Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH INDIVIDU

Di Susun Oleh :

Siti Fatimah J Soru

A32122079

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...........3

A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….6

A. Pengertian Nilai......................................................................................................6
B. Pengertian Moral...................................................................................................8
C. Nilai Moral.............................................................................................................8
D. Perkembangan Nilai Dan Normal........................................................................10
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………10

Kesimpulan………………………………………………………………………………….12

Saran………………………………………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Moral berasal dari kata Latin ”mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/ nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Selanjutnya, moralitas merupakan
kemampuan untuk menerima dan melakukan nilai-nilai peraturan atau prinsip-prinsip
moral. Nilai-nilai moral itu seperti (a) seruan untuk berbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang
lain dan (b) larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan
nilai-nilai pendidikan moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Kalau diamati fenomena kerusakan moral tidak hanya muncul di tengah- tengah
orang yang tidak berpendidikan saja tetapi justru terjadi juga pada orang- orang yang
terpelajar. Di kalangan pelajar dan mahasiswa, kita sering disuguhi berbagai jenis
kenakalan mulai tawuran antarpelajar, demo-demo dengan kekerasan, penyalahgunaan
narkoba, pergaulan bebas, perilaku penyimpangan seksual, pesta minum-minuman keras
dan masih banyak perilaku negatif lainya.
Kian maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang sebagai
perwujudan rendahnya disiplin diri. Disiplin diri merupakan aspek utama dan esensial
pada pendidikan dalam keluarga yang diemban oleh orang tua karena mereka bertanggung
jawab secara kodrati dalam meletakkan dasar-dasar dan fondasinya kepada anak-anak.
Upaya orang tua atau pendidik akan tercapai jika anak telah mampu mengontrol
perilakunya sendiri dengan acuan dari nilai-nilai moral yang terinternalisasi.
Upaya orang tua menciptakan situasi dan kondisi bermuatan nilai moral, pada
dasarnya adalah mengupayakan anak mempunyai kesadaran dan berperilaku taat moral
yang secara otonomi berasal dari dalam diri sendiri. Dasar otonomi nilai moral
adalah identifikasi dan orientasi diri. Pola hidup keluarga merupakan “model ideal” bagi
peniruan dan pengindentifikasian perilaku dirinya. Otonomisasi nilai moral dalam diri
anak berlangsung dalam dua tahap, yaitu pembiasaan diri dan identifikasi diri.4 Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai moral itu sangat penting bagi kita. Selain
dari pola hidup keluarga, kita juga bisa mempelajari nilai moral di manapun dan
dengan siapapun serta, di dalam media cetak seperti artikel, cerpen, dan novel.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut.
1. Apa saja nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Kuhapus Namamu
dengan NamaNya karya Taufiqrrahman Al-Azizy?
2. Bagaimanakah relevansi nilai moral dalam novel Kuhapus Namamu
dengan NamaNya karya Taufiqrrahman al-Azizy dengan pendidikan
karakter?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai


berikut.
1. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui nilai-nilai moral yang terdapat
dalam Novel Kuhapus Namamu dengan NamaNya karya
Taufiqurrahman Al-Azizy;
2. Untuk mendeskripsikan relevansi nilai moral dalam Novel Kuhapus
Namamu dengan NamaNya karya Taufiqurrahman Al-Azizy” dengan
pendidikan karakter.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai Moral

1. Pengertian Nilai

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia nilai diartikan 1) harga; 2) harga uang; 3)
angka kepandaian; 4) banyak sedikitnya isi; kadar; mutu; 5) sifat-sifat (hal-hal) yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan; 6) sesuatu yang menyempurnakan manusia
sesuai dengan hakikatnya.
Nilai artinya sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak
dicapai.10 Nilai juga merupakan kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui
perilaku. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga
secara objektif di dalam masyarakat.
Nilai adalah seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu
identitas yang memberi corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan
maupun perilaku. Nilai merupakan standar umum yang diyakini, yang diserap dari
keadaan objektif dan diangkat dari keyakinan, sentimen (perasaan umum) serta identitas
yang diberikan atau diwahyukan oleh Allah Swt, yang pada giliranya merupakan
sentimen (perasaan umum), kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya
menjadi syariat umum.
Bagi manusia, nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan
bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.13 Menurut Rohmat Mulyana, nilai adalah
makna yang ada dibelakang fenomena kehidupan manusia.14 Selanjutnya menurut Chabib
Thoha, nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu, (sistem kepercayaan) yang telah
berhubungan dengan subjek yang memberikan arti (manusia yang menyakini).15 Jadi, nilai
adalah sesuatu yang berguna bagi manusia yang dijadikan landasan dalam bersikap dan
berprilaku dalam hidupnya.
Nilai merupakan suatu bentuk penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi manusia
sebagai penentu dan acuan dalam melakukan suatu tindakan. Dengan adanya nilai, maka
sesorang dapat menentukan bagaimana ia harus bertingkah laku agar tingkah lakunya
tersebut tidak menyimpang dari norma yang berlaku karena di dalam nilai terdapat
norma-norma yang dijadikan suatu batasan tingkah laku seseorang. Sesuatu dianggap bernilai
apabila memiliki sifat menyenangkan, berguna, memuaskan, menguntungkan, menarik, dan
keyakinan.16 Menurut aliran idealisme, nilai itu objektif, ada pada setiap sesuatu. Tidak ada
yang diciptakan di dunia tanpa ada suatu nilai yang melekat di dalamnya. Dengan
demikian, segala sesuatu ada nilainya dan bernilai bagi manusia. Hanya, manusia tidak tahu
atau belum tahu nilai apa dari objek tersebut. Aliran ini disebut juga aliran objektivisme.
Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada objek yang
menilainya. Misalnya, air menjadi sangat bernilai daripada emas bagi orang yang kehausan
di tengah padang pasir, tanah memiliki nilai bagi petani, dan sebagainya. Aliran ini disebut
aliran subjektif.
Di luar kedua pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa nilai
ditentukan subjek yang menilai dan objek itu tidak bernilai. Sebelum ada subjek yang
menilai, barang atau objek itu tidak bernilai. Inilah ajaran yang berusaha menggabungkan
antara aliran subjektivisme dan objektivisme. Contoh nilai adalah keindahan, keadilan,
kemanusiaan, kesejahteraan, kearifan, keanggunan, kerapian, dan keselamatan.
Jadi bisa disimpulkan, nilai murupakan suatu bentuk penghargaan serta keadaan
yang bermanfaat bagi manusia, dan sebagai acuan dalam melakukan suatu tindakan.
2. Fungsi Nilai
Fungsi nilai bagi kehidupan manusia, yaitu:

a) Sebagai faktor pendorong; nilai berhubungan dengan cita-cita dan


harapan.
b) Sebagai petunjuk arah; nilai berkaitan dengan cara berpikir, berperasaan,
bertindak serta menjadi panduan dan menentukan pilihan.
c) Sebagai pengawas; nilai mendorong, menuntun, bahkan menekan

atau memaksa individu berbuat dan bertindak sesuai dengan nilai yang

bersangkutan.

d) Sebagai alat solidaritas; nilai dapat menjaga solidaritas di kalangan

kelompok atau masyarakat.

e) Dapat mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku

f) Sebagai benteng perlindungan; nilai berfungsi menjaga stabilitas


budaya dalam suatu kelompok/ masyarakat.
3. Jenis-Jenis Nilai

Jenis-jenis nilai antara lain, sebagai berikut.


a) Nilai Budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan,
dan hasil karya manusia.
b) Nilai politik, yaitu nilai yang berkaitan dengan cara manusia dalam

meraih kemenangan.

c) Nilai agama, yaitu nilai yang berkaitan dengan ketentuan- katentuan

yang telah ditetapkan Allah dan utusan-utusan-Nya.

d) Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan perbuatan baik dan

buruk yang menjadi dasar kehidupan manusia dan masyarakat.

4. Pengertian Moral

Kata moral berasal dari bahasa latin “mores” kata jama’ dari mos yang berarti
adat kebiasan. 20 Kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam kehidupan hendaknya senangtiasa
menyelaraskan dengan kebiasaan umum yang universal.21 Dalam kamus bahasa Indonesia,
moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan
kewajiban. Moral merupakan kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, dan berdisiplin. Moral juga diartikan sebagai ajaran kesusilaan
yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Kata moral memuat dua hal, yaitu: (1) sebagai cara seseorang atau kelompok
bertingkah laku dengan orang atau kelomppok lain, (2) adanya norma-norma atau nilai-
nilai yang menjadi dasar bagi cara bertingkah laku tersebut.

Moral adalah perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan
masyarakat. Moral merupakan istilah tentang perilaku atau akhlak yang diterapkan
kepada manusia sebagai individu maupun sosial.
Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai perilaku yang
harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku
individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan
standar baik dan buruk yang ditentukan dengan individu, oleh nilai-nilai sosial
budaya individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang
diperlukn seseorang dalam kaitanya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil
dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai
penuh ketentraman, ketertiban dan keharmonisan.25
Istilah moral senantiasa mengacu kepada baik buruknya perbuatan manusia, bukan
melihat dari profesinya. Moral menyangkut bidang kehidupan manusia dilihat dari baik
buruknya perbuatan. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul
salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia dan bukan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa moral merupakan kerangka acuan
yang menjadi rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia.
5. Nilai Moral

Nilai moral adalah kemampuan yang terbentuk setelah orang belajar teori-teori
nilai, dalam rangka memahami teori-teori tersebut termasuk memahami aplikasi mereka.27
Dengan begitu, seseorang dapat menghasilkan suatu perbuatan yang secara umum dapat
diterima oleh masyarakat sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara
universal.
Nilai moral tersebut meliputi (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual,
dan (3) nilai moral sosial.
a) Nilai Moral Ketuhanan
Nilai moral ketuhanan merupakan nilai moral yang menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan. Nilai moral ketuhanan dalam Novel Kuhapus Namamu
dengan NamaNya meliputi keikhlasan, tawakkal, dan takwa kepada
Allah. Adapun penejelasannya sebagai berikut.
(1) Keikhlasan

Keikhlasan adalah kesadaran agama yang memperlihatkan kedekatan


hubungan seseorang dengan Tuhannya. Keikhlasan seseorang dapat bertingkat-
tingkat sesuai dengan kedekatannya dengan Tuhan. Tingkat pertama adalah ikhlas
yang ada pada kelompok al-abrar atau orang-orang yang baik. Adanya keikhlasan
yang terletak pada perbuatan yang mereka kerjakan membuat mereka betul-betul
terbebas dari sifat riya’, namun, tetap ada pamrih dari perbuatan mereka, yaitu
mengharap pahala dari Tuhan dan mengharap dijauhkan diri dari neraka. Inilah
tingkat ikhlas pertama, yang merupakan realisasi dari firman Tuhan iyyaka
na’budu yang artinya hanya kepada-Mu kami menyembah. Tingkat kedua adalah
ikhlas yang dimiliki oleh kelompok al- muqorrabin atau orang yang senantiasa
mendekatkan diri kepada Tuhan. Sikap tulus kelompok ini telah jauh melampaui
ikhlas yang ada pada kelompok pertama. Mereka benar-benar bekerja tanpa pamrih
tidak melihat perbuatannya karena daya dan upayanya sendiri tetapi semata-mata
karena Tuahan. Inilah ikhlas yang membuat pemiliknya benar-benar berada dijalan
tauhid. Hal ini merupakan makna dan realisasi dari firman Tuhan wa iyyaka
nasta’in yang artinya hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.
(2) Tawakal
Kata tawakal berasal dari tawakala- yatawakkalu- tawakkulan, yakni
tawakkul. Sebutan yang benar seharusnya tawakkul, bukannya tawakkal. Akan
tetapi, bangsa Indonesia tampaknya lebih familiar dengan term tawakal. Tawakal
merupakan pekerjaan jiwa manusia dan hatinya, segala perintah Allah
diorientasikan terhadap jiwa, dengan tujuan mendidik dan memperbaiki
kualitasnya. Jiwa yang semakin berkualitas akan menampilkan perilaku lahiriah
yang semakin berkualitas pula.
Jadi, jiwa yang tawakal adalah jiwa yang dalam setiap langkah mengisi
kehidupan, perbuatan, dan aspek kehidupan apapun senantiasa bersandarkan atau
melaporkanya hanya kepada Allah Swt. Jadi, jiwa yang tawakal adalah jiwa yang
dalam setiap langkah mengisi kehidupan, perbuatan, dan aspek kehidupan apapun
senantiasa bersandarkan atau melaporkanya hanya kepada Allah Swt.
(3)Takwa Kepada Allah Swt
Takwa merupakan syarat untuk dapat melaksanakan syariat Allah Swt dan
bekal terbaik untuk menuju kampung akhirat. Takwa kepada Allah adalah
melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
b) Nilai Moral Individual
Nilai moral individual merupakan nilai moral yang menyangkut hubungan
manusia dengan kehidupan pribadi atau cara manusia memperlakukan diri sendiri.
Nilai moral individual dalam Novel Kuhapus Namamu dengan NamaNya
meliputi disiplin, kerja keras, dan kesederhanaan.

(1) Disiplin

Disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple, yakni seseorang yang
belajar dari atau secara suka rela mengikutiseorang pemimpin. Disiplin merupakan
cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok. Tujuan
seluruh disiplin ialah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai
dengan peran-peran yang diterapkan kelompok budaya, tempat individu itu
diidentifikasi.
Disiplin adalah penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri
untuk terciptanya tujuan peraturan itu.
(a) Disiplin otoritarian

Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Peraturan

harus benar-benar ditaati orang yang berada di dalamnya, jika tidak atau melanggar

akan mendapat sanksi, namun bagi yang berhasil baik melakukannya kurang

mendapat penghargaan karena hal itu sudah dianggap kewajiban.

(b) Disiplin permisif

Dalam disiplin permisif ini, orang dibiarkan bertindak menurut keingin

nanya, kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak

sesuai keputusan yang diambilnya.

(c) Disiplin demokratis

Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan,


diskusi, dan penalaran untuk memahami anak mengapa diharapkan mematuhi dan
menaati peraturan yang ada. Sanksi atau hukuman diberikan kepada yang
menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi hukuman ini diberikan untuk
menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.
(2)Kerja Keras

Kerja keras adalah melakukan sesuatu dengan sungguh- sungguh untuk


mencapai sesuatu yang dinginkan atau dicita- citakan.44 Kerja keras artinya
berusaha dengan sungguh- sungguh untuk meraih apa yang diinginkan. Orang yang
bekerja keras akan menjalankan pekerjaannya dengan sepenuh hati. Ia tidak akan
pantang menyerah, meskipun gagal ia akan mencobanya kembali.45
Islam sangat mengajarkan tentang kerja keras karena tidak ada keinginan
atau cita-cita yang tercapai tanpa kerja keras.46 Bekerja yang dilandasi niat ikhlas
merupakan amal kebajikan yang bernilai ibadah. Rezeki yang diperoleh dapat
digunakan sebagai bekal untuk mencukupi keperluan hidupnya. Di samping itu
rezeki yang diperoleh dapat digunakan untuk beramal sholeh sebagai sarana ibadah
kepada Allah. Perintah mencari rizki itu diwajibkan Allah Swt agar manusia
berbahagia dalam hidupnya dan dapat menolong sesamanya.
(3) Kesederhanaan

Hemat (hidup sederhana) merupakan bagian yang terletak antara kikir


dan laba (pemborosan). Yang dimaksud dengan hemat, yaitu menggunakan segala
sesuatu yang tersedia baik berupa benda maupun tenaga dan lain-lain menurut
keperluan dan tidak berlebihan.

c) Nilai Moral Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan diri dari orang

lain. Manusia pasti melakukan hubungan dengan manusia lain dalam kehidupan

sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bernegara.

Hal inilah yang disebut dengan nilai moral sosial. Nilai moral sosial dalam Novel

Kuhapus Namamu dengan NamaNya meliputi berbakti kepada kedua orang tua,

persahabatan, dan kasih sayang.54 Adapun penjelasan dari nilai-nilai moral

diatas, sebagai berikut.

(a) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Birul Walidain atau berbuat baik kepada orang tua merupakan tingkah laku,

baik berupa lisan maupun perbuatan yang tidak melanggar norma-norma agama,

sehingga kedunya ridha. 55

Ibu dan bapak sebagai orang tua sudah selayaknya mendapatkan kebaikan

dan penghormatan dari anaknya. Islam sangat perhatian mengenai masalah ini,

sebagaimana sangat jelas

(b) Persahabatan

Pertumbuhan jiwa manusia, selain karena bakat-bakat alam yang dibawa


sejak lahir, juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, termasuk
lingkungan pergaulan dan persahabatan. Persahabatan dapat diibaratkan pintu yang
akan mengantar manusia menuju surga atau neraka karena persahabatan dapat
menimbulkan kebaikan dan dan keburukan sekaligus. Untuk itu, persahabatan dan
persaudaraan harus ditegakkan nilai-nilai atau sifat-sifat yang terpuji.
(c) Kasih Sayang

Kasih sayang atau rohmah merupakan salah satu dari sekian banyak sifat
Allah Swt. Kasih sayang Allah Swt, menurut al-Qur’an surat al-A’raf ayat 156,
memenuhi dan melingkupi segala sesuatu.
Secara moral, setiap orang yang beriman kepada Allah Swt, berkewajiban

untuk memiliki dan menumbuhkan sifat kasih sayang diantara sesama manusia

dalam kehidupannya. Kehidupan kasih sayang ini dapat diusahakan dengan

membudayakan sistem nilai yang yang mengajarkan bahwa yang tua harus

menyayangi yng muda, dan yang muda harus menghormati yang tua. Kaya

membantu yang miskin dan yang pandai membantu mengajar yang bodoh. Begitu

seharusnya sehingga harmonis yang mengembangkan sifat salih asah, saling asih,

saling asuh.

Hal-hal diatas menjelaskan bahwa semua nilai moral merupakan sesuatu

yang berada di dataran realitas praktis dan muncul dalam tingkah laku yang

berkembang dalam masyarakat serta dipakai untuk menilai suatu perubahan.

 PERKEMBANGAN NILAI DAN MORAL

1. Perkembangan Nilai

Pada umunya ada lima pendekatan dalam perkembangan penanaman nilai pada
anak, berikut adalah penjelasaannya.

1. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach),

Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang


memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini
sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Banyak kritik dalam berbagai literatur
barat yang ditujukan kepada pendekatan ini. Pendekatan ini dipandang tidak sesuai
dengan perkembangan kehidupan demokrasi (Banks, 1985; Windmiller, 1976).
Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara
bebas. Menurut Raths et al. (1978) kehidupan manusia berbeda karena perbedaan waktu
dan tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai yang sesuai untuk generasi yang akan
datang. Menurut beliau, setiap generasi mempunyai hak untuk menentukan nilainya
sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diajarkan kepada generasi muda bukannya nilai,
melainkan proses, supaya mereka dapat menemukan nilai-nilai mereka sendiri, sesuai
dengan tempat dan zamannya.

2. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach),

Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada


perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah
yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan
perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya bahwa pendekatan
analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-
nilai sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada
dilemma moral yang bersifat perseorangan.

3. Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach),

Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan


pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk
meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini
memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi
penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang berdasarkan
kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak ditentukan oleh faktor luar,
seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi penganut pendekatan
ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang sangat dipentingkan dalam program pendidikan
adalah mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai.

4. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) (Superka, et. al. 1976).

Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan


pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan
moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu
kelompok.Menurut Elias (1989), walaupun pendekatan ini berusaha juga untuk
meningkatkan keterampilan “moral reasoning” dan dimensi afektif, namun tujuan yang
paling penting adalah memberikan pengajaran kepada siswa, supaya mereka
berkemampuan untuk mempengaruhi kebijakan umum sebagai warga dalam suatu
masyarakat yang demokratis.

5. Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach),

Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah


moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Perkembangan moral menurut
pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat
pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih
tinggi (Elias, 1989).

Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama. Pertama,
membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan
kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-
alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral (Superka, et. al.,
1976; Banks, 1985).

Pendekatan perkembangan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey


(Kohlberg 1971, 1977). Selanjutkan dikembangkan lagi oleh Peaget dan Kohlberg
(Freankel, 1977; Hersh, et. al. 1980). Dewey membagi perkembangan moral anak
menjadi tiga tahap (level) sebagai berikut:

1. Tahap “premoral” atau “preconventional”. Dalam tahap ini tingkah laku seseorang
didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial;
2. Tahap “conventional”. Dalam tahap ini seseorang mulai menerima nilai dengan
sedikit kritis, berdasarkan kepada kriteria kelompoknya.
3. Tahap “autonomous”. Dalam tahap ini seseorang berbuat atau bertingkah laku sesuai
dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak sepenuhnya menerima
kriteria kelompoknya.
2. Perkembangan Moral

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain
(Santrock, 1995). Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral).  Tetapi dalam
dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, dalam
pengalamannya  berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara, teman sebaya,
atau guru), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan
dan tingkah laku yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
Menurut John Dewey yang kemudian dijabarkan oleh Jean Piaget, dalam Muhammad
Ali (2006:141), mengemukaakan tiga tahap perkembangan moral, yaitu: (a)tahap pramoral.
Ditandai bahwa anak belum meyadari keterkaitannya pada aturan, (b) tahap konvensional.
Ditandai dengan berkembangnya kesadaran akan ketaatan pada kekuasaan, (c) tahap otonom.
Ditandai dengan berkembangnya keterikatan pada aturan yang didasarkan pada resiprositas.

Tahap Perkembangan moral menurut Piaget terjadi dalam dua tahapan yang jelas.
Tahap pertama disebut “tahap realisme moral” atau “moralitas oleh pembatasan”  dan tahap
kedua  disebut “tahap moralitas otonomi” atau “moralitas oleh kerjasama atau hubungan
timbal balik”. Pada tahap pertama, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap
peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap orang tua dan semua orang
dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan anak mengikuti peraturan yang diberikan
oleh mereka tanpa mempertanyakan kebenarannya.Pada tahap kedua, anaka menilai perilaku
atas dasar tujuan yang mendasarinya. Tahap ini biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 tahun
dan berlanjut hingga usia 12 tahun atau lebuh. Anak mulai mempertimbangkan keadaan
tertentu yang berkaitan dengan suatu pelanggaran moral.

Teori kognitif piaget mengenai perkembangan moral melibatkan prinsip-prinsip dan


proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya tentang
perkembangan intelektual. Bagi Piaget perkembangan moral digambarkan melalui aturan
permainan. Berdasarkan  hasil observasinya  tahapan aturan-aturan permainan yang
digunakan anak-anak, piaget menyimpulkan bahwa pemikiran anak-anak tentang moralitas
dapatdibedakanatasduatahap,yaitu:
a.   Tahap Heterononous Morality
 Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 6 hingga 9 tahun.
Anak-anak pada masa ini yakin akan keadilan immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu
aturan yang dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan.
b.   Tahap Autonomous Morality

Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 9 hingga 12 tahun.
Anak mulai sadar bahwa aturan-aturan dan hukuman-hukuman merupakan ciptaan manusia
dan dalam penerapan suatu hukuman atau suatu tindakan harus mempertimbangkan maksud
pelakusertaakibat-akibatnya.

Teori kohlberg tentang perkembangan moral merupakan pelumas, modifikasi, dan


redefeni atas teori piaget. Teori ini didasarkan atas analisisnya terhadap hasil wawancara
dengan anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan dengan suatu dilema moral,
di mana mereka harus memilih antara tindakan menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan
hidup dengan cara yang bertentangan dengan beraturan. Hal penting dari teori perkembangan
moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam
pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata.
Moral merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman
untuk menentukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan
menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi. Moralitas pada
hakitatnya adalah penyelesaian konflik antara dirinya dan orang lain, antara hak dan
kewajiban (Setiono, 1994).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya antara nilai dan moral sangat sulit untuk dapat dibedakan. Namun
dapat diambil kesimpulan bahwa nilai merupakan dasar pertimbangan bagi individu untuk
melakukan sesuatu dan moral merupakan perilaku yang seharusnya dilakukan atau dihindari.
Nilai dan moral sama-sama berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri
sendiri dan sesama sebagai bagian dari masyarakat. Dalam pembentukan nilai dan moral selallu ada
faktor yang mempengaruhinya seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, pergaulan,
lingkungan masyarakat dan teknologi. Anak mulai mengenal konsep nilai dan moral pertama
kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya mungkin anak tidak mengerti konsep nilai dan
moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak sudah
dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir
usia ini, anak sudah memahami alasan yang mendasari suatu peraturan.

B. Saran

Setelah membaca makalah tentang perkembangan nilai dan moral ini. Diharapkan
bagi kita semua untuk dapat menanamkan dan menyebarkan nilai dan moral yang baik untuk
semua orang termasuk diri kita sendiri agar tercipta sebuah kehidupan yang kondusif , aman
dan damai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amrullah & Hully (2011). Perkembangan Peserta Didik. Mataram:Alam Tara Institute
2. Sjarkawi (2006). Pembentukan Kepribdian Anak. Jakarta:BumiAksara
3. Erlinda(2015). Makalah Perkembangan Moral Pada Anak. From http://erlinda-
rochmatin.blogspot.co.id/2015/09/makalah-perkembangan-moral-pada-anak.html 19.28. 25
Maret 2017
4. Dliyah(2013).Makalah Peserta Didik Perkembangan Nilai Moral dan Sikap. From
https://fmardliyahjun.wordpress.com/2013/04/03/makalah-peserta-didik-perkembangan-nilai-
moral-dan-sikap/. 24 Maret 2017
5. Sriati(2012).Perkembangan Moral Pada Anak Usia SD. From
http://ihyayusriati.blogspot.co.id/2012/09/perkembangan-moral-pada-anak-usia-sd.html. .
25 Maret 2017
6. Rosyida(2015).Fungsi Nilai, Moral, dan Hukum dalam Kehidupan Manusia. From
http://zulvanila.web.unej.ac.id/2015/10/28/fungsi-nilai-moral-dan-hukum-dalam-kehidupan-
manusia/. 29 Maret 2017

Surya(2010). Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap. From


http://marabpisurya.blogspot.co.id/2010/05/perkembangan-nilai-moral-dan-sikap.html

Anda mungkin juga menyukai