Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK SERTA PROBLEMATIKANYA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Perkembangan Peserta Didik

Yang diampu oleh Bapak Dr. Diniy Hidayatur Rahman, Spd., M.Pd

Disusun oleh :

ELSYA ATHARINA MAUDY PUTRI NIM 200131601676

FRANSISKA DEVI NATALIA PUTRI NIM 2001311613718

KHARIZMA PUTRI RONGGOLAWE NIM 200154604108

NANDA DWI YANTO NIM 200311613652

QOSIM JAUHAR YUSUF NIM 180511625518

ZIA FAUZIAH NIM 2001544044085

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perkembangan Kognitif Peserta Didik Serta Problematikanya” ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik di Universitas Negeri Malang.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
sebagai penulis meminta kritik dan saran yang membangun agar nantinya makalah ini dapat
menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya serta kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing kami.

Malang, 2 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian Teori Kognitif............................................................................................3
B. Teori tentang Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Peserta Didik............................4
C. Problematika yang Terjadi Pada Peserta Didik Mengenai Kemampuan Kognitif.....11
BAB III.................................................................................................................................13
PENUTUP............................................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan berpikir yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu anugerah yang
patut kita syukuri dari pemberian Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa kita sadari setiap hari
bahkan setiap waktu kita selalu menggunakan pola pikir kita untuk melakukan banyak
hal. Mulai dari hal-hal sederhana sampai hal yang kompleks. Kemampuan berpikir yang
dimiliki oleh setiap manusia pastinya memiliki porsi yang berbeda-beda, namun tetap
setiap manusia memiliki ciri khas masing-masing dalam berpikir atau menyampaikan
hasil pemikirannya. Membahas tentang berpikir, dalam dunia psikologi terdapat suatu
teori yang bernama teori kognitif. Teori kognitif berasal dari kata “Cogitare” yang
artinya berpikir. Dalam psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan, teori
kognitif membahas tentang pengertian, pemahaman, pengolahan informasi, berpikir,
pertimbangan, perhatian dan sebagainya.

Teori kognitif ini muncul karena adanya beberapa para ahli yang belum puas
dengan temuan teori behavior. Teori kognitif ini merupakan bentuk nyata dari teori
behavior yang terlalu sederhana dan kurang masuk akal menurut beberapa ahli. Teori
kognitif bukan hanya dilihat atau dipantau dari sebuah penguatan saja, melainkan
adanya tindakan memikirkan situasi dimana tingkah laku tersebut akan terjadi. Dalam
praktiknya, teori kognitif ini terwujud dalam beberapa tahap-tahap perkembangan yang
terjadi, yang dikemukakan dalam teori para ahli seperti Jean Piaget, Jerome Brunner
dan Vygotsky. Penjelasan lebih dalam mengenai pengertian teori kognitif, teori tentang
tahap-tahap perkembangan kognitif dan problematika peserta didik mengenai
kemampuan kognitif akan dijelaskan dalam makalah ini yang berjudul “Perkembangan
Kognitif Peserta Didik Serta Problematikanya”.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari teori kognitif?


2. Apa saja teori-teori yang menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan kognitif
pada peserta didik?
3. Apa saja problematika yang terjadi pada peserta didik utamanya dalam kemampuan
kognitifnya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui serta memahami pengertian dari Teori Kognitif.


2. Untuk mengetahui apa saja teori yang menjelaskan tentang tahap-tahap
perkembangan kognitif pada peserta didik.
3. Untuk mengetahui apa saja problematika yang dihadapi peserta didik utamanya
dalam kemampuan kognitifnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Kognitif

Kognitif atau “cognitive” berasal dari kata “cognision” yang memiliki arti
pengertian, mengerti. Kognitif juga memiki arti kemampuan manusia yang digunakan saat
berpikir, memahami, menguhubungkan serta menilai sesuatu hal yang terjadi dalam
kehidupannya. Menurut (Gagne, 1976:71) pengetahuan kognitif adalah suatu proses yang
terjadi di dalam sistem syaraf manusia saat mereka sedang berpikir. Menurut Terman
kognitif adalah kemampuan berfikir secara abstrak. Dalam ajaran islam, dijelaskan bahwa
manusia pada waktu dilahirkan tidak memiliki kemampuan serta tidak mempunyai
pengetahuan apapun, namun Allah membekali manusia dengan memberinya kemampuan
penginderaan dan hati nurani untuk mendapatkan pengetahuan. Penjelasan tersebut telah
dijelaskan dalam Alquran Surat An-Nahl/16-78 yang berbunyi :

