Anda di halaman 1dari 16

KEPRIBADIAN DAN NILAI DALAM PERILAKU ORGANISASI

MAKALAH

Sebagai pemenuhan tugas kelompok dan merupakan salah satu komponen penilaian
pada mata kuliah Perilaku Organisasi

Dosen Pengampu: Eka Putri Amelia Surya, M.Psi. Psikolog

Disusun Oleh:

Anggie Veronica A. (2011030453)

Evita Armayanti (2011030411)

Nasekhatun Toyyiba (2011030116)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kepribadian dan
Nilai dalam Perilaku Organisasi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Perilaku
Organisasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
kepribadian dan nilai bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Eka Putri Amelia Surya, M.Psi. Psikolog , selaku dosen mata
kuliah Perilaku Organisasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Terima Kasih

Bandar Lampung 2 Maret 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

A. Latar belakang..........................................................................................................

A. Rumusan Masalah....................................................................................................

B. Tujuan Penulisan......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan......................................................

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan..........

C. Asas – Asas Perkembangan.....................................................................................

D. Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan.............................................

E. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan..................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................

B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Melalui cara


beretika inilah seseorang dapat menilai dan mengetahui sifat dan ciri kepribadian
dari orang lain. Dalam pembentukan etika ini banyak sekali faktor yang
mempengaruhi, baik itu faktor internal maupun eksternal. Sifat bawaan dari lahir
atau watak merupakan faktor internal yang paling berpengaruh pada etika
seseorang. Sedangkan dari faktor eksternal, etika seseorang sangat dipengaruhi
oleh lingkungan dimana tempat seseorang itu berada. Apabila seseorang berada
pada lingkungan yang baik dan beretika tinggi maka dapat dipastikan akan
beretika tinggi layaknya orang-orang yang berada, dan sebaliknya apabila
seseorang berada pada lingkungan yang beretika rendah maka dapat dipastikan
pula akan beretika layaknya orang-orang disekitarnya berada.
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu cerminan
dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul adalah
seseorang yang siap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam kepribadian
orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu memberikan energi positif
terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah seseorang yang
selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri seseorang tersebut mengalir
energi-energi negatif yang terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan
cobaan kehidupan.
Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kepribadian seseorang mengalami
pasang surut seiring dengan besarnya tantangan dan cobaan yang dihadapi. Ada
seseorang yang semakin ditempa oleh tantangan dan cobaan menjadi semakin kuat
dan memiliki kepribadian yang dahsyat, namun ada pula seseorang yang semakin
besar tantangan dan cobaannya menjadi semakin terpuruk dan putus asa.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang penulis dapatkan
antara lain sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kepribadian dan bagaimana cara mengukur
kepribadian?
2. Apa saja sifat-sifat kepribadian?
3. Apa saja sifat – sifat kepribadian yang relevan dengan perilaku organisasi?
4. Apa yang di maksud dengan nilai?
5. Bagaimana nilai nilai dalam setiap generasi?
6. Bagaimana mengaitkan kepribadian dan nilai individu di tempat kerja?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian kepribadian dan cara mengukur


kepribadian.
2. Mahasiswa mengetahui sifat-sifat kepribadian.
3. Mahasiswa mengetahui apa saja sifat kepribadian yang relevan dengan
perilaku organisasi.
4. Mahasiswa mampu memahami pengertian nilai.
5. Mahasiswa mampu memahami perbedaan nilai-nilai dalam setiap generasi.
6. Mahasiswa mampu mengaitkan kepribadian dan nilai-nilai individu di
tempat kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian

Kepribadian (personality) adalah jumlah total cara-cara dimana


seseorang individu beraksi atas dan berinteraksi dengan orang lain. Pengukuran
kepribadian dalam proses perekrutan penting dilakukan agar manajer dapat
memprediksi siapa yang terbaik untuk sebuah pekerjaan.
Mengukur kepribadian alasan paling penting mengapa manajer perlu
mengetahui bagaimana mengukur kepribadian adalah riset telah menunjukkan
kegunaan uji kepribadian dalam melakukan perekrutan dan membantu manajer
memprediksi siapa yang terbaik untuk sebuah pekerjaan. Alat paling umum
untuk mengukur kepribadian adalah melalui survey laporan diri dimana individu
mengevaluasi dirinya sendiri dalam serangkaian faktor
Hereditas (heredity) adalah faktor yang ditentukan saat konsepsi;
biologis, fisik dan pembentukan psikologis inheren. Penelitian membuktikan
bahwa hereditas mempengaruhi sekitar 50% dari kesamaan kepribadian antara
anggota dan lebih dari 30% kesamaan dalam minat kerja dan hiburan.
Karakteristik-karakteristik yang bertahan yang menjelaskan perilaku seorang
individu.

