Menurut bahasa, mandi adalah mengalirkan air pada sesuatu. Sedangkan menurut istilah syara’,
mandi adalah mengalirkan air keseluruh anggota tubuh dengan diniati mandi. Mandi tidak wajib
dilakukan dengan spontan, sekalipun penyebab kewajibannya dikerjakan sebagai pendurhakaanya.
Berbeda halnya dengan mencuci najis yang mengenai sebagai akibat pendurhakaanya (ma’siat)[1].
Sebab-sebab mandi ada enam, tiga di antaranya biasa terjadi pada laki-laki dan perempuan, dan tiga
lagi tertentu (khusus) pada perempuan saja.
2. Keluar mani, baik keluarnya sebab bermimpi atau sebab lain dengan sengaja atau
tidak, dengan berbuatan sendiri atu bukan.
3. Mati, orang islam yang mati, fardlu kifayah atas muslimin yang hidup
memandikannya, terkecuali orang yang mati syahid.
4. Haidh, apabila seorang perempuan telah berhenti dari kain kotor, ia wajib mandi
agar ia dapan sholat dan dapat campur dengan suaminya. Juga dengan mandi itu
badanya dapat segar dan sehat.
5. Nifas, yang dinamakan nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan perempuan
sesudah melahirkan anak. Darah itu darah haidh yang berkumpul tidak keluar
sewaktu perempuan itu mengandung.
6. Melahirkan, baik anak itu cukup umur ataupun tidak, seperti keguguran[2].
C. Fardhu mandi
D. Sunah-suanah mandi
4. Berwudlu
E. Mandi sunah
1. Mandi sholat Jumat, bagi orang yang bermaksud akan mengerjakan sholat
Jumat, agar baunya yang busuk tidak mengganggu orang di sekitar duduknya.
3. Mandi orang gila, apabila ia sembuh dari gilanya, karena ada sangkaan
(kemungkinan) ia keluar mani.
6. Mandi seorang kafir setelah memeluk agama islam, karena beberapa orang sahabat
ketika masuk islam, mereka disuruh mandi oleh Nabi.
F. Hikmah mandi
a) Dapat mendekatkan diri kepada allah, sebab mandi adalah ibadah dan setelah
itupun seseorang dapat menjalankan ibadah seperti Sholat, membaca Al-Quran
dan sebagainya.
2. TAYAMMUM
A. Pengertian tayammum
Tayamum adalah mengusap tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan beberapa syarat.
Tayamum merupakan pengganti wudhu atau mandi, sebagai rukhshah (keringanan) untuk oorang
yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan (udzur):
1. Udzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya, menurut keterangan dokter atau dukun yang telah berpengalaman
tentang penyakit serupa itu.
B. Syarat tayammum
2. Sudah diusahakan mencari air tetaopi tidak dapat, waktu sudah masuk. Alasan ayat
tersebut di atas. Kita disuruh tayammum bila air tidak ada. Sesudah dicari dan kita
yakin air tidak ada, terkecuali orang yang sakit yang tidak diperbolehkan memakai
air, atau ia yakin tidak ada air di sekitar itu, maka mencari air tidak menjadi syarat
baginya.
3. Dengan tanah suci dan berdebu. Menurut imam syafi’i tidak sah taayammum
melainkan dengan tanah. Menurut pendapat imam yang lain boleh (sah)
tayammum dengan tanah, pasir, atau batu. Dalil pendapat yang kedua ini:
C. Rukun tayammum
1. Niat. Hendaklah seseorang yang akan melakukan tayammum berniat hendak
mengerjakan sholatdan sebagainya,bukan semata-mata untuk menghilangkan
hadats saja, karena sifat tayammum tidak dapat menghilangkan hadats, hanya
diperbolehkan melakukan sholat karena darurat. Keterangan bahwa niat
tayammum wajib hukumnya ialah hadis yang mewajibkan niaat wudhu yang lalu.
4. Tertib.
1. Oranng yang tayaammum karena tidak ada air, tidak wajib mengulangi sholatnya
apabila mendapat air. Alasannya ialah ayat tayammum di atas. Tetapi oraang yang
tayammum sebab junub, apabila mendapat air, ia wajib mandi bila ia henndak
mmengerjakan sholat berikutnya, karena tayammum tidak mengangkatkan
(menghilangkan) hadats hanya boleh karena darurat.
2. Satu kali tayammum boleh dipakai untuk beberapa kali sholat, baik sholat fadhu
maupun sholat sunnah. Kekuatanya sama dengan wudhu, karena tayammum itu
adalah pengganti wudhu bagi orang yang tidak dapat memakai air. Jadi hukumnya
sama dengan wudhu. Demikian pendapat sebagian ulama. Yang lain berpendapat
bahwa satu kali tayammum hanya sah buat satu kali sholat fardhu dan beberapa
sholat sunnah, tetapi golongan ini tidak dapat memberikan dalil yang kuat atas
pendapat mereka.
3. Boleh tayammum sebab luka atau hari sangat dingin, karena luka itu termasuk
dalam arti sakit. Demikian juga bila memakai air ketika hari sangat dingin, mungkin
menyebabkan jadi sakit[5].
E. Sunnah tayammum
1. Membaca bismillah.
3. Berulang-ulang.
3. Murtad.[6]
G. Hikmah tayamum
Tayammum merupakan cara pengganti bersuci untuk menghilangkan hadats. Cara ini tidak
menggunakan air sebagaimana lazimnya bersuci, tetapi menggunakan debu atau tanah. Disini dapat
dimaklumi bahawa tanah dijadikan pengganti air sesuci dari hadats, sebab hadats padaa hakekatnya
najis hukmi. Karena itu dapat dikaji beberapa hikmah tayammum, diantaranya:
b) Untuk menginget asal mula manusia, yaitu dari tanah, sehingga tidak patut
berlaku sombong karena juga nanti akan kembali ke tanah.
BAB III
KESIMPULAN
Menurut bahasa, mandi adalah mengalirkan air pada sesuatu. Sedangkan menurut istilah
syara’, mandi adalah mengalirkan air keseluruh anggota tubuh dengan diniati mandi. Mandi tidak
wajib dilakukan dengan spontan, sekalipun penyebab kewajibannya dikerjakan sebagai
pendurhakaanya. Berbeda halnya dengan mencuci najis yang mengenai sebagai akibat
pendurhakaanya (ma’siat).
Tayamum adalah mengusap tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan beberapa
syarat. Tayamum merupakan pengganti wudhu atau mandi, sebagai rukhshah (keringanan) untuk
oorang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan (udzur)
DAFTAR PUSTAKA
[1] Drs. H. Aliy As’ad, Fathul mu’in (Kudus: Menara Kudus, 1980), hlm. 60
[2] H. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm. 47-49
[3] H. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm. 49
[4] Drs. H. Aliy As’ad, Fathul mu’in (Kudus: Menara Kudus, 1980), hlm. 66-69
[5] H. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm. 51-53
[6] Abu syuja’ ahmad bin husain bin ahmad al-ashfihan (Tuban: Bangilan), hlm. 11-12