Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN DAN MORAL ANAK

USIA DINI
Disusun untuk memenuhi tugas Pengembangan Moral & Nilai-nilai Agama

Dosen pengampu : Bapak Samin Syahidin,M.Pd

Disusun oleh :

Fadillah Nurazizah ( 0106.2001.012 )

Farhah Kamilatun Nuha ( 0106.2001.013 )

Farika Awaliyan Jutifani Joe ( 0106.2001.014 )

Irma Mawaddah Nur ( 0106.2001.021 )

Miljam Khoirul Harisin ( 0106.2001.026)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas membuat makalah ini dapat kami selesaikan.
Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas. Dalam kesempatan
ini, kami menghanturkan terima kasih yang dalam kepada semua pihak yang telah membantu
menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah. Akhirnya saran dan
kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan tugas makalah ini penulis
sangat menghargai.
Kami berharap bahwa ini bisa bermanfaat, dan masih jauh dari kata sempurna ataupun
berkualitas yang begitu sempurna nya, dengan adanya makalah ataupun tugas ini mendorong
kami agar menjadi lebih bertekad dan kuat dalam menanamkan iman yang kokoh. Demikian
yang dapat kami sampaikan, dan mengucapkan segala hormat kepada pihak dosen mata
kuliah ini, dan juga rekan rekan sekalian yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Purwakarta, 20 November 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Pengertian nilai moral dan agama .............................................................. 3
B. Perkembangan keberagamaan anak usia dini ............................................. 6
C. Perkembn=angan moral anak usia dini ...................................................... 8
D. Taha-tahap perkembangan keagamaan anak usia dini ................................ 9
E. strategi dan teknik pengembangan moral AUD ......................................... 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 14
A. Kesimpulan............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia
lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik,
dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual)
motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Masa keemasan pada anak ini tidak dapat dilewatkan begitu saja, karena hanya terjadi
sekali dalam hidup anak. Selain itu, masa keemasan anak ini tidak dapat diulang kembali
dalam hidupnya. Stimulasi-stimulasi yang diperoleh anak pada masa ini akan sangat
berguna bagi kelangsungan hidup di masa mendatang.
Elizabeth Hurlock mengemukakan bahwa lima tahun pertama kehidupan anak
merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami
kebahagiaan pada masa ini, akan dapat melaksanakan tugastugas perkembangan
selanjutnya. Namun apabila anak mengalami tekanan pada usia ini, maka anak akan
mengalami permasalahan pada perkembangan yang selanjutnya.
Dalam perkembangannya, anak memiliki beberapa aspek perkembangan yang harus
distimulasi sejak usia dini. Beberapa aspek yang dapat dikembangkan yaitu aspek
intelektual, fisik motorik, sosial, emosional, bahasa, moral, dan keagamaan. Aspek
perkembangan anak akan optimal apabila mendapatkan stimulasi dari orang-orang
terdekat yang dimulai sejak usia dini. Apabila aspek perkembangan anak tidak distimulasi
sejak dini, maka perkembangannya akan terhambat.
Pengembangan nilai agama dan moral anak mulai dilakukan atau diperkenalkan sejak
usia dini. Sejak lahir, setiap anak mulai dihiasi oleh warna-warni kehidupan sehingga
selama proses perkembangan akan tumbuh kesadraan cinta kasih sebagai fitrah yang
dianugrahkan-Nya. Maka dalam makalah ini akan di jelskan bagaimana perkembangan
keberagamaan dan moral anak usia dini.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian nilai, moral dan agama.
2. Bagaimana perkembangan keberagamaan anak usia dini
3. Bagaimana perkembangan moral anak usia dini
4. Tahap-tahap perkembangan keagamaan anak
5. Strategi dan teknik pengembangan moral AUD
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian nilai, moral dan agama
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan keberagamaan anak usia dini
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan moral anak usia dini.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan keagamaan anak
5. Untuk mengetahui strategi dan teknik pengembangan moral AUD
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian nilai, moral dan agama
1. Pengertian Nilai
Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk
mewujudkannya. nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok
sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin
dicapai (Harrocks, 1976).
Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh
individu untuk menimbang dan memilih alternative keputusan dalam situasi sosial
tertentu (Sunaryo Kartadinata, 1988). Spranger menggolongkan nilai kedalam enam jenis,
yaitu:
a. Nilai teori atau nilai keilmuan yaitu yang mendasari perbuatan seseorang atau
sekelompok orang yang bekerja terutama atas dasar pertimbangan rasional.
b. Nilai ekonomi yaitu suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok
orang atas dasar pertimbangan ada tidaknya keuntungan financial sebagai akibat dari
perbuatannya itu.
c. Nilai sosial atau nilai solidaritas yaitu suatu nilai yang mendasari perbuatan
seseorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan akibat yang mungkin timbul
terhadap dirinya sendiri.
d. Nilai agama yaitu suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar
pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang benar menurut ajaran
agama.
e. Nilai seni yaitu suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok
orang atas dasar keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai pertimbangan
material.
f. Nilai politik atau nilai kuasa yaitu suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang
atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan baik buruknya untuk kepentingan
dirinya atau kelompok.
Nilai adalah suatu yang diyakini, dipercaya, dan dirasakan serta diwujudkan dalam
sikap atau perilak. Biasanya, nilai bermuatan pegalaman emosional masa lalu yang
mewarnai cita-cita seseorang, kelompok atau masyarakat. Moral merupakan wujud
abstrak dari nilai-nilai, dan tampila secara nyata/kongkret dalam perilaku terbuka yang
dapat diamati. Sikap moral muncul dalam praktek moral dengan kategori
positif/menerim, netral, atau negatif/menolak.
Anak yang bersikap positif atau menerima nilai-nilai mora, diekspresiakan dalam
perilaku yang bersimpati dalam berinteraksi dengan nilai dan orang disekitarnya, seperti
mau menerima, mendukung, peduli, dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Sikap
moral yang netral diekspresikan dalam perilaku sikap tidak memihak (mendukung atau
menolak) terhadap nilai yang ada di masyarakat. Siakp moral yang negatif diekspresikan
dalam perilaku menolak yang diwarnai emosi dan sikap negatif seperti kecewa, kesal,
marah, benci, bermusuhan, dan menentang, perhadap nilai moral yang ada di masyarakat.
Pada sikap dan perilaku moral tersirat nilai-nilai yang dianit berkaitan dengan nilai
mengenai sesuatu yang dikatakan baik dan benar, patut, dan seharusnya terjadi. Sikap
moral sebagian besar diteruskan dari generasi ke generasi melalui proses pendidiakan
seumur hidup. Ada nilai-nilai yang perlu dipertahankan, ada yangdiasimilasikan ke arah
kemajuan atau perubahan progresif, tetapi ada juga yang berubah atau bergeser karena
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sebagai guru, anda perlu memahami
perkembangan sikap moral agar dapat membantu peserta didik mengembangkan sikap
moral yang dikendaki, mendidik peserta didik menjadi anak yang baik, dan bersikap
moral secara baik dan benar.
Jadi, nilai adalah suatu yang diyakini, dipercayai, dirasakan dan diwujudkan dalam
sikap/perilaku.
2. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara. Kebiasaan, dan adat.
Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial,
yang dikembangkan oleh sikap moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah
peraturan prilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral
inilah yang menentukan pola perilaku yang diharapkan bagi seluruh anggota kelompok.
Menurut Piaget ( Silinungan, 1997 ), hakikat moralitas adalah kecenderungan
menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohnlberg (gnarsa, 1985)
mengemukakan bahwa aspek moral merupakan proses internalisasi nilai/norma
masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan
diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupannya. Jadi, perkembangan moral
mencakup aspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik/buruk atau benar/salah, dan
aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu dipraktekan. Piaget mengajukan
perkembangan moral, yang di gambarkan pada aturan permainan. Menurut beliau hakekat
moralitas adalah kecenderungan menrima dan menati sistem peraturan.
3. Pengertian Agama
Menurut Zakiyah Darajat ( dalam di Lilis Suryani dkk.,2008 : 1.9 ), agama suatu
keimanan yangdiyakini oleh pikiran, diperaspkan oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam
tindakan, perkataan, dan sikap. Perkembanngan nilai nilai agama, artinya perkembangan
dalam kemampuan memahami, mempercayai, dan menjungjung tinggi kebenaran
kebanaran yang berasal dari sang pencipta, dan berusaha menjadikan apa yang dipercayai
sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku dalam berbagai
situasi.
Al-Qur’an menyebutkan bahwa beragama merupakan fitrah manusia, terdapat dalam
QS Ar-Rum (30)
ْ‫ه‬ ِّْ ٰ ْ‫ق‬
َّْ ِ‫للاْْۗ ٰذلِكَْْال ِّديْهْْ ْالقَيِّمْْ َو ٰلك‬ ِْ ‫ْلْلِخَ ْل‬ ْ َ ْْ‫اسْ َعلَ ْيهَا‬
َْ ‫لْتَ ْب ِدي‬ ِّْ ٰ َْْ‫ط َرت‬
ْْ ِ‫للاْالَّت‬
َْ َّ‫يْفَطَ َْرْالن‬ ْ ِ‫ْهْ َحنِ ْيفًاْْف‬
ِْ ‫فَاَقِ ْْمْ َوجْ هَكَْْلِل ِّدي‬
َْ‫لْيَ ْعلَمىْ ن‬ ِْ َّ‫اَ ْكثَ َْرْالن‬
ْ َ ْ‫اس‬
Yang artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam);
(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.
Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui (ar-rum ayat 30)
Rasulullah SAW bersabda : “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang
tuanya yang akan menjadikan ia sebagai yahudi atau nasrani.” Dan imam Ja’far Shadiq
as.menyatakan bhwa fitrah itu berarti Tauhid (mengesakan Allah), Islam dan juga
ma’rifah (mengenal tuhan). (Al-kulani, Al-Kafi Jilid 2, hal 12-13).
Imam khuraini dalam buku 40 haditsnya menambahkan bahwa yang dimaksud dengan
fitrah Allah yang semua manusia tercipta dengannya adalah kondisi dan kualitas pencipta
manusia. Semua manusia, tanpa terkecuai, tercipta dengan fitrah itu sebagai konsekuensi
keberadaannya. Fitrah ini telah terkait erat dengan esensi wujudnya. Fitrah adalah salah
satu rahmat Allah Swt. Yang khusus dianugrahkan kepada manusia. 1

1
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008), cet.2, hlm.19.
B. Perkembangan keberagamaan anak usia dini
Agama memiliki makna ikatan yang harus dipegang dan di patuhi manusia. Ikatan
dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih dari manusia sebagai kekuatan yang gaib
yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, berpengaruh besar dalam kehidupan
manusia.(Rahmat, 2002:12). Untuk menanamkan nilai nilai agama pada manusia, dimulai
sejak usia dini. Agama pada anak usia dini merupakan suatu keyakinan yang dimiliki
anak melalui perpaduan antara potensi bawaan sejak lahir dan pengaruh lingkungan luar.
Sejak anak menghirup udara di bumi, anak sudah membawa potensi spiritual, yang
kelak menjadi perilaku keagamaannya ketika dewasa. Oleh sebab itu perkembangan
agama pada anak usia dini menjadi ikhtiar yang harus diperjuangkan bersama oleh setiap
elemen pendidikan, baik keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Adanya sinergisitas yang
baik akan mengahntarkan pada kemajuan peradaban yang berbasis spiritual integritas.
Perilaku keagamaan adalah suatu pola keyakinan yang ditunjukkan seseorang pada
kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik jasmani, rohani, emosional, dan
religi. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa perilaku keagamaan adalah pemahaman
para penganut agama terhadap kepercayaan atau ajaran Tuhan yang tentu saja menjadi
bersifat religi dan sudah pasti kebenarannya pun bernilai keagamaan. Singkatnya,
perilaku keagamaan adalah perilaku yang didasarkan atas dasar kesadaran tentang adanya
aktifitas keagamaan.(Muhammad Sholikin, 2008:75).
Perilaku keagamaan juga bisa diartikan seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh
keyakinan, seberapa sering pelaksanaan ibadah dan kaidah serta seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianut setiap manusia. Perilaku keagamaan tersebut
ditunjukkan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa,dan membaca kitab suci.(Siti
Naila Fauzia, 2015:304-305) Perilaku keagamaan yang ada dalam diri manusia terkait
banyak atau sedikitnya kepercayaan seseorang kepada Tuhan, kepercayaan akan
keberadaan Tuhan tersebut membuktikan bahwa seseorang memiliki keyakinan
beragama, terdorong untuk melaksanakan perintah dalam agama, berperilaku moral
sesuai tuntunan agama, dan aktifitas keagamaan lainnya.
Berdasarkan beberapa pengertian perilaku keagamaan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku keagamaan adalah suatu pola penghayatan kesadaran
seseorang tentang keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan dalam
pemahaman akan nilai-nilai agama yang dianutnya, dalam mematuhi perintah dan
menjauhi larangan agama dengan keikhlasan hati serta dengan seluruh jiwa dan raga.
Menyikapi perkembangan agama pada anak usia dini, maka ada dua teori yang
mengungkapkan hadirnya keagamaan pada anak usia dini yaitu: Rasa Ketergantungan
(sense of depend) dan Instink Keagamaan.
1. Ketergantungan (sense of depend)
Manusia dilahirkan kedunia ini memiliki empat kebutuhan, yakni keinginan untuk
perlindungan (security dan safety), keinginan akan pengalaman baru (new experience),
keinginan untuk mendapatkan tanggapan (respone) dan keinginan untuk dikenal
(recognition). Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka
manusia sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-pengalaman
yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri
anak.
2. Instink Keagamaan Sejak dilahirkan
Setiap manusia sudah memiliki beberapa instink, diantaranya instink keagamaan.
Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang
menopang kematangan berfungsinya insting itu belum sempurna.(Mansur, 2007:47-48)
Dengan demikian pendidikan agama perlu diperkenalkan kepada anak jauh sebelum usia 7
tahun. Artinya, jauh sebelum usia tersebut, nilai-nilai keagamaan perlu ditanamkan kepada
anak sejak usia dini. Nilai keagamaan itu sendiri bisa berarti perbuatan yang berhubungan
antara manusia dengan tuhan atau hubungan antar manusia.
Kedua teori tersebut dapat dijadikan sebagai landasan bagi orang tua, pendidik, dan
praktisi pendidikan anak usia dini untuk pengembangan nilai agama anak usia dini.
Perkembangan nilai agama pada anak usia dini sendiri sangat dipengaruhi oleh sikap
orang tua terhadapnya sejak ia dilahirkan.
Berikut beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan dalam menentukan
perkembangan nilai agama anak usia dini antara lain:
a. Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang dalam melarang atau
membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Satu perbuatan anak yang dilarang oleh
orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan kembali pada waktu
lain.
b. Sikap orangtua dalam keluarga
Sikap orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi perkembangan nilai agama anak,
yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang keras (otoriter) cenderung
melahirkan sikap disiplin semua pada anak, adapun sikap yang acuh tak acuh, atau sikap
masa bodoh cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang
memperdulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaliknya dimiliki oleh orang tua yaitu
sikap kasih religi, keterbukaan, musyawarah (dialogis), konsistem serta memberikan
teladan yang baik. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut Orang tua merupakan
panutan (teladan) bagi anak, orangtua harus mampu menjadi contoh dan memberikan
contoh, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang
menciptakan iklim yang religious (agamis) dengan cara memberikan ajaran atau
bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami
perkembangan nilai agama baik. (Syamsul Yusuf LN, 2011:133)
Pada anak usia dini, perilaku keagamaan harus benar-benar diperhatikan oleh orang
tua, keluarga, guru dan lingkungan masyarakat. Perilaku keagamaan harus dikenalkan dan
ditanamkan kepada anak sejak dini sebagai upaya menjadikan anak pribadi yang berakhlak
mulia. Adapun penanaman perilaku keagamaan kepada anak dapat dilakukan dengan cara
mengenalkan Tuhan, Malaikat, Nabi, perbedaan perbuatan baik dan buruk serta ganjaran
keduanya dan lain sebagainya.
Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam
meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang
tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semuanya itu secara sadar
atau tidak sadar diresapi anak dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya.
Oleh karena itu untuk mewujudkan seorang anak yang berperilaku keagamaan atau
berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam, maka terlebih dahulu orangtua harus
mampu menjadi contoh dan memberikan contoh yang baik kepada anaknya terkait
perilaku beragama. 2
C. Perkembangan moral anak usia dini
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan
konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain. Selain itu, perkembangan moral dapat juga dikatakan sebagai
perubahan penalaran, perasaan dan perilaku tentang standar benar dan salah.

2
Mdh. Habibu Rahman, M.Pd, Rita kencana, M.Pd., Nurfaizah M.Pd Pengembangan nilai moral dan agama
AUD cetakan pertama, november 2020, hal 12
Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral yang disebut dengan immoral.
Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu,
melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain misalnya dengan orang tua,
saudara, teman sebaya dan guru, anak belajar memahami tentang perilaku mana yang
baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan, tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
sebagainya. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan
yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam
bertingkah laku. Oleh sebab itu mereka akan melakukan suatu tindakan, dimana tindakan
tersebut akan ternilai sebagai tindakan moral yang ternilai baik atau sebaliknya.
Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktivitas
seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi social dan dimensi interpersonal yang
mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik. Dimensi perkembangan moral ini
membahas tentang penalaran moral, perasaan moral, perilaku moral dan kepribadian
moral.
Dalam mempelajari perkembangan sikap moral anak, piaget (sinolungun, 1997)
mengemukakan tiga tahap perkembangan moral sesuai dengan kajian pada aturan dalam
permainan anak.
a. Fase absolut
Dimana anak menghayati peraturan sebagai sesuatu hal yang mutlak, tidak dapat
diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormati (orang tua, guru, anak yang lebih
berkuasa)
b. Fase realitas
Dimana anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Dalam
permainan, anak menaati aturan yang disepakati bersama sebagai suatu
kenyataan/realitas yang dapat diubah asal disetujui bersama.
c. Fase subjektif
Dimana anak memperhatikan motif atau kesengajaandalam memahami aturan dan
gembira mengembangakan serta menerapkan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral.
1. Perubahan dalam lingkungan
Perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang membawa pergeseran nilai moral
serta sikap warga masyarakat ditengah perubahan dapat terjadi kemajuan/kemrosotan
moral. Perbedaan perilaku moral individu sebagian adalah dampak pengalaman dan
pelajaran dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan
hukuman. Ini memacu proses belajar dan perkembangan moral secara berkondisi.
2. Struktur kepribadian
Psiko analisa (freud) menggambarkan perkembangan kepribadian termasuk moral.
Dimulai dengan sistem ID, selaku aspek biologis yang irasional dan tak disadari. Diikuti
aspek psikologis yaitu subsistemego yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan
superego sebagai aspek sosial yang berisi sistem nilai dan moral masyarakat. 3
D. Tahap- Tahap Perkembangan Keagamaan Anak
Perkembangan keagamaan menurut Jalaludin (1996: 66) adalah perkembangan
keagaan pada anak melalui beberapa fase (tingkatan) yaitu:
1. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
2. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
3. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pembagian perkembangan ini Jalaludin memberikan beberapa catatan bahwa
perkembangan agama anak-anak pada dasarnya sudah ada pada setiap manusia sejak ia
dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi kepada sang pencipta. Dalam
terminology Islam, dorongan ini dikenal dengan Bidayat Al- Diniyyat yang berupa
benih-benih keberagamaan yang dianugerahkan tuhan kepada manusia. Dengan adanya
potensi ini manusia pada hakikatnya memiliki agama (Raharjo, 2012:26).
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa dorongan keberagamaan merupakan faktor
bawaan manusia. Dan untuk perkembangan selanjutnya sepenuhnya tergantung dari
pembinaan nilai-nilai agama oleh orang tua. Keluarga merupakan pendidikan dasar bagi
anak-anak, sedangkan lembaga pendidikan hanyalah sebagai pelanjut dari pendidikan
rumah tangga. Kepribadian anak secara total diartikan sebagai kesan menyeluruh tentang
dirinya yang terlihat dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari. Kesan menyeluruh
dimaksudkan sebagai keseluruhan sikap mental dan moral seorang anak yang
terakumulasi di dalam hasil interaksinya dengan sesama dan merupakan hasil reaksi
terhadap pengalaman di lingkungan masing-masing ( Mustafa, 2003 : 87).

3
Ibung, Dian, Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak, Jakarta:PT Elex Media Kompuindo, 2009. Hal 25
Keluarga adalah sumber kepribadian seseorang. Karena di dalam keluarga itulah
ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang. Aspek
genetika diperoleh seseorang dari dalam keluarga. Demikian pula, aspek bawaan dan
belajar dipengaruhi oleh proses yang berlangsung dan sistem yang berlaku di dalam
keluarga. Sistem pembagian peran dan tugas di dalam keluarga juga akan memberi
dampak besar pada proses perkembangan kepribadian seorang anak.
E. Strategi dan teknik pengembangan moral AUD
Pengembangan moral anak usia dini dilkukan agar terbentuk perilaku moral.
Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pad anak usia dini memerlukan
perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai kondisi yng
mempengaruhi dan menentukan perilaku moral. Ada 3 strategi dalam pembentukan
perilaku moral pada anak usia dini, yaitu :
 Strategi latihan dan pembiasaan
 Strategi aktivitas dan bermain
 Strategi pembelajaran
1. Strategi Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan stategi yang efektif untuk membentuk perilaku
tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan pembiasaan
terbentuklah perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anaka dibiasakan untuk
menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki
kebiasaan yang baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya.
2. Strategi Aktivitas Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan
dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil penelitian piaget
( dalam Wantah,2005: 116 ), menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral anak
usia dini terjadi melalui kegiatan bermain.
3. Strategi Pembelajaran
 Pembelajaran moral
Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi
pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai-nilai
dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan
perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan
(Wantah, 2005: 123).
Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti
yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini
ditujukan pada anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi
tahapan perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara
tahapan yang satu dengan lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih banyak
berorientasi pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara
proporsional. Pada anak usia antara 2 – 4 tahun pembelajaran moral lebih diarahkan pada
pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan menghadapi lingkungan.
Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi pembelajaran moral diarahkan pada pembentukan
inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perilaku baik dan
buruk.
 Perkembangan Agama
Adapun dalam pandangan para psikolog agama, perkembangan keberagamaan pada
anak melalui tiga tahapan penting, yaitu sebagai berikut :
- The Fairy Tale Stage (tingkat dongeng). Hal ini ditandai dengan kesenangan anak-
anak bercerita hal-hal yang luar biasa seperti kebesaran, kehebatan, dan kekuatan
Tuhan. Tidak jarang anak membandingkan Tuhan dengan tokoh-tokoh yang ia kenal
seperti Power Rangers.
- The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan). Ini tampak dengan mulai pahamnya anak-
anak tersebut tentang wujud Allah swt sebagai sosok yang Maha Besar dan Maha
Kuat, serta pencipta. Dari sini anak menyadari bahwa kepatuhan kepada-Nya adalah
suatu yang lumrah dan mesti. Inilah yang menyebabkan mereka bergairah mengikuti
acara-acara keagamaan.
- The Individual Stage (Tingkat Individu). Tanda ini terlihat pada sensitivitas
keberagamaan anak. Tahap ini dibagi kepada tiga golongan :
o Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif. Anak takut kemurkaan
Allah; dan neraka; sedangkan orang baik akan dimasukkah surga, sebuah taman
bermain yang indah.
o Konsep ketuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam pendangan yang
bersifat personal (perorangan). Di sini anak ingin meniru Tuhan dan dekat
dengan-Nya; Ingin merasakan sentuhan kasih Tuhan dan menampung internalisasi
kekuatan Tuhan.
o Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik. Tanda ini tampak pada pengakuan
mereka akan pentingnya keadilan. Buruknya perbuatan jahat, sehingga jika
melakukannya anak akan gelisah, bingung, sedih, dan juga malu. 4

4
Budiningsih, Asri, 2004. Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan
bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai
moral dan agama. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam ajaran Islam telah dijelaskan
bagaimana proses pengembangan nili-nilai agama dan moral pada anak usia dini dapat
diterapkan dengan benar.
Pentingnya nilai agama dan moral bagi anak usia dini. dalam hal ini tentu orang tualah
yang paling bertanggung jawab, karena pendidikan yang utama dan pertama adalah
pendidikan dalam keluarga. Keluarga tidak hanya sekedar berfungsi sebagai persekutuan
sosial, tetapi juga merupakan lembaga pendidikan. oleh sebab itu kedua orang tua bahkan
semua orang dewasa berkewajiban membantu, merawat, membimbing dan mengarahkan
anak-anak yang belum dewasa di lingkungannya dalam pertumbuhan dan perkembangan
mencapai kedewasaan masing-masing dan dapat membentuk kepribadian, karena pada masa
usia dini adalah masa peletakan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik,
moral dan agama.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri, 2004. Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa dan
Budayanya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Ibung, Dian, Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak, Jakarta:PT Elex Media
Kompuindo, 2009. Hal 25
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2008), cet.2, hlm.19.
Mdh. Habibu Rahman, M.Pd, Rita kencana, M.Pd., Nurfaizah M.Pd Pengembangan nilai
moral dan agama AUD cetakan pertama, november 2020, hal 12

Anda mungkin juga menyukai