GHARAIBUL QIRA’AH
oleh:
مصطفى العارف
Ghara'ibul Qur'an
Ghara'ibul Qur'an sebenarnya merupakan "fan" atau bagian dari kaidah-kaidah Rasmul
'Utsmani. Dianggap gharib atau aneh (nyleneh / dalam bahasa Jawa), karena antara tulisan
dan kaifiyah (cara) membacanya berbeda.
Perbedaan antara tulisan dan bacaan itu mempunyai sebab, faedah, dan tujuan yang
bermacam-macam. Secara ringkas beberapa bacaan gharib yang ada di dalam Al-Qur'an
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Imalah
Pengertian Imalah menurut pendapat Syekh Jalaluddin As-Suyuthi adalah :
ان ينحوبالفتحةنحوالكسرةوبااللف نحوالياء
"Imalah adalah memiringkan atau mencondongkan bunyi huruf dari fathah ke kasrah
dan dari alif ke ya'. Sedangkan Mahmud Yunus menyatakan bahwa Imalah adalah
membunyikan baris di atas (Fathah) hampir seperti pada kata tape, sate, tempe, dll".
Sebab-sebab Imalah itu ada sepuluh, yang kesemuanya kembali kepada dua sebab,
yaitu Kasrah dan Ya'. Hal itu seperti yang dikemukakan oleh Jalaluddin As-Suyuthi
sebagai berikut :
امااسبابهاعشرة وهي ترجع الى شيئين الكسرةوالياء
Adapun faedah Imalah adalah untuk memudahkan pengucapan lafadh, sedangkan
tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa asalnya Alif itu adalah Ya'. Seperti
yang disebutkan di dalamkitab 'Iqdul Juman berikut ini :
وفائدتهاسهولةالفظ والغرض من االمالة هواالعالم بﺄن اصل االلف الياء
Menurut Qira'ah Imam 'Ashim riwayat Imam Hafs Imalah di dalam al-Qur'an
hanya terdapat di dalam surat Hud ayat 41 yang berbunyi :
2. Isymam ( اشمام )
Isymam adalah mencondongkan harakat fathah kepada harakat dlammah disertai
dengan memajukan kedua bibir (mecucu / bhs Jawa) pada saat membaca ghunnahnya
huruf nun ( ن ) pada lafadh الﺗﺄمناdi dalam surat Yusuf ayat 11.
3. Tashil ( ) تسهيل
Tashil adalah mengucapkan bunyi Hamzah yang kedua pada lafadh ء ا عجمي
di dalam surat Fusshilat atau Haa Miim As-Sajdah ayat 44 dibaca setengah, yaitu
antara Hamzah dan Alif.
4. Iltiqaussakinaini ( التقاءالساكنين )
dan sukunnya Sin ( س ) ْئmenjadikan lafadh tersebut sulit untuk dibaca.
berdasarkan kaidah dari Imam Ibnu Al-Jazari maka huruf yang pertama dari kedua
لىه َسما ِب
huruf yang disukun tersebut dikasrahkan ( ( ُمكس َسراُمْئو ُم, sehingga lafadh itu
ِب ِب
berbunyi ب ْئئ َس ل ْئس ُم, Sedangkan pada Mushaf Al-Qur’an penulisannya
ِب ِب
tetap ب ْئئ َس ْئاال ْئس ُم.
5. Saktah ( ) سكته
Pengertian Saktah adalah berhenti sejenak ketika membaca ayat suci Al-Qur’an
dengan kadar waktu satu (1) Alif atau dua ketukan tanpa mengambil nafas dengan
maksud ( niat ) tetap ingin meneruskan bacaan Al-Qur’annya. Berpijak dari qira’ah
Imam ’Ashim riwayat Imam Hafs Saktah di dalam Al-Qur’an terdapat pada empat (4)
tempat , yaitu :
1) Lafadh ( نَسا ) dalam surat Al-Ahzab ayat 10 tersebut di bawah dibaca pendek ketika
washal (terus) dan dibaca panjang ketika waqaf (berhenti).
2 ) Lafadh ( ) َسالdalam surat Al-Ahzab ayat 66 dan 67 tersebut di bawah dibaca pendek
ketika washal dan dibaca panjang ketika waqaf.
3) Lafadh ( َسَق َسو ِبار ْئَسرا ) di dalam surat Al-Insan / Al-Dahr ayat 15 tersebut di bawah di bawah
dibaca pendek ketika washal dan dibaca panjang ketika waqaf. Tetapi jika berhenti pada
lafadh ( َسَق َسو ِباريْئَق َسرا ) di dalam ayat 16, maka dibaca sukun ( َسَق َسو ِباريْئَق ْئر )
Ketiga bacaan di atas ketika waqaf dan bertepatan dengan Ru’usul Ayat ( ) رؤس االية
dibaca panjang untuk menyamakan sighat akhir dengan ayat-ayat lainnya, demikianlah
pendapat Syekh Muhammad Shadiq Qamhawi.
( 3 ) ……. يوم نطوالسماء كطي السجل ل كتب surat Al-Anbiya’ ayat 104
( 4 ) ……. ال سنشد عضدك بﺄخيك ونجعل لكما س طانا surat Al-Qashash ayat 35.
Beberapa ayat tersebut perlu mendapatkan perhatian dari para pengajar Al-Qur’an, karena
memiliki tingkat kesulitan membaca yang tinggi, khususnya bagi anak-anak yang belajar
membaca Al-Qur’an.