menghayati dan merenungi arti yang sedalam-
dalamnya, dan hanya Allah swt-lah tempat manusia kembali. Sehingga akan
menjadikan diri dan jiwanya tentram dan terhindar dari sifat dan perilaku yang
tercela.

2. Naqsyabandiyah

Tarekat Naqsabandiyah, tarekat yang diambil dari mana sendirinya,Syekh


Bahaudin Naqsaband dr Bukhara (1390) Tarekat ini tersebar luas di wilayah Asia
Tengah, China, Indonesia, India, Turki, Eropa & Amerika Utara. Ini adalah satu-
satunya tarekat yg silsilah penyampaian ilmunya berakar dari Abu Bakar as-Shidiq.
Syeikh Yusup Makassari (1623-1699) adalah orang pertama yang memperkenalkan
tarekat ini di indonesia. Penyebarannya meluas, dari Makasar, Kalimatan, Sumatra,
Jawa Tengah/timur. Tarekat merupakan sebuah organisasi tasawuf dibawah
pimpinan seorang Syeikh yang menerapkan ajarannya kepada para murid-
muridnya. Tareqat juga dimaksudkan sebagai suatu jalan yang dilalui oleh calon
sufi dalam mencapai ma’rifat. Tidak mudah bagi seorang sufi untuk mencapai titik
puncak yang harus dicapai olehnya dalam menjalani kehidupan bertasawuf.
Sehingga pilihan lain dari hal ini adalah menjalaninya dengan kehidupan
bertareqat.

Dalam perkembangannya, Tareqat sebagai suatu organisasi keagamaan kaum


sufi sudah banyak lahir dengan corak yang berbeda. Ini sudah berkembang pesat

8
dan tersebar ke Asia Tenggara, Asia Tengah, Afrika Timur, Afrika Utara, India,
Iran dan Turki. Perbedaan-perbedaan tersebut dalam realitasnya mengarah kepada
tujuan yang sama, yaitu berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Karena Tareqat
merupakan sebuah Organisasi yang lahir dari seorang Syeikh yang berniat ingin
melestarikan ajaran-ajaran kaum sufi maka masing-masing dari syikeh tersebut
tentu punya cara tersendiri dalam pengembangannya tersebut. Terbukti dengan
lahirnya tarekat tersebut semakin berbeda pula metode-metode yang digunakan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mudahnya Tarekat berkembang yaitu :

a) Sufi mempunyai kegemaran mengembara dari sustu tempat ke tempat yang lain.
Dalam setiap persinggahannya para sufi ini sennatiasa menyampaikan ajaran
tareqat yang dianutnya.
b) Ajaran Tarekat yang mudah dipahami oleh siapa pun dan tidak mensyaratkan
bagi calon murid mempunyai tingkat inteaktual yang tinggi.

Di Indonesia, Tarekat juga sudah mulai berkembang pada abad ke-13 hijriah.
Terbukti pada periode yang sama lahir 3 organisasi tarekat besar yang berkembang
yaitu Qadiriyah, Naqsabandiyah dan Sattariyah. Kemudian disusul oleh tarekat
Rifai’iah yang mengabadikan beberapa jenis kesenian rakyat aceh. Sebagai salah
satu Tareqat yang juga sudah berkembang di Indonesia ialah Tareqat
Naqsabandiyah juga sebagai salah satu Tareqat yang paling luas penyebarannya.

Istilah Naqsabandiyah pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad bin


Muhammad Baha’ al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi, yang juga sekaligus
sebagai pendiri Tarekat Naqsabandiyah. Beliau dilahirkan pada tahun 1318 di desa
Qasr-i-Hinduvan (yang kemudian bernama Qasr-i Arifan) di dekat Bukhara, yang
juga merupakan tempat di mana ia wafat pada tahun 1389. Sebagian besar masa
hidupnya dihabiskan di Bukhara, Uzbekistan serta daerah di dekatnya,
Transoxiana. Ini dilakukan untuk menjaga prinsip “melakukan perjalanan di dalam
negeri”, yang merupakan salah satu bentuk “laku” seperti yang ditulis oleh Omar
Ali-Shah dalam bukunya “Ajaran atau Rahasia dari Tariqat Naqsyabandi”.
Perjalanan jauh yang dilakukannya hanya pada waktu ia menjalankan ibadah haji
dua kali.

