Waqaf menurut bahasa artinya berhenti. Menurut istilah waqaf adalah menghentikan bacaan sejenak
pada akhir ataupun pertengahan ayat. Penerapan waqaf disesuaikan dengan tanda tertentu. Tanda
waqaf ada yang terdapat di akhir atau tengah tengah ayat.
Washal menurut bahasa artinya terus atau menyambung bacaan. Menurut istilah washal
adalah meneruskan bacaan Al-Qur'an sampai ada tanda waqaf. Tidak boleh diputus-putus
membacanya. Jika tidak kuat napasnya, boleh berhenti, tetapi bacaannya diulang kembali.
b. Waqaf Memadai ( kaafi ) , yaitu waqaf pada suatu kalimat yang di baca secara sempurna
tanpa melakukan suatu pemotongan kalimat di tengah – tengah , namun masih berhubungan
arti dengan kalimat sebelum ataupun sesudahnya.
Misal:َعلَ ْي ِه ْمَ َءا َ ْنذَ ْرت َ ُه ْم َ َا َ ْمَلَ ْمَت ُ ْنذ ِْر ُه ْم
َ ََََليُؤْ مِ نُ ْون
َ َس َوا ٌء
َ َعلَى
َس ْم ِع ِه ْم َ علَىَقُلُ ْوبِ ِه ْم
َ َو َ ََُخت ََمَهللا
Yaitu masih masih sama sama berhubungan dalam membicarakan orang orang kafir
c. Waqaf baik ( hasan ) , yaitu mewaqafkan suatu kalimat yang tidak mempengaruhi arti namun
kalimat tersebut masih berhubungan dengan kalimat sesudahnya .
d. Waqaf Buruk ( qabiih ) , yaitu mewaqafkan ditengah kalimat dengan membaca tidak
sempurna sehingga mempengaruhi makna yang berkaitan dengan kalimat yang lainnya.
Waqaf ini harus dihindari .
Seperti: َارى
َ سك َّ يَااَيُّ َهاَاَّل ِذيْنَ َا َ َمنُ ْواََلَت َ ْق َرب ُْواَال
ُ َصلَوة َََوا َ ْنت ُ ْم
Kecuali jika dalam keadaan dhorurot, seperti kehabisan nafas, lupa, batuk dan sebagainya. Maka hal
tersebut dimaafkan dengan catatan siqoori’ harus mengulanginya dari lafad sebelumnya, yakni lafad
َّ َََ َلَت َ ْق َرب ُْواَال. Waqaf seperti ini disebut waqof idhthirori (waqof terpaksa).
صلَوة
Menurut Abdullah Umar Al-Baidhawi dalam bukunya Rishalatul Qurra’Wal HuffazdFi Gharaibul
Qira’ah Wal Alfadz menyatakan bahwa ada 17 tempat yang haram waqaf, sebab jika waqaf, maka
menyalahi makna pokok al-Qur’an. Karena itu, jika pembaca terpaksa berhenti karena nafasnya
terputus, batuk, bersin atau sebagainya, maka harus diulang mulai awal. Sehingga tidak terjerumus
waqaf haram (qobih), adapun tempat yang diharamkan waqaf adalah sebagi berikut:
1. QS. Al-Baqarah: 17 ُ ضا َءتََْ َماَ َح ْولَ َه
َ َ فَلَ َّماَا
ُ ََُثََهللا
4. QS. Al-Maidah: 31 غ َرابًا َ َفَبَع
12. QS. Bani Israil: 111 ُ ًاَولَ ْمََيَ ُك ْنََلَ َه َ لَ ْمََيَتَّخِ ْذ
َ ََولَد
3. Hukum waqaf
a. Ketika berhenti di akhir kalimat yang berharakat sukun (mati), maka ketika berhenti atau
waqaf, dalam membacanya tida ada perubahan sama sekali. Contohnya:
ْ ارغَبَََْ—َََفَ َح ِد
ََثَََ—ََا َ ْع َمَالَ ُه ْم ْ َ( فtetap dibaca a’maalahum, fahaddits – dan farghab )
b. Ketika kita berhenti atau waqaf pada suatu kalimat, yang akhir kalimat tersebut tidak
berharakat sukun (mati) alias hidup. Baik berharakat fathah (َََ ), kasrah (ََ),
ِ dan dhammah
(ََُ ). Maka huruf terakhir yang ada pada kalimat tersebut dibaca sukun (mati). Contohnya:
Lafadz ( اْلبَلَ َِدal-baladi) dibaca menjadi ( ْالبَلَ َْدal-balad), lafadz ََ( َخلَقKhalaqa) dibaca menjadi
َْ َ( َخلkhalaq).
