Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI BERPIKIR

Nama : 1. Chenny Nur Samsiyah


2. Novi Andriani
3. Nur Azizah
4. Setiawati
Kelompok :3
Prodi : PGPAUD
Mata Kuliah : Psikologi
Dosen Pengampu : Hetty Anggraini, S.Sos.I.M.A

PRODI PENDIDIKAN GURU PAUD


STKIP AL-ISLAM TUNAS BANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa. Atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi yang berjudul berpikir.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi bagi para pembaca maupun penulis.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada ibu Hetty Anggraini, S.Sos.I.M.A


selaku pengampu mata kuliah Psikologi Yang telah memberikan tugas ini dan ucapan
terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun di harapkan demi kesempurnaan makalah berikut
nya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Berpikir
Hambatan dalam Berpikir
Kreativitas dalam Berpikir
Implikasi Berpikir Kreatif dalam Pendidikan
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

\
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkanb seseorang


untuk mempresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan
terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencan dan keinginan. Kata yang
merujuk pada konsep dan proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman,
kesadaran, gagasan dan imajinasi.
Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat membentuk
konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membentuk
keputusan. Berpikir adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis proses berpikir
menjadi bagian dari psikologi kognitif.
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berpikir disebut juga sebagai proses
bekerjanya akal. Secara garis besar berpikir dapat dibedakan antara berpikir alamiah
dan ilmiah.Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan
sehari-hari dari pengaruh alam dan sekelilinghnya.Berpikir ilmiah adalah pola
penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.
Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir ilmiah merupakan suatu
keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan dapat
melaksanakan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat
untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh.
Sarana berpikir alamiah pada dasarnya ada tiga yaitu bahasa ilmiah, logika dan
matematika, logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Logika dan
matematika berperan penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan
mudah dilacak kembali keberadaannya sedang logika dan statistika berperan
sebagai berpikir indukti mencari konsep-konsep yang berlaku umum

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul berbagai permasalahan, yaitu:


1. Apa yang dimaksud dengan berpikir?
2. Apa saja yang bisa membuat proses berpikir menjadi terhambat?
3. Bagaimana berpikir secara kreatif?
4. Bagaimana implikasi proses berpikir kreatif dalam pendidikan?

