Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TENTANG
HAKIKAT PERKEMBANGAN KOGNITIF

DISUSUN OLEH :
1. WAFIQ AZIZAH
2. SRI WAHYUNI

DOSEN PENGAMPU : SRI YENTI, S.Pd, M.Pd


NIDN :

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
WIDYASWARA INDONESIA
TA. 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “HAKIKAT PERKEMBANGAN KOGNITIF” demi
memenuhi tugas yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi
kita untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah......................................................................1
B. Rumusan masalah..............................................................................2
C. Tujuan makalah..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat perkembangan kognitif.........................................................3
B. Perkembangan Kognitif.....................................................................4
C. Prinsip-prinsip dasar perkembangan manusia...................................5
D. Peran otak dalam pembelajaran dan perkembangan..........................9
E. Teori Piaget tentang perkembangan kognitif.....................................12
F. Teori Vygotsky tentang perkembangan kognitif...............................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................18
B. Saran..................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap fase atau periode perkembangan pada dasarnya selalu
bertalian erat dengan periode perkembangan yang mendahuluinya. Hal ini
membuktikan bahwa manusia merupakan kesatuan yang bulat. Dan tujuan
yang terkandung dalam setiap perkembangan adalah menjadi manusia
dewasa yang sanggup berdiri sendiri.
Sesuai dengan individualitas anak yang memiliki ciri-ciri atau
karakteristik, perkembangan antara dua individu anak itu tidak mungkin
bisa sama benar. Sekalipun terdapat perbedaan perkembangan yang
bersifat individual, kita dapat melihat adanya “hukum” atau cara tertentu
bagi semua perkembangan individu yang sejenis. Istilah hukum diberi
tanda petik karena segala sesuatu yang disebut sebagai hukum dalam
psikologo sebenarnya merupakan kecenderungan atau tendensi
(Kartono, 1979)
Dalam peristiwa ilmu alam, terdapat unsur-unsur kemantapan,
konstanta, dan konsistensi. Dengan ciri-ciri demikian orang kemudian
membuat hukum-hukum alam. Sebaliknya, berbagai gejala psikis tersebut
tidak menunjukkan ulangan peristiwa secara mantap dan identik sama
dengan peristiwa-peristiwa yang mendahului, melainkan hanya
menampakkan adanya kecenderungan. Karena itu psikologi pada dasarnya
menghindari penggunaan istilah “hukum” dan lebiih suka menggunakan
istilah patokan, kaidah, aturan atau prinsip.
Secara spesifik, prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai
kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam
perkembangan”. Bisa pula, dikatakan prinsip perkembangan adalah
“patokan generalisai mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa
perkembangan dalam diri manusia”. Oleh karena itu dalam makalah ini
akan dibahas mengenai perkembangan kognitif yang meliputi Prinsip-

1
prinsip dasar perkembangan manusia, Peran otak dalam pembelajaran dan
perkembangan, Teori Piaget tentang perkembangan kognitif dan Teori
Vygotsky tentang perkembangan konitif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hakikat perkembangan kognitif ?
2. Apa itu perkembangan kognitif?
3. Apa sajakah Prinsip-prinsip dasar perkembangan manusia?
4. Bagaimana Peran otak dalam pembelajaran dan perkembangan?
5. Bagaimana Teori Piaget tentang perkembangan kognitif?
6. Bagaimana Teori Vygotsky tentang perkembangan konitif?

C. Tujuan makalah
1. Untuk menambah wawasan lebih mengenai perkembangan kognitif
2. Dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar perkembangan manusia, teori-
teori piaget dan Vygotsky mengenai perkembangan kognitif, serta
dapat mengetahui peran otak dalam pembelajaran dan perkembangan
manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Perkembangan Kognitif
Jejak Pendidikan- Anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tahapannya. Menurut Rita Izzaty, dkk (2008: 4) bahwa
perkembangan bersifat kualitatif dan berkaitan dengan kematangan fungsi
organ. Menurut Baharuddin (2014: 69) perkembangan berarti perubahan
secara kualitatif dan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis oleh
organ-organ fisik. 
Sedangkan menurut Monks (dalam Sunarto, 39: 2008)
perkembangan merupakan proses yang kekal menuju tingkat integrasi
yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan
belajar. 
Dari beberapa pendapat tokoh diatas maka dapat disimpulkan
bahwa perkembangan merupakan hal yang berkaitan dengan kematangan
fungsi organ fisik dan bersifat kualitatif sehingga siap untuk belajar. Agar
pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan seimbang maka perlu
adanya stimulasi maupun zat gizi yang diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan
kemampuan pemahaman dan analisa. Slamet Suyanto (2005: 53)
memaparkan bahwa perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana
pikiran berkembang dan dapat digunakan untuk berpikir. Sedangkan
menurut Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2005: 94) bahwa perubahan akibat
belajar dari perkembangan kognitif yaitu kemampuan anak untuk berpikir
tentang lingkungan sekitar. 
Dari beberapa teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kognitif yaitu perkembangan yang berkaitan erat dengan
fungsi otak yang digunakan untuk berpikir tentang apa aja yang ada di
lingkungannya. Apabila fungsi dalam otak berkembang dengan baik maka
proses berpikir seseorang juga akan baik. Proses berpikir digunakan untuk

3
memahami pembelajaran maupun untuk melakukan hal-hal yang
membutuhkan pemikiran.

B. Perkembangan Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, atau mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir
(Gagne dalam Jamaris, 2006). Secara luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976).
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu
senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini
menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan.
Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri
dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu
kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada

4
aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

C. Prinsip-prinsip dasar perkembangan manusia


Pertumbuhan dan perkembangan manusia secara alamiah
mengikuti pola teratur menurut prinsip atau hukum perkembangan.
Menurut Sinolungan (1997), prinsip-prinsip perkembangan adalah pola-
pola umum dalam suatu proses perubahan alamiah yang teratur, universal
dan berkesinambungan, yang dimaksud dengan perubahan yang teratur
adalah pertumbuhan pada manusia yang berjalan normal mengikuti tata
urutan yang saling berkaitan.
a) Prinsip-Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut Para Ahli
 Menurut william stern
Ia berpendapat bukanlah unsur yang menjadi titik pangkal
perkembangan jiwa, melainkan kesatuan kehidupan pribadi yang bekerja
sendiri. Lebih jelasnya person/ pribadi seseorang secara utuh itulah yang
menentukan jalannya perkembangan dan bukan fungsi jiwa yang terpisah-
pisah. Atas pandangan inilah, W. Stern akhirnya memunculkan teori
konvergensi.
 Menurut J. L. Moreno
Moreno memiliki kedudukan yang khas dalam sejarah psikologi
perkembangan. Dia menolak adanya pandangan bahwa pandangan anak-
anak itu semata-mata tergantung pada kenyataan pada diri mereka yang
masih lemah dan pengaruh lingkungan. Sebaliknya menurut Moreno,
bahwa ada kesempatan bagi setiap anak untuk memilih sendiri jalan
perkembangannya. Dengan demikian, dasar perkembangan manusia itu
berada pada diri masing-masing ketika dalam usia anak-anak. Atas dasar
pandangan ini, kata Moreno, maka pendidikan punya kemungkinan untuk
dilaksanakan.

5
b) Prinsip-prinsip perkembangan pada umumnya antara lain :
1. Perkembangan Merupakan Proses yang Tidak Pernah Berhenti (never
ending proces)
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang di
pengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya.
Perkembangan berlangsung terus menerus sejak masa konsepsi sampai
mencapai kematangan atau masa tua.
2. Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individi, baik fisik, emosi, intelgensi
maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat
hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila
seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan
(sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam
perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang
berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
3. Perkembangan itu Mengikuti Pola Arah Tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu.
Setiap tahapan perkembangan merupakan hasil perkembangan dari
tahap sebelumnya yang merupakan prasarat bagi perkembangan
selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan seorang anak harus dapat
berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi
perkembangan selanjutnya,yaitu berlari atau meloncat.
4. Perkembangan Terjadi Pada Tempo yang Berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya yang terjadi
pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat ada yang lambat).
umpamanya [a] otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada
umur 6-8 tahun; [b] tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan
yang maksimum pada masa remaja; dan [c] imajinasi kreatif
berkembang dangan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai
puncaknya masa remaja.
5. Setiap Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas

6
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: [a] sampai
usia dua tahun anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya,
menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara, [b] pada usia tiga
sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia
sosial (belajar bergaul dengan orang lain).
6. Setiap Individu yang Normal Akan Mengalami Tahapan/Fase
Perkembangan
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan
berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan:
bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan masa tua.
Secara garis besar, peristiwa perkembangan mempunyai atau mengikuti
prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
1. Perkembangan tidak terbatas dalam arti timbul menjadi besar, namun
mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progesif, teratur, koheren
dan kesinambungan. Jadi, antara satu tahap perkembangan dengan tahap
perkembangan berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri –sendiri.
2. Perkembangan selalu menuju proses diferensiasi dan integrasi. Proses
diferensasi artinya ada prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan
totalitas itu, lambat laun bagian-bagiannya bertumbuh menjadi sangat
nyata dan bertambah jelas dalam rangka keseluruhan.
3. Perkembangan dimulai dari respon-respon yang sifatnya umum mejadi
khusus. Contoh, seorang bayi mula-mula akan beraksi tersenyun bila
melihat setiap wajah manusia. Dengan bertambahnya usia bayi, ia mulai
bisa membedakan wajah-wajah tertentu.
4. Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung
secara berantai. Walaupun tidak ada garis pemisah yang jelas antara satu
fase dan fase yang lain, tahapan perkembangan ini sifatnya universal.
Sebagai contoh, perkembangan anak yang normal akan tampak berturur-
turut: memiringkan badan, telungkup, mengangkat kepala, duduk,
merangkak, berjalan dengan bantuan, akhirnya berjalan.

7
5. Setiap anak mempunyai tempo kecekapan perkembangan sendiri-sendiri.
Dengan kata lain, ada anak yang perkebangannya cepat, ada yang sedang
dan ada yang lambat. Jadi perkebangan anak yang satu berbeda dengan
anak yang lain, baik dalam perkambangan organ atau aspek kejiwaannya
maupun cepat atau lambatnya perkembanga tersebut. Perkembangan, baik
fungsi jasmani maupun fumgsi rohani, tidaklah dapat disamakan
waktunya. Misalnya lama perkembangan anak untuk fungsi merangkak,
dan lain-lain demikian pula untuk perkembangan suatu fungsi rohani,
seperti lamanya kecepatan waktu untuk mengartikan suatu kalimat bahasa
akan berbeda dengan kcepatan lamanya untuk fungsi berfikir.
6. Tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam katogori:
cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau
terlalu lambat, biasanya menunjukkan kelainan yang relatif sangat jarang
terjadi.
7. Di dalam perkembangan, dikenal adanya irama atau naik turunnya proses
perkembangan. Artinya proses perkembangan manusia itu tidak tetap,
terkadang naik, terkadang turun pada suatu saat anak mengalmi
perkembangan yang tenang dan pada saat lain, ia mengalami
perkembangan yang menggoncangkan. Jadi, irama perkembangan itu tidak
menetap. Adakalanya tenang, adakalanya goncang.
8. Setiap anak, seperti juga organisme lainnya, memiliki dorongan dan hasrat
mempertahankan diri dri beberapa hal-hal yang negatif, seperti rasa sakit,
rasa tidak aman, kematian dan sterusnya. Mereka memerlukan sandang,
pangan, papan, dan penddidikan.
9. Dalam perkembangan terdapat peka. Masa peka ialah suatu masa dalam
perkebangan anak, saat suatu fungsi jasmani ataupu rohani, dapat
berkembang dengan cepat jika medapat latihan yang baik dan kontinyu.
Masa peka diantara anak yang satu dengan anak yang lainnya tidah mudah
untuk di ketahui, karena hal ini mmerlukan penelitihan yang seksama
melalui berbagai percobaan. Misalnya, untuk menentukan apakah seorang
anak sudah mengalami masa peka bagi pembuatan kerajinan tangan