ق
c. Ketika berhenti atau waqaf yang kalimatnya punya akhiran ta’ marbuthah () ة, baik letaknya
di tengah ataupun di akhir kalimat. Maka, membacanya adalah dengan mengganti huruf ta’
marbuthah ( ) ةtersebut dengan huruf ha’ (َ ) ْهyang dibaca sukun (mati). Contohnya:
Kata ٌع َةََُ—َجن َة ِ َ أخِ َرةٌَ–ََالقdibaca menjadi عهََ—َ َجنَّ َْه
َ ار ِ َأخِ َر َْهََ—َالق
َ ار
d. Ketika berhenti atau waqaf pada akhir kalimat, tetapi huruf sebelum waqaf tersebut
berharakat (hidup), baik fathah, kasrah maupun dhammah. Untuk membacanya, maka dua
huruf yang terletak pada akhir kalimat tersebut dibaca sukun semuanya.
Atau dengan membunyikan semua huruf tersebut, tapi huruf yang terakhir dibaca suara yang
pelan. Contohnya:
Lafadz َ بِ ْال َه ْز ِلdibaca menjadi ل َْ با ِْل َه ْزatau ل َِ ( بِ ْال َه ْزtapi harakat huruf lam dibaca
pelan), Lafadz ِْع َّ اَلdibaca menjadi ع
َ صد َّ اَلatau ِْع
َْ ص ْد َّ ( اَلtapi harakat huruf ‘ain dibaca pelan)
َ صد
e. Ketika berhenti pada akhir kalimat, tapi sebelumnya ada bacaan mad ashli atau mad
layyin (bacaan mad yang huruf sebelumnya berharakat fathah) . Maka cara membaca kalimat
tersebut adalah dengan mematikan huruf yang terletak di akhir kalimat tersebut, dengan
dipanjangkan sedikit antara dua sampai empat harakat.
f. Ketika berhenti di akhir kalimat, tetapi huruf akhirnya berharakat fathah tanwin (ًََ ), maka
cara memberhentikan bacaan tersebut adalah membaca harakat fathahnya saja sebanyak dua
harakat. Sehingga ketika berhenti bacaannya menjadi bacaan mad ‘iwadh.
Contohnya: Lafadz ا َ ْف َوا ًجاdibaca menjadi ا ْف َوا َجا, kemudian lafadz سَلََ ًما
َ dibaca
menjadi س ََلَ َما
َ
No Tertulis Dibaca
5 ُ ََاَخَا ُه ْم
ش َع ْيبًا ُ ََاَخَا ُه ْم
ش َع ْي َبا
6 ت َ ْبغُ ْونَ َهاَع َِو ًجا ت َ ْبغُ ْونَ َهاَع َِو َجا
b) Mematikan (memberi tanda baca sukun) satu huruf terakhir pada lafad yang diwaqafkan.
Cara ini terjadi jika mempunyai syarat sebagai berikut :
a. Huruf terakhir pada lafad yang diwaqafkan telah mati, sehingga tidak perlu mengubah tanda
bacanya. Contoh:
No Tertulis Dibaca
4 َ َ َماا ْكت
َْسبَت َ َ َماا ْكت
َْسبَت
b. Huruf terakhir pada lafad yang diwaqafkan bertanda baca tanwin dhammatain, fathatain, dan
kasratain, semuanya diganti dengan sukun (mati). Contoh:
No Tertulis Dibaca
1 َ َسل
َف َ فَلَهََ َما ْ َسل
َف َ فَلَهََ َما
3 ُع ْبدََه
َ ََبِكَاف َع ْبدَ ْه
َ ََبِكَاف
5 َت
ِ َوقِ ِه ُمََالسَّيِئ َا ََْوقِ ِه ُمََالسَّيِئ َات
6 َت َّ
ِ نَََالطيِبَا ِم َّ
َْنَََالطيِبَات ِم Tertulis Dibaca
No
ََُعذَا َبه َ
1 ٌ عذَابَهََُا َ َح َد
َ َْا َ َحد
c. Huruf terakhir pada lafad yang diwaqafkan bertanda baca fathah, dhommah maupun kasrah. Contoh:
No Tertulis Dibaca
2 ْ يَ ْو َم
َََال ِقيَـا َم ِة ْ يَ ْو َم
َََال ِقيَـا َم ِة
3 ُ ع َة
َ تَقُ ْو ُمََالسَّـا ُ ع َة
َ تَقُ ْو ُمََالسَّـا
4. Mematikan dua huruf terakhir pada lafad yang diwaqafkan. Hal itu terjadi jika huruf akhir hidup,
sedangkan huruf sebelum akhir mati. Contoh:
No Tertulis Dibaca
1 َِل ْىََ ِبهََع ِْل ٌم َِل ْىََ ِبهََع ِْل ْم
3 ِ ْ َو
َاَل ْن ِس ِ ْ َو
ْ اَل ْن
َس
4 َّ ع َل
َى َ ُرد ُّْوََهَا َّ ع َل
َى َ ُرد ُّْوََهَا
5. Dengan mematikan dua huruf pada lafad yang diwaqafkan, yang jatuh setelah bacaan Mad
(panjang).
