Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH “BERPIKIR”

Dosen Pengampuh : Dr. SUKATIN, M.Pd.I

Disusun Oleh :

KELOMPOK VIII

WARDATUL JANNAH
NUR KHALIFAH
M.ROVAL

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2022
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “BERPIKIR”. makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok tahun akademik
2022

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan
pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui
tindakan belajar
Dengan kata lain psikologi pendidikan memusatkan perhatian
pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor
yang berhubungan dengan tindakan belajar.Karena konsentrasinya
pada persoalan belajar yakni persoalan yang senantiasa melekat pada
subjek didik terutama pada persoalan berpikir maka konsumen utama
psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia mempunyai kelebihan
atau ciri khas yang membedakannya dengan makhluk lainnya seperti
hewan atau tumbuhan. Manusia mempunyai akal dan kemampuan
berpikir. Manusia dapat berpikir karena memiliki dan mampu
berbahasa. Bahasa mempunyai peran penting dalam berpikir. Dengan
berpikir manusia dapat menyampaikan perasaannya memecahkan
masalah yang dihadapinya dan mampu menerima hasil pemikiran
orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi definisi berpikir?
2. Bagaimana definisi berpikir dari sudut pandang psikologi?
3. Apa saja macam-macam berpikir?
4. Bagaimana pemecahan masalah terkait berpikir?
5. Bagaimana gangguan dalam berpikir?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Berpikir
Berpikir dapat didefinisikan sebagai sebuah proses mencari tali
hubungan antara abstraksi-abstraksi. Berpikir erat hubungannya
dengan tanggapan, ingatan, pengertian, dan perasaan. Ingatan
merupakan syarat penting dalam kegiatan berpikir yang memberikan
informasi berupa pengalaman-pengalaman dari pengamatan yang telah
dilakukan. Pengertian memberi bantuan besar dalam proses berpikir.
Perasaan menjadi hal yang mendukung suasana hati atau pemberi
keterangan dan ketekunan untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi.1
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir
memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai
model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai
dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada
konsep dan proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman
kesadaran, gagasan, dan imajinasi. Berpikir melibatkan manipulasi
otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk konsep, terlibat
dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran dan membuat
keputusan. Berpikir adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis
proses berpikir menjadi bagian dari psikologi kognitif
Dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan
mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuan yang
dimiliki sehingga pengalaman yang tidak teratur menjadi tersusun bulat
yang dapat dengan mudah dipahami, ditangkap dan dikuasai.

1
Hidayat, Dede Rahmat. 2009. Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media. Hal. 90
B. Berpikir dari Sudut Pandang Psikologi
Proses berpikir dapat dijelaskan dari sudut pandang psikologis.
Berikut beberapa aliran psikologi yang membahas tentang proses
berpikir.2
a. Psikologi Asosiasi
Berpikir merupakan proses berjalannya tanggapan-tanggapan
yang didasarkan kepada hukum asosiasi. Di dalam alam kejiwaan
yang penting ialah terjadinya tersimpannya dan bekerjanya
tanggapan tersebut. Hal yang medasari semua aktivitas kejiwaan
adalah tanggapan. Daya jiwa yang lebih tinggi seperti perasaan
kemauan, hasrat, keinginan, dan berpikir berasal dari hasil kerja
tanggapan-tanggapan sementara keaktifan pribadi manusia itu akan
diabaikan.
b. Aliran Behaviorisme
Kegiatan berpikir merupakan gerakan reaksi yang dilakukan
oleh syaraf dan otot yang bicara seperti halnya bila kita
mengucapkan ‘buah pikiran’. Secara behaviorisme, berpikir adalah
berbicara dengan unsur sederhana berupa refleks. Semua keaktifan
jiwa yang lebih tinggi meliputi perasaan, kemauan dan berpikir,
dikembalikannya kepada refleks-refleks. Aliran ini hanya membahas
tingkah laku manusia dari luar sehingga gejala-gejala psikis yang
mungkin terjadi diakibatkan dari perubahan-perubahan jasmaniah
sebagai reaksi terhadap perangsang tertentu.
c. Psikologi Gestalt
Proses berpikir merupakan suatu kebulatan yang prosesnya
tidak dapat diamati dengan alam indra. Jalannya pikiran seseorang
ditentukan oleh beberapa faktor. Suatu masalah dapat dipecahkan
dengan cara yang berbeda sesuai dengan hasil pemikiran seseorang
dan bagaimana seseorang tersebut memahami atau melihat
2
Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: PPLPTK, Ditjen Depdikbud. Hal. 67
masalah tersebut. Situasi yang dialami, tingkat kecerdasan dan
pengalaman orang tersebut juga menjadi faktor yang mempengaruhi
proses berpikir.
C. Macam-macam Berpikir
Dalam melihat atau memecahkan masalah orang dapat melihat
masalah itu melalui beberapa cara:3
a) Berpikir Induktif
Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang
berlangsung dari khusus menuju kepada yang umum. Cara berpikir
dilakukan dengan berusaha untuk mencari ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu dari berbagai fenomena. Kemudian menarik kesimpulan-
kesimpulan bahwa ciri-ciri itu terdapat pada semua jenis fenomena
tadi.
Contoh seorang bidan yang menolong persalinan melakukan
observasi. Bayi A yang dilahirkan melalui induksi tidak segera
menangis ketika baru dilahirkan. Bayi B juga begitu, bayi C, D, E, F
dan seterusnya demikian pula kesimpulan “semua bayi yang lahir
melalui proses induksi tidak segera menangis pada waktu
dilahirkan”.
Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil
secara induktif ini terutama bergantung kepada representatif atau
tidaknya sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
Makin besar jumlah sampel yang diambil berarti makin tinggi akurasi
kesimpulan yang diperoleh, dan makin besar pula taraf dapat di
percaya (validitas) dari kesimpulan itu dan sebaliknya.
b) Berpikir Deduktif
Berbeda dengan berpikir induktif maka berpikir deduktif
prosesnya berlangsung dari yang umum menuju yang khusus.

3
Zamroni. 2007. Meningkatkan Mutu Sekolah, Teori, Strategi dan Prosedur. Jakarta:
PSAP Muhammadiyah. Hal. 87-88
Dalam cara berpikir ini orang bertolak dari suatu teori ataupun prinsip
ataupun kesimpulan yang dianggap benar dan sudah bersifat umum.
begitulah cara penerapannya kepada fenomena-fenomena khusus,
dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena
tersebut. Contoh sebagai penjelasan:
 Semua pasien yang didiagnosa kanker otak memiliki prognosa
yang buruk (kesimpulan umum), Pak Hendro adalah pasien yang
menderita kanker otak (kesimpulan khusus) Pak hendro memiliki
prognosa kesembuhan yang buruk (kesimpulan deduksi).
 Semua anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif akan mudah
terserang penyakit (kesimpulan umum), Iwan adalah anak yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif (kesimpulan khusus). Iwan akan
mudah sakit (kesimpulan deduksi).
c) Berpikir Analogis
Analogi berarti persamaan atau perbandingan. Berpikir analogis
ialah berpikir dengan jalan menyamakan atau membandingkan
fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami. Di dalam cara
berpikir ini orang yang beranggapan bahwa kebenaran dari
fenomena-fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi
fenomena yang dihadapi sekarang.
Kesimpulan yang diambil dari berpikir analogis ini
kebenarannya lebih kurang dapat di percaya. Kebenaran ditentukan
oleh faktor “kebetulan” dan bukan berdasarkan perhitungan yang
tepat. Dengan kata lain: validitas kebenarannya sangat rendah.
Berpikir adalah kecakapan dalam menggunakan metode-
metode penyelesaian masalah yang dihadapi. Anak harus diajak
berpikir dengan baik, kita perlu memberikan
Pengetahuan siap: yakni pengetahuan pasti yang sewaktu-waktu
siap untuk dipergunakan seperti, hafal tentang abjad, kali-kalian 1
s/d 10 dan sebagainya.
Pengertian yang berisi, yang mengandung arti (tidak verbalistic)
dan benar-benar dimengerti oleh anak-anak.
Melatih kecakapan membentuk skema, yang memungkinkan
berpikir secara teratur dan skematis.
D. Pemecahan Masalah
Kemampuan dalam memecahkan masalah akan terkait dengan
proses berpikir dan tidak hanya berkait dengan sekedar mengubah
suatu gagasan yang saling berkaitan menjadi satu tetapi membutuhkan
kemampuan dalam mempresentasi. Dalam memecahkan masalah
umumnya dimulai dengan respresentasi simbolis caranya adalah
dengan menuliskan seperangkat persamaan. Untuk lebih mudah maka
cara yang digunakan adalah dengan cara membuat bayangan secara
visual.4
Cara berpikir antara orang awam dan seorang ahli ternyata
menurut hasil penelitian berbeda. Seorang ahli mempunyai lebih
banyak gambaran dalam ingatannya yang dapat diabadikan pada suatu
masalah. Mereka menjadi demikian karena melalui proses pelatihan
yang bertahun-tahun. Dengan demikian perbedaan antara ahli dan
orang awam terletak pada strategi umum secara garis besar dan
langsung hal ini disebut heuristic. Sementara orang awam tidak
memilikinya
E. Gangguan Berpikir
Proses berpikir seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
faktor somatik (gangguan otak) faktor psikologik (gangguan emosi) dan
faktor sosial. Berikut merupakan beberapa gangguan dalam berpikir. 5