9
Dari awal, ia memiliki kaitan erat dengan Khwajagan, yaitu para guru dalam mata
rantai Tariqat Naqsyabandi. Sejak masih bayi, ia diadopsi sebagai anak spiritual
oleh salah seorang dari mereka, yaitu Baba Muhammad Sammasi. Sammasi
merupakan pemandu pertamanya dalam mempelajari ilmu tasawuf. tepatnya ketika
ia menginjak usia 18 tahun, dan yang lebih penting lagi adalah hubungannya
dengan penerus (khalifah) Sammasi, yaitu Amir Sayyid Kulal al-Bukhari (w.
772/1371). Dari Kulal inilah ia pertama kali belajar terekat yang didirikannya.

Terakat Naqsabandiyah adalah satu-satunya tarekat terkenal yang silsilah


penyampaian ilmu spritualnya kepada Nabi Muhammad saw. melalui penguasa
Muslim pertama yakni Abu Bakar Shidiq , tidak seperti tarekat-tarekat sufi terkenal
lainnya yang asalnya kembali kepada salah satu imam Syi’ah, dan dengan
demikian melalui Imam ‘Ali, sampai Nabi Muhammad SAW. Tariqat
Naqshbandiyah terbina asas dan rukunnya oleh 5 bintang yang bersinar diatas jalan
Rasulullah (s.a.w) ini dan inilah yang merupakan ciri yang unik bagi tariqat ini
yang membedakannya daripada tariqat lain. Lima bintang yang bersinar itu ialah
Abu Bakr as-Siddiq, Salman Al-Farisi, Bayazid al-Bistami, Abdul Khaliq al-
Ghujdawani dan Muhammad Bahauddin Uwaysi a-Bukhari yang lebih dikenali
sebagai Shah Naqshband – Imam yang utama didalam tariqat ini.

Ajaran ajaran pokok tarekat Naqsyabandiyah, yaitu berpegang teguh pada


aqidah ahl al Sunnah, meninggalkan rukhsah, memilih hukum-hukum yang
azimah (hukum-hukum yang sejak awal dan syariatnya tidak berubah dan berlaku
untuk seluruh umat serta di setiap tempat dan masa tanpa terkecuali), senantiasa
dalam posisi muraqabah (merasa diawasi Tuhan), senantiasa berpaling dari
kemegahan dunia, menyendiri di tengah keramaian serta menghiasi diri dengan
hal-hal yang memberi faedah, berpakaian dengan pakaian mukmin biasa, zikir
tanpa suara, dan berakhlak dengan akhlak nabi Muhammad Saw.

3. Syattariyah

Tarekat Syattariah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di


India pada abad ke-15. Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang memopulerkan
dan berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar. Awalnya tarekat ini lebih
dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan

10
di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah. Tarekat Syatariyah di
Cirebon berkembang pesat melalui Para Bangsawan Keraton dilingkungan keraton.
Para bangsawan ini kemudian meninggalkan keraton dan mendirikan pesantren-
pesantren di sekitar wilayah Cirebon, hal ini mereka lakukan karena kebencian
mereka terhadap penjajah yang pada saat itu telah menguasai seluruh keraton di
Cirebon (Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman).

Pusat-pusat Tarekat Syatariyah di Cirebon pada saat itu (masa Kolonial abad
ke 17-19) yang bermula di Keraton Cirebon kemudian beralih ke pesantren-
pesantren yang berada di wilayah Cirebon, seperti Pesantren Al-Jauhriyah,
Pesantren Kempek, Pesantren Buntet, Pesantren Darul Hikam, dan lain-lain. Jejak-
jejak peninggalan Tarekat Syatariyah yang berkembang di Keraton Cirebon masih
bisa kita lihat dari Naskah Cirebon yang hingga kini masih terawat. Di antara
Naskah Cirebon yang memuat ajaran Tarekat Syatariyah ini adalah Naskah
Cirebon yang berjudul Tarekat Syatariyah Ratu Raja Fatimah Sami, Tarekat
Syatariyah Pangeran Raja Abdullah Ernawa, Tarekat Syatariyah Pangeran Raja
Wikantadirja, dan lain-lain. Tatanan qadri shattari adalah salah satu cabang tatanan
shattari terkemuka di India.

Para sufi penting dari ordo ini termasuk Gause gwaliori, Sayyadna Hashim peer
Dastagir, Sufi Sarmast Ali Shah Qalandar. Makam sayyadna Hashim peer dastagir
para sufi lainnya jika sufi ini termasuk Maulana Muhammad Siddique Sahab, Gani
qadri shattari dan Wali qadri shattari. Pemimpin ordo ini saat ini adalah Sayyad
Mushtaq Husain Ali Mast Qadri Shattari.

