Anda di halaman 1dari 17

Kelas XII IPA & IPS

Pertemuan ke-1

“ Macam – macam Waqaf ”

Oleh :
Achmad Muhajir Rahman
1. Waqaf
Waqaf secara sederhana dapat diartikan sebagai “penghentian
bacaan al Quran karena sebab-sebab tertentu”. Lawannya Waqaf
ialah Washal yang berarti “menyambung bacaan”.

Waqaf menurut bahasa ialah al-


ْ َ ْ
habs (‫ )ا لح بس‬yang artinya
“Menahan”.

Sedangkan menurut Istilah, Waqaf ialah “Memutuskan suara


pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, kemudian
mengambil nafas satu kali dengan niat untuk memulai bacaan
al-Quran”.
Macam – macam Waqaf :
Dilihat dari sebabnya, terbagi menjadi 4 :

1. Waqaf 2. Waqaf 3. Waqaf 4. Waqaf


Idhthirari Ikhtiyari ikhtibari Intizhari
1. Waqaf Idl-thirari
Waqaf idh-thirari secara bahasa berasal dari kata dlarara ( ( ‫ َض َرـ َر‬yang
berarti “Darurat”. Sedangkan menurut istilah adalah “berhenti mendadak
karena terpaksa, seperti kehabisan nafas, batuk, lupa, menjawab salam.

Perlu diperhatikan ketika hendak memulai


lagi bacaan, karena waqaf idl-thirari ada
dua pilihan.

Contoh :
1. karena alasan darurat berhenti pada lafazh ‫ ِعنْ َد‬dalam ayat :
‫آء ُه ْم ِعن ْ َد َر ِبّ ِـه ْم‬
ُ ‫ج َز‬........
َ
Maka wajib baginya memulai kembali bacaannya dari lafazh :
‫آء ُه ْم‬
ُ ‫ج َز‬....
َ
2. Boleh melanjutkan bacaan pada berikutnya tanpa harus
mengulang kembali bacaanya jika berhenti pada tempat
yang dibenarkkan.

Contoh :
menghentikan bacaan pada
akhir ayat berikut ini :

١‫ح ِبال ْ ِفيْ ِل‬ ‫ص‬


ٰ ْ َ ‫أ‬‫ب‬ِ َ
‫ك‬ ُّ َ َ َ ْ َ َ ْ ‫أ‬
‫ب‬ ‫ر‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫ف‬
َ ‫ف‬ ‫ي‬َ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫َم‬
‫م‬ َ ‫ل‬َ
2. Waqaf Ikhtiyari

Waqaf ikhtiyari berasal dari kata khayara َ(‫) َخ َي ر‬


yang berarti
“memilih”, sedangkan menurut istilah adalah“waqaf yang dipilih
. dengan sengaja oleh seorang qari untuk menghentikan bacaan
al Qurannya pada suatu lafazh/ kalimat tersebut. Keputusannya
semata –mata merupakan pilihan hatinya sendiri”

Waqaf Ikhtiyari terbagi menjadi 4 :

1. Waqaf 2. Waqaf 3. Waqaf 4. Waqaf


Tamm Kafi Hasan Qabih
1. Waqaf Tamm

Secara bahasa Tamm berarti “Sempurna”, sedangkan


menurut istilah ialah berhenti pada kalimat yang sempurna
yang tidak ada lagi kaitanyya dengan kalimat/ayat
sesudahnya maupun sebelumnya, baik secara lafazh
maupun makna.

ُ ِ‫ول ٰ ِئ َك ُه ُم ال ُْم ْفل‬


‫ح ْو َن‬ ٓ‫اُولٰٓـ ِئ َك َعلٰى ُه ًدى ِ ّم ْن َّر ِبّ ِه ْم َوا ُ ـ‬.
Tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman guna
menunjukkan bahwa waqaf pada tempat tersebut tergolong
sebagai waqaf tamm ialah atau tanda :
Waqaf Lazim Waqaf Muthlaq Waqaf al Waqfu
Aula ( ‫) قـلى‬.
(‫)م‬ ( ‫) ط‬,
2. Waqaf Kafi

Kafi artinya “Cukup”. Waqaf kafi menurut istilah ialah berhenti


pada kalimat yang kalimat sesudah dan sebelumnya tidak
berkaitan dari segi lafazh tetapi hanya berkaitan dari segi
makna.

Contoh :

‫۞واذَّل ِ ْي َن يُ ْؤ ِمنُ ْو َن ِب َمٓا ُأ ْن ِز َل لَ ْي َك َو َمٓا ُأ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبكِل َ ۚ َواِب اْل ٰ ِخ َر ِة مُه ْ يُ ْو ِقنُ ْو َن‬
َ
‫ِإ‬
Adapun tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman untuk
menunjukkan bahwa waqaf pada tempat tersebut tergolong
sebagai waqaf kafi ialah tanda Waqaf jaiz (‫)ج‬.
3. Waqaf Hasan

Hasan secara bahasa artinya “Baik“. Sedangkan menurut


istilah berhenti pada kalimat yang secara lafazh dan makna
masih berkaitan dengan kalimat sebelum dan sesudahnya,
tetapi dengan syarat susunan kalimatnya telah sempurna.
Dengan kata lain waqaf hasan ialah Waqaf pada lafazh yang
dipandang baik tetapi tidak baik bila memulai dari lafazh
sesudahnya. Alasannya karena waqaf sesudahnya itu masih
berhubungan secara lafazh dan makna dengan lafazh yang
diwaqakan tadi.
Contoh :
Waqaf Hasan dapat terjadi di pertengahan ayat atau akhir ayat.