C.Tujuan

1. Mengetahui apa itu berpikir


2. Mengetahui hal-hal yang menghambat dalam proses berpikir
3. Mengetahui cara berpikir dengan kreatif
4. Memahami implikasi proses berpikir kreatif dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berpikir
Berpikir adalah suatu proses memanipulasi informasi secara mental, seperti
ketika membentuk konsep-konsep abstrak, menyelesaikan beragam masalah,
dan membuat keputusan serta berefleksi kritis atau menghasilkan gagasan
kreatif. Para Psikolog mendefinisikan berpikir sebagai manipulasi terhadap
representatif mental dari informasi. Suatu representative dapat berbentuk
kata, gambaran visual, suara, atau data dalam modalitas sensori lain yang
tersimpan dalam memori. Dengan kata lain, berpikir merupakan suatu proses
mengubah suatu representatif tertentu dari informasi menjadi bentuk yang
baru dan berbeda, sehingga kita dapat menjawab pertanyaan, mengatasi
masalah,mencapai tujuan tertentu.
Berpikir dalam Al-Qur’an, Al-Qur’an telah menyeru kepada seluruh manusia
untuk berpikir, “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu
suatu hal saja, yaitu supaya kamu mengahadap Alloh SWT (dengan ikhlas)
berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang
Muhammad).” (Q.S. Saba’: 46)
Dari ayat tersebut, Alloh SWT menyuruh manuisa untuk berpikir tentang
bagaimana dari segala hasil ciptaan-Nya berupa bentuknya, penciptaannya,
dan pengaturan peredarannya.Alloh juga menyuruh manusia untuk
mempelajari Sunnatulloh dalam segala bentuk ilmu pengetahuan.
Selain ayat tersebut, dalil tentang seruan Alloh SWT kepada manusia untuk
berpikir yaitu ada juga di beberapa surah, sebagai berikut: Q.S
Al-‘Ankabut:20, Q.S. AL-Hajj: 46, Q.S. Al-A’raaf: 185, Q.S. Al-Ghaasiyah: 17-21.
Secara singkat, pengertian berpikir merupakan proses kognitif yang
berlangsung antara stimulus (rangsangan) dan respons.
Sebagai ilustrasi dapat digambarkan atau dapat dicontohkan sebagai berikut.
Seseorang akan membeli pesawat radio. Oleh penjual ditawarkan berbagai
macam merk dengan berbagai macam harga. Sebelum pembeli memutuskan
sesuatu jenis radio yang dibelinya, si pembeli mengolah informasi-informasi
atau pengertian-pengertian yang ada pada dirinya, kelebihan serta
kelemahan dari masing-masing merk, hingga akhirnya pembeli memutuskan
pada merk tertentu.
Proses Berpikir
Simbol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata-kata
atau bahasa (language), karena itu sering dikemukakan bahwa bahasa dan berpikir
mempunyau ikatan yang erat. Sekalipun bahasa merupakan alat yang cukup ampuh
(powerful) dalam proses berpikir, namun bahasa bukan satu-satunya alat yang dapat
digunakan yaitu bayangan atau gambaran (image).
Untuk menjelaskan bahwa gambaran juga sebagai alat dalam proses berpikir
dapat diberikan contoh seperti ini : Bayangkan bahwa anda ada di suatu tempat
sudut kota misalnya Bulaksumur, dan anda diminta datang di Kraton. Dalam kaitan
ini anda akan menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta, khususnya
yang berkaitan dengan Bulaksumur dan Kraton, dan anda menemukan jalan-jalan
mana saja yang akan ditempuh untuk berangkat dari Bulaksumur sampai di Kraton.
Jadi disini anda menggunakan gambaran atau bayangan yang merupakan visual map
atau cognitive map yang memberikan gambaran tentang keadaan yang dihadapi.
Biasanya seseorang memasuki suatu kota atau tempat baru, akan memperoleh
gambaran tentang kota itu, dan memberikan gambaran kepada orang yang
bersangkutan, atau memberikan visual map atau cognitive map. Ini sering disebut
non-verbal thinking.
Walaupun berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran (image), namun
sebagian terbeesar dalam berpikir menggunakan bahasa atau verbal thinking, yaitu
berpikir menggunakan simbol-simbol bahasa dengan segala ketentuan-
ketentuannya.Karena bahasa merupakan alat yang penting dalam berpikir, maka
sering dikemukakan bila seseorang berpikir, orang itu bicara dengan dirinya sendiri.

B. Hambatan dalam berpikir


Berpikir bertitik tolak pada masalah yang dihadapi oleh seseorang.Hal-hal atau
fakta-fakta dapat dijadikan titik tolak dalam pemecahan masalahnya. Dalam proses
berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, sering orang menghadapi
hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya. Sederhana tidaknya dalam
memecahkan masalah bergantung pada masalah yang dihadapinya.
Hamabatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses berpikir dapat
disebabkan antara lain :
a. Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus
diperoleh
b. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan
data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.
Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatan dalam proses
berpikir seseorang, lebih-lenih kalau datanya bertentangan satu dengan yang
lainnya. Karena itu ruwet tidaknya suatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat
membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir.
Di dalam Al Qur’an juga disebutkan beberapa factor terpenting yang menjadi
hambatan proses berpikir, yang akhirnya menghalangi pengungkapan kebenaran
serta solusi yang tepat yaitu:
a. Berpegang Teguh dengan Pemikiran Lampau
Manusia biasanya cenderung berpegang teguh dengan sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaannya.Pengikisan terhadap adat istiadatdan pemikiran-pemikiran lampau
menjadi sebuah tugas yang membutuhkan kesungguhan ekstra.Ini bukanlah sesuatu
yang mudah bagi kebanyakan manusia.
Al qur’an menggambarkan sandaran kebanyakan manuisa sepanjang sejarah pada
akidah nenek moyang mereka lantaran ketidakmampuan mereka untuk melihat
akidah yang diserukan oleh beberapa nabi dan rosul dengan pemikiran yang
independen dari batasan-batasan ibadah, adat dan pemikiran masa lampau. Dengan
kata lain, bersandar pada pemikiran , kebiasaan, dan adat nenek moyang
merupakan factor yang paling dominan dalam membentuk stagnasi berpikir.
Alloh swt. Berfirman, “mereka berkata,”apakah kamu datang kepada kami untuk
memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami
mengerjakannya”,”(Q.S. Yuunus:78)

Oleh karena itu, Al Qur’an menganjurkan kita agar melepaskan batasan-batasan


yang membelenggu pemikiran pemikiran dan menghentikan logika mereka . al
Qur’an mengarahkan kritikan tajam kepada orang-orang musyrik yang mengikuti
nenek moyang mereka dalam hal pemikiran dan akidah.
Al Qur’an juga mengajak segenap manusia untuk membebaskan keraguan dan
khurafat (kepercayaan) yang akan menghentikan proses berpikir serta menghalangi
pengungkapan kebenaran.
b. Tidak memilki Keterangan yang Memadai
Hal ini akan membuat manusia sulit untuk berpikir jernih dalam suatu objek
tertentu. Hasil pemikiran tidak akan dapat dipertanggungjawabkan bila tidak ada
landasan kuta yang mendukung kebenaran hasil pemikiran tersebut.
Al Qur’an telah menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan tentang objek
masalah dalam mencari kebenaran yang hakiki.Al Qur’an melarang kita
mengemukakan pendapat yang tidak dilandasi oleh ilmu pengetahua, sebagaimana
Al Qur’an telah melarang kita mendengarkan perkataan dan pendapat yang tidak
didasari oleh ilmu dan kejelasan dalil.
Alloh SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya.Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabnya.”(Q.S. Al Israa’:36)
Ketika segala keterangan penting yang berkaitan dengan objek masalah( yang
menjadi bahan pikiran) tidak dimiliki, maka solusi yang dihasilkan bernauung di
bawah dugaan yang belum tentu benar. Manusia seharusnya menguji dugaanya
dengan menggunakan keterangan dan dalil-dalil terbaru. Dengan kata lain, dugaan
mengandung kebenaran dan kesalahan.
Jadi, jangan mendasari pemikiran hanya dengan dugaan (prasangka), karena lebih
berpotensi mengandung kesalahan.Dugaan bukan satu-satunya jalan untuk sampai
pada kebenaran, sebagaimana firman Alloh SWT, yang telah disebutkan dalam surah
Yunus ayat 36.
Kumpulkanlah keterangan (melalui jalur eksperimen yang telah terpola) yang
berkaitan erat dengan objek permasalahan sebanyak mungkin, supaya dapat
mengungkap kebenaran yang hakiki.

c. Mengikuti Hawa Nafsu dan Terpengaruh dengan Kecenderungan Jiwa.


Seorang pemikir harus selalu berusaha berada pada jalan kebenaran dan
membebaskan dirinya dari pengaruh emosi dan fanatismenya yang membelenggu
pola pikirnya dalam mencari kebenaran.
Al Qur’an telah menunjukkan efek negative dari hawa nafsu, yaitu penyimpangan
pemikiran yang menyesatkan manusia dan melemahkan perbedaan (antara yang
hak dan batil, kebaikan dengan keburukan, serta petunjuk dengn kesesatan)
Alloh SWT berfirman, “Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah
bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan
tidak mendapat petunjuk dari Alloh sedikitpun.”(Q.S. Al Qashash: 50)

C. Kreativitas dalam Berpikir

Terlepas dari halangan bagi pemecahan masalah, banyak orang berhasil


menemukan solusi kreatif bagi suatu masalah. Dengan berpikir kreatif, seseorang
akan dapat menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru
tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight.
Kreativitas juga dapat diartikan kemampuan untuk berpikir tentang sesuatu dalam
cara-cara yang baru dan tidak biasa juga menghasilkan solusi yang tidak biasa
terhadap masalah.Orang-orang yang biasa berpikir kreatif cenderung untuk berpikir
secara divergen (divergen thinking).Berpikir divergenmerupakan proses berpikir
yang menghasilkan banyak jawaban untuk satu pertanyaan yang sama, merupakan
karakteristik kreativitas.Tipe pemikiran ini berlawanan dengan berpikir konvergen
(convergent thinking) yaitu, proses berpikir yang mengahasilkan benar, tipe ini
merupakan karakteristik berpikir dalam tes-tes kecerdasan tradisional.
Selain menjadi pemikir divergen, individu yang kreatif kerap digambarkan sebagai
orang-orang yang memilki karakteristik berikut:
a. Berpikir secara fleksibel dan suka bermain dengan pikiran: Orang-orang yang
berpikir secara kreatif selalu fleksibel dan bermain dengan masalah, dan sifat ini
memunculkan sutau hal yang bertentangan: walau kreativitas membutuhkan kerja
keras, namun kerja tersebut akan berjalan lancar bila dianggap sesuatu yang ringan.
b. Motivasi internal: Orang-orag kreatif sering kali dimotivasi oleh kepuasan
dalam menciptakan sesuatu. Mereka cenderung kurang terdorong untuk mencapai
nilai, uang, atau umpan balik positif dari orang lain dibandingkan dengan orang-
orang yang kurang kreatif. Karenanya, orang-orang kreatif termotivasi dari dalam
diri dan bukan dari luar.
c. Keinginan untuk menghadapi risiko: Orang-orang kreatif membuat lebih
banyak kesalahan dibandingkan mereka yang kurang kreatif. Hal ini bukan karena
mereka kurang ahli, namun ini disebabkan karena mereka menghasilkan lebih
banyak gagasan dan kemungkinan. Mereka menghasilkan lebih banyak kemungkinan
, dan juga kehilangan atau gagal lebih banyak. Contoh: Thomas Alfa Edison( pencipta
lampu) misalnya, dia beberapa kali gagal dalam menciptakan agar lampu itu
menyala. Namun, beberapa temannya mungkin mengatakan gagal dengan berkata
“Thomas sudahlah,lupakan saja untuk membuat lampu ini menyala”. Namun lain
halnya dengan kata Thomas, “Aku akan terus mencoba membuat lampu ini agar
menyala, dari beberapa caraku yang mungkin dianggap gagal tapi bagiku ini bukan
kegagalan atau kesalahan, dengan bangga dia berkata aku sudah menemukan
berjuta-juta cara atau ide-ide atau gagasan yang membuat lampu ini tidak menyala”
d. Penilaian objektif dari suatu karya: Kebanyakan pemikir kreatif berusaha untuk
mengevaluasi kerja mereka secara objektif. Dengan cara ini, mereka dapat
menentukan apakah proses berpikir kreatif lebih jauh akan dapat menghasilkan
kualitas kerja mereka.
Tingkatan-Tingkatan dalam berpikir kreatif
Dalam berpikir kreatif ada beberapa tingkatan atau stages sampai seseorang
memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah.
Tingkatan-tingkatan itu adalah:
1) Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah,
dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam
memperoleh pemecahan yang baru. Ada kemungkinan apa yang dipikirkan itu tidak
segera memperoleh pemecahannya, tetapi soal itu tidak hilang begitu saja, tetapi
masih terus berlangsung dalam diri individu yang bersangkutan. Hal ini menyangkut
fase atau tingkatan kedua yaitu fase inkubasi.
2) Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang,
karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
3) Tingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan
masalah, orang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba memperoleh pemecahan
tersebut.
4) Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan masalah yang diperoleh
pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila tidak cocok lalu meningkat pada
tingkat berikutnya yaitu
5) Tingkat revisi, yaitu mengadakan revis terhadap pemecahan yang
diperolehnya.

Sifat-Sifat Orang yang Berpikir Kreatif


1. Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks
2. Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang
luas
3. Dalam judgement-nya lebih mandiri
4. Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self assertive)
5. Menolak suppression sebagai mekanisme control

