Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

IBN ‘ARABI

“Sejarah Perkembangan Tasawuf”

Dosen Pengampu :

Ahmad Sauqi, S.Ag, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 10 TP 2A :

1. Dwi Anggraini (126303202032)


2. Muhammad Ali Mustofa (126303202043)
3. Muhammad Nur Syarifulah (126303201009)
4. Nawa Rohmah Firdaus (126303201001)

TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, serta tak lupa Sholawat serta Salam kita curahkan dan limpahkan pada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW. Sehingga kami bisa menyelesaikan Tugas Kelompok
Sejarah Perkembangan Tasawuf Tentang “IBN ‘ARABI” dengan baik. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Perkembangan Tasawuf.

Kami sadar dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga Makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Kami haturkan terima kasih banyak kepada Bapak Ahmad Sauqi, S.Ag,M.Pd.I. selaku
dosen mata kuliah Sejarah Perkembangan Tasawuf yang telah membimbing dan mengajarkan
kami. Serta kepada pihak-pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini bisa
diselesaikan dengan baik.

Akhir kata, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan ini
terdapat banyak kesalahan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

2
DAFTAR ISI

Sampul ................................................................................................................................. 1

Kata Pengantar ................................................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

A. Biografi Ibn ‘Arabi.................................................................................................... 5


B. Kesatuan Wujud.........................................................................................................7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 9

A. Kesimpulan ................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibn ‘Arabi adalah sufi terkemuka dan bahkan terbesar sepanjang jaman yang
pernah muncul dalam dalam dunia Islam. Pemikirin- pemikirannya yang luar biasa itu
ia tuangkan dalam setiap karyanya. Salah satu falsafah Ibn ‘Arabi yang memperoleh
perhatian besar dan menjadi kajian banyak orang secara mendalam oleh para
pemerhati adalah “Wahdatul Wujud”, atau kesatuan wujud.

Wahdatul wujud merupakan sebuah konsep pemikiran bahwa, Yang ada


adalah Wujud Yang Satu, semua alam semesta ini manifestasi dari Yang Satu. Wujud
Yang Satu itu adalah Allah Ta’ala. Bahasa mudahnya adalah suatu pemikiran yang
menyatakan bahwa “Tidak ada yang maujud kecuali wujud yang Esa”

B. Rumusan Masalah
Dalam Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain :
1. Menjelaskan biografi Ibn’Arabi
2. Menjelaskan tentang Kesatuan Wujud.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Ibn’Arabi
2. Untuk mengetahui tentang Kesatuan Wujud.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ibn’Arabi
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn ‘Arabi Al- Tha’i al-
Hatimi yang kemudian dikenal dengan Ibn ‘Arabi. Bahagian Timur beliau dikenal
dengan nama al-Hatimi dan Ibn ‘Arabi sedangkan di belahan Barat dikenal dengan Ibn
al-‘Arabi. Lain halnya di tanah kelahirannya beliau lebih dikenal dengan panggilan Ibn
Suraqah. Lahir pada tanggal 17 Ramadan tahun 560 H bersamaan dengan 1165 M di
daerah Mursiyah bahagian utara Andalusia, sebuah keluarga keturunan Arab yang
termasuk dalam kabilah Ta’i. Ibnu ‘Arabi berasal dari keluarga berpangkat, hartawan
dan ilmuwan di Mercia, Andalusia Tenggara. Ketika ia berumur 8 tahun bersama
keluarganya pindah ke Sevilla, tempat dimana ia mulai belajar Al-qur’an dan fikih.
Sevilla adalah pusat sufisme yang penting di samping sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Keberhasilannya dalam dunia pendidikan mengantarkannya kepada sekretaris
gubernur. Suasana kehidupan guru-guru sufi dan andil istrinya adalah faktor yang
mempercepat ia menjadi seorang sufi. Ibnu ‘Arabi pada usia 20 tahun memasuki jalan
sufi (tarekat) secara formal. Dalam usianya yang muda itu, sering melakukan perjalanan
ke berbagai tempat di Spanyol dan Afrika Utara, dan ia berkunjung ke Cordoba
bertemu dengan filosof muslim Ibnu Rusyd dan tabib dinasti Berber dari Almohad.
Dalam perjalanan kerirnya, ia juga sempat singgah di beberapa kota untuk
mengembangkan dan memerdalam ilmu rohani serta intelektualnya. Kota-kota tersebut
diantaranya :
 Andalusia, di kota ini Ibn Arabi bertemu dengan seorang sufi bernama Abdul
Aziz Al-Mahdawi, bertemunya ia dengan seorang sufi untuk
mengkonsultasikan spiritualnya.
 Maroko, di kota ini Ibn Arabi menulis kitab bernama Al-isro’
 Tunisia, Yerussalem, dan Mekkah, serangkaian perjalanan tersebut Ibn Arabi
bertujuan untuk haji. Setibanya dikota Makkah Ibn Arabi melakukan amalan-
amalan haji sehingga Ibn Arabi dapat menciptakan kedekatannya dengan
tuhannya.

5
 Di kota Makkah Ibn Arabi juga sempat menuliskan karya berupa Taj Al-
Rasail, Ruh Al-Quds dan Futuhatt Makkiyah
 Perjalanannya ke kota Konya dan Anatolia, di kota ini Ibn Arabi juga menulis
karya bernama Risalatul Anwar
 Di kota Damaskus.

Dalam fikirannya ilmu pengetahuan merupakan segala-galanya, hal ini yang


menyababkan timbulnya satu tekad bagi dirinya untuk mengembara meninggalkan
kampung halaman, mencari anak-anak kunci di berbagai tempat yang akan
dipergunakan untuk membuka gudang-gudang ilmu ilmu pengetahuan. Sebelum
memulai pengembaraan, beliau telah mempersiapkan mental untuk menghadapi onak
dan duri serta pahit getirnya sebagai seorang pengambara. Pendekatan diri beliau
kepada sang maha Pencipta semakin diperkuat dan beliau pun memulai hidup sebagai
seorang sufi. Dalam perjalanan karirnya, ia bertemu dengan Ibn Rusyd atau lebih
dikenal sebagai averros. Falsafah atau cara pandanganya banyak dipengaruhi oleh Ibn
Rusyd, oleh karena itu banyak sekali kemiripan diantara keduanya.

Ibn ‘Arabi melakukan perjalanan berpindah dari satu tempat ke tempat lain
untuk memperoleh dan menambah ilmu serta pengalaman lebih banyak lagi dengan tiga
tahapan. Ibn ‘Arabi mengakhiri pengembaraannya di Damsik. Di kota ini beliau
menghabiskan sisi-sisa kehidupannya setelah malang melintang mengadakan
pengembaraan demi mencari setitik ilmu yang dapat mengobati kehausan dan
memperoleh kepuasan. Pada malam jumat 28 Rabi’ul akhir tahun 638 H beliau
dipanggil yang Maha Kuasa, kembali menghadap Ilahi dengan usia 78 tahun. Beliau
pergi yang tidak akan kembali lagi meninggalkan semua yang ada diduni ini. Jasadnya
yang sudah membeku, membisu seribu bahasa dimakamkan di kaki gunung Qasiyun di
pekuburan pribadi Qadi Muhyi. Meskipun jasadnya telah kembali keasalnya, mulutnya
tidak pernah bicara lagi tangannya telah berhenti menggoreskan tinta, namun karyanya
masih tetap berbicara, semua usaha dan jerih payahnya masih dapat dinikmati hingga
saat ini tetap hidup dihati. Di antara karya-karya Ibnu ‘Arabi yang masyhur bagi
kalangan pemikir- pemikir muslim adalah sebagai berikut :

1. Al-Futhah al-Makkiyah (penyingkapan-penyingkapan ruhani di Makkah)


2. Full al-Hikam (permata-permata hikmah).

6
B. Kesatuan Wujud
Wahdatul Wujud adalah sebuah konsep pemikiran bahwa, Yang ada adalah
Wujud Yang Satu, semua alam semesta ini manifestasi dari Yang Satu. Wujud Yang
Satu itu adalah Allah Ta’ala. Bahasa mudahnya adalah suatu pemikiran yang
menyatakan bahwa “Tidak ada yang maujud kecuali wujud yang Esa.” Dalam satu
paham wahdatul wujud ada istilah halq dan haq, ialah dua aspek bagi tiap sesuatu.
Aspek luar disebut khalq dan aspek dalam disebut haq. Aspek luar yang merupakan
sinonim dari al ard dan halq yang merupakan sifat kemakhlukan, dan aspek dalam
merupakan jawhar dan haq yang mempunyai sifat ketuhanan. Hal ini timbul dari
paham bahwa Allah ingin melihat dirinya di luar dirinya dan oleh karena itu
dijadikannya alam ini, maka alam ini merupakan cermin bagi Allah. Dikala ia ingin
melihat dirinya, Ia melihat kepada alam, pada benda-benda yang ada di alam. Karena
dalam tiap benda itu terdapat sifat ketuhanan, Tuhan melihat dirinya. Jadi disini timbul
paham kesatuan. Yang ada dalam alam ini kelihatanya banyak, tetapi sebenarnya itu
hanya satu. Tak ubahnya hal ini sebagai orang yang melihat dirinya dalam beberapa
cermin yang di letakkan di sekelilingnya. Di dalam setiap cermin ia terlihat dirirnya,
dalam cermin itu dirinya kelihatan banyak, tetapi dirinya sebenarnya hanya satu.
Menurut Ibnu ‘Arabi, hanya ada satu realitas dalam eksistensi. Realitas ini kita
pandang dari dua sudut yang berbeda, pertama kita namakan haq, apabila kita pandang
haq itu sebagai Esensi dari semua fenomena dan kedua khalq, apabila kita pandang
sebagai fenomena yang yang memanifestikan Essensi itu. Haq dan halq, Yang Satu dan
Yang Banyak hanyalah nama-nama untuk dua aspek subjektif dari satu realitas, ia
adalah satu kesatuan nyata tapi ragam dalam empiris. Ibn ‘Arabi menggaungkan
kembali doktrin Plotinus akan tetapi berbeda jika Plotinus menytakan bahwa Yang
Maha Esa itu ada di mana-mana dan tidak ada di mana-mana dan Ibnu Arabi
menyatakan Yang Maha Esa itu ada di mana-mana sebagai Essensi dan tidak di mana-
mana sebagai Essensi Universal.
Ibn Arabi ‘Arabi mengatakan bahwa wujud ini pada hakekatnya adalah satu,
yakni wujud Allah yang Mutlak. Wujud yang mutlak ini menampakkan diri dalam tiga
martabat yaitu:
1. Martabat Ahadiah
Dalam martabat ini, wujud Allah merupakan Dzat yang mutlak, tidak bernama
dan tidak bersifat. Tuhan berada dalam keadaaan murni, kedalaman yang

7
mutlak. Yang ada hanya Dzat semata. Dalam martabat ini, Allah tidak sesudah,
tidak sebelum, dan Dia sekarang sebagaimana adanya.
2. Martabat Wahidiyah
Dalam martabat ini, Dzat itu menampakkan diri melalui sifat dan asma. Dengan
tajalli ini, Dzat tersebut dinamakan Allah sebagai pengikat sifat-sifat dan asma-
asma yang indah. Akan tetapi sifat dan asma tersebut pada suatu sisi identik
dengan Dzat Allah sendiri.
3. Martabat Tajalli Syuhudi
Dalam martabat ini Allah bertajalli melalui asma dan sifatnya dalam kenyataan
empirirs. Dengan firmanya “kun”, maka ‘Ayan Tsabitah yang dulunya
merupakan wujud potensial dalam Dzat Ilahi, kini menjadi kenyataan aktual
dalam berbagi citra alam empiris.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam memahami Allah, Ibn ‘Arabi punya tiga tingkatan. Tingkatan pertama
adalah ahadiyah, yang laisa kamitslihi syaiun akalmu tidak akan sampai memahami
Allah, Dia tidak seperti apapun definisi, gambaran, sebutan kita terhadap Allah. Allah
tidak seperti itu, karena akal kita terbatas, dan Allah tidak terbatas. Akal kita hanya laku
untuk yang punya ruang dan punya waktu, tapi Allah tidak punya ruang dan tidak
punya waktu. Misalkan kita di suruh untuk berhitung berapa angka paling besar? Pasti
akan selalu ada angka yang lebih besar di atasnya, atau berapa angka paling kecil? Pasti
selalu ada yang di bawahnya. Itu menjawab bahwa akal kita sebenarnya terbatas karena
memang sejatinya sifatnya terbatas.
Kemudian ke tingkatan Wahidiyah, ketika Allah memperkenalkan dirinya pada
manusia, memperkenalkan dan ingin di kenal, maka dia menciptakan makhluk dan Dia
menunjukkan dirinya “aku ini seperti ini”, karena jika kita berpikir maka pikiran kita
tidak akan sampai maka, Dia memperkenalkan diri “Aku ini seperti ini”. Aku itu Maha
Penyayang, aku itu Maha Kuasa, Aku itu Maha Adil.
Yang terakhir adalah Tajalli Syuhudi, yaitu manifestasi dari adanya Allah
dengan alam semesta ini. Karena Allah itu Maha Pencipta jadi harus ada ciptaanya,
karena Allah itu maha penyayang maka Allah itu harus ada yang di sayangi, karena
Allah itu sabar, maka harus ada yang di sabari, karena allah itu adil maka harus ada
yang di adili, dan dari situlah alam semesta lahir.
Jadi Allah itu tidak terjangkau oleh siapapun, tapi terus di mendefinisikan
dirinya untuk bisa di kenali kuntu kanzan makhfiyyan, Artinya “Aku adalah khazanah
tersembunyi”, fa ahbabtu an u’rafa Artinya “Aku ingin dikenali”, Fa khalaqtu ‘l-kholq
Artinya “Maka kuciptakan makhluk.”

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Mahmud. (2012). Filsafat Mistik Ibnu Arabi Tentang Kesatuan Wujud. 24(2).
(online). file:///C:/Users/admin/Downloads/1.%20ABDULLAH%20MAHMUD
%20(1).pdf. Diakses pada tanggal 5 April 2021.
Akilah Mahmud. (2014). Insan Kamil Prespektif Ibnu Arabi. 9(2). Jurnal Sulesana (online).
file:///C:/Users/admin/Downloads/1297-2675-1-PB.pdf. Diakses pada tanggal 6
April 2021.

Abd Halim Rofi’ie. (2010). Wahdat Al Wujud Dalam Pemikiran Ibnu Arabi. 13(2). Jurnal
Jurnal Ulul Albab (online).
file:///C:/Users/admin/Downloads/188973536%20(1).pdf. Diakses pada tanggal 7
April 2021.
Nurhidayat Muh. Said. (2020). Jalan Sufistik Ibnu Arabi (Menuju Kesatuan Wujud). 7(1).
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam (online).
file:///C:/Users/admin/Downloads/14520-38381-1-SM%20(1).pdf. Diakses pada
tanggal 7 April 2021.

10

Anda mungkin juga menyukai