Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kaidah membaca al-Qur'an, ada perubahan cara membaca dengan


pola tertentu, ada juga yang tidak menggunakan pola tertentu, sebagaimana
dalam grammer bahas Inggris ada yang disebut regular verb dan irregular verb.
Perubahan cara baca yang tidak beraturan ini juga dikenal dalam metode qira'ah
Imam Ashimyang banyak dipakai kaum Muslim di Indonesia, kaidah ini
dinamakan Gharib.

Qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs mulai berkembang dan menyebar luas
pada masapemerintahan Turki Utsmani yang didukung oleh banyaknya
cetakan Al-Qur’an dari Arab Saudi sampai menyebar ke seluruh dunia, waktu
penyebarannya terutama pada musim-musim haji.

Gharib menurut bahasa artinya tersembunyi atau samar, sedangkan


menurut istilah Ulama qurra’, gharib artinya sesuatu yang perlu penjelasan
khusus dikarenakan samarnya pembahasan atau karena peliknya permasalahan
baik dari segi huruf, lafadz, arti maupun pemahaman yang terdapat dalam Al-
Qur’an. Adapun bacaan-bacaan yang dianggap gharib (tersembunyi/samar) dalam
qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs diantaranya adalah : Imalah, Isymam, Saktah,
Tashil, dan Naql.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bacaan Imalah
ِ ‫ ) إ‬dalam arti bahasa berarti condong atau miring.
Imalah ( ‫اْل ِِ َمالَة‬
Sedangkan menurut istilah adalah mencondongkan bacaan harakat fathah pada
harakat kasrah sekitar dua pertiganya.
Dalam Mushaf Utsmani yang digunakan oleh umat Islam Indonesia,
bacaan imalah ini ditandai dengan tulisan (‫ ) إِ َمالَة‬kecil diatas lafadh yang
dibaca imalah.
Bacaan imalah dibagi menjadi dua macam yaitu:
ِ ‫ص إغ ٰرى إ‬
1. Imalah Shughra ( ‫اْل ِِ َمالَة‬ ُّ ‫) ال‬
Imalah Shughra adalah setelah bacaan imalah tersebut masih
diwashalkan pada lafadh lain, sehingga tidak berhenti disitu saja. Menurut
Imam Hafash, bacaan imalah hanya pada QS. Huud ayat 41, selainnya
tidak ada. Karenanya beliau hanya menyatakan satu imalah dalam al-
Qur’an sehingga tidak ada pembagian imalah. Ayat yang dimaksud adalah:

‫ساهَا ى َها امالة َمجإ ٰر للاِ ِبس ِإم فِ إي َها إ‬


‫اركَب إوا َوقَا َل‬ َ ‫َوم إر‬

Pada lafad ‫ ى َها َمجإ ٰر‬maka cara membacanya Majreha.

ِ ‫) الكب ٰإرى إ‬
2. Imalah Kubra ( ‫اْل ِِ َمالَة‬
Imalah Kubra adalah setelah bacaan imalah tersebut diwakafkan sehingga
berhenti disitu saja. Kriteria imalah kubra adalah semua lafadh dalam al-
Qur’an yang akhirannya terdapat Alif Maqsurah (alif bengkong). Pendapat
ini dikemukakan oleh Imam Warasy misalnya pada lafadh:

‫ اَحإ ٰوى‬Dibaca Ahwe, ‫ َوات َّ ٰقى‬Dibaca Wattaqe

‫ اِ إست َ إغ ٰنى‬Dibaca Istaghne, ‫ فَت إَرضٰ ى‬Dibaca Fatardhe

2
Namun terdapat pengecualian yaitu khusus bagi nama manusia yang
akhirannya terdapat alif maqsurah, tetap dibaca apa adanya tidak boleh
dibaca imalah. Misalnya: ‫ ِعيإسٰ ى‬, ‫ م إوسٰ ى‬, ‫ يَحإ ٰيى‬, ‫ط ٰفى‬
َ ‫ص‬
‫م إ‬

B. Bacaan Isymam

ِ ‫ ) إ‬dalam arti bahasa berarti monyong atau mecucu.