Dalam ajarannya, tarekat syattariyah penganut ajaran wahdat al-wujud. Karena


menganut paham ini pulalah tarekat syattariyah pernah mendapat kritikan tajam
dan dianggap menyimpang dari kebenaran oleh kalangan ulama tertentu di India
(Gujarat). Ajaran tarekat ini, baik yang berada di Madinah, Aceh dan daerah lain di
Indonesia adalah paham wahdat al-wujud dalam bentuk martabat tujuh. Menurut
tarekat ini, wujud itu hanya satu. Kata wujud dipakai dalam arti yang khas, itu
mengacu kepada wujud hakiki yang keberadaannya tidak bergantung kepada wujud
yang lain. Wujud satu yang hakiki tersebut tidak lain dari Allah. Alam sebagai
ciptaan Allah, karena keberadaannya bergantung pada wujud yang lain, menurut

11
tarekat ini bukan termasuk dalam pengertian wujud yang hakiki. Ia boleh disebut
wujud dalam pengertian wujud bayangan.

Wujud yang satu ini memiliki tujuh martabat, itu martabat ahadiyah, martabat
wahdah, martabat wahidiyah, martabat alam arwah, martabat alam misal, martabat
alam ajsam dan martabat manusia. Tiga martabat pertama adalah martabat
ketuhanan yang mengacu pada satu wujud hakiki, yang dapat dipandang dengan
tiga macam. Empat martabat selanjutnya adalah martabat alam atau wujud
bayangan yang dapat dibagi kedalam empat tingkatan wujud yang berbeda.

4. Rifaiyyah

Tarekat Rifaiyah adalah tarekat yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Abu Al-
Abbas Ar-Rifa’i (578 H/ 1182 M) biasa di kenal dengan Syeikh Rifa’i dari Turki,
yang wafat di Umm Abidah pada tanggal 22 Jumadil awal tahun 578 H. bertepatan
dengan tanggal 23 september tahun 1106 M. Tarekat rifaiyah banyak tersebar di
daerah Aceh, Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi dan daerah-daerah lainnya. Tarekat
Rifaiyah ini lebih mengutamakan ajaran zuhud untuk mencapai ridha Allah SWT.
Ciri dari ajaran ahmad Al-Rifai seperti status sufi tradisional (muqamat), kesalehan
(wara’), ibadah (ta’abud), cinta (mahabbah), dan keesaan (tauhid). Adapun ciri dari
tarekat rifayah ini adalah penggunaan tabuhan rabana dalam wiridnnya, yang
diikuti dengan tarian dan permainan debus, seperti menikam diri dengan sepotong
senjata tajam yang diiringi dengan zikir-zikir tertentu.

Sayyid Ahmad al-Rifa'i mengajarkan kepada murid dan pengikutnya tentang


lima hal : mengikuti sunnah rasul, berperilaku sesuai dengan salaf, memakai
pakaian yang jauh dari gemerlap dunia dan hawa nafsu, tabah menerima cobaan,
lemah lembut dan menjauhi kebengisan. Tarekat rifa'iyah mengajarkan dua ajaran
yang cukup terkenal yaitu, Pertama, Askestisme adalah landasan keadaan-keadaan
yang diridhoi Allah dan tingkatan-tingkatan yang disunnahkan. Hal ini adalah
langkah pertama seorang salik menuju Allah, menyerahkan diri sepenuhnya dan
bertawakal kepada-Nya. Kedua, Makrifat adalah kehadiran dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah beserta ilmu Al yaqin dan tersingkapnya hakikat
realitas secara benar-benar yakin.

12
5. Tijaniyah

Tarekat Tijaniyah (bahasa Arab: ‫التيجانية الطريقة‬, Ath-Thariqah At-Tijaniyah)


adalah salah satu dari gerakan tarekat yang didirikan oleh Syekh Abul Abbas
Ahmad At-Tijani (1737-1815) yang bernama asli Ahmad bin Muhammad bin Al
Mukhtar At-Tijani. Ia memulai tarekat ini di wadi Boussemghoun, provinsi El
Bayadh, Aljazair, yang letaknya tak jauh dari kota asalnya di Ain Madhi, provinsi
Laghouat, Aljazair, kemungkinan ia pindah karena adanya serangan dari pasukan
Osman Bey, gubernur kota Oran di bawah pemeerintahan Turki Utsmaniyah.