Waqaf hasan pada petengahan ayat ialah


berhenti pada lafazh :
‫اَل َْح ْم ُد لِل ّٰ ِه‬.....
“ Segala puji bagi Allah “

Dilihat dari susunan kalimatnya, waqaf diatas sudah


sempurna, tetapi dari segi lafazh dan makna masih
berhubungan erat dengan lafazh selanjutnya, yakni :

........ ِ َ
‫لــميْ َن‬ ٰ‫بـْعـ‬
‫ َِ ّرـ اـل‬.
“ Tuhan semesta alam “

Yang berkedudukan sebagai sifat dari lafazh sebelumnya.


Adapun contoh waqaf Hasan untuk akhir ayat ialah menghentikan
bacaan pada akhir ayat berikut ini :

٢﴿ ٍ ‫﴾ َّن ا ن ْ ٰس َن لَ ِف ْي ُخرْس‬
“sesungguhnya manusia itu benar-benar‫ِإْل‬dalam ‫ ِإ‬keadaan kerugian
Dilihat dari susunan kalimatnya, waqaf diatas sudah sempurna, tetapi
dari segi lafaazh dan makna masih berhubungan erat dengan lafazh
selanjutnya, yakni :

ّ ٰ ‫اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُ ْوا َومَع ِ لُوا‬


٣﴿ ِ ‫ ِِّق َۙوتَ َو َاص ْوا اِب َّلصرْب‬:; ‫الص ِل ٰح ِت َوتَ َو َاص ْوا اِب لْ َح‬
‫﴾ اَّل‬
‫ِإ‬
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat dan menasehati supaya
menetapi kesabaran.”
Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam waqaf
Hasan, dua lafazh atau ayat yang terpisah
karena pemberhentiaan bacaan, masih
berhubungan erat dari segi lafazh dan makna.
Tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman
guna menunjukkan bahwa waqaf pada tempat
tersebut tergolong sebagai waqaf hasan ialah

tanda Waqaf al Washlu Aula ‫ى‬


(‫ل‬ ‫)ص‬
4. Waqaf Qabih

Qabih artinya buruk. Menurut istilah adalah berhenti pada kalimat yang
memberikan makna tidak baik, karena susunan kalimatnya tidak sempurna
serta masih bertalian dengan kalimat sesudah dan sebelumnya, baik dalam
lafazh maupun makna.

Buruknya waqaf Qabih setidaknya dapat ditinjau dari dua


segi :
1. Segi Lafazh

Waqaf Qabih dinilai buruk dari segi lafazh karena menybabkan munculnya
kerancian dari segi tata bahasa atau ilmu nahwu, terutama yang menyangkut
permasalahan al I’rab dan kedudukan kalimat. Bacaan yang dihentikan secara
qabih (buruk), maknanya tidak bisa dipahami. Atau kalaupun dapat dipahami,
maknanya menjadi bertentangan, karena sulit diketahui kepada apa atau siapa
lafazh tersebut disandarkan.
Contoh : waqaf pada lafazh ‫ ْس ِم‬:::::‫ِب‬ dari lafazh

‫ ِم ا ٰ ّل ِه‬:‫ ْس‬:‫ ِب‬kedua lafazh ini tidak bisa


dipisahkan karena lafazh yang pertama
berkedudukan sebagai mudlaf, sementara
lafazh yang berikutnya sebagai mudlaf ilaih.
Dua kata ini seumapama kalimat majemuk
yang tidak boleh dipisahkan satu sama lain.
2. Segi Makna
Pemberhentian bacaan secara Qabih (buruk), yakni pada kalimat yang belum
sempurna, dapat menimbulkan pertanyaan tentang maksud dari suatu ayat. Bahkan
tidak mustahil, akan terjadi pula pengaburan makna atau munculnya makna makna
lain yang bertentangan dengan ajaran islam itu sendiri.
Contoh :

‫االصاَل َة‬ ‫ق‬ َ ‫ت‬ ‫اَل‬‫ا‬‫و‬ُ ‫ن‬ َ ٰ


َّ ُ َ ْ َ ْ ‫يٰآ َأهُّي َاا‬....
‫و‬‫ب‬‫ر‬ ْ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ِ ‫ذَّل‬
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu shalat”

٤﴿ َ ‫;نْي‬:‫;لْ ُم َص ِِّل‬:‫﴾فَ َويْ ٌل ِِّل‬


“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat”

Tanda waqaf yang dapat dijadikan pedoman guna menunjukkan bahwa waqaf pada

tempat tersebut tergolong sebagai waqaf qabih ialah tanda waqaf ‘Adamul waqf ( ( ‫ال‬
‫َال ٰل ّ ُهـــ َّم‬
‫ْارمَح ْ نَا‬
‫‪Selesai….‬‬ ‫اِب الْ ُق ْرٰا ِن‬

Anda mungkin juga menyukai