D.Implikasi Berpikir Kreatif dalam Pendidikan


Betapa pentingnya pengembangan kreativitas dalam sistem pendidikan
ditekankan oleh para wakil rakyat melalui ketetapan MPR-RI No.11/MPR/1983
tentang Garis Besar Haluan Negara sebagai berikut:
“sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
disegala bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat
sekaligus meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu, dan efisiensi kerja”
(Departemen Penerangan, 1983:60).
Perilaku kreatif adalah hasil dari pemikiran kreatif.Oleh karena itu, hendaknya
sistem pendidkan dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-
produktif, disamping pemikiran logis dan penalaran.Berikut ini Donald J. Treffinger
mengemukakan sejumlah pengalaman belajar yang dapat dikembangkan oleh guru,
agar memilki kekuatan untuk mengembangkan kreativitas anak.Pertama, memberi
tugas yang dikehendaki anak-anak, sehingga memungkinkan anak-anak mampu
menunjukukkan keterlibatan personal yang tinggi.Apabila mereka merasa terlibat
dalam penciptaan tugas itu, kiranya mereka dapat menyelesaikan dengan penuh
antusiasisme.
Kedua, kegiatan pembelajaram hendaknya dilandasi oleh rasa ingin tahu siswa,
oleh karenanya dalam mengembangkan segala pengalaman belajar hendaknya
didasarkan pada minta dan kepedulian anak, lebih konkritnya hendaknya lebih
dilandasi dengan motif intinsik anak.
Ketiga, penciptaan proses pembelajaran hendaknya memungkinkan anak-anak
dapat mengembangkan sensitivitasnya terhadap berbagai masalah dan tantangan.
Keempat, kegiatan pembelajaran yang perlu ditegakkan adalah pengalaman belajar
yang memberikan kelonggaran bagi anak untuk melakukan elaborasi dalam berpikir
dan mengembangkan kemampuan berpikir divergen. Kelima, selama proses
pembelajaran hendaknya dihindari perilaku judge mental dari guru, sebaliknya perlu
dikembangkan sikap apresiatif.
Keenam, pengalaman belajar yang diberikan kepada anak hendaknya
memungkinkan anak bebas melakukan eksperimen.Ketujuh, kegiatan pembelajaran
yang positif diharapkan dapat memberikan kesempatan yang banyak bagi para siswa
untuk menentukan pilihanmnya sendiri. Kedelapan, selama proses pembelajaran
anak-anak perlu sekali dihadapkan pada persoalan real dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
1. Para Psikolog mendefinisikan berpikir sebagai manipulasi terhadap
representatif mental dari informasi. Suatu representative dapat berbentuk kata,
gambaran visual, suara, atau data dalam modalitas sensori lain yang tersimpan
dalam memori. Dengan kata lain, berpikir merupakan suatu proses mengubah suatu
representatif tertentu dari informasi menjadi bentuk yang baru dan berbeda,
sehingga kita dapat menjawab pertanyaan, mengatasi masalah,mencapai tujuan
tertentu.
2. Hamabatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses berpikir dapat
disebabkan antara lain :
a. Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus
diperoleh
b. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan
dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.
3. Tingkatan-Tingkatan dalam berpikir kreatif :
a. Persiapan
b. Tingkat inkubasi
c. Tingkat pemecahan
d. Tingkat evaluasi
e. Tingkat revisi

B.Saran

Berpikir dan mengingat merupakan cara yang baik dalam proses belajar. Oleh
karena itu sebagai kaum pelajar kita harus mengembangkannyadalam kehidupan
sehari-hari dengan kita senantiasa berpikir secara kreatif dan analitis agar
memperoleh sasaran yang diharapkan
Pelajar adalah masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar,
karena mereka telah mengetahui apa itu berpikir dan mengingat.
DAFTAR PUSTAKA
King A Laura.PSIKOLOG UMUM, Sebuah Pandangan Apresiatif.2012.Jakarta:
Salemba Humanika.
S. Roberts Feldman.PENGANTAR PSIKOLOGI, Understanding
Psychology.2012.Jakarta: Salemba Humanika.
DR. UTSMAN NAJATI MUHAMMAD.Ilmu Jiwa dalam Al-Qur’an.2005.Jakarta:
Pustaka Azzam.
Prof. Dr. Walgito Bimo. Pengantar Psikologi Umum.2004.Yogyakarta: ANDI.
DR. UTSMAN NAJATI MUHAMMAD.Ilmu Jiwa dalam Al-Qur’an.2005.Jakarta:
Pustaka Azzam.

Anda mungkin juga menyukai