Sejak dimulai pada tahun 1787, pengikutnya banyak tersebar di Maroko,


Aljazair, Tunisia, Mesir, Palestina, Sundan, Mauritania, Senegal, dan Nigeria. Ciri
dari gerakan ini ialah karena penolakannya terhadap sisi eksatik dan metafisis
sufisme dan lebih menyukai pengalaman secara ketat ketentuan ketentuan syari'at
dan berupaya sekuat tenaga untuk menyatu dengan ruh Nabi Muhammad
SAW sebagai ganti untuk menyatu dengan Tuhan. secara umum, amalan zikir
dalam tarekat tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu istigfar, shalawat, dan
haillah. Inti ajaran zikir dalam tarekat tijaniyah adalah sebagai upaya
mengosongkan jiwa dari sifat-sifat lupa terhadapa Allah dan mengisinya secara
terus menerus dengan menghadirkan jiwa kepada Allah melalui zikir terhadap zat,
sifat-sifat, hukum-hukum perbuatan allah.

6. Sammaniyah

Tarekat Sammaniyah merupakan salah satu cabang dari Tarekat


Syadziliyah yang didirikan oleh Syeh Abul Hasan Asy Syadzili (w. 1258). Pendiri
Tarekat Sammaniyah adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Samani Al-
Hasani Al-Madani (1718-1775 M). Tarekat ini berhasil membentuk jaringan yang
sangat luas dan mempunyai pengaruh besar di kawasan utara Afrika, yaitu
dari Maroko sampai ke Mesir. Bahkan, memperoleh pengikut di Suriah dan Arabia.
Aliran tarekat ini lebih banyak menjauhkan diri dari pemerintahan dan penguasa
serta lebih banyak memihak kepada penduduk setempat, di mana tarekat ini
berkembang luas. Salah satu negara Afrika yang banyak memiliki pengikut Tarekat
Sammaniyah adalah Sudan. Tarekat ini masuk ke Sudan atas jasa Syaikh Ahmad
At-Tayyib bin Basir yang sebelumnya belajar di Makkah sekitar tahun 1800-an.

13
Ciri-ciri Tarekat Sammaniyah adalah berzikir La Ilaha Illa Allah dengan suara
yang keras oleh para pengikutnya. Dalam mewiridkan bacaan zikir, para murid
Tarekat Sammaniyah biasa melakukannya secara bersama-sama pada malam Jumat
di masjid-masjid atau mushala sampai tengah malam. Selain itu, ibadah yang
diamalkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samani adalah shalat
sunah Asyraq (setelah Subuh) dua rakaat, shalat sunah Dhuha sebanyak 12 rakaat,
memperbanyak riyadhah (melatih diri lahir batin untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT), dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi.

Berikut adalah beberapa ajarannya yang terkenal. Pertama, memperbanyak shalat


dan zikir. Kedua, bersikap lemah lembut kepada fakir miskin. Ketiga, tidak
mencintai dunia. Keempat, menukarkan akal basyariyah (kemanusiaan) dengan
akal rabbaniyah (ketuhanan). Kelima, menauhidkan Allah SWT, baik dalam zat,
sifat, maupun af'al-Nya.

Dan di Indonesia sendiri, terdapat asosiasi atau organisasi yang membawahi


tarekat yang mu'tabar (terkenal dan diakui). Organisasi ini bernama Jam'iyyah Ahl al
Thariqah al-Mu'tabarah Indonesia (Jatmi) dan Jam'iyyah Ahl al-Thariqah al-
Mu'tabarah al Nahdliyyah. Organisasi tarekat yang kedua ini menaungi sejumlah
tarekat yang berafiliasi pada organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Adapun Mudir 'Aam
(Ketua Umumnya) adalah KH Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, tinggal di
Pekalongan.

Sejarah Islam telah mencatat bahwa tarekat mengalami perkembangan pesat


sehingga memasuki semua Negara Islam. Tarekat-tarekat tersebut memegang peranan
penting dalam menjaga eksistensi dan ketahanan akidah umat Islam, bahkan ternyata
organisasi-organisasi tarekat tersebut telah berhasil melanjutkan tradisi dakwah
hingga ke pelosok dunia belahan barat Maroko dan belahan timur Indonesia.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketika tasawuf mengalami proses teknikalisasi dalam ajaran dan popularisasi


