Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Kelompok 12
1. Ervin Zainul Haqi (126303202033)
2. Fadhila Mi'rojul Laila (126303201024)
3. Izzata Zulfa Sholikha (126303202035)
4. Nadila Zuana Pramesti (126303201019)
SEMESTER 2
JURUSAN TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dengan mengucap syukur kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah Perkembangan Tasawuf.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita, yang membahas materi tentang Tasawuf Para Pendiri Tarekat. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ahmad Sauqi ,S.Ag,M.Pd.I
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Sejarah Perkembangan Tasawuf di IAIN Tulungagung,
yang telah memberikan bimbingan kepada kami sehinggga makalah ini dapat terselesaikan.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Akhir kata, kami mohon maaf
apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini. Dan hanya kepada Allah SWT kita
berlindung dan memohon ampun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PEBDAHULUAN ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 1
BAB II .................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2
A. Sebab-sebab Munculnya Thariqah .............................................................................. 2
B. Tarekat-tarekat yang Paling Menonjol Pada Abad 7 dan 8 Hijriah .............................. 6
BAB III ............................................................................................................................... 15
PENUTUP .......................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17
iii
BAB I
PEBDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tarekat memanglah tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam dunia Islam.
Meskipun penamaannya hanya tersirat dalam Islam dan diri Nabi Muhammad namun
dalam kenyataannya tarekat merupakan suatu fenomena yang ada dalam dunia Islam.
Pada perkembangannya tarekat memberi ulasan tersendiri jika dibahas dalam sudut
agama Islam dan selalu berkaitan dengan ilmu tertinggi dalam Islam, yakni tasawuf.
Hakikat tarekat yang merupakan jalan menuju ketenangan dan semakin mendekatkan
diri kepada Sang Pencipta juga menjadi tujuan utama dari tasawuf. Hal inilah yang
menghubungakan keduanya untuk saling berkaitan dan menarik satu sama lain dalam
agama Islam. Dapat dikatakan bahwa tasawuf itu ilmunya dan tarekat adalah tempat
untuk belajar ilmunya. Untuk itu kami disini akan sedikit mengulas tentang apa
definisi dari Thariqah? Apa sebab-sebab kemunculannya? Dan Tarekat apa saja yang
paling menonjol pada abad ke 7 dan 8 hijriah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi thariqah ?
2. Apa sebab-sebab munculnya thariqah ?
3. Tarekat apa saja yang paling menonjol pada abad ke 7 dan 8 Hijriah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi thariqah
2. Untuk mengetahui sebab-sebab munculnya thariqah
3. Untuk mengetahui dan memahami tarekat yang paling menonjol pada abad ke
7 dan 8 hijriah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Tarekat
Tarekat berasal dari kata “thariqat” menurut bahasa artinya jalan cara “garis”,
“kedudukan”, “keyakinan” dan “agama”. Tarekat adalah pelaksanaan Takwa dan
segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada Allah SWT, seperti Usaha untuk
melewati berbagai jenjang dan maqam, setiap maqam memiliki Tarekat tersendiri.
Kamus Modern Dictionary Arabic-English oleh Alias dan Edward Elias, Edisi IX,
Kairo tahun 1954 menyatakan bahwa “thariqat” ialah “way” (cara atau Jalan),
“method” dan “system of belief” (methoda dan satu system kepercayaan). Tarekat
(thariqah) mempunyai beberapa arti, antara lain “jalan lurus” (Islam yang Benar, yang
berbeda dari kekufuran dan syirik), “tradisi sufi” atau “jalan spiritual (tasawuf), dan
“persaudaraan sufi”. Pada arti ketiga, tarekat berarti “organisasi Social sufi” yang
memiliki anggota dan peraturan yang harus ditaati, serta berpusat pada hadirnya
seorang mursyid (guru sufi). Tarekat yaitu media, cara yang tepat dalam
melaksanakan syariat, jalan kecil yang menyampaikan pelaku tasawuf ke terminal
hakikat. Pengertian tarekat menurut pandangan para Ulama tasawuf, ialah jalan atau
petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ibawa oleh
Rasulullah SAW dan yang dicontohkan oleh beliau dan para sahabatnya serta Tabi‟in,
Tabi‟it Tabi‟in dan terus bersambung hingga kepada para guru-guru, ulama, kyai-
kyai secara bersambung hingga sekarang ini. Tarekat adalah suatu cara atau jalan
yang ditempuh oleh para ahli tasawuf atau kaum Mutashawwifin untuk mencapai
tujuan .