‫هّٰللا‬
‫ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم‬TUِٕ‫ار َوااْل َ ْفٕـ‬ َ ‫ ۙا َّو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َوااْل َب‬Tdًٔ‫م ِّم ۢ ْن بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َش ْئـ‬Tْ ‫َو ُ اَ ْخ َر َج ُك‬
َ ‫ْص‬
َ‫تَ ْش ُكرُوْ ن‬

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani
agar kamu bersyukur”. Maka dari itu, dengan diberikannya kemampuan oleh Allah SWT,
mengharuskan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang semua Allah berikan, termasuk
pengetahuan, cara berpikir dll.

Perkembangan kognitif atau perkembangan berpikir manusia menurut beberapa ahli


psikologi dinyatakan berkembang karena dua hal. Yang pertama berkembang karena
beriringan dengan pertumbuhan umur manusia tersebut. Yang kedua, berkembang
dikarenakan lingkungan sosial manusia tersebut. Perkembangan kognitif pada manusia
sudah ada semenjak bayi, meskipun potensi untuk berkembang di setiap manusia itu
berbeda-beda. Tujuan adanya pengembangan kognitif pada anak atau peserta didik adalah
untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak atau peserta didik dalam proses belajar

3
4

mengajar di rumah, sekolah dll., selain itu juga dapat menguatkan kemampuan peserta
didik dalam menyelesaikan masalah, membantu mengembangkan kemampuan logika angka
dan pengetahuan, memiliki kemampuan memilah-milah mana yang benar mana yang salah
dan menjadikan anak atau peserta didik memiliki kemampuan berfikir teliti (Zainal Aqib,
2009:81).

B. Teori tentang Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Perkembangan kognitif merupakan proses perkembangan pola pikir manusia yang


terbentuk di dalam sistem syaraf setiap manusia. Dengan adanya perkembangan pemikiran
yang terjadi dan terus berkembang, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai
perkembangan kognitif yang terjadi pada manusia yang dimulai pada waktu manusia
tersebut lahir. Beberapa teori perkembangan kognitif peserta didik dikemukakan oleh
beberapa ahli seperti, Jean Piaget, Brunner dan Vigotsky.

a) Teori Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget

Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980) mengatakan bahwa
anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin
bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-
gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka
terhadap dunia. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian.Penyesuaian
kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi, dan
pengorganisasian merupakan proses pencocokan hasil praktek dengan
infromasi/teori yang anak dapatkan atau disebut asimilasi. Piaget mengatakan
bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia.
Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut.

1. Tahap Sensorimotorik (sensorimotor stage) yang terjadi dari usia 0-2 tahun,
ini merupakan tahap pertama pandangan Piaget. Pada tahap ini,
5

perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan


bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti
melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan
fisik yang dilakukan oleh sang bayi. Setelah mencapai umur 2 tahun, sang
bayi akan mencapai titik kompleks dari sensorimotorik nya, yaitu dengan
membayangkan sesuatu dan memanipulasinya dengan gerakan tangannya.
2. Tahap Preoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2-7
tahun, merupakan tahap kedua Piaget. Pada tahap ini anak mulai melukiskan
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran
egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu
ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan
perspektif orang lain, dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi
dirinya. Animisme adalah upaya sang anak untuk mengenali lingkungan
sekitarnya, biasanya akan didasarkan dengan perilaku peniruan terhadap
orang di sekitarnya. Intuitif adalah proses sang anak mulai bisa
menyimpulkan sesuatu namun masih belum bisa juga untuk mengatakannya.
3. Tahap Operasional Konkrit (concrete operational stage) berlangsung dari
usia 7-11 tahun, merupakan tahap ketiga Piaget. Pada tahap ini anak dapat
melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh
pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau
konkrit. Proses-proses yang terjadi kepada anak selama tahapan ini
berlangsung adalah :
i. Pengurutan, kemampuan sang anak mengurutkan objek
berdasarkan ukurannya. Contoh : bila terdapat benda kecil
dan besar, maka mereka akan belajar mengurutkan benda
tersebut dari kecil ke besar.
ii. Classification, kemampuan sang anak untuk memberi nama
atau mengidentifikasi serangkaian benda yang ada
dihadapannya.
6

iii. Decentering, kemampuan sang anak untuk


mempertimbangkan suatu permasalahan dan juga bagaimana
cara penyelesaiannya.
iv. Reversibility, kemampuan sang anak mengetahui jumlah
suatu barang atau benda yang dapat diubah, namun juga dapat
kembali keadaan awal. Contoh: 3+3 = 6 dan 9-3 = 6.
v. Konservasi, kemampuan memahami kuantitas, panjang atau
jumlah suatu benda.
4. Tahap Operasional Formal (formal operational stage) terjadi pada usia 11-
15 tahun. Merupakan tahap keempat dan terakhir dari Piaget. Pada tahap ini,
individu sudah dapat memikirkan apa yang akan terjadi nantinya, melampaui
dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak
dan lebih logis. Salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah
satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang
berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak.
b) Teori Perkembangan Kognitif Menurut Jerome Brunner

Jerome Brunner adalah seorang ahli psikologi terbaik di dunia kedua. Brunner juga
merupakan ahli psikologi di bidang kognitif. Brunner lahir pada tanggal 1 Oktober
1915 di New York. Sebagai tokoh kognitivisme menurutnya belajar bukan hanya
sekedar untuk pembentukan tingkah laku saja, tetapi sebagai fungsi untuk
membentuk proses kognitif lainnya seperti membangun ingatan, retensi lupas,
pengolahan informasi dll. Selain itu Brunner juga memiliki pandangan lain
mengenai proses belajar, yaitu langkah-langkah bagaimana orang memilih,
mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Dengan begitu
dapat disimpulkan bahwa teori kognitif Bruner berpusat pada masalah apa yang
dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang akan
dilakukannya sesudah memperoleh informasi untuk mendapatkan pemahaman yang
memberikan kemampuan tersendiri baginya. Jerome Bruner dalam menyusun teori
perkembangan kognitif dengan memperhitungkan enam hal, yaitu sebagai berikut :
7

1. Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variansi respon


terhadap stimulus.

Anak yang pada mulanya berada dalam kendali stimulus, belajar


membebaskan diri dari stimulus. Ketika anak itu memperoleh sistem bahasa,
mereka belajar memediasi hubungan antara stimulus dan respon. Dengan
mediasi itu, anak belajar membedakan gratifikasi, memodifikasi respon, dan
memiliki respon yang sama walaupun stiulusnya berubah-ubah.

2. Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem


pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita.

Anak-anak tidak dapat memprediksikan atau mengeksplorasi hasil yang


akan dicapai apabila mereka tidak belajar sistem simbol yang mencerminkan
dunia. Oleh karena itu, untuk memahami pengalaman yang ada di luar
dirinya anak memerlukan representasi mental tentang dunia di sekitarnya.

3. Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk


mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain. Melalui kata-kata atau
simbol, mereka akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan apa yang
akan dikerjakannya. Hal ini menjelaskan adanya kesadaran diri. Tanpa
perkembangan untuk menggambarkan kegiatan masa lalu dan masa depan,
maka tidak akan terjadi perilaku analitik yang diarahkan pada dirinya sendiri
atau terhadap lingkungannya.

4. Interaksi antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan


kognitif. Orang tua, guru, dan anggota masyarakat harus mendidik anak-
anak. Kebudayaan yang ada di masyarakat tidak cukup mampu
mengembangkan perkembangan intelektual anak, sehingga guru harus
menafsirkan dan berbagi kebudayaan dengan anak agar mereka mengalami
perkembangan intelektual.
8

5. Bahasa menjadi perkembangan kognitif. Setiap individu belajar


menggunakan bahasa untuk memediasi peristiwa yang terjadi di dunia.
Kemampuan berbahasa ini menjadi sarana untuk mengaitkan berbagai
peristiwa dalam bentuk sebab akibat.

6. Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan


menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai
kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut
pada berbagai situasi tertentu.

Selain itu Brunner juga memahami perkembangan kognitif lewat tingkah laku yang
memiliki tahap perkembangan masing-masing dan terjadi dalam beberapa waktu. Tahapan
tersebut tergambarkan sebagai berikut :

a. Tahap Enaktif (0-2 tahun)

Pada tahap ini, anak memahami lingkungannya. Misalnya, tidak ada kata yang
membantu orang dewasa ketika mengajar anak berlatih naik sepeda. Belajar naik
sepeda berarti lebih mengutamakan kecakapan motorik. Pada tahap ini, anak
memahami objek sepeda berdasarkan apa yang dilakukannya, misalnya dengan
memegang, menggerakkan, memukul, menyentuh, dan sebagainya.

b. Tahap Ikonik (2-4 tahun)

Pada tahap ini, informasi dibawa anak melalui imageri. Anak menjadi tahanan atas
dunia perseptualnya. Anak dipengaruhi oleh cahaya yang tajam, gangguan suara,
dan gerakan. Karakteristik tunggal pada objek yang diamati dijadikan sebagai
pegangan, yang pada akhirnya anak mengembangkan memori visualnya.

c. Tahap Simbolik (5-7 tahun)

Pada tahap ini, tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu dan pemahaman perseptual
sudah berkembang. Bahasa, logika, matematika memegang peranan penting. Tahap
simbolik ini memberikan peluang anak untuk menyusun gagasannya secara padat,
9

misalnya menggunakan gambar yang saling menghubungkan bentuk-bentuk rumus


tertentu.

Bruner menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang berkembang dari tahap


enaktif ke ikonik dan pada akhirnya ke simbolik. Meskipun demikian, bukan berarti orang
dewasa tidak lagi mengodekan pengalamannya melalui sistem enaktif dan ikonik, namun
karena adanya banyak pengalaman, orang dewasa lebih banyak menggunakan cara berpikir
simbolik dibandingkan dengan enaktif dan ikonik. Implikasi tentang perkembangan
kognitif menurut Bruner dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu
memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak. Hal ini dapat dilakukan
melalui kegiatan wawancara atau pengamatan terhadap objek.

2. Anak, terutama pada pendidikan anak usia dini dana anak sekolah dasar kelas
rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang
dipelajari, misalnya dengan melihat, merasakan, mencium, dan sebagainya.
Pendekatan pembelajaran diskoveri atau pendekatan pembelajaran induktif lainnya
akan lebih efektif dalam proses pembelajaran anak.

3. Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik


minat dan mengembangkan pemahaman anak. Oleh karena itu, pengalaman baru
yang dipelajari anak harus sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki anak.

Dalam pembelajaran, Bruner menggunakan cara belajar discovery learning (belajar


penemuan) yang digagas sesuai dengan pencarian pengetahuan atau ilmu secara aktif yang
dilakukan oleh si pembelajar atau siswa. Adapun hasilnya adalah apa yang ditemukan akan
memberikan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi si pembelajar. Menurut Bruner,
dengan menerapkan cara belajar discovery learning akan memberikan tiga manfaat besar
bagi si pembelajar atau siswa, antara lain:

1. Pengetahuan yang diperoleh akan dapat bertahan lama dan lebih mudah diingat,
dibandingkan dengan cara belajar mendengarkan.
10

2. Hasil belajar yang didapat mempunyai efek transfer yang lebih baik dari hasil
belajar lainnya.

3. Dengan belajar menggunakan metode discovery learning, nalar si pembelajar


akan aktif bekerja dan memiliki peningkatan. Hal ini terjadi karena si pembelajar
dituntut berpikir secara bebas.

Dapat disimpulkan bahwa cara belajar Bruner dalam bingkai kognitif melibatkan tiga
proses yang bersamaan, yaitu sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi baru, artinya adanya penghalusan dan penambahan dari


informasi yang dimiliki seseorang sebelumnya.