4
Rivai, V & Murni, S. 2010. Education Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta:
Rajawali Pers. Hal. 65
5
Ihsah, F. (1995). Dasar-Dasar Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta.hal. 45
1. Gangguan bentuk pikiran
a. Pikiran dereistik
Gangguan berpikir yang bersangkut paut antara proses mental
individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Sehingga
proses mental tidak sesuai dengan kenyataan dan pengalaman.
b. Pikiran autistik
Gangguan berpikir yang hanya bertujuan untuk memuaskan
pikirannya sendiri tanpa peduli terhadap orang lain.
c. Pikiran non-realistis
Gangguan berpikir yang sama sekali tidak berdasarkan pada
kenyataan.
2. Gangguan arus pikiran
a. Perseverasi
Mengatakan suatu ide/pikiran secara berulang-ulang dengan cara
yang berlebihan. Contoh: “Nanti besok saya akan pulang, ya saya
kangen rumah
b. Asosiasi longgar
Mengatakan hal-hal yang tidak ada antara samar dengan yang
lain. Contoh: “Saya mau makan. Semua orang dapat berjalan”
c. Inkoherensi
Gangguan dalam bentuk bicara sehingga sangat sukar dimengerti
maksudnya (asosiasi loggar ekstrim). Contoh: “Saya minta dijanji
tidur, lahir dengan pakaian yang lengkap untuk anak saya satu
atau lebih
d. Kecepatan pikiran
Mengungkapkan pikiran secara lambat sekali atau sangat cepat.
Contoh: seseorang yang berbicara dengan sangat cepat atau
lambat dalam menyampaikan pikirannya.
e. Benturan (blocking)
Jalan pikiran tiba-tiba berhenti ditengah sebuah kalimat dan tidak
dapat menerangkan penyebabnya.
f. Logorea
Seseorang yang banyak bicara atau kata-kata yang di
keluarkannya bertubi-tubi tanpa kontrol.
g. Pikiran melayang (flying of ideas)
Perubahan yang mendadak dan cepat dalam bicara sehingga
suatu ide yang belum selesai diceritakan disusul oleh ide yang
baru. Contoh: “Minggu kemaren saya masuk rumah sakit. Saya
akan menghadiri wisuda kakak saya minggu depan”.
h. Asosiasi bunyi (clang association)
Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi.
Contoh: “Ledakan itu disertai bunyi boom yang dahsyat”
i. Neologisme
Membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum.
Contoh: “Dia berperilaku seperti layaknya kids jaman now”
j. Irelevansi
Isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan
pertanyaan atau hal yang sedang dibicarakan.
k. Pikiran berputar-putar (circum stantiality)
Menuju secara tidak langsung kepada ide pokok dengan
menambahkan banyak hal yang remeh serta tidak relevan.
l. Afasia
Merupakan sensorik (tidak mengerti pembicaraan orang lain) atau
motorik (tidak dapat atau sukar bicara) yang terjadi bersamaan
karna kerusakan otak.
3. Gangguan isi pikiran
a. Ekstasi (kegembiraan yang luar biasa)
Timbul secara mengambang pada orang normal selama fase
permulaan anestesi umum ataunarkotik.
b. Fantasi
Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan
atau diinginkan tetapi dikenal sebagai suatu hal yang tidak nyata.
c. Fobia
Rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan
yang tidak dapat dihilangkan.
d. Obsesi
Isi pikiran yang kukuh biarpun tidak dikehendakinya bahwa hak
tersebut tidak wajar.
e. Preokupasi
f. Pikiran yang terpaku pada satu ide saja biasanya berhubungan
dengan keadaan yang bernada emosional yang kuat misalnya
pikiran tentang ujian.
g. Pikiran yang tidak memadai (in adequate)
Pikiran yang ekstrensik tidak cocok dengan banyak hal terutama
dalam pergaulan atau pekerjaan.
h. Pikiran bunuh diri (usicidal tought)
Pikiran untuk bunuh diri, mulai dari kadang-kadang berpikir
tentang hal tersebut sampai dengan terus menerus berpikir
bagaimana cara bunuh diri.
i. Rasa terasing (alienasi)
Perasaan bahwa dirinya merasa lain,berbeda, asing
j. Pikiran isolasi sosial
Rasa terisolasi,tersekat,terpencil dari masyarakat,rasa ditolak oleh
orang lain,rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain dan
lebih suka menyendiri.
k. Pikiran rendah diri
Merendahkan,menghinakan dirinya sendiri tentang suatu hal yang
pernah ataupun tidak pernah dilakukannya.
l. Pesimisme
Mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam
hidupnya
m.Sering curiga
Menyampaikan ketidak percayaan pada orang lain,tapi bukan
waham curiga
n. Waham
Kenyataan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang
kebudayaan.