Jika ditela’ah secara sosiologis dengan lebih mendalam, tampak ada hubungan
antara latar belakang lahirnya trend dan pola hidup sufistik dengan perubahan dan
dinamika kehidupan masyarakat. Sebagai contoh adalah munculnya gerakan
kehidupan zuhud dan ‘uzlah yang dipelopori oleh Hasan al-Bashri (110 H.) dan
Ibrahim Ibn Adham (159 H.). Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap pola hidup
hedonistik (berfoya-foya), yang dipraktekkan oleh para pejabat Bani Umayyah.
2
Demikian juga berkembangnya tasawuf filosofis yang dipelopori oleh Abu Mansur
Al-Hallaj (309 H.). dan Ibn Arabi (637 H.), tampaknya tidak bisa terlepas dari adanya
pengaruh gejala global masyarakat Islam, yang cenderung tersilaukan oleh
berkembangnya pola hidup rasional. Hal ini merupakan pengaruh berkembangnya
filsafat dan kejayaan para filosof peripatetik, seperti; al-Kindi, Ibn Sina, Al-Farabi,
dan lain-lain.
Demikian juga halnya, munculnya gerakan tasawuf sunni yang dipelopori oleh
al-Qusyairi, al-Ghazali dan lain-lain, juga tidak terlepas dari dinamika masyarakat
Islam pada saat itu. Mereka banyak mengikuti pola kehidupan sufistik yang menjauhi
syari’at, dan tenggelam dalam keasikan filsafatnya. Sehingga sebagai antitesanya,
munculah gerakan kembali ke syari’at dalam ajaran tasawuf, yang dikenal dengan
istilah tasawuf sunni.
Adapun tarekat, sebagai gerakan kesufian populer (massal), sebagai bentuk terakhir
gerakan tasawuf, tampaknya juga tidak begitu saja muncul. Kemunculannya
tampaknya lebih dari sebagai tuntutan sejarah, dan latar belakang yang cukup
beralasan, baik secara sosiologis, maupun politis pada waktu itu. Setidaknya ada dua
faktor yang menyebabkan lahirnya gerakan tarekat pada masa itu, yaitu faktor kultural
dan struktur.
Dari segi politik, dunia Islam sedang mengalami krisis hebat. Di bagian barat
dunia Islam, seperti: wilayah Palestina, Syiria, dan Mesir menghadapi serangan
orang-orang Kristen Eropa, yang terkenal dengan Perang Salib. Selama lebih kurang
dua abad (490-656 H. / 1096-1258 M.) telah terjadi delapan kali peperangan yang
dahsyat. Di bagian timur, dunia Islam menghadapi serangan Mongol yang haus darah
dan kekuasan. Ia melahap setiap wilayah yang dijarahnya. Demikian juga halnya di
Baghdad, sebagai pusat kekuasaan dan peradaban Islam. Situasi politik kota Baghdad
tidak menentu, karena selalu terjadi perebutan kekuasan di antara para Amir (Turki
dan Dinasti Buwihi). Secara formal khalifah masih diakui, tetapi secara praktis
penguasa yang sebenarnya adalah para Amir dan sultan-sultan. Keadaan yang buruk
ini disempurnakan (keburukannya) oleh Hulagu Khan yang memporak porandakan
pusat peradaban Umat Islam (1258 M.) Kerunyaman politik dan krisis kekuasaan ini
membawa dampak negatif bagi kehidupan umat Islam di wilayah tersebut. Pada masa
itu umat Islam mengalami masa disintegrasi sosial yang sangat parah, pertentangan
antar golongan banyak terjadi, seperti antara golongan sunni dengan syi’ah, dan
golongan Turki dengan golongan Arab dan Persia. Selain itu ditambah lagi oleh
3
suasana banjir yang melanda sungai Dajlah yang mengakibatkan separuh dari tanah
Iraq menjadi rusak. Akibatnya, kehidupan sosial merosot. Keamanan terganggu dan
kehancuran umat Islam terasa di mana-mana.
Dalam situasi seperti itu wajarlah kalau umat Islam berusaha mempertahankan
agamanya dengan berpegang pada doktrinnya yang dapat menentramkan jiwa, dan
menjalin hubungan yang damai dengan sesama muslim. Masyarakat Islam memiliki
warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat digunakan, sebagai pegangan
yaitu doktrin tasawuf, yang merupakan aspek kultural yang ikut membidani lahirnya
gerakan tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian
ulama sufi, mereka memberikan pengayoman masyarakat Islam yang sedang
mengalami krisis moral yang sangat hebat (ibarat anak ayam kehilangan induk).
Dengan dibukanya ajaran tasawuf kepada orang awam, secara praktis lebih berfungsi
sebagai psikoterapi yang bersifat massal. Maka kemudian banyak orang awam yang
memasuki majelis dzikir dan halaqah-nya para sufi, yang lama kelamaan berkembang
menjadi suatu kelompok tersendiri (eksklusif) yang disebut dengan Tarekat.
4
Semoga aku dibunuh sehingga pergolakan ini padam, semuanya dapat bebas dan
jangan ada seorang pun selain aku yang dibunuh.”
Di bagian awal telah disebutkan bahwa gerakan tarekat , persaudaraan sufi dan
perkumpulan mistik semacamnya, muncul diantaranya dipicu oleh realitas politik dan
keadaan masyarakat yang meliputinya. Dan pada perkembangan selanjutnya,
perkembangan tasawuf, juga banyak dipengaruhi oleh tekanan politis m asyarakat.
Perilaku dan keyakinan para salik yang cenderung berbeda dengan kebanyakan orang
kebanyakan, pada beberapa masyarakat tertentu dianggap mengganggu stabilitas dan
berbagai peristiwa tentang upaya-upaya yang dilakukan masyarakat dan penguasa
untuk melumpuhkan dan meminimalisir pengaruh ajaran tarekat yang berkembang
pada suatu masa.
Pengaduan yang dilakukan oleh para ulama Baghdad kepada khalifah al-Mutawakkil
tentang ajaran-ajaran al-Junaid yang dianggap menyimpang dari syariat Islam. Al-
Junaid dihadapkan pada sebuah persidangan yang dihadiri ulama-ulama dari Yaman,
Syam, Irak, dan Mesir. Mereka, sesuai keputusan khalifah, menantang al-Junaid untuk
berdebat dalam masalah agama; jika ternyata al-Junaid kalah dalam perdebatan itu,
maka kepalanya harus di penggal. Meski kemudian peristiwa itu berakhir damai
setelah Abu Hasan an-Nuri berhasil menjawab semua pertanyaan Qadhi Abu Tsur,
peristiwa itu cukup menjadi bukti adanya pertentangan antara Muslim ortodoks (para
ulama fiqih) dengan para pengikut tarekat (al-Junaid dan murid-muridnya).
Beberapa orang mengungkapkan bahwa pengaduan para ulama itu mengemuka karena
cemburu melihat kedekatan penguasa dengan golongan tarekat, dan tak mau peran
mereka terpinggirkan oleh keberadaan para sufi. Dan pada-pada tahun-tahun pertama
abad ke-10 M, sejarah menyaksikan puncak reaksi kaum Muslim ortodoks terhadap
transendentalisme individualistis para sufi – beberapa diantara para sufi ini banyak
bertingkah aneh untuk menunjukkan kebencian mereka terhadap pertimbangan-
pertimbangan masyarakat – yaitu ketika al-Hallaj, yang dilahirkan di Persia,
menyatakan dirinya sebagai al-Haqq, dihukum mati dengan tuduhan mendebat Allah,
di kota Baghdad pada tahun 922 M. setelah peristiwa itu, sebagian dari pada sufi yang
suka berkomunikasi dengan masyarakat di luar mereka, berusaha menciptakan
rekonsilasi dengan tradisionalisme dan dengan teologi yang telah diterima
masyarakat.
5
Namun ada konsekuensi lain dari korupsi dikalangan dan tenggelamnya kalangan
istana dalam kehidupan duniawi adalah dicarinya sejumlah ulama yang shaleh
dikalangan sufisme atau asketeisme. Meskipun ditentang oleh para ulama karena
sejumlah konsep sufi yang jelas bertentangan dengan ajaran-ajaran pokok dalam
Islam. Secara pelan-pelan gerakan sufi dapat memikat banyak orang dan mendominasi
lingkungan agama di sejumlah wilayah muslim. Ini merupakan buah dari kesalehan
mereka, gaya hidup yang sederhana, kejujuran dalam mencari penghidupan,
keramahan, dan suka untuk membantu sesame. Mereka juga berperan penting dalam
menyebarkan islam di beberapa belahan dunia. Orang yang paling shaleh di kalangan
mereka bertindak layaknya seorang psikiatris agama, orang datang kepada mereka
yang menghadapi kesulitan dan mereka akan pulang dengan menemukan pemecahan
spiritual dan kepuasan mental.
Tarekat pertama kali muncul pada abad ke-6 dan 7 Hijriah, ketika tasawuf
menempati posisi penting dalam kehidupan umat Islam dan dijadikan sebagai falsafah
hidup. Pada periode ini, tasawuf memiliki aturan, prinsip, dan sistem khusus.
Sedangkan, sebelumnya tasawuf dipraktikkan secara individual tanpa adanya ikatan
satu sama lain.
Tarekat pada awalnya merupakan salah satu bagian dari Ajaran tasawuf, para
sufi mengajarkan ajaran pokok tasawuf, yaitu Syariat, tarekat, hakikat, makrifat, yang
pada akhirnya masing-masing ajaran tersebut berkembang menjadi suatu aliran yang
berdiri sendiri.Martin Van Bruiness melakukan penelitian yang menyatakan bahwa
tarekat sebagai suatu intuisi belum ada sebelum Abad ke-8 H/ 14 M, berarti tarekat
merupakan sebuah ajaran baru yang tidak ada dalam ajaran Islam yang asli. Namun
demikian, bila dilihat secara mendalam ternyata ajaran-ajaran pokoknya memiliki
keterkaitan akar yang kuat sampai kepada Rasuluallah. Diantara aliran Sufi yang
tersebar luas di Irak adalah Ar-Rifaiyah atau disebut juga sebagai Tarekat Rifaiyah.
Tarekat Rifaiyah didirikan oleh Ahmad bin Ali Abu Al-Abbas Ar-Rifa’i (578 H/ 1182
M), Tarekat Rifaiyah lebih mengutamakan ajaran Zuhud untuk mencapai Ridha Allah
SWT.
Mengapa periodisasi tersebut diawali dari abad pertama Hijriah?, Karena pada
awal mulanya tasawuf itu adalah padah masa sahabat dan tabi’in. tidak muncul pada
6
pada masa Nabi Muhammad SAW. Hal itu disebabkan oleh prilaku umat Islam masih
sangat stabil, keberagamaan masih dilaksanakan secara seimbang, bahkan cara
pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatism, materialism dan hedonism. Namun
sekalipun di masa tersebut belum ditemukan istilah tasawuf, mereka sebenarnya telah
menjadi seorang sufi dengan tidak pernah mengagungkan dunia tetapi tidak juga
meremehkannya, mereka selalu ingat kepada Allah sebagai Sang Pencipta langit dan
bumi serta segala isinya.
Dalam perkembangan selanjutnya, tarekat menjadi semacam organisasi atau
perguruan dan kegiatannya pun semakin meluas, tidak terbatas hanya pada zikir dan
wirid atau amalan amalan tertentu saja. Bahkan, ada beberapa tarekat yang melibatkan
diri dalam kegiatan politik, seperti Tarekat Sanusiyah yang menentang penjajahan
Italia di Libya, Tarekat Tijaniyah yang menentang penjajahan Prancis di Afrika Utara,
dan Tarekat Safawiyah yang melahirkan kerajaan Safawi di Persia (Iran).
Selanjutnya, tarekat makin berkembang secara luas di berbagai belahan dunia.
Beberapa yang terkenal adalah :
1. Qadiriyah
Dari ketaudanan nabi dan sabahat Ali ra dalam mendekatkan diri kepada Allah swt
tersebut, yang kemudian disebut tarekat, maka tarekat Qodiriyah menurut ulama
sufi juga memiliki tujuan yang sama. Yaitu untuk mendekat dan mendapat ridho
dari Allah swt. Oleh sebab itu dengan tarekat manusia harus mengetahui hal-
ikhwal jiwa dan sifat-sifatnya yang baik dan terpuji untuk kemudian diamalkan,
maupun yang tercela yang harus ditinggalkannya.
7
Misalnya dengan mengucapkan kalimat tauhid, dzikir “Laa ilaha Illa Allah”
dengan suara nyaring, keras (dhahir) yang disebut (nafi istbat) adalah contoh
ucapan dzikir dari Syiekh Abdul Qadir Jaelani dari Sayidina Ali bin Abi Thalib ra,
hingga disebut tarekat Qodiriyah. Selain itu dalam setiap selesai melaksanakan
shalat lima waktu (Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya’ dan Subuh), diwajibkan membaca
istighfar tiga kali atau lebih , lalu membaca salawat tiga kali, Laailaha illa Allah
165 (seratus enam puluh lima) kali. Sedangkan di luar shalat agar berdzikir
semampunya.
Dalam mengucapkan lafadz Laa pada kalimat “Laa Ilaha Illa Allah” kita harus
konsentrasi dengan menarik nafas dari perut sampai ke otak. Kemudian disusul
dengan bacaan Ilaha dari arah kanan dan diteruskan dengan membaca Illa Allah ke
arah kiri dengan penuh konsentrasi, menghayati dan merenungi arti yang sedalam-
dalamnya, dan hanya Allah swt-lah tempat manusia kembali. Sehingga akan
menjadikan diri dan jiwanya tentram dan terhindar dari sifat dan perilaku yang
tercela.
2. Naqsyabandiyah
8
dan tersebar ke Asia Tenggara, Asia Tengah, Afrika Timur, Afrika Utara, India,
Iran dan Turki. Perbedaan-perbedaan tersebut dalam realitasnya mengarah kepada
tujuan yang sama, yaitu berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Karena Tareqat
merupakan sebuah Organisasi yang lahir dari seorang Syeikh yang berniat ingin
melestarikan ajaran-ajaran kaum sufi maka masing-masing dari syikeh tersebut
tentu punya cara tersendiri dalam pengembangannya tersebut. Terbukti dengan
lahirnya tarekat tersebut semakin berbeda pula metode-metode yang digunakan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mudahnya Tarekat berkembang yaitu :
a) Sufi mempunyai kegemaran mengembara dari sustu tempat ke tempat yang lain.
Dalam setiap persinggahannya para sufi ini sennatiasa menyampaikan ajaran
tareqat yang dianutnya.
b) Ajaran Tarekat yang mudah dipahami oleh siapa pun dan tidak mensyaratkan
bagi calon murid mempunyai tingkat inteaktual yang tinggi.
Di Indonesia, Tarekat juga sudah mulai berkembang pada abad ke-13 hijriah.
Terbukti pada periode yang sama lahir 3 organisasi tarekat besar yang berkembang
yaitu Qadiriyah, Naqsabandiyah dan Sattariyah. Kemudian disusul oleh tarekat
Rifai’iah yang mengabadikan beberapa jenis kesenian rakyat aceh. Sebagai salah
satu Tareqat yang juga sudah berkembang di Indonesia ialah Tareqat
Naqsabandiyah juga sebagai salah satu Tareqat yang paling luas penyebarannya.
9
Dari awal, ia memiliki kaitan erat dengan Khwajagan, yaitu para guru dalam mata
rantai Tariqat Naqsyabandi. Sejak masih bayi, ia diadopsi sebagai anak spiritual
oleh salah seorang dari mereka, yaitu Baba Muhammad Sammasi. Sammasi
merupakan pemandu pertamanya dalam mempelajari ilmu tasawuf. tepatnya ketika
ia menginjak usia 18 tahun, dan yang lebih penting lagi adalah hubungannya
dengan penerus (khalifah) Sammasi, yaitu Amir Sayyid Kulal al-Bukhari (w.
772/1371). Dari Kulal inilah ia pertama kali belajar terekat yang didirikannya.
3. Syattariyah
10
di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah. Tarekat Syatariyah di
Cirebon berkembang pesat melalui Para Bangsawan Keraton dilingkungan keraton.
Para bangsawan ini kemudian meninggalkan keraton dan mendirikan pesantren-
pesantren di sekitar wilayah Cirebon, hal ini mereka lakukan karena kebencian
mereka terhadap penjajah yang pada saat itu telah menguasai seluruh keraton di
Cirebon (Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman).
Pusat-pusat Tarekat Syatariyah di Cirebon pada saat itu (masa Kolonial abad
ke 17-19) yang bermula di Keraton Cirebon kemudian beralih ke pesantren-
pesantren yang berada di wilayah Cirebon, seperti Pesantren Al-Jauhriyah,
Pesantren Kempek, Pesantren Buntet, Pesantren Darul Hikam, dan lain-lain. Jejak-
jejak peninggalan Tarekat Syatariyah yang berkembang di Keraton Cirebon masih
bisa kita lihat dari Naskah Cirebon yang hingga kini masih terawat. Di antara
Naskah Cirebon yang memuat ajaran Tarekat Syatariyah ini adalah Naskah
Cirebon yang berjudul Tarekat Syatariyah Ratu Raja Fatimah Sami, Tarekat
Syatariyah Pangeran Raja Abdullah Ernawa, Tarekat Syatariyah Pangeran Raja
Wikantadirja, dan lain-lain. Tatanan qadri shattari adalah salah satu cabang tatanan
shattari terkemuka di India.
Para sufi penting dari ordo ini termasuk Gause gwaliori, Sayyadna Hashim peer
Dastagir, Sufi Sarmast Ali Shah Qalandar. Makam sayyadna Hashim peer dastagir
para sufi lainnya jika sufi ini termasuk Maulana Muhammad Siddique Sahab, Gani
qadri shattari dan Wali qadri shattari. Pemimpin ordo ini saat ini adalah Sayyad
Mushtaq Husain Ali Mast Qadri Shattari.
11
tarekat ini bukan termasuk dalam pengertian wujud yang hakiki. Ia boleh disebut
wujud dalam pengertian wujud bayangan.
Wujud yang satu ini memiliki tujuh martabat, itu martabat ahadiyah, martabat
wahdah, martabat wahidiyah, martabat alam arwah, martabat alam misal, martabat
alam ajsam dan martabat manusia. Tiga martabat pertama adalah martabat
ketuhanan yang mengacu pada satu wujud hakiki, yang dapat dipandang dengan
tiga macam. Empat martabat selanjutnya adalah martabat alam atau wujud
bayangan yang dapat dibagi kedalam empat tingkatan wujud yang berbeda.
4. Rifaiyyah
Tarekat Rifaiyah adalah tarekat yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Abu Al-
Abbas Ar-Rifa’i (578 H/ 1182 M) biasa di kenal dengan Syeikh Rifa’i dari Turki,
yang wafat di Umm Abidah pada tanggal 22 Jumadil awal tahun 578 H. bertepatan
dengan tanggal 23 september tahun 1106 M. Tarekat rifaiyah banyak tersebar di
daerah Aceh, Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi dan daerah-daerah lainnya. Tarekat
Rifaiyah ini lebih mengutamakan ajaran zuhud untuk mencapai ridha Allah SWT.
Ciri dari ajaran ahmad Al-Rifai seperti status sufi tradisional (muqamat), kesalehan
(wara’), ibadah (ta’abud), cinta (mahabbah), dan keesaan (tauhid). Adapun ciri dari
tarekat rifayah ini adalah penggunaan tabuhan rabana dalam wiridnnya, yang
diikuti dengan tarian dan permainan debus, seperti menikam diri dengan sepotong
senjata tajam yang diiringi dengan zikir-zikir tertentu.
12
5. Tijaniyah
6. Sammaniyah
13
Ciri-ciri Tarekat Sammaniyah adalah berzikir La Ilaha Illa Allah dengan suara
yang keras oleh para pengikutnya. Dalam mewiridkan bacaan zikir, para murid
Tarekat Sammaniyah biasa melakukannya secara bersama-sama pada malam Jumat
di masjid-masjid atau mushala sampai tengah malam. Selain itu, ibadah yang
diamalkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samani adalah shalat
sunah Asyraq (setelah Subuh) dua rakaat, shalat sunah Dhuha sebanyak 12 rakaat,
memperbanyak riyadhah (melatih diri lahir batin untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT), dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
Kerunyaman politik dan krisis kekuasaan ini membawa dampak negatif terhadap
umat islam dimasa itu, pada masa itu umat islam disintegrasi sosial yang sangat parah,
pertentangan antar golongan banyak terjadi. Masyarakat islam juga mempunyai
warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat digunakan sebagai pegangan yaitu
tasawuf yang merupakan aspek kultural yang ikut membidangi lahirnya tarekat-tarekat
pada masa itu dan yang tidak kalah pentingnya adalah kepedulian ulama sufi. Mereka
memberikan pengayoman masyarakat islam yang sedang mengalami krisis moral yang
terjadi pada masa itu. Dengan dibukannya ajaran-ajaran tasawuf kepada orang awam
secara tidak langsung berfungsi sebagai psikoterapi. Maka kemudian banyak yang ikut
memasuki majelis-majelis dzikirnya para sufi, yang lama-kelamaan berkembang
menjadi kelompok yang disebut tarekat.
Tarekat makin berkembang secara luas di berbagai belahan dunia. Beberapa yang
terkenal adalah Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syattariyah, Rifaiyyah, Tijaniyah, dan
Sammaniyah. Dan di Indonesia sendiri, terdapat asosiasi atau organisasi yang
membawahi tarekat yang mu'tabar (terkenal dan diakui). Organisasi ini bernama
Jam'iyyah Ahl al-Thariqah al-Mu'tabarah Indonesia (Jatmi) dan Jam'iyyah Ahl al-
Thariqah al-Mu'tabarah al-Nahdliyyah. Organisasi tarekat yang kedua ini menaungi
sejumlah tarekat yang berafiliasi pada organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Adapun
Mudir 'Aam (Ketua Umumnya) adalah KH Habib Muhammad Luthfi bin Yahya,
tinggal di Pekalongan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Humam, Abdul Wahdud Kasyful. 2015. Satu Tuhan Seribu Jalan. Yogyakarta: FORUM (Relasi Inti
Media).
Siregar, Lindung Hidayat. 2009. Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosial. MIQOT. 33(2): 169-187.
http://digilib.uinsby.ac.id/3917/5/Bab%203.pdf
17