8
tertentu dan lain-lain. Suatu gejala kepekaan seyogjanya diselidiki dengan
percobaan, yaitu apakah anak tersebut sudah tampak terarah minatnya
pada suatu fungsi tersebut apa belum.
10. Perkembangan tiap-tiap anak pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan. Anak manusia
dengan bakat pembawaanya itu, hanyalah merupakan bakat-bakat yang
tersedia untuk memberikan kemungkinan-kemungkinan berkembang saja.
Agar bakat yang tersedia itu dapat berkembang dengan sebaik-baiknya,
diperlukan adanya suatu proses menjadi matang, pemberian kesempatan
kemungkinan berkembang dari alam sekitarnya, serta memeliharaan yang
kontinyu dari manusia-manusia dewasa, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Sebagai contoh, dapat dikemukakan bahwa anak yang normal,
menurut bakat dan pembawaannya memiliki sifat-sifat untuk berbicara.
Namun demikian, untuk berbicara tersebut mereka mendengar kata-kata
dan kalimat bahasa dalam pergaulan dengan alam sekitarnya. Seorang
anak keturunan Inggris yang baru lahir dan dibesarkan di Indonesia, serta
dipelihara oleh orang Indonesia dan dalam pemeliharaannya sehari-harinya
menggunakan bahasa Indonesia, tidak mungkin bisa berbahasa Inggris,
karena pendidikannya, termasuk pergaulan sehari-harinya, tidak
memberikan kesempatan untuk berbicara bahasa Inggris.
Seorang anak yang lahir dalam keadaan tuli, walaupun alat-alat
bicaranya cukup baik dan menurut pembawaannya manusia itu adalah
makhluk yang dapat berbicara, karena kesempatan berbicara untuk belajar
terganggu (alat pendengarannya rusak), ia tidak mungkin dapat berbicara
dan mengenal bahasa.

D. Peran otak dalam pembelajaran dan perkembangan


Otak memiliki tiga tingkatan atau belahan yaitu bagian otak kanan,
otak kiri, dan otak tengah. Yang masing masing memiliki perannya
masing- masing. Mulai dari yang pertama yaitu otak kanan berfungsi

9
dalam hal berkreativitas. Secara umum peserta didik yang menggunakan
otak kanan biasanya akan menyukai atau nyaman dengan sesuatu yang
acak, menyukai gambar, grafik, dan diagram. Lebih suka mempelajari
sesuatu dari keseluruhan ke bagian- bagian.
Yang kedua belahan otak kiri. Otak kiri berperan dalam kegiatan
motorik (motor sequence) yaitu berhubungan dengan logika, analisa,
bahasa, rangkaian dan matematika. Secara umum peserta didik yang lebih
cenderung menggunakan otak kiri akan lebih suka sesuatu yang berurutan,
mempelajari materi dari bagian- bagian ke keseluruhan, menyukai kata-
kata, symbol dan huruf.
Yang terakhir belahan otak tengah, Pada bagian otak tengah
meliputi hipokampus, talamus, hipotalamus, dan amigdala. Bagian ini
adalah bagian yang menyumbang sekitar 20 persen dari seluruh volume
otak, bertanggung jawab atas tidur, emosi, atensi, pengaturan bagian
tubuh, hormon, seksualitas, penciuman, dan produksi kimiawi otak.
Dalam tiga tingkatan otak, ada tiga bagian otak yaitu otak reptil,
otak mamalia, dan otak neo cortex. Pembelajaran secara fisik dapat
mengubah otak. Setiap pengalaman baru yang kita temui dapat mengubah
pengenalan elektrokimia kita. Semakin baru dan menantang stimulusnya
maka akan semakin baik otak mengaktifasi jalur barunya. Jika otak
merasakan sesuatu yang cukup penting untuk ditempatkan dalam memori
jangka panjang, maka potensi memoripun terjadi. Pembelajaran akan
maksimal apabila dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri
beserta otak tengah sebagai pengendali emosi.
Rangsangan yang masuk melalui indera, akan dipersepsikan
(diartikan), kemudian secara selektif informasi tersebut disimpan. Proses
penyimpanannya melibatkan kedua belahan otak.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat

10
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan
respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima
oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Secara umum, peran otak dalam pembelajaran dan perkembangan
yaitu berperan dalam proses pembelajaran dan proses belajar.
1. Proses pembelajaran
Pada otak manusia, informasi yang dilewatkan dari satu neuron ke
neuron yang lainnya berbentuk rangsangan listrik melalui dendrit. jika
rangsangan tersebut diterima oleh suatu neuron, maka neuron tersebut
akan membangkitkan output ke semua neuron yang berhubungan
dengannya sampai dengan informasi tersebut sampai ketujuannya yaitu
terjadi reaksi, jika rangsangan yang diterima terlalu halus, maka output
yang dibangkitkan oleh neoron tersebut tidak akan direspon. tentu saja
sangatlah sulit untuk memahami bagaimana otak manusia bisa belajar
selama proses pembelajaran, terjadi perubahan yang cukup berarti pada
bobot-bobot yang menghubungan antara neuron, apabila ada rangsangan
yang sama dengan rangsangan yang telah diterima oleh neuron, maka
neuron akan memberikan reaksi dengan cepat namun apabila kelak ada
rangsangan yang berbeda dengan apa yang telah diterima oleh neuron,
maka neuron akan segera beradaptasi untuk memberikan
2. Proses belajar
Proses belajar harus mampu mengoptimalkan kerja dan fungsi Otak. Ir.
Sutanto Windura (Director The Brainic Institute) mengatakan otak
berjalan secara linier, setiap informasi masuk akan segera dipancarkan
dengan sendirinya oleh otak menjadi asosiasi yang berbeda-beda. Untuk

11
itulah cara kerja natural otak perlu dipelajari agar mendapatkan fungsi otak
yang optimal.

E. Teori Piaget tentang perkembangan kognitif


Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan
diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi
kira-kira permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya
meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui
sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya
hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata,
melainkan hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek,
yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2)
pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan
dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh
dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu
adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia
selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri
terhadap lingkungannya.
Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu
skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang
teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari
tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi
adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses
asimilasi dan akomodasi.
Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual
anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu :
1. Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak
menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya
untu mengenal obyek.

12
2. Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )
Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru
atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan
simbolisasi.
3. Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )
Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran
anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu
memecahkan masalah secara logis.

4. Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )


Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan
struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis
masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan
penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan
proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa
kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat
bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme
bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic
bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme
melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi
antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme
mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang
ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya.perkembangan
kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan
awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang
biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan
lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag
untuk Beradaptasi dan Organisasi ( tindakan penataan ).

13
F. Teori Vygotsky tentang perkembangan konitif.
Lev Vygotsky belum mengembangkan teorinya secara utuh,
gagasan-gagasannya memiliki dampak signifikan terhadap pandangan kita
mengenai perkembangan anak, pembelajaran, dan praktik belajar-
mengajar (instructional practice) dewasa ini.
Asumsi – asumsi Dasar Vygotsky
Melalui asiulasi dan akomodasi, anak-anak mengembangkan skema yang
semakin canggih dan semakin terintegrasi. Dengan kata lain, dalam
pandangan Piaget, anak-anak memegang kendali terhadap perkembangan
kognitif mereka sendiri. Sebaliknya, Vygotsky meyakini bahwa orang-
orang dewasa di masyarakat mendorong perkembangan kognitif anak
secara sengaja dan sistematis.Orang dewasa secara bersinambungan
melibatkan anak-anak dalam aktivitas-aktivitas yang bermakna dan
menantang, dan membantu mereka melakukan aktivitas-aktivitas tersebut
dengan sukses.Vygotsky menekankan pentingnya masyarakat dan budaya
dalam mendorong pertumbuhan kognitif sehingga teorinya terkadang
disebut sebagai perspektif sosialkultural (sociocultural perspective).
Asumsi-asumsi utama berikut ini menyajikan rangkuman perspektif ini:
1. Melalui percakapan informal dan sekolah formal, orang-orang dewasa
meyampaikan kepada anak bagaimana kebudayaan mereka
menafsirkan dan merespons dunia.Vygotsky mengemukakan bahwa
saat berinteraksi dengan anak-anak, orang-orang dewasa membagikan
makna (meanings) yang mereka lekatkan ke objek, peristiwa dan
secara yang lebih umum.
Percakapan-percakapan informal adalah sebuah metode yang lazim
digunakan orang dewasa untuk menyampaikan cara-cara penafsiran
situasi sesuai budaya yang berlaku.Namun yang lebih penting lagi
adalah pendidikan formal, yang menjadi sarana para guru untuk secara
sistematis menanamkan gagasan-gagasan, konsep-konsep, dan
terminolgi-terminologi yang digunakan dalam beragam disiplin
akademik (Vygotsky, 1962).

14
Kebudayaan secara spesifik menanakan konsep-konsep, gagasan-
gagasan dan keyakinan-keyakinan yang unik; dengan demikian, anak-
anak yang berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda akan
mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan cara berfikir yang
cenderung berbeda pula. Setidaknya dalam hal perkembangan kognitif,
lebih dari pada yang diajarkan teori Pieget. Sebagai contoh, beberapa
budaya menggunakan beraneka ragam peta-peta jalan, peta jalur kereta
api bawah tanah, peta pusat pembelanjaan dan memperkenalkan anak-
anak secara dini dan berulang-ulang dengan peta-peta tersebut.
2. Setiap kebudayaan menanamkan pangkat-pangkat fisik dan kognitif
yang menjadikan kehidupan sehari-hari semakin produktif dan efisien.
Orang dewasa tidak hanya menyajari anak cara-cara spesifik
menafsirkan pengalaman, tetapi juga sejumlah perangkat (tools)
spesifik yang dapat membantu anak mengatasi bergai tugas dan
permasalahan yang dihadapinya. Sejumlah perangkat (misalnya
gunting, mesin jahit, dan computer) adalah objek-objek fisik. Ada pula
perangkat-perangkat lain (seperti strategi mempelajari buku pelajaran
atau menghitung uang kembalian dalam benak) yang tidal memiliki
landasan fisik apapun.
3. Pikiran dan bahasa menjadi semakin interdependen dalam tahun-tahun
pertama kehidupan. Sebuah perangkat kognitif yang sangat penting
adalah bahasa. Kita sering berpikir menggunakan kata-kata spesifik
yang disediankan bahasa kita sebagai contoh, saat kita berpikir
mengenai hewan peliharaan, pikiran kita berisi kata-kata seperti anjing
dan kucing.
Vygotsky mengemukakan bahwa pikiran merupakan fungsi-fungsi
yang terpisah bagi bayi dan anak kecil yang baru belajar berjalan.Dalam
tahun-tahun ini, berpikir (thinking) terjadi secara independen terhadap
bahasa; dan ketika muncul, bahasa pertama kali yang digunakan sebagai
saran komunikasi alih-alih sebagai suatu mekanisme pikiran. Namun saat-
saat sekitar usia 2 tahun, pikiran dan bahasa menjadi terjalin erat: anak-

15
anak mulai mengungkapkan pikiran-pikiran mereka ketika berbicara, dan
mulai berpikir dalam kata-kata.
Saat pikiran dan bahasa mulai menyatu, anak seringkali berbicara
ke dirinya sendiri suatu fenomena yang dikenal sebagai self-
talk(percakapan diri) (juga dikenal sebagai private speech). Ingatlah
konsep Piaget tentang percakapan egosentris yang didasarkan pada
observasinya bahwa anak-anak yang masih belia sering mengatakan
sesuatu tanpa mempertimbangkan perspektif pendengarnya.Self-
talkmemiliki fungsi dalam perkembangan kognitif: Dengan berbicara
Kediri mereka sendiri, anak-anak belajar membimbing dan mengarahkan
perilakunya sendiri dalam proses mengerjakan tugas-tugas sulit dan
melakukan menuver-menuver yang rumit seperti saat orang dewasa
membimbimg mereka. Self-talk akhirnya berefolusi menjadi innr speech
(percakapan-ke dalam), yakni saat anak “berbicara” ke dalam dirinya
secara mental, alih-alih secara verbal.
Frekuensi self-talk yang dapat didengar (audible) pada anak-anak
menurun selama masa-masa taman kanak-kanak dan awal sekolah dasar,
namun penurunan tersebut pada awalnya disertai oleh peningkatan
perilaku berkomatkamit atau berbisik dan gerakan binir yang senyap,
Sementara itu self talk meningkat saat anak sedang mengerjakan tugas-
tugas yang semakin menantang, yang membuat mereka semakin harus
mengerahkan segenap daya upaya agar berhasil mengerjakan tugas
tersebut.
Proses-proses mental yang komplek bermula sebagai aktivitas-
aktivitas social; seiring perkembangan, anak-anak secara berangsur-angsur
menginternalisasikan proses-proses yang mereka gunakan dalam konteks-
konteks social dan mulai menggunakannya secara independen. Saat anak
membincangkan berbagai objek, peristiwa, tugas, dan masalah dengan
orang-orang dewasa atau individu-individu berpegetahuan seringkali
dalam konteks aktivitas sehari anak secara berangsur-angsur
menggabungkan, ke dalam pikiran mereka, cara-cara orang-orang

16
disekelilingnya membicarakan dan menafsirkan dunia, dan juga mulai
menggunakan kata, konsep, symbol, dan srategi pada dasarnya perangkap
kognitif yang lazim dalam budaya mereka.
Proses berkembangnya aktivitas-aktivitas social menjadi aktivitas-
aktivitas mental internal disebut internalisasi (internalization). Proses
pergerakan dari self-talk ke inner speech sebagaimana baru saja dijelaskan
mengilustrasikan proses ini: seiring waktu, anak perlahan-lahan
menginternalisasikan arahan orang dewasa sehingga pada akhirnya mereka
memberikan arahan kepada diri mereka sendiri. Meski demikian,
camkanlah bahwa anak-anak tidak selalu menginternalisasikan secara tepat
apa yang mereka lihat dan dengar dalam konteks social.
Tidak semua proses mental muncul saat anak berinteraksi dengan orang
dewasa; beberapa proses mental berkembang saat anak berinteraksi
dengan rekan sebahayanya. Sebagai contoh, anak eringkali berdebat
dengan rekan-rekannya mengenai beragam hal cara terbaik melaksanakan
suatu aktivitas, pilihan permainan yang menyenangkan, siapa melakukan
apa-kepada-siapa, dan sebagainya. Pada akhirnya anak mampu
mengiternalisasikan proses berdebat tersebut, yang memupuk kemampuan
memandang suatu situasi dari beberapa sudut yang berbeda oleh diri ereka
sendiri.
Permainan Memugkinkan anak berkembang secara kognitif. Saat
masih duduk di bangku taman kanak-kanak, anak laki-laki. Dalam sebuah
permainan, anak selalu berada dalam usia di atas usianya yang
sesungguhnya, di atas perilakunya sehari-hari; dalam sebuah permainan,
anak seolah-olah lebih tinggi dari tingginya yang sebenarnya. Dengan
demikian permainan bukanlah aktivitas membuang-buang waktu,
melainkan, merupakan suatu wadah pelatihan yang bernilai untuk
menghadapi dunia orang dewasa nantinya.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah disamapaikan dalam makalah ini, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan kognitif merupakan Kognitif adalah
proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada
waktu manusia sedang berpikir. Adapun prinsip-prinsip perkembangan
manusia meliputi (1)Perkembangan Merupakan Proses yang Tidak Pernah
Berhenti (never ending proces); (2)Semua Aspek Perkembangan Saling
Mempengaruhi; (3)Perkembangan itu Mengikuti Pola Arah Tertentu;
(4)Perkembangan Terjadi Pada Tempo yang Berlainan; (5)Setiap Fase
Perkembangan Mempunyai Ciri Khas; (6)Setiap Individu yang Normal
Akan Mengalami Tahapan/Fase Perkembangan. Selain itu ada pua peran
otak dalam pembelajaran dan perkembangan yaitu berperan dalam proses
pembelajaran dan proses belajar.
Adapun teori Piaget tentang perkembangan kognitif yaitu ia membagi
ke dalam beberapa tahapan yaitu Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun ),
Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun ), Periode operasional konkret
(7,0 – 11,0 tahun ), dan Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa ).
Sedangkan teori Vygotsky tentang perkembangan konitif yaitu meyakini
bahwa orang-orang dewasa di masyarakat mendorong perkembangan
kognitif anak secara sengaja dan sistematis.Orang dewasa secara
bersinambungan melibatkan anak-anak dalam aktivitas-aktivitas yang
bermakna dan menantang, dan membantu mereka melakukan aktivitas-
aktivitas tersebut dengan sukses.Vygotsky menekankan pentingnya
masyarakat dan budaya dalam mendorong pertumbuhan kognitif sehingga
teorinya terkadang disebut sebagai perspektif sosialkultural (sociocultural
perspective).

18
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan
berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan khususnya juga para
pembaca pada umumnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dahar Ranta Willis Pof. Dr.M.SC.1989. teori-teori belajar.Jakarta : Erlangga

Dr. H. Syamsul Yusuf LN. 2008.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung,

Drs. Alex Sobur.2003 Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung

Drs. H. A bu Ahmadi. 2009.Psikologi Umum, PT. Reneka Cipta, Jakarta

F. J. Monks A. M. P. Knoers dan Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan,


Gajah Mada University Press, Jogjakarta, 2006

Harum. 2010. http://nanibagas.wordpress.com/2010/05/31/fungsi-otak-dalam-


pembelajaran/. 2 Oktober 2014

M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S. 2011.Teori-Teori Psikologi, Ar Ruzz


Media, Yogjakarta

Prof. Dr. H. Baharuddin.2009.Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Ar Ruzz


Media, Yogjakarta,

Yelli foliate. http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/19/bagaimana-peran-otak-


dalam-pembelajaran-423256.html. 2 Oktober 2014

20

Anda mungkin juga menyukai