PENDAHULUAN
Qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs mulai berkembang dan menyebar luas
pada masapemerintahan Turki Utsmani yang didukung oleh banyaknya
cetakan Al-Qur’an dari Arab Saudi sampai menyebar ke seluruh dunia, waktu
penyebarannya terutama pada musim-musim haji.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bacaan Imalah
ِ ) إdalam arti bahasa berarti condong atau miring.
Imalah ( اْل ِِ َمالَة
Sedangkan menurut istilah adalah mencondongkan bacaan harakat fathah pada
harakat kasrah sekitar dua pertiganya.
Dalam Mushaf Utsmani yang digunakan oleh umat Islam Indonesia,
bacaan imalah ini ditandai dengan tulisan ( ) إِ َمالَةkecil diatas lafadh yang
dibaca imalah.
Bacaan imalah dibagi menjadi dua macam yaitu:
ِ ص إغ ٰرى إ
1. Imalah Shughra ( اْل ِِ َمالَة ُّ ) ال
Imalah Shughra adalah setelah bacaan imalah tersebut masih
diwashalkan pada lafadh lain, sehingga tidak berhenti disitu saja. Menurut
Imam Hafash, bacaan imalah hanya pada QS. Huud ayat 41, selainnya
tidak ada. Karenanya beliau hanya menyatakan satu imalah dalam al-
Qur’an sehingga tidak ada pembagian imalah. Ayat yang dimaksud adalah:
ِ ) الكب ٰإرى إ
2. Imalah Kubra ( اْل ِِ َمالَة
Imalah Kubra adalah setelah bacaan imalah tersebut diwakafkan sehingga
berhenti disitu saja. Kriteria imalah kubra adalah semua lafadh dalam al-
Qur’an yang akhirannya terdapat Alif Maqsurah (alif bengkong). Pendapat
ini dikemukakan oleh Imam Warasy misalnya pada lafadh:
2
Namun terdapat pengecualian yaitu khusus bagi nama manusia yang
akhirannya terdapat alif maqsurah, tetap dibaca apa adanya tidak boleh
dibaca imalah. Misalnya: ِعيإسٰ ى, م إوسٰ ى, يَحإ ٰيى, ط ٰفى
َ ص
م إ
B. Bacaan Isymam
اشمام
َ ف ََلت َأ إ َمنَّــــــا
ع ٰلى يََٓااَبَانَا َمالَكَ قَال إوا َ ح إونَ ِِلَنَاص لَه َواِنَّا ي إوس
1. Nun tasydid diuraikan sehingga menjadi dua nun: yang satu mati (sukun)
sedang yang lain hidup (fathah). Misalnya lafadh : ََلت َأ إ َم إننَا
2. Nun mati pertama sebagai tempat bacaan isymam, sehingga melafadkan
nun itu ()َلت َأ إ َم إن
َ , kedua bibir dimonyongkan ke depan sebagaimana
melafadkan huruf nun (melalui asmaul huruf).
3. Menarik bibir yang monyong tersebut sambil mengucapkan nun kedua,
sehingga lengkap menjadi : ََلت َأ إ َم إننَا
C. Bacaan Saktah
Saktah س إكت َة
َ mempunyai akar kata َس َكت
َ yang artinya diam atau berhenti.
Sedangkan dalam arti istilah adalah berhenti sejenak tanpa nafas sekitar satu
alif lamanya.
Bacaan saktah dalam Mushaf Ustmani yang berlaku diberi tanda س إكت َة
َ kecil
diantara dua lafadh yang dibaca saktah. Namun untuk mushaf lain barangkali
dijumpai tanda saktah dengan huruf سkecil di antara dua lafadh yang dibaca
saktah.
3
Menurut Imam Hafash, bacaan saktah dalam al-Qur’an yang berlaku
hanya ada 4 tempat. Meskipun nantinya pada tempat lain terdapat tanda
saktah, namun tanda itu tidak berfungsi sebagai petunjuk bacaan saktah.
Karenanya pembaca harus hati-hati dalam memutuskan bacaannya.
Adapun tempat yang diperbolehkan menggunakan saktah adalah sebagai
berikut :
1. QS. Al-Kahfi ayat 2 : قَيِ ًما سكتة ِع َوا ًجا
2. QS. Yaa Siin :ayat 52 : ٰهذَا سكتة َم إرقَا ِدنَا
3. QS. Al Qiyamah ayat 27 : َراق سكتة َم إن
4. QS. Al-Muthaffifin ayat 14 : َرانَ سكتة بَ إل
4
2.Dapat pula berlaku di akhir lafadh dengan syarat lafadh itu harus
diwakafkan (berhenti), sebab jika diwashalkan maka tidak dapat dibaca naql.
Contoh:
a. QS. Aali Imran, ayat 18: إط قَائِ ًما َواولواإال ِع إل ِم ا ََِّله َو َواإل َم َََٓلئِكَة َََٓلا ِٰلهَ اَنَّه
ِ ِباإل ِقس
Letak Naql adalah pada lafadh إط ِ ِباإل ِقسjika diwakafkan maka boleh dibaca
ِباإل ِقس إmemindah harakat kasrah huruf tha pada sin yang
naql dengan ِط
disukun.
b. QS. Al-‘Arof ayat158: ت م إلك لَه ِ َلا ِٰلهَ َواإَلَ إر
ِ ض السَّمٰ ٰو َٓ َ َوي ِميإت يحإ ٖيى َِا ََِّلهو
ِ اَلَ إرjika diwakafkan, maka boleh dibaca naql
Letak Naql adalah lafadh ض
اَلَ ِر إyaitu memindah harakat kasrah huruf dhad pada huruf ra’
dengan ض
yang mati.
Walaupun demikian, tidak semua lafadh boleh dibaca naql bila
diwakafkan, yaitu lafadh yang huruf sebelum akhir berupa huruf mad
atau huruf lien misalnya:
َوي ِمي إ
1.QS. Al-‘Araf ayat 158 َوي ِميإتtidak boleh dibaca ت
2.QS. Al-‘Araf ayat 85 ش َع إيبًاtidak boleh dibaca ش َعيَبإـا
َ ا ََِّلاِ إب ِليtidak boleh dibaca ا ََِّلاِ إب ِل ِيسإ
3.QS. Bani Israil ayat 61 إس
E. Bacaan Tashil
Tas-hil ( ) ت َ إس ِهيإلmempunyai akar kata سه َل
َ yang artinya mudah. Adapun
yang dimaksud bacaan tashil menurut ulama Qurra’ adalah upaya
memindahkan bacaan ayat-ayat al-Quran dengan cara memindahkan
harakat atau membuang huruf tertentu. Tujuannya adalah agar lafadh
tersebut tidak sukar diucapkan.
Contoh pada QS. Fushilat ayat 44: تإِلَقَالو ا َ إع َج ِميًّا ق إر ٰانًا َولَ إو َجعَ إلنَاه ِ ٰا ٰيته الَ إوَلَف
صلَ إ
َو َع َربِي َءاَ إع َج ِمي
Letak Tashil pada lafadh َءا َ إع َج ِمي, karena membaca pada dua hamzah
itu sulit, maka hamzah yang satu dibaca tashil dengan hamzah yang kedua,
sehingga kedua hamzah itu cukup dibaca satu saja dengan
memanjangkannya (dibaca mad). Jadilah cara membacanya menjadi :
ٰا إع َج ِمي
5
Menurut imam Hafash lafadh: َءا َ إع َج ِميdapat dibaca dua versi. Pertama,
dibaca sebagaimana di atas, sedangkan yang kedua boleh dibaca dengan
alif yang kedua agak condong pada huruf ha’ walaupun tidak terlalu
ditampakkan huruf ha’nya, yakni : َء إه إع َج ِمي
Untuk dapat bisa menulis huruf hijaiyyah, maka kita juga perlu mengetahui
macam huruf hijaiyyah serta penyebutannya. Di bawah ini ada bagan atau tabel
nama huruf hijaiyyah beserta bunyi dan letaknya.
6
ججج ـــــــج ــجـــــ جــــــ j Jim ج
7
– ـــــــال – — l Lam alif ال
– —- — —- a Hamzah ء
Di dalam 28 huruf hijaiyyah terdapat hurup yang bisa disambung tapi tidak bisa
menyambung. Berikut contoh hurufnya:
Sedangkan selain huruf yang tertera di atas adalah huruf hijaiyyah yang dapat
menyambung dan disambung.
8
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah ini kami tulis, semoga bisa memberi manfaat dan
dorongan untuk kita dalam mengetahui definisi pengertian tentang saktah, tashil,
isymam, naql dan imalah dalam bacaan al-qur'an. Mohon maaf jika banyak
kesalahan dalam penulisan. Terimakasih.