2. Transformasi informasi, artinya cara yang dilakukan oleh seseorang dalam


menerapkan pengetahuan barunya yang sesuai dengan tugasnya.

3. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Di sini adanya penilaian


mengenai apakah cara kita memperlakukan pengetahuan sudah cocok dengan tugas
yang ada.

c) Teori Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky

Vygotsky merupakan seorang psikolog asal Rusia yang lahir pada tanggal 17 November
1896. Ia terkenal dengan kontribusinya tehadap teori perkembangan anak. Vygotsky
mengemukakan pendapatnya mengenai teori perkembangan kognitif yang dimana anak-
anak ketika belajar mendapat pengaruh besar dari orang tua dan orang – orang di
sekitarnya. Karena anak – anak ketika diajarkan oleh orang tua dan orang – orang yang
sudah terlatih, maka anak akan lebih memahami dan mengerti apa yang sedang ia lakukan
dan pelajari. Pada teori ini, Vygotsky juga menekankan bagaimana proses – proses
perkembangan mental yang dialami oleh anak. Teori Vygotsky adalah teori kognisi
sosiobudaya yang memfokuskan bagaimana perkembangan kognitif diarahkan oleh budaya
dan interaksi sosial. Jadi, budaya dan interaksi sosial lebih penting dan lebih fokus terhadap
11

perkembangan kognitif pada anak menurut Vygotsky. Teori Perkembangan kognitif yang
dikembangakan oleh Vygotsky yakni :

1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)


Vygotsky mengistilahkan Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) yaitu anak yang
mendapatkan tugas yang dirasa sulit bagi anak untuk dikerjakan sendiri. Akan tetapi
jika dibantu oleh orang dewasa atau oleh orang yang terlatih maka anak dapat
mengerjakan tugas yang dirasa sulit tersebut.
2. Konsep Scaffolding
Vygotsky menjelaskan tentang perubahan dukungan yang dialami oleh anak selama
proses pembelajaran terkait dengan perkembangan kognitif.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, pembicaraan yang dilakukan oleh anak tidak hanya untuk
berkomunikasi saja, melainkan untuk membantu mereka dalam memenuhi
kebutuhan mereka. Karena dengan menggunakan bahasa meskipun bahasa yang
diucapkan belum sempurna, tapi dengan bahasa tersebut sudah mewakili apa yang
diinginkan atau diutarakan oleh anak.

C. Problematika yang Terjadi Pada Peserta Didik Mengenai Kemampuan


Kognitif

Kemampuan kognitif yang dimiliki oleh semua individu khususnya peserta didik
sebelum berkembang dengan baik, pastinya pernah melewati masa-masa labil yang
melibatkan kemampuan kognitif, sosial dan emosional. Hal itu biasanya terjadi pada saat
usia remaja yang berumur 10-17 tahun. Pada masa remaja semua individu banyak
mendapati permasalahan-permasalahan yang digunakan untuk mempersiapkan dirinya pada
tahap dewasa kelak. Namun tak semua remaja dapat melalui permasalahan-permasalahan
yang ia terima itu terselesaikan dengan baik. Mereka ada yang gagal dan juga ada yang
sukses membentuk pribadi yang lebih tangguh dari masa remajanya. Permasalahan-
permasalahan yang muncul pada diri remaja itu disebabkan karena adanya perkembangan
kognitif pada diri mereka. Kemampuan kognitif yang dimiliki seorang remaja
12

menjadikannya memiliki pemikiran yang abstrak, labil, idealis dan terkadang lebih logis
dari umur yang sebelumnya. Terjadinya pemikiran yang abstrak, labil, idealis dan lebih
logis dari umurnya menjadikan para remaja memiliki sebuah kesempatan untuk memilih
keputusan apapun yang sekiranya menurut mereka benar. Walalupun terkadang keputusan
yang mereka ambil itu belum tentu baik untuk kedepannya, namun dari keputusan yang
salah yang mereka ambil itu juga bukan sepenuhnya salah mereka, namun adanya campur
tangan dari orang tua dan lingkungan sekitar yang mendukung peserta didik tersebut. Selain
itu juga, pengaruh perkembangan kognitif pada anak atau peserta didik menjadikan
munculnya sikap egosentrisme atau sifat kepercayaan diri yang besar terhadap orang lain
yang menganggap bahwa orang lain juga menilai dirinya sesuai dengan dirinya menilai
orang lain dengan ekspetasi yang besar. Hal ini dapat menyebabkan anak atau peserta didik
merasa tak terkalahkan, tidak takut akan sanksi hukum masyarakat atau negara, merasa
paling kuat (Sandrock, 2003). Sehingga hal ini menyebabkan banyaknya anak remaja atau
peserta didik yang masih sekolah banyak yang melanggar lalu lintas, peraturan di sekolah
atau masyarakat dll.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori kognitif adalah kemampuan manusia yang digunakan saat berpikir, memahami,
menguhubungkan serta menilai sesuatu hal yang terjadi dalam kehidupannya. Teori
kognitif ini adalah salah satu bentuk nyata dari teori behavior yang dipandang oleh
beberapa ahli kurang masuk akal dan terlalu naif. Para ahli yang mengemukakan
pendapatnya tentang teori kognitif ini ada 3 salah satunya yaitu, Jean Piaget, Jerome
Brunner dan Vygotsky. Mereka merupakan para ahli dalam mengungkapkan pernyataannya
mengenai teori kognitif ini. Jean Piaget mengungkapkan bahwa teori kognitif adalah teori
yang dibangun oleh anak-anak itu sendiri, dengan adanya pemberian gagasan atau
informasi baru terhadap sang anak. Jean Piaget mengklasifikasi kembali teori
perkembangan kognitif yang terjadi pada anak dengan 3 klasifikasi, yakni perkembangan
sensorimotorik, praoperasional dan operasional konkrit. Selanjutnya Jerome Brunner.
Brunner menyatakan bahwa teori kognitif adalah sarana belajar yang bukan hanya
mempelajari tingkah laku saja, melainkan ingatan, retensi lupa, pengolahan informasi.
Brunner juga menyusun teori perkembangan yang diklasifikasikan menjadi tiga bagian
yaitu tahapan enaktif, ekonik dan simboik. Dia juga memberikan sebuah cara agar
pengetahuan yang dimiliki dapat bermanfaat dengan baik, yakni dengan cara belajar
discovery learning. Kemudian yang terakhir, Vygotsky menyatakan bahwa teori kognitif
adalah kognitif anak akan berkembang apabila sang anak bermain dengan orang tuanya
atau sedang berada di lingkungan sekitar. Vygotsky juga mengembangkan pemikiran
kognitif menjadi tiga, yakni konsep zona perkembangan proksimal (ZPD), konsep
scaffolding dan bahasa dan pemikiran. Dengan semakin berkembanganya teori kognitif di
dunia psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan, menjadikan sang anak atau
peserta didik semakin memiliki pengetahuan yang berkembang dan kompleks. Terlepas
dari hal itu, banyak juga permasalahan-permasalahan yang terjadi yang disebabkan oleh
perkembangan kognitif yang masih labil, utamanya pengetahuan kognitif yang dimiliki

13
14

oleh remaja. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi, pengambilan keputusan yang


tak memperhatikan jangka panjang, munculnya pemikiran abstrak, labil dan munculnya
sikap egosentrisme.
DAFTAR PUSTAKAElida, P., & Remaja, P. P. (1991). Perkembangan Peserta Didik. In Dirjen
Dikti: Jakarta.

Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Intelektualita, 3(1), 242904.

M.Pd, S. (2017). Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Vol 1, No 2.


http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:waX5IyOtghUJ:journal.iaincurup.ac.id/index.php/JBK/article/download/331/
pdf+&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id

Maiti, & Bidinger. (1981). Teori Kognitif. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.

Mu’min, S. A. (2013). Teori Pengembangan Kognitif Jian Piaget. Jurnal AL-Ta’dib, 6(1),
89–99. https://ejournal.iainkendari.ac.id

Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. (n.d.). SI Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga.


https://difarepositories.uin-suka.ac.id/35/

Rifa’I, A., A. C. . (2009). Psikologi Pendidikan Anak.

15

Anda mungkin juga menyukai