Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI-TEORI PENGEMBANGAN KOGNITIF

ANAK USIA DINI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengembangan Kognitif

Dosen Pengampu : Nadya Yulianty S.Psi,M.Pd

Disusun oleh

Agni Herlin Apisah (0106.2001.001)

Intan Zahra Annisa (0106.2001.019)

Siti Wahidah (0106.2001.039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

DR KHEZ MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan manusia dengan keadaan
sempurna, memberikan nikmat terbesar yakni iman dan islam serta kesehatan. Shalawat dan salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
sahabatnya, tabi’in dan seluruh umatnya yang istikomah mengikuti tuntunan dan teladannya sampai akhir
zaman.

Atas berkat Allah SWT kami dapat menyelesaikan Makalah Teori-teori Perkembangan Kognitif
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Kognitif.

Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca
maupun penyusun. Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Purwakarta, Maret 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
B. Tujuan.......................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................................6
A. Teori Vygotsky..........................................................................................................................6
B. Teori Piaget...............................................................................................................................7
C. Teori Jerome Bruner....................................................................................................................8
D. Teori David Ausubel.....................................................................................................................9
a. Belajar Bermakna..................................................................................................................9
b. Belajar Hafalan......................................................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
Kesimpulan.....................................................................................................................................11
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………… 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kognitif merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir lebih kompleks dalam
melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Menurut Jean Piaget, pada tahap anak-anak usia sekolah
dasar aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau berbagai kejadian yangpernah
dialaminya. Kemampuan kognitif anak sekolah dasar dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya
persepsi, atensi dan memori.

Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang terhadap suatu objek dan keadaan objektif dengan
bantuan indra.Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai
fenomena, informasi, atau data yang senantiasa mengitarinya. Dalam proses ini, otak manusia yang diberi
informasi tidak merespon secara otomatis. Sebaliknya informasi harus melewati serangkaian proses
kognitif yang melibatkan dimensi kepribadiannya. Sehingga jika berkaitan dengan pendidikan, pendidik
harus memahami gejala persepsi, agar peserta didik mampu memahami informasi dengan mudah.

Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Al-Quran tidak terlepas dari metode. Sebab
metode merupakan teknik guru dalam menyajikan materi agar siswa mampu menyerap dan memahami
dengan mudah. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membangkitkan semangat belajar siswa.
Sehingga siswa akan lebih tertarik dengan materi yang disampaikan guru. Metode pembelajaran Al-Quran
yang sering digunakan diantaranya Iqra’, Tsaqifa, Al-Husna dan Al-Barqi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Teori Vygotsky ?

2. Apa itu Teori Piaget ?

3. Apa itu Teori Jerome Bruner ?

4. Apa itu Teori David Ausubel ?

C.Tujuan

4
1. Mengetahui Teori vygotsky

2. Mengetahui Teora Piaget

3. Mengetahui Teori Jeromi Bruner

4. Mengetahui Teori David Ausubel

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Vygotsky

Lev Semenovich Vygotsky atau yang biasa dipanggil dengan nama Vygotsky merupakan seorang
psikolog yang berkebangsaan Rusia. Beliau lahir di Rusia tanggal 5 November 1896. Pada tanggal 11 juni
1934 beliau menjadi ahli psikolog perkembangan di Uni Soviet. Ia mendasarkan pada psikologi cultural
historis. Vygotsky telah belajar privat pada Solomon Ashpiz dan lulus dari Universitas Negeri di Moskow
tahun 1917. Beliau wafat pada tahun 1934.

6
Perkembangan kognitif menurut Vygotsky merupakan penekanan kepada anak-anak usia dini
secara aktif menyusun pada pengetahuan dan mengembangkan konsep-konsep yang lebih sistematis,
logis, dan rasional. Bagi anak usia dini pengetahuan tentang pengembangan konsep pembelajaran dan
bermain itu sangat penting karena banyak menambah pengetahuan kratifitas pada anak serta kesiapan
mental pada mereka. Jadi, jika anak usia dini belajar perkembangan kognitif dalam teori vygotsky ini
akan lebih banyak bersosial kepada teman dan lingkungan sekitar. Karena pada teori vygotsky ini lebih
bersosialisasi kepada masyarakat.

Teori Perkembangan ada 3 konsep, yaitu :

1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal ( ZPD)

Istilah vygotsky untuk merangkai tugas yang terlalu sulit dikuasai oleh anak usia dini tetapi
dalam teori ini bisa membutuhkan bantuan kepada orang tua, teman sebaya, atau guru atau dia bisa
melakukannya sendiri. Di dalam teori vygotsky ini dalam perkembangan proksimal menekan apakah anak
bisa melakukannya sendiri atau anak membutuhkan bantuan dari orang lain seperti orang-orang di sekitar
yaitu orang tua, guru , atau teman sebayanya.

2. Konsep Scafollding

Konsep scafollding merupakan perubahan tingkat dukungan. Teori perkembangan vygotsky


mendiskripsikan perubahan pada anak usia dini dalam melakukan pembelajaran. Dimana seorang guru
mengajarkan kepada anak usia dini tentang ketrampilan anak. Yaitu seperti melakukan pembelajaran
dengan bermain. Supaya anak juga bisa berfikir logis dan terampil dalam melakukannya serta bisa
memahami apa yang diajarkan oleh gurunya.

3. Bahasa dan Pemikiran

Dalam teori vygotsky ini anak usia dini menggunakan pembicaraan bukan untuk komunikasi
sosial saja tetapi juga membantu anak usia dini dalam mengerjakan tugasnya sebagai murid. Disini anak
harus menggunakan dsn memahami komunikasi berbahasa kepada orang lain. Penggunaan bahasa ini
untuk mengatur diri anak usia dini. Jadi, untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, anak usia dini
lebih dapat memahami dan mempelajari bahasa yang lebih dalam.

Walaupun anak usia dini aktif dalam pembelajaran, anak usia dini juga masih membutuhkan
bimbingan belajar dari guru. Guru sebagai pendidik harus selalu mendampingi anak usia dini dalam
melakukan apapun yang di pelajarinya. Jadi, jika anak usia dini selalu didampingi oleh guru anak usia

7
dini lebih cepat menyerap apa yang sudah diajarkan oleh guru dan mengulanginya lebih mudah jika selalu
didampingi oleh gurunya.

Dalam teori vygotsky mengatakan bahwa pada kebudayaan dalam masyarakat perkembangan
kognitif ini lebih menekankan pada bantuan dari orang dewasa seperti orang tua dan guru yang berada di
sekitar anak usia dini. Disini anak usia dini lebih dibimbing oleh orang terdekatnya teman sebayanya juga
mempengaruhi tetapi selalu ada bimbingan di sekitarnya.

Jadi, orang tua bisa mengontrol anaknya dan tidak usah khawatir terhadap pengaruh-pengaruh dari
teman misalnya. Karena orang tua berada di dekat anak usia dini. Tetapi anak usia dini mempunyai fungsi
mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memusatkan perhatian. Jadi dapat disimpulkan bahwa
teori kognitif pada vygotsky ini mengandung banyak unsur pendidikan anak usia dini serta budayanya.
Teori ini sangat baik bagi pendidikan anak usia dini.

B. Teori Piaget

Jean Piaget lahir di Neuchatel, sebuah kota kecil di Swiss. Piaget memulai karirnya sebagai
seorang ahli biologi, khususnya tentang mollusca (kerang-kerangan). Namun
ketertarikannya pada ilmu pengetahuan dan sejarah ilmu pengetahuan segera diikuti
dengan ketertarikannya pada keong. Karena dia semakin larut dalam penyelidikan bagaimana proses
pikiran yang bekerja dalam sains, akhirnya dia tertarik pula untuk menyelidiki apa sesungguhnya
pikiran itu, khususnya tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini disebutnya dengan
epistemology genetic yang berarti studi tentang perkembangan pengetahuan manusia.5Selanjutnya
Piaget memutuskan untuk mempelajari anak pada tahun 1920 ketika bekerja di Laboratorium Binet di
Paris. Piaget mengemukakan bahwa sejak usia balita, seseorang telah memiliki kemampuan tertentu
untuk mengahadapi objek-objek yang ada di sekitarnya. Kemampuan ini masih sangat sederhana,
yakni dalam bentuk kemampuan sensor motorik.

C. Teori Jerome Bruner


Jerome Bruner merupakan seorang ahli psikologi dari Universitas Havard, Amerika Serikat.
Beliau sangat memberikan dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya
pengembangan berfikir. Jerome Bruner memiliki pandangan perkembangan kognitif manusia, dan
bagaimana manusia itu belajar, atau manusia dapat memperoleh pengetahuan.

Menurut Jerome Bruner perkembangan seseorang terjadi melalui 3 tahapan yang ditentukan oleh
cara melihat lingkungannya:

8
1. Tahap Enaktif (penggambaran benda nyata): peserta didik melakukan aktivitas dalam usaha
memahami lingkungan. Peserta didik juga melakukan observasi dengan cara mengalami suatu realitas.
Contohnya ketika seorang guru memegang beberapa pensil, kemudian guru mengajak muridnya untuk
berhitung menggunakan benda nyata (pensil). Atau juga tahap enaktif ini berbasis tindakan atau
kinestetik.

2. Tahap Ikonik : peserta didik ataupun seseorang sedang memahami objek-objek dunia melalui
gambaran-gambaran atau visualisasi gambar.

3. Tahapan Simbolik : seseorang memahami dunia melalui simbol-simbol, bahasa, logika, matematika,
dll. Di tahap ini peserta didik mempunyai gagasan-gagasan yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika
serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem simbol.

Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran dapat berkesinambungan atau
saling terkait dengan kognitif yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Salah satu teori belajar kognitivisme
yang berkembang adalah Discovery Learning (Metode penemuan) dari Jerome Bruner :

Pembelajaran berbasis lingkungan : pembelajaran ini berkaitan dengan berwawasan lingkungan,


menciptakan perilaku dan kebiasaan untuk mengharvai lingkungannya.

Pembelajaran dengan percobaan : contohnya agar anak bisa memengerti atau mengetahui warna
yang sedang dicampurkan secara bersamaan hingga bisa berubah warna. Dengan cara ada 1 buah bunga
berwana putih kemudian diletakkan di sebuah wadah, kemudian mencampurkan 2 warna yang berbeda ke
dalam wadah yang berisikan bunga. Kemudian ditunggu beberapa menit bunga akan menghasilkan warna
yang berbeda dari campuran kedua warna tersebut.

Pembelajaran pemecahan masalah : anak diajarkan untuk dapat menyelesaikan masalahnya


sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Contohnya memberikan anak usia 4 tahun sebuah alat permainan
yaitu puzzle, dengan catatan potongan puzzle hanya ada 4 atau 5 potong. Kemudian anak pasti akan
mencoba menyusun puzzle tersebut hingga anak itu bisa menyelesaikan permainan tersebut.

D. Teori David Ausubel


David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ausebel memberi penekanan
pada belajar bermakna. Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa
melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Meliputi fakta, konsep, dan

9
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi
dapat dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu
dalam bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk
menemukan sendiri sebagaian atau seluruh materi yang akan diajarkan.Dalam tingkat ke dua siswa
menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya; dalam hal ini
terjadi belajar bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi
baru itu tanpa menghubungkan dengaan pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognitifnya;
dalam hal ini terjadi belajar hafalan.

a. Belajar Bermakna

Bagi Ausebel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam belajar
bermakna, informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsumer yang telah ada. Dalam belajar
bermakna, informasi baru a, b, cdikaitkan pada konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif (subsume
A, B, C).Menurut Ausubel dan juga Novak (1977), ada tiga kebaikan dalam dari belajar bermakna,
Yaitu: (1). Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, (2). Informasi yang
tersubsumsi berakibatkan peningkatan deferensiasi dari subsume subsume, jadi memudahkan
proses belajar berikutnya untuk materi belajar yang mirip, (3). Informasi yang dilupakan sesudah
subsumsiakan mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

b. Belajar Hafalan

Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep konseprelevan atau subsume-
susumer relevan, informasi baru dipelajari secara hafalan.Bila tidak ada usaha yang dilakukan
untuk mengasimilasikan pengetahuan barupada konsep konsep relevan yang sudah ada dalam struktur
kognitif, akan terjadi belajar hafalan.Faktor faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna
menurut Ausubel ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam
suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifatsifat struktur kognitif menentukan validitas
dan kejelasan arti arti yang timbul saat informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif, demikian
pula proses interaksi yang terjadi. Prasyarat belajar bermakna sebagai berikut: (1) materi yang akan
dipelajari harus bermakna secara potensial, (b) siswa yang akan belajar harus bertujuan
melaksanakan belajar bermakna, tujuan siswa merupakan factor utama dalam belajar bermakna.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan
perkembangan otak dan system nervous dan pengalamanpengalaman yang membantu individu untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut

11
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Tahap perkembangan kognitif ada 4,
antara lain : 1. Tahap Sensory Motor ( berkisar antara usia sejak lahir sampai 2 tahun) 2. Tahap Pre-
0perational (berkisar antara 2-7 tahun) 3. Tahap Concrete Operarational (berkisar antara 7-11 tahun)

Teori Vgotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural. Inti dari teori Vygotsky yaitu penekanan
pada interaksi pembelajaran antara aspek internal dan aspek eksternal pada lingkungan social. Menurut
teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep
budaya.

Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang
menjadi dasar dalam cooperative learning. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna
menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu
bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Teori belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan
Konstruktivesme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena,
dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya
asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya
mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.

Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang
diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar
penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-
keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Implikasinya dalam pembelajaran IPA yaitu tujuan belajar dan peran guru dalam pembelajaran. Tujuan
belajar sepenuhnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih
kemampuan intelektual siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan
mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan.

Sedangkan peran guru dalam pembelajaran tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran. Guru
hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar
meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru.

12
DAFTAR PUSTAKA
Yuliani, Nurani Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta: UniversitasTerbuka, 2009.Yusuf LN,
Syamsu, 2012, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung:Remaja Roesdakarya

http://samplingkuliah.blogspot.com/2017/10/teori-belajar-kognitif-ausubel.html

Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran , Yogyakarta; Media Abadi, 2004.

Prastuti, Wahyu Dwi. 2012. Belajar Bermakna David Ausubel. Tersedia:


http://my.opera.com/dhevhe/blog/2012/12/07/belajar-bermakna-david-ausubel. diakses pada tanggal 11
Desember 2017

Winaputra, Udin S dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas terbuka

13

Anda mungkin juga menyukai