Cara membacanya sama dengan cara membaca yang nomor 4, hanya saja bacaan waqaf ini
dipanjangkan sekitar 1 alif, 2 alif atau 3 alif. Karena dengan mewaqafkan itu menjadi bacaan mad
‘Aridhlis Sukun atau Mad Lien. Contoh:
No Tertulis Dibaca
3 ََو ٰا َمنَ ُه ْمََمِ ْنََخ َْوف ْ َو ٰا َمنَ ُه ْمََمِ ْنََخ َْو
َف
6. Memindah harakat hidup huruf terakhir pada huruf mati sebelum akhir. Cara membacanya
sebagaimana yang diterangkan dalam bagian Naql. Contoh:
No Tertulis Dibaca
1 َض ْ ف
ِ ِىَاَلَ ْر ْ ف
َِْىَاَلَ ْرض
7. Tetap dibaca sebagaimana adanya. Hal ini terjadi, mengingat lafadz itu tidak perlu dibuang
harakatnya, sebab jika dibuang maka sulit diungkapkan. Contoh:
No Tertulis Dibaca
1 ضحٰ ى
ُّ َوال ضحٰ ى
ُّ َوال
2 ضحٰ َها
ُ َو ضحٰ َها
ُ َو
3 َى
ْ فِ ْىََ ِع َبا ِد َى
ْ فِ ْىََ ِع َبا ِد
Dari beberapa cara membaca waqaf tersebut, maka tidak menutup kemungkinan adanya satu lafad
dalam bahasa arab dibaca dengan 3 cara menyembunyikan. Misalnya membaca takbir ketika hari raya.
Tanda waqaf yang berlaku dibagi dua macam, yaitu tanda yang mengisyaratkan lebih baik terus
(washal) dan tanda yang mengisyaratkan berhenti (waqaf). Untuk lebih jelasnya dapat diikuti uraian
berikut ini:
d. Tanda Qaf dan Fa’ ( ) قفartinya waqaf sighat fiil amar (ْ)صغ َْةََفِع ِْلََا َ َمر
ِ yaitu kebolehan mewaqafkan
lafad, hanya saja tidak ada salahnya mewashalkannya walaupun mewaqafkan itu lebih baik. Tanda
tersebut ada yang menyebutkan dengan tanda Waqaf Mustahab (َُّ)ال ُم ْست َ َحب. Contoh:
قف
َ َولَ ْو٢٥٣َ:َ(البقرة.َُو ٰلك َِّنََهللاَََ َي ْف َع ُلََ َماي ُِر ْيد
شا َٓ َءََهللاََُ َماا ْقتَتَلُ ْوا
قف
ا َٓل ََٓم١-٢َ:ََال َح ِكي ِْمََ(لقمان ْ ب ْ
ِ اتََُال ِكت َا ٰ ت ِْل
َكَََاي
e. Tanda Qaf, Lam dan alif ( )قلىartinya waqaf aula (فََا َ ْو ٰلى
ُ )الو ْق
َ , yaitu kebolehan washal, hanya saja
berhenti lebih baik daripada washal. Contoh:
c. Tanda Qaf ( ) قartinya Waqaf Qila Waqaf ( ف َُ ) قِ ْي َلََاْ َلو ْق
Yaitu tanda waqaf yang mengisyaratkan artinya perselisihan pendapat, apakah pada lafad itu boleh
berhenti atau tidak. Dalam hal ini lebih baik dipilih pendapat yang mewashalkan, karena pendapat ini
lebih baik. Sebagian ulama menyebutkan dengan tanda ‘Inda Qouli (َ) ِع ْندَََاْلقَ ْو ِل. Contoh:
d. Tanda Shad, Lam dan Alif ( ) صلىartinya Washal Aula ( ص ُلََاَلَ ْو ٰلى
ْ الو
َ )
Yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya washal itu lebih baik daripada waqaf. Contoh:
َ ) ََل َو ْق
e. Tanda Lam Alif ( ) َلartinya La Waqta Fihi (َفََفِ ْي ِه
Yaitu tanda yang mengisyaratkan tidak adanya waqaf pada lafad yang diberi tanda itu, sehingga lebih
baik diteruskan bacaannya daripada berhenti. Contoh:
٢٦َ:ص ْو ًماَ(مريم َّ فَ ِا َّمات ََريِ َّنََمِ نَََاْلبَش َِرََا َ َحدًاََۙفَقُ ْو ِل ْىََاِنِىَنَذَ ْرتََُل
َ ََِلرحْ مٰ ِن
g. Tanda sepasang titik tiga ( ) ؞___؞artinya tanda Mu’anaqah ( ُ ) ال ُمعَانَقَ َةyaitu tanda yang
mengisyaratkan agar pembaca menghentikan bacaannya pada salah satu dari dua pasang titik itu.
Contoh:
؞
ََواَحْ ِسنُ ْوا؞ َو ََلت ُ ْلقُ ْواَ ِبا َ ْي ِد ْي ُك ْمََاِلَىَالت َّ ْهلُ َك ِة
Boleh berhenti setelah: الت َّ ْهلُ َك َِةboleh juga setelah: َوا َ ْح ِسنُ ْواtetapi tidak boleh pada kedua-duanya.
؞
ََب َ َ ُهدًىَل ِْل ُمت َّ ِقيْنََ فِ ْي َِه؞ ٰذلِكَََاْل ِكتَا
َ بَََُل َر ْي