dalam pelaksanaan, munculah apa yang lumrah disebut sebagai tarekat. Tarekat
(thariqah) secara harfiah berarti "jalan" sama seperti syariah, sabil, shirath dan manhaj.
Yaitu jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan ridho-Nya dengan mentaati
ajaran-ajaran-Nya. Semua perkataan yang berarti jalan itu terdapat dalam Alquran,
seperti QS Al-Jin:16," Kalau saja mereka berjalan dengan teguh di atas thariqah, maka
Kami (Allah) pasti akan melimpahkan kepada mereka air (kehidupan sejati) yang
melimpah ruah".
Istilah thariqah dalam perbendaharaan kesufian, merupakan hasil makna semantik
perkataan itu, semua yang terjadi pada syariah untuk ilmu hukum Islam. Setiap ajaran
esoterik/bathini mengandung segi-segi eksklusif. Jadi, tak bisa dibuat untuk orang
umum (awam). Segi-segi eksklusif tersebut misalnya menyangkut hal-hal yang bersifat
"rahasia" yang bobot kerohaniannya berat, sehingga membuatnya sukar dimengerti.
Oleh sebab itu mengamalkan Tarekat itu harus melalui guru (mursyid) dengan bai'at
dan guru yang mengajarkannya harus mendapat ijazah, talqin dan wewenang dari
guru tarekat sebelumnya. Seperti terlihat pada silsilah ulama sufi dari Rasulullah saw,
sahabat, ulama sufi di dunia Islam sampai ke ulama sufi di Indonesia.
Tarekar adalah perjalanan seorang salik “pengikut tarekat” menuju tuhan dengan
cara mensucikan diri atau perjalanan yang harus di tempuh oleh seorang untuk dapat
mendekatkan diri sedekat mungkin kepada tuhan. Metode yangsemula dipergunakan
oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-murudnya, sebagaimana
madzhab-madzhab dalam bidang fiqih dan firqah-firqah dan bidang kalam. Pada
perkembangan berikutnya membentuk suatu jami’iyah “organisasi yang disebut
tarekat”. Jika ditinjau dari mata sosiologis yang lebih mendalam, kemunculan tarekat
itu sendiri tidak terlepas dari tasawuf itu sendiri, yang pada kemunculannya ditandai
dengan kerunyaman politik di masa bani umayyah. Pada masa itu para pembesar
pemerintahan yang cenderung bermewah-mewahan akan kekeuasaan.

15
Kerunyaman politik dan krisis kekuasaan ini membawa dampak negatif terhadap
umat islam dimasa itu, pada masa itu umat islam disintegrasi sosial yang sangat parah,
pertentangan antar golongan banyak terjadi. Masyarakat islam juga mempunyai
warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat digunakan sebagai pegangan yaitu
tasawuf yang merupakan aspek kultural yang ikut membidangi lahirnya tarekat-tarekat
pada masa itu dan yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian ulama sufi. Mereka
memberikan pengayoman masyarakat islam yang sedang mengalami krisis moral yang
terjadi pada masa itu. Dengan dibukannya ajaran-ajaran tasawuf kepada orang awam
secara tidak langsung berfungsi sebagai psikoterapi. Maka kemudian banyak yang ikut
memasuki majelis-majelis dzikirnya para sufi, yang lama-kelamaan berkembang
menjadi kelompok yang disebut tarekat.
Tarekat makin berkembang secara luas di berbagai belahan dunia. Beberapa yang
terkenal adalah Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syattariyah, Rifaiyyah, Tijaniyah, dan
Sammaniyah. Dan di Indonesia sendiri, terdapat asosiasi atau organisasi yang
membawahi tarekat yang mu'tabar (terkenal dan diakui). Organisasi ini bernama
Jam'iyyah Ahl al-Thariqah al-Mu'tabarah Indonesia (Jatmi) dan Jam'iyyah Ahl al-
Thariqah al-Mu'tabarah al-Nahdliyyah. Organisasi tarekat yang kedua ini menaungi
sejumlah tarekat yang berafiliasi pada organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Adapun
Mudir 'Aam (Ketua Umumnya) adalah KH Habib Muhammad Luthfi bin Yahya,
tinggal di Pekalongan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati. 2014. Tarekat dan Perkembangannya. Al-Munzir. 7(1): 84-97.

Humam, Abdul Wahdud Kasyful. 2015. Satu Tuhan Seribu Jalan. Yogyakarta: FORUM (Relasi Inti
Media).

Siregar, Lindung Hidayat. 2009. Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosial. MIQOT. 33(2): 169-187.

http://digilib.uinsby.ac.id/3917/5/Bab%203.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai