Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

(Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap AUD,SD dan Remaja)


DOSEN PENGAMPU: SRI RATNA SARI T

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1
1. SYALWA DWIVA AYUNI (921862010032)
2. M.REZKY ARDIANSYAH. NS 9921862010033)
3. HASMAWATI (921862010034)
4. IKHLAZUL ANAS (921862010036)
5. SAKINAH MUCHTAR (921862010037)
6. RESKI ARMITA (921862010038)
7. SRI DEVI (921862010040)
8. MUH. SABIR SABRIANTO (921862010041)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


STKIP ANDI MATAPPA PANGKEP
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas nikmat kesehatan dan
Kesempatan yang telah diberikan sehingga makalah yang berjudul Perkembangan Nilai,Moral
dan Sikap  AUD, SD dan Remaja dapat selesai tepat   waktunya.

Makalah ini kami susun berdasarkan buku-buku yang pernah kami  baca,makalah ini
dapat dijadikan acuan bagi teman-teman khususnya kelompok kami  dan umummnya bagi kita
semua dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu kami  mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
tentunya bersifat  membangun demi kelengkapan makalah yang  kami susun.
Akhir kata kami ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada semua pihak yang
menyempatkan diri membuka dan membaca makalah ini semoga dapat bermanfaat.

Pangkajene, 9 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………..3
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………4
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………..4
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………….4
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..5
A. Arti dari Nilai, Moral dan Sikap AUD, SD dan Remaja……………………………………5
B. FaktorYangMempengaruhiNilai,MoraldanSikapAUD,SDdanRemaja…………….15
C. UpayaMenyikapiProblematikaRemaja…………………………………………………………16
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………….17
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………….18

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada tiga konsep yang masing-masing mempuyai makna, pengaruh, dan
konsekuensi yang besar terhadap perkembangan perilaku individu, termasuk juga
perilaku remaja, yaitu nilai, moral dan sikap.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan
sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang
terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Kehidupan modern sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menghasilkan berbagai perubahan,pilihan dan kesempatan,tetapi mengandung
berbagai resiko akibat kompleksitas kehidupan yang ditimbulkan adalah munculnya
nilai-nilai modern yang tidak jelas dan membingungkan anak. Upaya pengembangan
nilai, moral, dan sikap juga diharapkan dapat dikembangkan secara efektif di lingkungan
sekolah.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling, kita harus bisa
memahami pola-pola prilaku masyarakat terutama remaja yang akan kita didik nanti
agar dapat menjadi pribadi teladan yang akan mengajar, mendidik dan memahami
kondisi remaja yang akan kita hadapi.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu arti dari nilai, moral dan sikap anak usia dini, sd dan remaja
b. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap anak usia dini,
sd dan remaja
c. Apa saja upaya meyikapi problematika remaja yang berkaitan dengan nilai, moral
dan sikap

C. TUJUAN
a. Mengetahui apa itu nilai, moral dan sikap anak usia dini, sd dan remaja
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap anak
usia dini, sd dan remaja
c. Mengetahui dan menyikapi problematika remaja yang berkaitan dengan nilai, moral
dan sikap

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai, Moral Dan Sikap


Ada tiga konsep yang masing-masing mempuyai makna, pengaruh, dan
konsekuensi yang besar terhadap perkembangan perilaku individu, termasuk juga
perilaku remaja.

1. Nilai
Dalam kamus bahasa Indonesia, nilai adalah harga, angka kepandaian. Adapun
menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh
individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial
tertentu. 

Dalam perspektif Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada


tatanan nilai-nilai dan kesejahteraan. Meskipun menempatkan konteks sosial
sebagai dimensi nilai dalam kepribadian manusia, tetapi spranger tetap mengakui
kekuatan individual yang dikenal dengan istilah “ roh subjektif” (subjective
spirit) dan kekuatan nilai-nilai budaya merupakan “roh objektif” (objevtive spirit).
Roh objektif akan berkembang manakala didukung oleh roh subjektif, sebaliknya roh
subjektif terbentuk dan berkembang dengan berpedoman kepada roh objektif yang
diposisikan sebagai cita-cita yang harus dicapai.

Menurut Harrocks, Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau


kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai
suatu yang ingin dicapai.

Dalam buku psikologi perkembangan peserta didik oleh Prof. Sinolungan


mengatakan nilai adalah suatu yang diyakini kebenarannya, dipercayai dan dirasakan
kegunaannya, serta diwujudkan dalam sikap atau perilakunya. Jadi, nilai bersifat
normatif, suatu keharusan yang menuntut diwujudkan dalam tingkah laku, misalnya
nilai kesopanan dan kesederhanaan. Misalnya, seseorang yang selalu bersikap sopan
santun akan selalu berusaha menjaga tutur kata dan sikap sehingga dapat
membedakan tindakan yang baik dan yang buruk. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu
dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru kemudian
akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut.

Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan
diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai milik bersama dengan
kelompoknya. Nilai merupakan standar konseptual yang relatif stabil dan emplisit
membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas
dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologisnya.

5
Spranger menggolongkan nilai itu kedalam enam jenis, yaitu:
1. Nilai teori atau nilai keilmuan
Mendasari perbuatan seseorang atau kelompok orang yang bekerja terutama
atas dasar pertimbangan rasional.
2. Nilai ekonomi
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau kelompok orang atas dasar
pertimbangan ada tidaknya keuntungan finansial sebagai akibat dari
perbuatannya.
3. Nilai sosial atau nilai solidaritas
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa
menghiraukan akibat yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri, baik berupa
keberuntungan atau ketidakberuntungan.
4. Nilai agama
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan
kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang benar menurrut ajaran agama.
5. Nilai seni
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau kelompok atas dasar
pertimbangan rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai
pertimbangan material.
6. Nilai politik atau nilai kuasa
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau kelompok orang atas dasar
pertimbangan baik buruknya untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya. 

2. Moral        
Istilah moral berasal dari kata Latin Mores yang artinya tata cara dalam kehidupan,
adat istiadat, atau kebiasaan. Maksud moral adalah sesuai dengan ide-ide yang
umum diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar. Moral
merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam
kehidupannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar
baik-buruk yang ditentukan bagi individu sebagai anggota sosial. Moralitas
merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan
kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan
demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan
keharmonisan.

Perubahan pokok dalam moralitas selama masa remaja terdiri dari mengganti
konsep-konsep moral khusus dengan konsep-konsep moral tentang benar dan salah
yang bersifat umum, membangun kode moral berdasarkan pada prinsip-prinsip
moral individual, dan mengendalikan perilaku melalui perkembangan hati nurani.

6
Tokoh yang paling terkenal dalam kaitannya dengan pengkajian perkembangan
perkembangan moral adalah Lawrence E. Kohlbert (1995). Berdasarkan
penelitiannya, Kohlbert (1995) menarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut:
1. Penilaian dan perbuatan moral pada intinya bersifat rasional.
2. Terdapat sejumlah tahap pertimbangan moral yang sesuai dengan pandangan
formal harus diuraikan dan yang biasanya digunakan remaja untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan moralnya.
3. Membenarkan gagasan Jean Piaget bahwa pada masa remaja sekitar umur 16
tahun telah mencapai tahap tertinggi dalam proses pertimbangan moral.

 Ø Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1. Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2. Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral
sebagai kodeprilaku.
3. Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.

 Ø Tahap-tahap perkembangan moral yang sangat dikenal diseluruh dunia adalah


yang dikemukakan oleh Lawrence E. Kohlbert (1995), yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat Prakonvensional
        Tingkat prakonvensional adalah aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral
masih ditafsirkan oleh individu/anak berdasarkan akibat fisik yang akan diterimanya
baik berupa sesuatu yang menyakitkan atau kenikmatan.
Tingkat prakonvensional memiliki dua tahap, yaitu:
     Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan
Pada tahap ini, akibat-akibat fisik pada perubahan menentukan baik buruknya tanpa
menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-
mata menghidari hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkannya.
     Tahap 2: Orientasi relativis-instrumental
Pada tahap ini, perbuatan dianggap benar adalah perbuatan yang merupakan cara
atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga
kebutuhan orang lain. Hubungan antarmanusia diipandang seperti huubungan di
pasar yang berorientasi pada untung-rugi.
2. Tingkat Konvensional
        Tingkat konvensional atau konvensional awal adalah aturan-aturan dan
ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga,
kelompok, atau masyarakat.
Tingkat konvensional memiliki dua tahap, yaitu:
Tahap 3: Orientasi kesepakatan antara pribadi atau desebut orientasi “Anak Manis”

7
Pada tahap ini, perilaku yang dipandang baik adalah yang menyenangkan dan
membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka.
Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban
Pada tahap ini, terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap, penjagaan
tata tertib sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban
sendiri, menhormati otoritas, aturan yang tetap, dan penjagaan tata tertib sosial
yang ada. Semua ini dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dalam dirinya.
. Tingkat Pascakonvensional, Otonom, atau Berdasarkan Prinsip
        Tingkat pascakonvensional adalah aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan
moral dirumuskan secara jelas berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral yang
memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau
orang yang berpegang pada prinsip tersebut dan terlepas pula dari identifikasi diri
dengan kelompok tersebut.
Tingkat pascakonvensional memiliki dua tahap, yaitu:
Tahap 5: Orientasi kontrak sosial legalitas
Pada tahap ini, individu pada umumnya sangat bernada utilitarian. Artinya
perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran
individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh masyarakat.
Pada tahap ini terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai dan
pendapat pribadi sesuai dengan relativisme nilai tersebut. Terdapat penekanan atas
aturan prosedural untuk mencapai kesepakatan, terlepas dari apa yang telah
disepakati secara konstitusional dan demokratis, dan hak adalah masalah nilai dan
pendapat pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandang legal, tetapi
dengan penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan
pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. Di luar bidang hukum, persetujuan
bebas, dan kontrak merupakan unsur pengikat kewajiban .
Tahap 6: Orientasi prinsip dan etika universal
Pada tahap ini, hak ditentukan oleh suara batin sesuai dengan prinsip-prinsip etis
yang dipilih sendiri dan yang mengacu kepada komprehensivitas logis, universalitas,
dan konsestensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis, bukan merupakan
peraturan moral konkret. Pada dasarnya inilah prinsip-prinsip universal keadilan,
resiprositas, persamaan hak asasi manusia, serta rasa hormat kepada manusia
sebagai pribadi.
Berdasarkan tingkatan dan tahapan perkembangan moral, kohlberg (1995)
menerjemahkannya ke dalam motif-motif individu dalam melakukan perbuatan
moral. Sesuai dengan harapan perkembangan moral, motif-motif perilaku moral
manusia adalah sebagai berikut:

8
Tahap 1: Perbuatan moral individu dimotivasi oleh penghindaran terhadap
hukuman dan suara hati yang pada dasarnya merupakan ketakutan irasional
terhadap hukuman.
Tahap 2:Perbuatan moral individu dimotivasikan oleh keinginan untuk mendapat
ganjaran dan keuntungan. Sangat boleh jadi reaksi rasa bersalah diabaikan dan
hukuman dipandang secara pragmatis (membedakan rasa takut, rasa nikmat, atau
rasa sakit dari akibat hukuman).
Tahap 3: Perbuatan moral individu dimotivasi oleh antisipasi terhadap celaan orang
lain, baik yang nyata atau yang dibayangkan secara hipotesis.
Tahap 4: Perbuatan moral individu dimotivasi oleh antisipasi terhadap celaan yang  
mendalam karena kegagalan dalam melaksanakan kewajiban dan rasa bersalah diri
atas kerugian yang dilakukan terhadap orang lain.
Tahap 5:Perbuatan moral individu dimotivasi oleh keprihatinan terhadap upaya
mempertahankan rasa hormat terhadap orang lain dan masyarakat yang didasarkan
atas akal budi dan bukan berdasarkan emosi , keprihatinan terhadap rasa hormat
bagi diri sendiri (misalnya, untuk menghindari sikap menghakimi diri sendiri sebagai
makhluk yang tidak rasional, tidak konsisten, dan tanpa tujuan).
Tahap 6:Perbuatan moral individu dimotivasi oleh keprihatinan terhadap sikap
mempersalahkan diri karena melanggar prinsip-prinsipnya sendiri. Individu
cenderung membedakan rasa hormat dari diri sendiri. Selain itu juga dibedakan
antara rasa hormat terhadap diri karena mencapai rasionalitas dan rasa hormat
terhadap diri sendiri karena mampu mempertahankan prinsip-prinsip moral.

3. Sikap Anak Usia Dini


Perkembangan Anak Usia DiniDengan demikian anak akan mampu memegang
pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan berkembang, dan
akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena
adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan
menimbulkan perilaku baru.

Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat menguasaikan kemampuan 


sebagai berikut.

Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak pada masa ini
senang sekali bermain, untuk itu diperlukan keterampilan-keterampilan fisik
seperti menangkap, melempar, menendang bola, berenang, atau mengendarai
sepeda.

9
Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu
yang sedang berkembang. Pada masa ini anak dituntut untuk mengenal dan
dapat memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya. Dapat memelihara
kesehatan dan keselamatan diri, menyayangi diri, senang berolah raga serta
berekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya.

Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut untuk
mampu bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman
sebaya, saling menolong dan membentuk kepribadian sosial

Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca,


menulis dan berhitung. Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah dan
perkembangan belajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar
menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung.

Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.


Agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari
lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari

Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa ini anak dituntut telah
mampu menghargai perbuatan yang sesuai dengan moral dan dapat melakukan
kontrol terhadap perilakunya sesuai dengan moral.

Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur pada masa ini anak


dituntut memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih, merencanakan,
dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tua atau
orang dewasa lain.

Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial. Anak diharapkan


telah memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga dan unit atau kelompok sosial
yang ada dalam masyarakat

4. Sikap Anak SD

a. Perkembangan Intelektual
Intelektual menurut para ahli diantaranya menurut Wechler (1958) merumuskan
intelektual sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan
bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif. Intelektual bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan
suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan

10
kemampuan intelektual. Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemamapuan intelektual atau kemampuan kognitif. Menurut Piaget masa ini
berada pada tahap operasi konkret yang ditandai dengan:
1. Kemampuan mengklasifikasikan benda-benda dengan ciri yang sama.
2. Menyusun atau mengasosiasikan angka-angka atau bilangan.
3. Memecahkan yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikanya berbagai kecakapan yng dapat mengembangkan pola piker atau
daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya, daya cipta,kreatifitas anak
maka anak perlu diberi peluang-peluang untuk bertanya berpendapat atau
menilai tentang berbagai hal tentang pelajaran atau peristiwa yang terjadi di
lingkungan.
Upaya lain yang dapat dilakukan sekolah dalam mengembangkan kreatifitas anak
adalah dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti lomba mengarang,
menggambar dan menyanyi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi perkembangan Intelek

a. Bertambahnya informasi yang disimpan(dalam otak)seseorang sehingga


ia mampu berpikir reflektif.

b. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah


sehingga seseorang bisa berpikir proporsional.

b. Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara
kasar tidaklah diterima. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan
dan mengontrol emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui
peniruan dan latihan (pembiasaan).
Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan
emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan
keluarga yang emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak juga akan
cenderung stabil, namun apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan
emosinya kurang stabil, maka perkembangan emosi anak juga cenderung kurang
stabil.

11
 c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan kematangan dalam
hubungan atau interaksi sosial. Perkembangan sosial juga bisa diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi,
dan moral agama.
Perkembangan sosial pada anak usia SD/MI ditandai dengan adanya perluasan
hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya
(peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap
berpusat kepada diri sendiri (ogosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif)
atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mulai
berminat terhadap kegiatan- kegiatan teman sebaya, dan bertambah kuat
keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok dan merasa tidak
senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat
dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik
yang membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman
sekolah_, maupun tugas yang membutuhkan pikiran.
Tugas-tugas kelompok ini haruslah memberikan kesempatan kepada setiiap
peserta didik atau siswa untuk menunjukkan prestasinya. Dengan bekerja
kelompok, siswa dapat belajar tentang bagaimana cara ia bersosialisasi, bekerja
sama, saling menghormati, bertenggang rasa dan bertanggung jawab.
 
d. Perkembangan Bahasa
Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui
bahasa tangis bahsa mencakup segala bentuk komunikasi baik yang diutarakan
dalam bentuk lisan, tulisan, bahsa isyarat, bahsa gerak tubuh, ekspresi wajah
pantomim atau seni. Bahsa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan
persaan sorang disimbolisasikan agar dapat menyamaikan arti kepada orang lain.
Oleh karena itu perkembangan bahasa dimulai dengan tangisan pertama sampai
anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terdiri atas 2 periode besar
yaitu periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan (1-5 linguistik). Periode linguistik
terbagi terbagi dalam 3 fase besar yaitu :
1) Fase Satu Kata Atau Holofase
Pada fase ini anak menggunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang
kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya perbedaan
yang jelas. Misalkan kata duduk, bagi anak berarti ” saya mau duduk”, atau kursi
tempat duduk, dapat juga berarti “ mama sedang duduk”. 

12
2) Fase Lebih Dari Satu Kata
Fase dua kata muncul pada anak erusia sekita 18 bulan. Fase ini anak sudah
dapat membuat dua kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat
etrsebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang
pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua
kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan
seterusnya. Orang melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana.
3) Fase Ketiga Fase Diferensiasi
Eriode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah
sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan
berkembang pesat. Dlam berbicara anak bukan hanya menambah kosakatanya
yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi
kata sesui dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata
kerja. 
e. Perkembangan Sosial
Terdapat kaitan yang erat antara keteramilan bergul dengan masa bahagia pada
waktu akanak-kanak. Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat
positif selama anak melakukan berbagai aktivitas sosial merupakan modal dasar
yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses dan
menyenangkan pada waktu yang akan datang atau meningkat dewasa. Oleh
karena itu prilaku dan kebiasaan orang tua harus merupakan contoh atau model
maupun teladan yang selalu ditiru dan dibanggakan oleh anaknya. Hl tersebut
dilakukan oleh anak semenjak ia diusia balita yang suka meniru apa saja yang ia
lihat dari tindak tanduk orang tua, cara bergaul orang tua, cara berbicara dan
berinteraksinya, di lingkungan sekita, cara orang tua menghadapi teman, tamu
dan sebagainya, slalu mendapat perhatian anak kemudian menirunya.
f. Perkembangan Moral Dan Sikap
Pada awal masa kanak-kanak, biasanya anak-anak akan mengidentifikasi dengan
ibunya dan ayahnya atau orang lain yang dekat dengannya. Sedangkan masa-
masa selanjutnya perkembangan pergaulan dan pandangan anak-anak mulai
mengedintifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh, pahlwan-pahlawan, pimpinan
masyarakat. Sejalan tambahan usia anak, biasanya anak mulai membrontak pada
disiplin yang diterapkan dirumah atau disekolah. Berikut ini beberapa proses
pembentukkan prilaku moral dan sikap anak.

5. Sikap Remaja

13
Karena masa remaja merupakan masa mencari jati diri, dan berusaha
melepaskan diri dari lingkungan orang tua untuk menemukan jati dirinya maka
masa remaja menjadi suatu periode penting dalam pembentukan nilai. Salah
satu karakteristik remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan nilai adalah
bahwa remaja sudah sangat diperlukan sebagai pedoman, pegangan, atau
petunjuk dalam mencari jalannya sendiri untuk menumbuhkan identitas diri
menuju kepribadian yang semakin matang.

Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa


sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan
berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berfikir abstrak dan mampu
memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis maka pemikiran remaja
terhadap suatu permasalahan tidak hanya lagi terikat pada waktu, tempat, dan
situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka.

Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh


kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada
karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu
mempertanggujawabkan secara pribadi.

Tingkat perkembangan fisik psikis yang dicapai remaja berpengaruh pada


perubahan sikap dan perilakunya. Perubahan sikap yang cukup menyolok dan
ditempatkan sebagai salah satu karakter remaja adalah sikap menentang nilai-
nilai dasar hidup orang tua atau orang dewasa lainnya. Apabila kalau orang tua
dan orang dewasa berusaha memaksakan nilai-nilai yang dianutnya kepada
remaja. Sikap menentang pranata adat kebiasaan yang ditunjukkan oleh para
remaja merupakan gejala wajar yang terjadi sebagai untuk kemampuan berfikir
kritis terhadap segala sesuatu yang dihadapi dalam realitas. Gejala sikap
menentang pada remaja hanya bersifat sementara dan akan berubah serta
berkembang ke arah moralitas yang lebih matang dan mandiri.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral Dan
Sikap Anak Usia Dini, Sd, Dan Remaja

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan sikap
individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang
terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kondisi psikologis,
pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat akan mempengaruhi perkembangan nilai,
moral dan sikap individu yang tumbuh dan berkembang di dalam dirinya.
Adapun beberapa faktornya, sebagai berikut:

14
1.Lingkungan Sekolah
Di sekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku di masyarakat
sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan.
Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai
model dalam bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki moral yang
baik.
2. Lingkungan Pergaulan
Dalam pengembangan kepribadian, factor lingkungan pergaulan juga turut
mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang
selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila
menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa dijadikan panutan
baginya.
3.Lingkungan Masyarakat
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral.
Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri
yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.
4.Teknologi
Pengaruh dari kecanggihan teknologi juga memiliki pengaruh kuat terhadap
terwujudnya suatu nilai. Di era sekarang, remaja banyak menggunakan teknologi untuk
belajar maupun hiburan. Contoh: internet memiliki fasilitas yang menwarkan berbagai
informasi yang dapat diakses secara langsung.
Nilai positifnya, ketika remaja atau siswa mencari bahan pelajaran yang mereka
butuhkan mereka dapat mengaksesnya dari internet. Namun internet juga memiliki nilai
negative seperti tersedianya situs porno yang dapat merusak moral remaja. Apalagi
pada masa remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar dan sangat rentan terhadap
informs seperti itu. Mereka belum bisa mengolah pikiran secara matang yang akhirnya
akan menimbulkan berbagai tindak kejahatan seperti pemerkosaan dan hamil di luar
nikah/hamil usia dini.
C. Upaya Menyikapi Atau Mengatasi Problematika Remaja

Untuk mecegah suatu masalah pada remaja, maka dapat melakukan tindakan yang
menekan, yaitu dengan memberikannya hukuman dan peraturan terhadap perilaku
yang kurang baik dan mengarahkan ke perilaku yang lebih baik menurut nilai sosial,
etika dan moral. Solusi yang dapat diberikan untuk remaja adalah memberikan prinsip
keteladanan dari orang dewasa dan dapat mengarahkan remaja pada perilaku yang
baik, mendapatkan motivasi dari keluarga, lingkungan, dan teman seusianya, serta
menyalurkan energi ke dalam kegiatan yang positif.

15
16
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ada tiga konsep yang masing-masing mempuyai makna, pengaruh, dan
konsekuensi yang besar terhadap perkembangan perilaku individu, termasuk juga
perilaku remaja, yaitu nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau
kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai
suatu yang ingin dicapai, kedua moral yang berasal dari kata Latin Mores yang
artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Maksud moral
adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana
yang baik dan wajar, ketiga adalah sikap.Fishbein (1975) mendefenisikan sikap
adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten
terhadap suatu objek.
Dalam konteksnya hubungan antara nilai, moral, dan sikap adalah jika ketiganya
sudah menyatu dalam superego dan seseorang yang telah mampu mengembangkan
superegonya dengan baik, sikapnya akan cenderung didasarkan atas nilai-nilai luhur
dan aturan moral tertentu sehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan
sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik
yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Suatu sistem sosial yang paling awal beruasaha menumbuhkembangkan sistem
nilai, moral, dan sikap kepada anak adalah keluarga. Melalui proses pendidikan,
pengasuhan, pendampingan, pemerintah, larangan, hadiah, hukuman, dan
intervensi edukatif lainnya, para orang tua menanamkan nilai-nilai luhur, moral, dan
sikap yang baik bagi anak-anaknya agar dapat berkembang menjadi generasi
penerus yang diharapkan.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami sampaikan, setelah kami mengkaji tentang
perkembangan nilai moral dan sikap pada masa remaja adalah:
1. orang tua di dalam rumah harus bertanggung jawab untuk mendidika moral
anaknya
2. guru di sekolah juga bertanggungjawab untuk mendidik moral anak didiknya,
tidak hanya sekedar pintar dalam keilmuan tetapi harius pentar dalam bertindak
dan bersikap (berakhlak).
3. masyarakat harus ikut serta mencegah anak yang amoral dan mendukung anak
yang bermoral.
 

17
DAFTAR PUSTAKA

https://fmardliyahjun.wordpress.com/2013/04/03/makalah-peserta-didik-
perkembangan-nilai-moral-dan-sikap/
https://mahasiswa.ung.ac.id/831413104/home/2015/4/8/perkembangan-pada-
anak-usia-sekolah-dasar-sd.html
https://buleleng.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/18-perkembangan-
anak-usia-dini

18

Anda mungkin juga menyukai