Beberapa bentuk waham:


Waham kejar: merasa yakin bahwa ada orang atau komplotan
yang sedang mengganggunya atau dia sedang ditipu,dimatai-
matai
Waham somatik atau hipokhondrik: keyakinan bahwa sebagian
tubuhnya ada yang tidak beres
Waham kebesaran: keyakinan bahwa ia mempunyai kekuatan
kepandaian atau kenyataan luar biasa
Waham keagamaan: waham tentang tema keagamaan
Waham dosa: keyakinan bahwa telah berbuat dosa atau
kesalahan besar, tidak dapat diampuni,bertanggung jawab
terhadap semua keburukan yang terjadi
Waham pengaruh: yakin bahwa pikirannya atau perbuatannya
diawasi atau dipengaruhi ole orang lain
Waham nihilistik: keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau
bahwa dia sendiri sudah mati
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir adalah suatu kegiatan mengolah, mengorganisasikan
bagian-bagian dari pengetahuan yang dimiliki sehingga menghasilkan
ide, tanggapan dan pemikiran yang mudah dipahami, ditangkap dan
dikuasai. Proses berpikir dipengaruhi oleh bagaimana seseorang
memahami atau melihat masalah, tingkat kecerdasan, pengalaman,
dan situasi yang dialami.
B. Saran
Menurut kami, ilmu psikologi harus dikembangkan guna
membantu dalam menganalisa berbagai persoalan sosial dan standar
kehidupan masyarakat serta lapisan kehidupan manusia di dalam
bermasyarakat dan berkomunikasi terutama dalam aspek kemampuan
berpikir seorang individu sebagai sebuah proses dalam kehidupan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Dede Rahmat. 2009. Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi


untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media
Zamroni. 2007. Meningkatkan Mutu Sekolah, Teori, Strategi dan Prosedur.
Jakarta: PSAP Muhammadiyah

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: PPLPTK, Ditjen Depdikbud.

Ihsah, F. (1995). Dasar-Dasar Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta

Rivai, V & Murni, S. 2010. Education Management: Analisis Teori dan


Praktik. Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai