Anda di halaman 1dari 15

PROSES BERPIKIR

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Psikologi Umum
Dosen Pengampu: Arizka Harisa, S.Psi, M.Si

Disusun Oleh:

Disusun oleh:

Diana Nur Aliyah 211310163


Emilia Sri Wulandari 211310167
Fadhil Muhammad 211310168

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
JAKARTA
1443 H/2022 M
KATA PENGANTAR

‫ــــــــن الّ َرحِيــــــــم‬


ِ ‫ــــــــم الّ َلــــــــ ِـه الّ َرحْ َم‬
‫ِـ‬ ْ‫ِبس‬
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat
rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, makalah ini dapat terwujud. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpah pada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga
sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam selaku pengikutnya, semoga kita
semua mendapatkan syafa’atnya di yaumil qiamat nanti.
Makalah ini diajukan kepada Ibu Arizka Harisa, S.Psi, M.Psi selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Umum sebagai tugas kelompok. Makalah ini
berjudul ”Proses Berpikir” yang di dalamnya memuat materi pengertian berpikir,
menguraikan proses berpikir, Tujuan berpikir, Hambatan dalam proses berpikir, in
syaa Allah dapat bermanfaat untuk pembaca maupun penulis. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan dan ikut membantu dalam penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi kita semua. Aamiin.

Jakarta, 9 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................
PENDAHULUAN............................................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................
PEMBAHASAN...............................................................................................................................
A. Pengertian Berpikir..........................................................................................3
B. Uraian Proses Berpikir....................................................................................5
C. Tujuan Berpikir................................................................................................7
D. Hambatan dalam Proses Berpikir...................................................................8
BAB III...........................................................................................................................................
PENUTUP......................................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses berfikir ketika memecahkan masalah merupakan hal penting yang
perlu diperhatikan oleh semua elemen terutama elemen pendidikan guna
membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah. Oguz dan Ataseven, menyatakan bahwa konsep pemecahan masalah
sangat berkaitan erat dengan kemampuan metakognisi. Metakognisi yang
dikemukakan oleh Flavell, menjelaskan yang berhubungan dengan aspek-
aspek kognisi jelaskan bahwa segala sesuatu merupakan metakognisi . Ada
indikasi yang jelas bahwa gagasan tentang metakognisi dimulai dari membuat
kontak dengan ide-ide serupa di berbagai bidang teori seperti pembelajaran
sosial, kognitif, tingkah laku, kepribadian, dan pendidikan. Metakognisi yang
dikemukakan oleh Gurbin, yaitu salah satu proses fungsi eksekutif dan sangat
relevan untuk dipelajari. Sophianingtyas dan Sugiarto, menambahkan peranan
penting dalam mengontrol proses kognitif seseorang diberikan kepada
metakognisi agar dalam belajardan berpikir lebih efektif dan efisien.
Metakognisi berkembang seiring usia dan dipengaruhi juga oleh latihan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metakognisi
merupakan kemampuan mengetahui dan mengendalikan kognisi seseorang
dalam berfikir yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan terutama
pemecahan masalah yang dapat dilihat dari kematangan seiring bertambahnya
usia. Secara lebih ringkas metakognisi merupakan kesadaran tentang apa yang
diketahui dan apa yang tidak diketahui pada diri seseorang itu sendiri dalam
menghadapi suatu masalah.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan penjelasan
kami akan memberikan pembahasan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari berpikir ?
2. Bagaimana uraian dari proses berpikir ?
3. Bagaimana tujuan berpikir ?
4. Apa hambatan dalam proses berpikir ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari berpikir.
2. Untuk mengetahui uraian dari proses berpikir.
3. Untuk mengetahui tujuan berpikir.
4. Untuk mengetahui hambatan dalam proses berpikir.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir
. Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan
memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. 1 Berpikir
merupakan fungsi jiwa yang mengandung pengertian yang luas, karena
mengandung maksud dan tujuan untuk memecahkan masalah sehingga
menemukan hubungan dan menentukan sangkut paut antara masalah yang
satu dengan yang lainnya. Berpikir merupakan proses dialektis, yang artinya,
selama kita berpikir, dalam pikiran itu terjadi tanya jawab untuk bisa
meletakkan hubungan-hubungan pengetahuan kita dengan tepat.2 Berpikir
adalah kemampuan jiwa taraf tinggi yang hanya bisa dicapai dan dimiliki oleh
individu manusia.
Menurut beberapa para ahli definisi dari berpikir, yaitu:3
a. Menurut Ross, berpikir merupakan aktivitas mental dalam aspek teori
dasar mengenai objek psikologi.
b. Menurut Valentine, berpikir dalam kajian psikologis secara tegas
menelaah proses dan pemeliharaan untuk suatu aktivitas yang berisi
mengenai “bagaimana” yang dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang
diarahkan untuk beberapa tujuan yang diharapkan.
c. Menurut Garret, berpikir merupakan perilaku yang sering kali
tersembunyi atau setengah tersembunyi di dalam lambang atau
gambaran, ide, konsep yang dilakukan seseorang.
d. Menurut Gilmer, berpikir merupakan suatu pemecahan masalah dalam
proses penggunaan gagasan atau lambang-lambang pengganti suatu
aktivitas yang tampak secara fisik. Selain itu, ia mendefinisikan bahwa
berpikir merupakan suatu proses dari penyajian suatu peristiwa internal

1
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.
1.
2
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Bineka Cipta, 2008),
h. 31.
3
Baharuddin, Psikologi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 119.

3
dan eksternal, kepemilikan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan
yang satu sama lain saling berinteraksi. Berdasarkan beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan berpikir adalah aktivitas untuk memecahkan
masalah dan proses penggunaan gagasan atau lambang-lambang, ide dan
konsep baik yang tersembunyi maupun setengah tersembunyi.

Berpikir Menurut Para Ahli Psikologi


Pendapat beberapa aliran psikologi tentang berpikir:4
a. Psikologi Asosiasi mengemukakan, bahwa berpikir itu tidak lain
daripada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hokum
asosiasi. Aliran psikologi asosiasi berpendapat bahwa dalam alam
kejiwaan yang penting ialah terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya
tanggapan-tanggapan.
b. Aliran Behaviorisme berpendapat bahwa berpikir adalah
gerakangerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot
bicara seperti halnya bila kita mengucapkan “buah pikiran”. Jadi menurut
Behaviorisme berpikir tidak lain adalah berbicara.
c. Psikologi Gestalt berpendapat bahwa proses berpikir seperti proses
gejala-gejala psikis yang lain merupakan suatu kebulatan. Dan berpikir
merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita
amati dengan alat indra kita.
Ahli-ahli psikologi sekarang berpendapat bahwa proses berpikir pada taraf
yang tinggi pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1) Timbulnya masalah, kesulitan yang harus dipecahkan.
2) Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang dianggap ada sangkut
pautnya dengan pemecahan masalah.
3) Taraf pengolahan atau pencernaan, fakta diolah dan dicernakan.
4) Taraf penemuan atau pemahaman, menemukan cara memecahkan
masalah.
5) Menilai, menyempurnakan dan mencocokkan hasil pemecahan.
4
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h.
446.

4
B. Uraian Proses Berpikir
Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara
alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media
yang digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang
memengaruhinya. Proses berpikir merupakan peristiwa mencampur,
mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep,
persepsi-persepsi, dan pengalaman sebelumnya.5 Proses berpikir menurut
beberapa pendapat:6
a) Menurut ilmu jiwa asosiasi, yaitu bahwa berpikir itu berlangsung
secara mekanis menarik tanggapan-tanggapan yang sejenis dengan
tanggapan tak sejenis.
b) Menurut ilmu jiwa apersepsi, dalam proses berpikir itu jiwa adalah
aktif memberikan arah dan mengatur proses itu.
c) Menurut aliran ilmu jiwa berpikir, yaitu bahwa berpikir merupakan
pergaulan antara pengertian-pengertian; sehingga proses berpikir itu
diarahkan oleh:
1. Soal yang dijumpai
2. Berpikir itu menggunakan pengertian-pengertian yang
kompleks
3. Berpikir itu menggunakan bagan
Berpikir itu memerlukan cara-cara tertentu Facion mengungkapkan enam
kecakapan berpikir kritis utama yang terlibat di dalam proses berpikir kritis,
yaitu:
a) Interpretasi
Menginterpretasi adalah memahami dan mengekspresikan makna atau
signifikansi dari berbagai macam pengalaman,situasi, data,
kejadiankejadian, penilaian, kebiasaan, adat, kepercayaan-

5
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.
3.
6
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Bineka Cipta, 2008),
h. 33.

5
kepercayaan, aturan aturan, prosedur-prosedur atau kriteria-kriteria.
Dengan indikator pemahaman dari suatu materi. Sehingga suatu
permasalahan bisa diselesaikan dengan memahami suatu masalaha
dari berbagai sumber informasi yang didapat.
b) Analisis
Analisis adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang
dimaksud dan actual diantara pernyataan-pernyataan,
pertanyaanpertanyaan, konsep-konsep, deskripsi-deskripsi atau
bentuk-bentuk representasi lainnya yang dimaksudkan untuk
mengekpresikan kepercayaan-kepercayaan, penilaian, pengalaman-
pengalaman, alasanalasan, informasi atau opini-opini. Dengan
indicator mencari cara tepat dalam menyelesaiakn suatu masalah.
Dalam pencarian jalan keluar dari suatu permasalahan yang tepat
harus secara actual dan dari berbagai sumber informasi.
c) Evaluasi
Evaluasi berarti menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan atau
representasi-representasi yang merupakan laporan-laporan atau
deskripsi-deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, penilaian,
kepercayaan atau opini seseorang, dan menaksir kekuatan logis dari
hubungan-hubungan inferensial atau dimaksud diantara
pernyataanpernyataan atau bentuk-bentuk representasi lainnya.
Dengan indicator menggabungkan cara yang tepat dengan pemahaman
pengertian dari suatu masalah.
d) Inferensi
Inferensi berarti mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang
diperlukan unutk membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal,
membuat dugaaan-dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan
informasi yang relevan dan menyimpulkan konsekuensi-konsekuensi
dari data, situasi-situasi pertanyaan-pertanyaan atau bentuk-bentuk
representasi lainnya. Dengan indicator mencari penyelesaian dengan
langkah-langkah yang tepat dan benar.

6
e) Kecakapan eksplanasi atau penjelasan
f) Kecakapan regulasi
Kecakapan ini menjelaskan apa yang dipikir dan bagaimana sampai
pada kesimpulan yang telah didapat pada saat inferensi.
Jacop dan Sam mendefinisikan 4 tahapan proses berpikir kritis, yaitu:
a) Klarifikasi, yaitu tahap-tahap dimana siswa merumuskan masalah
dengan tepat dan jelas.
b) Asesmen, yaitu tahap dimana siswa menemukan pertanyaan yang
penting dalam masalah.
c) Inferensi, yaitu tahap dimana siswa membuat kesimpulan
berdasarkan informasi yag telah diperoleh.
d) Strategi, yaitu tahap dimana siswa berpikir secara terbuka dalam
menyelesaikan masalah. Dari tahapan proses berpikir kritis, maka
indikator yang digunakan mengacu pada model berpikir kritis
menurut Perkins dan Murphy.

C. Tujuan Berpikir
Elaine B. Johnson mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk
mencapai pemahaman yang mendalam. Sementara itu, Fahruddin Faiz,
mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis sederhana yaitu untuk menjamin,
sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar. Berdasarkan pendapat
di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk
mencapai pemahaman yang mendalam tentang suatu materi atau konsep

7
sehingga dapat menjamin bahwa pemikiran siswa terhadap suatu konsep
tersebut adalah valid dan benar.
D. Hambatan dalam Proses Berpikir
Dalam proses berpikir tidak senantiasa berjalan dengan begitu mudah,
tetapi sering orang menghadapi hambatan-hamabatan dalam berpikir atau
memecahkan persoalan. Srderhana tidaknya dalam memecahkan masalah
bergantung pada masalah yang dihadapinya. Memecahkan masalah hitungan
6 x 7 akan jauh lebih lebih mudah apabila dibandingkan dengan memecahkan
soal-soal statistika misalnya.
Hambatan-hambatan yang mungkin dalam timbul dalam proses berpikir
dapat disebabkan antara lain karenadata yang kurang sempurna sehingga
masih banyak lagi data yang harus diperoleh dan data yang ada dalam
keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain,
sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.7
Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatan
dalam proses berpikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu
dengan yang lain, misalnya dalam riteria-kriteria detektif. Karena itu ruwet
tidaknya suatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit
tidaknya dalam proses berpikir seseorang.
Ustaman Najati pun membahas mengenai faktor-faktor yang
menghambat berpikir kritis. Menurutnya, Al-Qur’an juga mengemukakan
sebagai faktor penting yang menghambat pemikiran, yang membuatnya statis
dan menghalanginya dari pengetahuan realitas yang benar mengenai hal yang
dihadapinya. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Berpegang teguh pada pikiran-pikiran lama hal ini dapat diperhatikan
dalam beberapa surat antara lain:
a. QS. Al-Maidah: 104

ِ ‫ٱلر ُس‬
َّ ‫َأنز َل ٱللَّهُ َوِإلَى‬ ِ ‫ِإ‬
‫ول قَالُوا۟ َح ْس ُبنَا َما‬ َ ٓ‫يل لَ ُه ْم َت َعالَ ْوا۟ ِإلَ ٰى َما‬ َ ‫َو َذا ق‬
‫َو َج ْدنَا َعلَْي ِه َءابَآ َءنَآ ۚ ََأولَ ْو َكا َن َءابَآُؤ ُه ْم اَل َي ْعلَ ُمو َن َش ْيـًٔا َواَل َي ْهتَ ُدو َن‬
7
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: t.t, 1980), h. 145-146.

8
Artinya: Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa
yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab:
"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek
moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.

b. QS. Al-Baqarah: 170

ۗ ٓ‫َأنز َل ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَ ْل َنتَّبِ ُع َمآ َألْ َف ْينَا َعلَْي ِه َءابَآ َءنَا‬
َ ٓ‫يل لَ ُه ُم ٱتَّبِعُوا۟ َما‬
ِ ‫ِإ‬
َ ‫َو ذَا ق‬
‫ََأولَ ْو َكا َن َءابَآُؤ ُه ْم اَل َي ْع ِقلُو َن َش ْيـًٔا َواَل َي ْهتَ ُدو َن‬
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?".

2. Tidak cukup data yang ada hal ini pun dapat diperhatikan pada beberapa
surat antara lain:
a. QS. Al-Isra : 36

َ ‫اد ُك ُّل ُأو۟ ٰلَِٓئ‬


‫ك‬ َ ‫ص َر َوٱلْ ُفَؤ‬ َّ ‫ْم ۚ ِإ َّن‬
َ َ‫ٱلس ْم َع َوٱلْب‬
ِ ِ ِ َ َ‫ف ما لَيس ل‬
ٌ ‫ك بهۦ عل‬ َ ْ َ ُ ‫َواَل َت ْق‬
‫َكا َن َع ْنهُ َم ْسـُٔواًل‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

9
3. Sikap memihak yang emosional dan apriori mengenai hal ini Al-Qur’an
mengungkapkan.8
a. QS. Al-Qashash: 50

‫َأض ُّل ِم َّم ِن‬


َ ‫ٱع َل ْم َأنَّ َما َيتَّبِعُو َن َْأه َوآ َء ُه ْم ۚ َو َم ْن‬ ۟ ‫َفِإن َّل ْم َي ْس َت ِجي ُب‬
ْ ‫وا َل َك َف‬
ِ ِٰ ِ ِ ِ
َ ‫َّٱتبَ َع َه َوىٰهُ بغَْي ِر ُه ًدى ِّم َن ٱللَّه ۚ ِإ َّن ٱللَّهَ اَل َي ْهدى ٱلْ َق ْو َم ٱلظَّلم‬
‫ين‬
“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah
bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu
mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang
yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk
dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim.”

b. QS. An-Nisa: 136

‫ب ٱلَّ ِذى َن َّز َل َعلَ ٰى‬ ِ ‫ٰي ٓ َُّأيها ٱلَّ ِذين ءامنُ آو ۟ ء ِامنُوا۟ بِٱللَّ ِه ورسولِ ِهۦ وٱل‬
ِ َ‫ْك ٰت‬ َ ُ ََ َ ََ َ َ َ
‫َأنز َل ِمن َق ْب ُل ۚ َو َمن يَ ْك ُف ْر بِٱللَّ ِه َو َم ٰلَِٓئ َكتِ ِهۦ َو ُكتُبِ ِهۦ‬ ِ ِ َ‫ْك ٰت‬ ِ ‫رسولِ ِهۦ وٱل‬
َ ٓ‫ب ٱلَّذى‬ َ َُ
‫ض ٰلَلًۢا بَِعي ًدا‬ ِ ‫ٱلء‬ ِ‫ورسلِ ِهۦ وٱلْيو‬
َ ‫اخ ِر َف َق ْد‬
َ ‫ض َّل‬ ْ ‫م‬
َ َْ َ ُ ُ َ
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-
Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya.”

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan

8
Abdul Rahman Shaleh-Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 248-250.

10
memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Berdasarkan
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan berpikir adalah aktivitas untuk
memecahkan masalah dan proses penggunaan gagasan atau lambang-lambang,
ide dan konsep baik yang tersembunyi maupun setengah tersembunyi.
Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara
alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media
yang digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang
memengaruhinya.
Tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam
tentang suatu materi atau konsep sehingga dapat menjamin bahwa pemikiran
siswa terhadap suatu konsep tersebut adalah valid dan benar.
Hambatan-hambatan yang mungkin dalam timbul dalam proses berpikir
dapat disebabkan antara lain karenadata yang kurang sempurna sehingga
masih banyak lagi data yang harus diperoleh dan data yang ada dalam keadaan
confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini
akan membingungkan dalam proses berpikir.

B. Saran
Demikian yang dapat dipaparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT.


Bineka Cipta, 2008).
Baharuddin, Psikologi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007).
Kuswana, Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011).

11
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011).
Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu
Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004).
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: t.t, 1980).

12

Anda mungkin juga menyukai