Isymam ( ‫اْل ِِ إش َمام‬
Sedangkan dalam arti istilah ulama’ Qurra’ adalah mengkombinasikan
harakah fathah dengan harakat dhammah disertai monyong bibirnya.
Bacaan isymam dalam al-Qur’an ditandai dengan tulisan ‫ ِإ إش َمام‬kecil yang
berada di atas lafadh yang dibaca isymam.
Menurut Imam Hafash bacaan isymam hanya berlaku disatu tempat, yaitu QS.
Yusuf ayat 11:

‫اشمام‬
َ ‫ف ََلت َأ إ َمنَّــــــا‬
‫ع ٰلى يََٓااَبَانَا َمالَكَ قَال إوا‬ َ ‫ح إونَ ِِلَنَاص لَه َواِنَّا ي إوس‬

Pada lafadh ‫ تَأ إ َمنَّـا‬cara membacanya adalah sebagai berikut :

1. Nun tasydid diuraikan sehingga menjadi dua nun: yang satu mati (sukun)
sedang yang lain hidup (fathah). Misalnya lafadh : ‫ََلت َأ إ َم إننَا‬
2. Nun mati pertama sebagai tempat bacaan isymam, sehingga melafadkan
nun itu (‫)َلت َأ إ َم إن‬
َ , kedua bibir dimonyongkan ke depan sebagaimana
melafadkan huruf nun (melalui asmaul huruf).
3. Menarik bibir yang monyong tersebut sambil mengucapkan nun kedua,
sehingga lengkap menjadi : ‫ََلت َأ إ َم إننَا‬
C. Bacaan Saktah
Saktah ‫س إكت َة‬
َ mempunyai akar kata َ‫س َكت‬
َ yang artinya diam atau berhenti.
Sedangkan dalam arti istilah adalah berhenti sejenak tanpa nafas sekitar satu
alif lamanya.
Bacaan saktah dalam Mushaf Ustmani yang berlaku diberi tanda ‫س إكت َة‬
َ kecil
diantara dua lafadh yang dibaca saktah. Namun untuk mushaf lain barangkali
dijumpai tanda saktah dengan huruf ‫ س‬kecil di antara dua lafadh yang dibaca
saktah.

3
Menurut Imam Hafash, bacaan saktah dalam al-Qur’an yang berlaku
hanya ada 4 tempat. Meskipun nantinya pada tempat lain terdapat tanda
saktah, namun tanda itu tidak berfungsi sebagai petunjuk bacaan saktah.
Karenanya pembaca harus hati-hati dalam memutuskan bacaannya.
Adapun tempat yang diperbolehkan menggunakan saktah adalah sebagai
berikut :
1. QS. Al-Kahfi ayat 2 : ‫قَيِ ًما سكتة ِع َوا ًجا‬
2. QS. Yaa Siin :ayat 52 : ‫ٰهذَا سكتة َم إرقَا ِدنَا‬
3. QS. Al Qiyamah ayat 27 : ‫َراق سكتة َم إن‬
4. QS. Al-Muthaffifin ayat 14 : ‫َرانَ سكتة بَ إل‬

Sedangkan lafadh yang tidak diperbolehkan menggunakan saktah. Walaupun


terdapat tanda saktah, adalah sebagai berikut :

1. QS. Al-A’rf ayat 23 : ‫ظلَ إمنَا َربَّنَا‬


َ ‫ا َ إنف َسنَا سكتة‬
2. QS. Al-A’raf ayat 184 : ‫احبِ ِه إم سكتة يَتَفَ َّكر إوا ا َ َولَ إم‬
ِ ‫ص‬َ ِ‫َماب‬
3. QS. Yusuf ayat 29 : ‫َوا إست َ إغ ِف ِرى سكتة ٰهذَا َع إن‬
4. QS. Al-Qashash ayat 23 : ‫الر َعاء‬ ‫َواَب إونَا سكتة يَ إ‬
ِ ‫صد َِر‬
D. Bacaan Naql
Naql ( ‫ ) النَّ إقل‬berasal dari akar kata ( ‫ ) نَقَ َل‬yang artinya memindah.
Sedangkan menurut istilah ulama Qurra’ adalah memindahkan harakat huruf
yang hidup pada huruf yang mati sesudahnya.
Tujuan Naql dalam membaca al-Qur’an adalah untuk mempermudah
bacaannya. Karena dengan adanya bacaan naql ini, seorang pembaca mudah
melafadkan kalimat tertentu dan tanpa mengalami kesulitan karena harakat
hurufnya.
Contoh :
َ ‫ِِاإ َِل إي َمان بَ إعدَ إالفس إوق اإ َِلسإم بِئإ‬
1.Dalam QS. Al-Hujarat ayat 11 tertulis: ‫س‬
َ ‫ اإ َِلسإم ِبئإ‬selanjutnya dibaca naql dengan ‫س‬
Lafadh ‫س‬ َ ‫ ِلسإم ِبئإ‬yakni memindahkan
harakat alif (kasrah) pada huruf lam yang mati.

4
2.Dapat pula berlaku di akhir lafadh dengan syarat lafadh itu harus
diwakafkan (berhenti), sebab jika diwashalkan maka tidak dapat dibaca naql.
Contoh:
a. QS. Aali Imran, ayat 18: ‫إط قَائِ ًما َواولواإال ِع إل ِم ا ََِّله َو َواإل َم َََٓلئِكَة َََٓلا ِٰلهَ اَنَّه‬
ِ ‫ِباإل ِقس‬
Letak Naql adalah pada lafadh ‫إط‬ ِ ‫ ِباإل ِقس‬jika diwakafkan maka boleh dibaca
‫ ِباإل ِقس إ‬memindah harakat kasrah huruf tha pada sin yang
naql dengan ‫ِط‬
disukun.
b. QS. Al-‘Arof ayat158: ‫ت م إلك لَه‬ ِ ‫َلا ِٰلهَ َواإَلَ إر‬
ِ ‫ض السَّمٰ ٰو‬ َٓ َ ‫َوي ِميإت يحإ ٖيى َِا ََِّلهو‬
ِ ‫ اَلَ إر‬jika diwakafkan, maka boleh dibaca naql
Letak Naql adalah lafadh ‫ض‬
‫ اَلَ ِر إ‬yaitu memindah harakat kasrah huruf dhad pada huruf ra’
dengan ‫ض‬
yang mati.
Walaupun demikian, tidak semua lafadh boleh dibaca naql bila
diwakafkan, yaitu lafadh yang huruf sebelum akhir berupa huruf mad
atau huruf lien misalnya:
‫َوي ِمي إ‬
1.QS. Al-‘Araf ayat 158 ‫ َوي ِميإت‬tidak boleh dibaca ‫ت‬
2.QS. Al-‘Araf ayat 85 ‫ ش َع إيبًا‬tidak boleh dibaca ‫ش َعيَبإـا‬
َ ‫ ا ََِّلاِ إب ِلي‬tidak boleh dibaca ‫ا ََِّلاِ إب ِل ِيسإ‬
3.QS. Bani Israil ayat 61 ‫إس‬
E. Bacaan Tashil
Tas-hil ( ‫ ) ت َ إس ِهيإل‬mempunyai akar kata ‫سه َل‬
َ yang artinya mudah. Adapun
yang dimaksud bacaan tashil menurut ulama Qurra’ adalah upaya
memindahkan bacaan ayat-ayat al-Quran dengan cara memindahkan
harakat atau membuang huruf tertentu. Tujuannya adalah agar lafadh
tersebut tidak sukar diucapkan.
Contoh pada QS. Fushilat ayat 44: ‫تإِلَقَالو ا َ إع َج ِميًّا ق إر ٰانًا َولَ إو َجعَ إلنَاه‬ ِ ‫ٰا ٰيته الَ إوَلَف‬
‫صلَ إ‬
‫َو َع َربِي َءاَ إع َج ِمي‬
Letak Tashil pada lafadh ‫ َءا َ إع َج ِمي‬, karena membaca pada dua hamzah
itu sulit, maka hamzah yang satu dibaca tashil dengan hamzah yang kedua,
sehingga kedua hamzah itu cukup dibaca satu saja dengan
memanjangkannya (dibaca mad). Jadilah cara membacanya menjadi :
‫ٰا إع َج ِمي‬

5
Menurut imam Hafash lafadh: ‫ َءا َ إع َج ِمي‬dapat dibaca dua versi. Pertama,
dibaca sebagaimana di atas, sedangkan yang kedua boleh dibaca dengan
alif yang kedua agak condong pada huruf ha’ walaupun tidak terlalu
ditampakkan huruf ha’nya, yakni : ‫َء إه إع َج ِمي‬

Cara Menulis Huruf Hijaiyyah (Arab)

a) Dalam penulisan huruf Arab harus dimulai dari kanan ke kiri


b) Jumlah huruf Hijaiyyah (bisa juga disebut huruf Arab) ada 28 huruf
c) Berbagai macam dan karakter dalam huruf Hijaiyyah, ada yang dapat
disambung tapi tidak bisa menyambung dan ada juga yang bisa
menyambung dan disambung.
d) Masing-masing huruf mempunyai karakter sesuai posisinya (di depan,
tengah, dan belakang). Di antara karakter huruf-huruf itu, terdapat huruf
yang dapat disambung dan menyambung dan ada juga dari beberapa huruf
yang hanya dapat disambung.
e) Semua huruf dalam Hijaiyyah, semuanya bersipat konsonan termasuk jufa
Alif (‫)ا‬, Wawu (‫ )و‬dan Ya (‫)ي‬, sesungguhnya mereka memerlukan tanda
vokal.

Macam Huruf Hijaiyyah dan Cara Penulisannya

Untuk dapat bisa menulis huruf hijaiyyah, maka kita juga perlu mengetahui
macam huruf hijaiyyah serta penyebutannya. Di bawah ini ada bagan atau tabel
nama huruf hijaiyyah beserta bunyi dan letaknya.

Contoh Di Akhir Di Tengah Di Awal Bunyi Latin Arab

‫ااا‬ ‫ــــــا‬ – – a Alif ‫ا‬

‫ببب‬ ‫ـــــــب‬ ‫ــبــــ‬ – b Ba ‫ب‬

‫تتت‬ ‫ـــــت‬ ‫ــتـــــ‬ ‫تـــــــ‬ t Ta ‫ت‬

‫ثثث‬ ‫ـــــــث‬ ‫ـــثــــ‬ ‫ثـــــــ‬ ts Tsa ‫ث‬

6
‫ججج‬ ‫ـــــــج‬ ‫ــجـــــ‬ ‫جــــــ‬ ‫‪j‬‬ ‫‪Jim‬‬ ‫ج‬

‫ححح‬ ‫ــــــح‬ ‫ـحــــ‬ ‫حــــــ‬ ‫‪h‬‬ ‫‪Ha‬‬ ‫ح‬

‫خخخ‬ ‫ـــــــخ‬ ‫ــخــــ‬ ‫خــــــ‬ ‫‪kh‬‬ ‫‪Kho‬‬ ‫خ‬

‫ددد‬ ‫ــــــد‬ ‫–‬ ‫–‬ ‫‪d‬‬ ‫‪Dal‬‬ ‫د‬

‫ذذذ‬ ‫ـــــذ‬ ‫–‬ ‫–‬ ‫‪dz‬‬ ‫‪Dzal‬‬ ‫ذ‬

‫ررر‬ ‫ــــــر‬ ‫–‬ ‫–‬ ‫‪r‬‬ ‫‪Ro‬‬ ‫ر‬

‫ززز‬ ‫ــــــز‬ ‫–‬ ‫–‬ ‫‪z‬‬ ‫‪Zai‬‬ ‫ز‬

‫سسس‬ ‫ـــــس‬ ‫ــســـ‬ ‫ســـــ‬ ‫‪s‬‬ ‫‪Sin‬‬ ‫س‬

‫ششش‬ ‫ـــــش‬ ‫ـــش‬ ‫شـــــ‬ ‫‪Sy‬‬ ‫‪Syin‬‬ ‫ش‬

‫صصص‬ ‫ــــص‬ ‫ــــصـــ‬ ‫صــــ‬ ‫‪Sh‬‬ ‫‪Shod‬‬ ‫ص‬

‫ضضض‬ ‫ــــض‬ ‫ـضـــ‬ ‫ضــــ‬ ‫‪Dh‬‬ ‫‪Dhod‬‬ ‫ض‬

‫ططط‬ ‫ــــــط‬ ‫ـطـــ‬ ‫طــــــ‬ ‫‪Th‬‬ ‫‪Tho‬‬ ‫ط‬

‫ظظظ‬ ‫ــــــظ‬ ‫ــــظـــ‬ ‫ظــــــ‬ ‫‪Zh‬‬ ‫‪Zho‬‬ ‫ظ‬

‫ععع‬ ‫ــــــع‬ ‫ــــعــــ‬ ‫عــــــ‬ ‫‪a‬‬ ‫‪Ain‬‬ ‫ع‬

‫غغغ‬ ‫ــــــغ‬ ‫ــــغـــ‬ ‫غــــــ‬ ‫‪g‬‬ ‫‪Goin‬‬ ‫غ‬

‫ففف‬ ‫ــــــف‬ ‫ـــفــــ‬ ‫فـــــــ‬ ‫‪f‬‬ ‫‪Fa‬‬ ‫ف‬

‫ققق‬ ‫ــــــق‬ ‫ـــــقـــ‬ ‫قــــــ‬ ‫‪q‬‬ ‫‪Qof‬‬ ‫ق‬

‫ككك‬ ‫ــــــك‬ ‫ــــكــــ‬ ‫كــــــ‬ ‫‪k‬‬ ‫‪Kaf‬‬ ‫ك‬

‫للل‬ ‫ــــــل‬ ‫ـــلــــ‬ ‫لــــــ‬ ‫‪l‬‬ ‫‪Lam‬‬ ‫ل‬

‫ممم‬ ‫ــــــم‬ ‫ــمــــ‬ ‫مـــــ‬ ‫‪m‬‬ ‫‪Mim‬‬ ‫م‬

‫ننن‬ ‫ــــــن‬ ‫ــنــــ‬ ‫نـــــ‬ ‫‪n‬‬ ‫‪Nun‬‬ ‫ن‬

‫ووو‬ ‫ــــــــو‬ ‫–‬ ‫–‬ ‫‪w‬‬ ‫‪Wawu‬‬ ‫و‬

‫ههه‬ ‫ــــــــه‬ ‫ـــهــــ‬ ‫هــــــ‬ ‫‪h‬‬ ‫‪Ha‬‬ ‫ه‬

‫‪7‬‬
– ‫ـــــــال‬ – — l Lam alif ‫ال‬

– —- — —- a Hamzah ‫ء‬

‫ييي‬ ‫ــــــي‬ ‫ـــــيـــ‬ ‫يــــــ‬ y Iya ‫ي‬

Di dalam 28 huruf hijaiyyah terdapat hurup yang bisa disambung tapi tidak bisa
menyambung. Berikut contoh hurufnya:

Alif ( ‫ ) ا‬Dal ( ‫ ) د‬Dzal ( ‫ ) ذ‬Ro ( ‫ ) ر‬Zay ( ‫ ) ز‬dan Wawu ( ‫) و‬.

Sedangkan selain huruf yang tertera di atas adalah huruf hijaiyyah yang dapat
menyambung dan disambung.

8
BAB III

PENUTUP

Demikian makalah ini kami tulis, semoga bisa memberi manfaat dan
dorongan untuk kita dalam mengetahui definisi pengertian tentang saktah, tashil,
isymam, naql dan imalah dalam bacaan al-qur'an. Mohon maaf jika banyak
kesalahan dalam penulisan. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai