PSIKOLOGI UMUM
“KONSEP BERPIKIR”
Kelompok 7:
1. Listyowati (126308211084)
2. Adinda Fuadila Alhumairoh (126308212091)
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. Proses Terjadinya Komponen Dasar Berpikir.................................................5
B. Proses kognitif dalam pemecahan masalah.....................................................6
C. Proses kognitif dalam mengambil keputusan................................................10
D. Berpikir kritis dan kreatif..............................................................................13
Hakekat Penalaran..................................................................................................14
Logika......................................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................18
A. Kesimpulan....................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
kita panjatkan puja dan puji syukur kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayat-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dalam rangka menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca serta
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor UIN SATU Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan kepada kami menuntut ilmu di universitas ini.
2. Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Psikologi
Umum yang telah mengajar dan memberikan pengarahan kepada kami.
3. Teman-teman PI 2-B yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan pengetahuan,
rujukan, serta sumber bacaan membuat makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk membangun
makalah ini dan menutupi kekurangannya. Semoga makalah ini dapat membantu
proses pembelajaran khususnya dalam mata kuliah Psikologi Umum dan dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk Tuhan, manusia memiliki kelebihan atau kualitas
yang membedakannya dengan makhluk lain seperti hewan atau tumbuhan.
Manusia memiliki akal dan kemampuan berpikir. Melalui berpikir, manusia
dapat menghasilkan pengetahuan yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Orang dapat berpikir dan berbicara berdasarkan akal.
Melalui berpikir, orang dapat mengungkapkan perasaannya, memecahkan
masalah yang dihadapinya, dan mampu menerima pikiran orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya kompenen dasar berpikir?
2. Bagaimana terjadinya proses kognitif dalam pemecahan masalah?
3. Bagaimana terjadinya proses kognitif dalam mengambil keputusan?
4. Apa saja faktor - faktor dalam berpikir kritis dan kreatif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses berpikir terjadinya komponen
dasar berpikir
4
4. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam berpikir kritis dan kreatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Terjadinya Komponen Dasar Berpikir
Seseorang harus mempunyai pemikiran yang logis setiap kali
melakukan suatu aktivitas. Tanpa pemikiran yang logis, seseorang tidak dapat
melakukan aktivitas dengan baik dan benar. Oleh karena itu, berpikir logis
adalah salah satu kualitas manusia yang universal. Dikutip oleh edubloxtutor,
berpikir logis adalah proses di mana seseorang secara konsisten menggunakan
argumen untuk sampai pada suatu kesimpulan. Masalah atau situasi yang
melibatkan pemikiran logis membutuhkan struktur untuk menghubungkan
fakta dan rantai penalaran yang "masuk akal". Setiap orang memiliki tingkat
pemikiran logis yang berbeda berdasarkan pemahaman dan pengetahuan orang
tersebut. Berpikir logis memiliki aturan atau prosedur yang harus diikuti
seseorang agar dapat berpikir dengan baik dan jernih. Salah satu syarat untuk
berpikir jernih dan benar, atau yang disebut dengan berpikir logis, adalah
memenuhi komponen dasar berpikir. Istilah komponen berarti bagian atau
elemen dalam suatu sistem, seperti komponen komputer. komponen seperti
layar, keyboard, CPU dan lain-lain. Seperti komputer, pemikiran logis
memiliki komponen yang perlu dilengkapi.
Komponen-komponen Berpikir Logis
Dalam buku “Epistemologi dan Logika Pendidikan” yang ditulis oleh
Arif Rohman dkk. Berpikir logis memiliki tiga komponen. Ketiga komponen
tersebut adalah pengertian (concept), keputusan (decision), dan penalaran
(reasoning). Pengertian adalah menangkap esensi dari suatu objek atau
peristiwa. Arti lainnya dari memahami adalah konsep. Konsep adalah
gambaran menyeluruh dari suatu objek atau peristiwa. Rumusan makna atau
konsep itu muncul. Rumusan adalah rasa ingin tahu tentang sesuatu.
Keputusan atau konsep mengarah pada definisi. Keputusan adalah tindakan
seseorang untuk mengakui atau menolak sesuatu. Keputusan setiap orang
didasarkan pada hasil tindakan pikiran manusia. Penalaran adalah proses
5
manusia untuk sampai pada kesimpulan dari sesuatu atau hal-hal yang sudah
Anda ketahui. Apa yang Anda ketahui sebelumnya adalah sebuah data. Data
tersebut akan mengarah pada kesimpulan atau pendapat baru yang sebelumnya
tidak diketahui. Data merupakan fakta empiris yang sebelumnya diketahui
kebenarannya. Hubungan antara pemahaman, keputusan dan penalaran sangat
erat. Tanpa salah satu komponen tersebut, hasil berpikir tidak dapat ditentukan
oleh logika manusia pada umumnya. Dalam berpikir logis, komponen-
komponen ini harus berurutan. Dalam proses berpikir logis, terdapat pendapat
yang diyakini benar atau telah terbukti kebenarannya. Sangat penting untuk
berpikir logis tentang apa yang dilakukan manusia agar semua tindakan mudah
dipahami oleh indra manusia lainnya..1
1
https://Tirto.id/syarat-berpikir-logis-dan-komponen-komponen-dasar-f5Hd
6
144). Menurut Evans (1991), pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang
berkaitan dengan pemilihan jalan keluar atau bentuk tindakan yang tepat dan
perubahan dari keadaan saat ini (current state) ke keadaan yang diharapkan
(future state atau tujuan yang diinginkan).
Menurut pendapat Greeno (dalam Ellis and Hunt, 1993) masalah atau
problem dapat dikelompokkan menjadi tiga macam berdasarkan proses-proses
kognitif yang terlibat dalam pemecahan masalah:
a. Inducing Structured Problem
Jenis masalah ini meminta seorang untuk menemukan pola
yang akan menghubungkan elemen-elemen masalah, antara satu
elemen dengan yang lain. Salah satu contoth merupakan analogi
verbal: Garam: Asin: Gula:..? untuk bisa memecahkan masalah ini
seseorang harus menemukan bagaimana pola interaksi antara garam
dan asin (yaitu rasa), kemudian bagaimana apabila interaksi rasa ini
diterapkan pada gula (jawabannya merupakan manis).
b. Transformation Problemi
Jenis masalah ini merupakan seorang harus memanipulasi atau
mengubah objek objek dan simbol-simbol dari aturan tertentu agar
diperoleh suatu pemecahan. Contoh masalah ini merupakan
memecahkan soal aljabar orang harus mengubah kalimat-kalimat pada
bentuk persamaan (simbol dan hilangan) tertentu. Contoh untuk
memecahkan masalah soal ini seseorang harus mengubahnya menjadi
berikut:
(jumlah pelamar)=2x (jumlah pekerjaan)
Jumlah pekerjaan = 5
Y = 2x5
Y = 10.
c. Arrangement Problem
Jenis masalah ini merupakan seorang harus mengatur atau
menyusun ulang elemen-elemen suatu tugas agar diperoleh
pemecahan. Semua elemen tugas disebutkan kemudian seseorang harus
menyusun ulang berdasarkan cara-cara tertentu yang bisa mencapai
pemecahan Contoh soal angram kata: mengganti susunan alfabet "D-
A-U-K" sebagai nama seekor binatang. Untuk menemukan kata yang
7
sebenarnya, seseorang harus menyusun ulang alfabet -alfabet yang
terdapat itu, sehingga bisa diperoleh istilah KUDA.
Dalam kegiatan untuk memecahan banyak pendapat yang dikemukakan
oleh para ahli, salah satu misalnya yang dikemukakan oleh Polya. Polya
(1973) mendefinisikan pemecahan kasus menjadi usaha untuk mencari jalan
keluar menurut suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat
dicapai. Menurut Polya terdapat empat langkah pada pemecahan kasus, yaitu:
1. Memahami masalah
Dalam tahap ini, masalah wajib benar benar dipahami,
misalnya mengetahui apa yang tidak diketahui, apa yang telah
diketahui, apakah kondisi yang ada cukup atau tidak cukup untuk
menentukan yang tidak diketahui, adakah yang berlebih-lebihan atau
adakah yang bertentangan, menentukan suatu gambaran masalah,
menggunakan notasi yang sesuai.
2. Membuat rencana pemecahan masalah
3. Melaksanakan rencana
Pada tahap ini planning dilaksanakan, periksa setiap langkah
sebagai akibatnya bisa diketahui bahwa setiap langkah itu benar dan
dapat membuktikan setiap langkah benar.
4. Memeriksa kembali pemecahan yang telah didapatkan
Pada tahap ini dapat diajukan pertanyaan seperti: dapatkah
menyelidiki output, dapatkah menyelidiki alasan yang dikemukakan,
apakah diperoleh output yang berbeda, dapatkah melihat sekilas
pemecahannya, dapatkah menggunakan pemecahan yang telah
diperoleh atau metode yang telah digunakan untuk kasus lain yang
sama.
Adapun metode atau strategi pemecahan masalah meliputi (Suharnan, 2005),
yaitu:
8
1) Algoritmik
Suatu strategi yang menjamin ditemukan suatu pemecahan.
Algoritmik bersifat deterministik. Contoh strategi algoritmik: inovasi
secara acak (random search) baik sistematis maupun tidak sistematis.
Metode inovasi secara acak hanya efisien dalam ruang masalah yang
sempit.
2) Heuristik
Heurustik adalah proses penggunaan pengetahuan seorang
untuk mengidentifikasi sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh
dan dipercaya menjanjikan bagi inovasi pemecahan suatu masalah.
Strategi yang bersifat kecenderungan dan masih mengandung
kemungkinan gagal. Tetapi kebanyakan sehari-hari orang banyak
menggunakan strategi heuristik. Heuristik bersifat probalistik.
Pendekatan heuristik dalam ruang lingkup yang lebih luas. Contohnya:
metode kedekatan, pengujian hipotesis, membagi masalah sebagai
bagian-bagian yang lebih kecil, metode pencarian menggunakan
langkah maju atau mundur, analogi atau pencocokan.
3) Proximity Methods
Seseorang menempuh jalan atau cara yang dipersepsi lebih
mendekati tujuan yang diinginkan.
4) Analogi
Analogi adalah cara sering dipakai orang, terutama hal ini
sangat bermanfaat bagi masalah yang relatif baru. Analogi dapat
dilakukan menggunakan cara membandingkan pola masalah yang
tengah dihadapi menggunakan pola perkara serupa yang pernah
dialami baik orang yanhg bersangkutan atau orang lain.
5) Maching
Seseorang memahami situasi yang tengah dihadapi
menggunakan tujuan yang diinginkan.
6) Generate-Test Method
Pemecahan masalah membutuhkan dua tahapan proses.
Pertama, satu cara atau strategi pemecahan yang paling memungkinkan
dicari atau didapatkan. Kedua, gagasan pemecahan yang dihasilkan itu
kemudian diuji apakah bisa berjalan menggunakan baik atau efektif.
9
Apabila belum berhasil, akan dicari pemecahan lain yang paling
memungkinkan lalu diuji atau dipraktekkan. Cara seperti ini terus
dilakukan sampai akhirnya ditemukan jalan pemecahan atas masalah
itu.
7) Means-Ends Analysis
Strategi ini memfokuskan perhatian seorang dalam disparitas
antara keadaan yang dihadapi menggunakan keadaan yg diinginkan.
8) Backward Search
Strategi ini dilakukan menggunakan berjalan mundur.
Maksudnya, meminta orang memulai dalam tujuan yang diinginkan
(goal state) dan bergerak mundur menuju dalam keadaan yang
dihadapi semula (original state)
9) Forward Search
Strategi berjalan ke depan. Seseorang mulai menurut kenyataan
yang dihadapi, lalu secara sedikit demi sedikit beralih menuju dalam
tujuan akhir yang diinginkan 2.
2
https://www.academia.edu/22832110/pemecahan_Masalah_perkembangan_kognitif
10
Menurut Acat & Dereli (2012), bagaimana individu membuat
keputusan merupakan sebesar pentingnya keputusan individu mengenai
kehidupan mereka. Proses pengambilan keputusan adalah struktur psikologis
signifikan yang memungkinkan individu untuk menguji dan menemukan
koneksi antara pikiran dan tindakan. Segala sesuatu yang dipikirkan individu
dapat berpengaruh dalam tindakan.
11
tentang tindakan yang akan diambil ; dan 7) mengevaluasi hasil yang
diperoleh sebagai hasil dari keputusan yang dibuat.
Menurut San (2008), beberapa penelitian menemukan faktor yang
lebih efektif dalam pengambilan keputusan. Beberapa peneliti percaya faktor
kognitif efektif, beberapa peneliti percaya faktor emosional efektif dalam
pengambilan keputusan. Di sisi lain, beberapa peneliti percaya bahwa faktor
sosial dan individu berperan dalam pengambilan keputusan. Perspektif yang
berbeda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ini tidak perlu
diperdebatkan karena masing-masing faktor memiliki dasar yang jelas.
Proses pengambilan keputusan yang dikemukan Gitosudarmo dan Sudita
(1997), mereka merangkumnya dalam proses yang lebih rinci, yakni sebagai
berikut:
a. Menentukan tujuan. Penetapan tujuan dan sasaran secara memadai
akan menentukan hasil yang akan dicapai.
b. Mengidentifikasi persoalan. Sebuah syarat yang perlu bagi keputusan
adalah persoalan. Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai
setelah permasalahan diidentifikasi
c. Mengembangkan berbagai alternatif solusi. Sebelum mengambil
keputusan harus dikembangkan beberapa alternatif solusi yang dapat
dilaksanakan dan harus dipertimbangkan konsekuensinya
d. Mengevaluasi alternatif. Setelah alternatif dikembangkan, alternatif
harus dievaluasi dan dibandingkan.
e. Memilih alternatif. Alternatif yang baik adalah dalam hubungannya
dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai
f. Melaksanakan keputusan. Jika salah satu alternatif yang terbaik telah
dipilih, keputusan tersebut harus ditetapkan.
g. Evaluasi. Mekanisme sistim evaluasi perlu dilakukan agar apa yang
diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisasi. Evaluasi
didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pengambilan keputusan dimulai ketika seseorang berada dalam
situasi pengambilan keputusan. Penanganan situasi pengambilan keputusan
yang tepat juga menentukan keberhasilan keputusan. Situasi keputusan
muncul dalam diri seseorang ketika dihadapkan pada suatu masalah dan
berbagai alternatif atau pilihan dalam menanggapinya. Selain itu, ia mulai
12
mempertimbangkan, berpikir, memperkirakan, memprediksi, dan memilih dari
alternatif-alternatif tersebut. Fase penentuan pilihan alternatif yang ada
merupakan fase terpenting dalam proses pengambilan keputusan..3
13
mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap. Penalaran adalah
kemampuan untuk berpikir menurut kerangka berpikir tertentu. Hewan juga
dapat berpikir, akan tetapi mereka tidak bisa berpikir logis. Naluri binatang
jauh lebih sensitif daripada naluri seorang insinyur geologi. Binatang buas
telah mengembara jauh untuk mencari tempat yang aman pada tahun sebelum
gunung berapi meletus.Tetapi hewan tidak dapat memikirkan gejala-gejala
tersebut, seperti mengapa gunung berapi meletus, faktor apa yang
menyebabkannya, apa yang dapat dilakukan untuk mencegahnya. Bahasa
memungkinkan orang untuk mengkomunikasikan informasi dan pemikiran di
balik informasi tersebut. Seekor monyet dapat memberi tahu kelompoknya
bahwa seekor ular mendekat. Namun, monyet-monyet itu tidak mampu
menanamkan pemikiran analitis tentang fenomena pada monyet-monyet
lainnya. Tidak ada seekor anjing pun, kata Bertrand Russell, yang berkata
kepada temannya: "Ayah saya miskin tapi jujur."Dan tidak seekor anjing pun,
kata Adam Smith, yang secara sadar memperdagangkan tulang dengan teman-
temannya karena manusia seperti homo oeconomicus mengembangkan
pengetahuan dalam bentuk ilmu ekonomi. Dua kelebihan yang dimiliki
manusia, yaitu bahasa yang komunikatif dan akal budi yang rasional,
memungkinkan manusia untuk mengembangkan ilmunya. Memang, tidak
semua pengetahuan berasal dari proses berpikir. Karena berpikir tidak hanya
didasarkan pada penalaran. Manusia bukan hanya makhluk berpikir. Selain
berpikir, manusia juga merasakan, secara intuitif. Semua pengetahuan berasal
dari ketiga sumber ini, di samping wahyu yang dihasilkan dari komunikasi
manusia dengan Sang Pencipta..
Hakekat Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan
berupa pengetahuan. Berpikir menghasilkan pengetahuan yang berhubungan
dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Namun, kita harus
menyadari bahwa tidak semua aktivitas berpikir didasarkan pada penalaran.
Berdebat, kemudian, adalah kegiatan berpikir yang memiliki karakteristik
tertentu dalam mencari kebenaran. Sebagai kegiatan berpikir, berpikir
memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu adanya pola pikir atau yang disebut logika dan
bersifat analitis.:
14
1. Logika, pada hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk
penalaran memiliki logikanya sendiri. Atau bisa pula disimpulkan
bahwa aktivitas penalaran adalah suatu proses berpikir logis, dimana
berpikir logis pada sini berkonotasi jamak bukan tunggal. Artinya,
suatu aktivitas berpikir bisa dianggap logis dipandang berdasarkan
suatu nalar tertentu, dan mungkin tidak logis jika dipandang
berdasarkan sudut nalar lain. Hal ini sering mengakibatkan tanda-tanda
yang dianggap sebagai Kekacauan penalaran yang ditimbulkan yang
tidak konsistennya kita pada menggunakan pola berpikir tertentu.
2. Analitik, sebagai sifat proses berpikir nalar. Penalaran adalah suatu
aktivitas berpikir yang menyandarkan diri pada suatu analisis, dan
paradigma yang digunakan untuk analisis merupakan penalaran yang
bersangkutan. Sifat analitik ini adalah konsekwensi berdasarkan
adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir
tersebut maka tidak akan terdapat aktivitas analisis. Dikarenakan
analisis dalam hakekatnya adalah suatu aktivitas berpikir menurut
langkah-langkah tertentu. Seperti sudah disampaikan terdahulu, tidak
seluruh aktivitas berpikir mendasarkan dalam penalaran. Berdasarkan
kriteria penalaran tersebut maka dapat dikatakan bahwa tidak seluruh
aktivitas berpikir bersifat logis dan analistis. Berarti cara berpikir yang
tidak termasuk ke pada penalaran bersifat tidak logis & tidak analistis.
Jadi kita dapat membedakan secara garis besar karakteristik-
karakteristik berpikir dari penalaran dan berpikir yang bukan menurut
penalaran. Perasaan adalah suatu penarikan kesimpulan yang tidak
menurut penalaran. Kegiatan berpikir pula terdapat yg nir menurut
penalaran, contohnya intiusi. Intuisi adalah aktivitas berpikir yang non
analitik yang tidak mendasarkan diri pada pola berpikir tertentu.
Berpikir intuitif ini memegang peranan penting pada masyarakat yang
berpikir non analitik, yang kemudian bergalau menggunakan yang
namanya perasaan. Jadi masih terdapat dua kategori cara berpikir,
yakni berpikir analitik yang berupa penalaran, dan cara berpikir non
analitik yang berupa intuisi dan perasaan. Dalam hal penalaran kita
belum berbicara mengenai materi dan dasar pengetahuan. Lantaran
penalaran hanya adalah cara berpikir tertentu. Untuk melakukan
15
aktivitas analisis maka aktivitas penalaran tersebut harus diisi
menggunakan materi pengetahuan yang dari berdasarkan suatu dasar
kebenaran. Pengetahuan yang digunakan pada penalaran dalam
dasarnya bersumber dari rasio dan fakta. Mereka yang berpendapat
bahwa rasio merupakan asal kebenaran menjadikan paham yang
kemudian dijadikan rasionalisme. Sedang mereka yang menyatakan
bahwa fakta yang terungkap lewat pengalaman manusia adalah asal
kebenaran membuatkan paham empirisme.
Logika
Alkisah, terdapat seseorang peneliti yang bergelar profesor ingin
menemukan apa yang sebagai penyebab manusia mabuk minuman keras. Ia
mengadakan penyelidikan menggunakan mencampur berbagai macam brand
minuman keras menggunakan air. Mula-mula ia mencampur air menggunakan
Wiski kemudian diminum maka diapun terkapar mabuk. Setelah siuman ia
mencampur air dengan Manson, termasuk merk-merk minuman luar Negeri
& pada negeri lainnya, dan ternyata campuran campuran itupun
mengakibatkan ia mabuk. Terakhir ia mencampur air menggunakan tuak yang
diminum di pinggir jalan sembari merokok, dan ternyata campuran inipun
mengakibatkan ia mabuk. Berdasarkan penelitian itu maka beliau
menyimpulkan bahwa airlah yang mengakibatkan mabuk. Benar-benar masuk
akal, akan tetapi apakah hal itu tepat ? Penalaran adalah suatu proses berpikir
yang menjadikan pengetahuan. Agar pengetahuan yang didapatkan penalaran
ini memiliki dasar kebenaran maka proses berpikir itu wajib dilakukan
menggunakan cara eksklusif. Suatu penarikan konklusi baru dipercaya valid
[sahih] jika proses penarikan konklusi tersebut dilakukan berdasarkan cara
eksklusif tersebut. Cara penarikan konklusi dimaksud merupakan akal, dimana
akal secara luas dapat didefinisikan sebagai ”cara pengkajian untuk berpikir
secara sahih”. Terdapat banyak cara penarikan kesimpulan, tetapi buat sinkron
menggunakan maksud goresan pena ini yg memusatkan pada berpikir ilmiah
maka masih ada 2 jenis penarikan konklusi yakni dari nalar induktif & nalar
deduktif :
1. Logika Induktif, adalah cara berpikir menarik suatu kesimpulan yang
bersifat generik menurut berbagai macam masalah yang bersifat
16
individual [seperti kesimpulan peneliti humoris]. Misalnya, kita punya
keterangan bahwa kambing punya mata, kucing punya mata, demikian
juga anjing dan berbagai macam hewan lainnya. Dari fenomena-
fenomena ini bisa kita tarik kesimpulan generik bahwa seluruh hewan
memiliki mata. Dua keuntungan menurut akal induktif:
a) Ekonomis, karena menggunakan penalaran deduktif kehidupan
yang beraneka ragam menggunakan banyak corak dan segi bisa
direduksi/dikurangi sebagai beberapa pernyataan. Pengetahuan
yang dikumpulkan manusia bukan adalah koleksi/ deretan
berdasarkan banyak fakta melainkan esensi berdasarkan fakta
fakta tersebut. Demikian pula pengetahuan tidak bermaksud
menciptakan reproduksi berdasarkan obyek tertentu, melainkan
menekankan dalam struktur dasar yang mendasari ujud fakta
tersebut. Pernyataan yang bagaimanapun lengkap & cermatnya
tidak bisa mereproduksi betapa manisnya secangkir kopi atau
betapa pahitnya pil kina. Jadi pengetahuan relatif puas
menggunakan pernyataan elementer yang bersifat kategoris
bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan
misalnya ini telah relatif bagi manusia untuk bersifat fungsional
dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.
b) Penalaran lanjut baik secara induktif juga deduktif. Secara
induktif menurut banyak pernyataan yang bersifat umum bisa
disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi.
Melanjutkan mengenai kesimpulan bahwa seluruh hewan
memiliki mata [induksi binatang] , dan seluruh manusia
mempunyai mata [induksi manusia] maka bisa ditarik konklusi
bahwa seluruh makluk memiliki mata. Penalaran misalnya ini
memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang
menunjuk pada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin
bersifat fundamenta.
2. Penalaran Deduktif, adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari
penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari
pernyataan bersifat umum ditarik kesimpulan bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola
17
berpikir silogismus. Silogismus, disusun dari dua buah pernyataan dan
sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini
disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor
dan premis minor. Pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif
adalah hasil kesimpulan berdasarkan kedua premis tersebut4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir logis adalah proses di mana seseorang menggunakan
penalaran secara konsisten untuk sampai pada suatu kesimpulan. Berpikir
logis mempunyai aturan atau tata cara yang harus dipenuhi seseorang dalam
berpikir lurus dan benar. Salah satu syarat dalam berpikir lurus dan benar atau
disebut dengan berpikir logis yaitu memenuhi komponen dasar dalam berpikir.
Ketiga komponen tersebut yaitu pengertian (concept), keputusan (decision),
dan penalaran (reasoning). Kaitan antara pengertian, keputusan, dan penalaran
sangat erat. Tanpa adanya salah satu komponen tersebut, hasil dalam berpikir
belum dapat dipastikan sesuai dengan logika manusia pada umumnya.
Pemecahan masalah sendiri artinya adalah suatu pemikiran yang
terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk
suatu masalah yang spesifik. Dalam memecahkan masalah, siswa atau
individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Menurut Polya ada empat
langkah dalam pemecahan masalah yaitu memahami masalah, membuat
rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali
pemecahan yang telah didapatkan. Sedangkan pengambilan keputusan adalah
proses membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Menurut San (2008) beragam penelitian telah ditemukan faktor-
faktor yang lebih efektif dalam pengambilan keputusan. Beberapa peneliti
berfikir bahwa faktor kognitif adalah efektif. Adapun proses pengambilan
keputusan menurut Gitosudarmo dan Sudarmo yaitu sebagai berikut
menentukan tujuan, mengidentifikasi persoalan, mengembangkan berbagai
4
Sumarto “ Pengatar Ke Arah Berpikir Ilmiah” Makalah Seminar Akademik. Jawa Timur 2006.
18
alternatif solusi, mengevaluasi alternatif, memilih alternatif, melaksanakan
keputusan dan evaluasi.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami selaku penyusun masih banyak
kekurangan dalam pengetahuan makalah ini. maka disini kami sebagai
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima
kasih.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, A. P. (2020, Oktober 9). Tirto.id. Retrieved from Syarat Berpikir Logis
dan Komponen-Komponen Dasarnya: https://Tirto.id/syarat-berpikir-logis-
dan-komponen-komponen-dasar-f5Hd
Faizah, N. (2018, mei 12). academia.edu. Retrieved from Pemecahan masalah
Perkembangan Kognitif:
https://www.academia.edu/22832110/pemecahan_Masalah_perkembangan_ko
gnitif
Santosa, Budi. 2010. Kunci Keberhasilan Proses Pengambilan Keputusan
Manajerial. Vo. 8, No. 16, Januari 2010.
21