B. Sifat-Sifat Kepribadian

Sifat-sifat kepribadian adalah karakteristik yang sering muncul dan


mendeskripsikan perilaku seorang individu. Sifat kepribadian dapat dilihat dari
beberapa cara diantaranya :
1. Indikator Tipe Myers-Briggs (Myers-Briggs Type Indicator [MBTI])

3
Indikator tipe Myers-Briggs (Myers-Briggs Type Indicator [MBTI])
adalah sebuah tes kepribadian yang mengelompokkan 4 karakteristik dan
mengklasifikasikan orang dalam 1 dari 16 tipe kepribadian.
 Ekstrover(ekstrovered-E) versus Introver (Intraverted-I).
Seseorang yang memiliki tipe ekstrovert cenderung ramah,
pandai bergaul, pandai bersosialisasi dan percaya diri. Sedangkan
seseorang yang memiliki tipe introver cenderung tenang dan
pemalu.
 Perasa (sensing – S) versus Intuitif (intuitive -  N)
Seseorang yang memiliki tipe perasa cenderung  praktis serta
memilih rutin dan urutan serta detail. Sedangkan seseorang yang
memiliki tipe intuitif bergantung pada proses tidak sadar dan
melihat pada gambaran besar.
 Pemikir (thinking – T) versus Perasa  (feeling – F)
Seseorang yang memiliki tipe memikirkan biasanya
menggunakan penalaran dan logika untuk menangani masalah.
Sedangkan seseorang yang memiliki tipe merasakan berpegang
pada nilai-nilai dan emosi pribadi mereka.
 Penilai (judging – J) versus Penerima (perceiving – P)
Seseorang memiliki tipe menilai menginginkan kendali dan
memilih urutan dan struktur. Sedangkan seseorang yang memiliki
tipe menerima cenderung fleksibel dan spontan.

2. Model Kepribadian Lima Besar


Model Kepribadian Lima Besar (Big Five Model) merupakan sebuah
penelitian kepribadian yang mencakup lima dimensi dasar, yaitu :
 Ekstraversi. Dimensi ini menampilkan level kenyamanan didalam
hubungan. Ektrover cenderung ekspresif, percaya diri dan mampu
bersosialisasi. Selain itu mereka juga pemalu, penakut dan
tenang.
 Keramahan. Dimensi ini merujuk pada kecenderungan seseorang
individu untuk memahami orang lain. Orang ramah yang

4
kooperatif, hangat dan mempercayai. Orang yang berskor rendah
cenderung dingin, tidak ramah dan antagonis.
 Kehati-hatian. Dimensi ini merupakan sebuah ukuran reabilitas.
Orang yang sangat hati-hati, bertanggung jawab, teratur, dapat
diandalkan dan persisten. Mereka yang memiliki skor rendah
cenderung mudah dialihkan, tidak teratur dan tidak dapat
diandalkan.
 Stabilitas Emosional. Orang yang memiliki stabilitas emosional
tinggi cenderung tenang, percaya diri dan aman, sedangkan
mereka yang memiliki stabilitas emosional yang rendah
cenderung gugup, cemas, depresi dan tidak aman.
 Keterbukaan pada pengalaman. Dimensi ini mencakup minat dan
ketertarikan atas inovasi. Orang yang sangat terbuka, kreatif,
ingin tahu dan secara artistik sensitif. Sebaliknya mereka yang
berada diujung lainnya dari kategori ini konvensional dan merasa
nyaman dalam keadaan dikenal.

3. Pengaruh Faktor Lima Besar Kepribadian Dalam Memprediksi Perilaku


Di Tempat Kerja
 Stabilitas Emosinal
Dari ke lima faktor besar dalam kepribadian, faktor yang paling
mempengaruhi  kepuasan hidup, kepuasan kerja, dan tingkat
stress adalah stabilitas emosional. Seseorang yang memiliki
tingkat stabilitas emosional yang tinggi memiliki emosi-emosi
negatif yang lebih rendah dan lebih optimis, karena mampu
mengontrol stress lebih baik.
 Ekstrovert
Seseorang yang ekstrovert  cenderung ekspresif, memiliki
kepercayaan diri yang tinggi, dan mampu bersosialisasi, sehingga
mereka memiliki emosi-emosi positif dibandingkan orang yang
introvert. Seseorang yang ekstrover memiliki kinerja lebih baik,

5
biasanya mereka memiliki lebih banyak teman dan lebih banyak
keahlian daripada seorang introvert.
 Terbuka Pada Pengalaman
Dalam hal kepemimpinan, dibutuhkan seorang pemimpin yang 
terbuka pada pengalaman  (memiliki rasa ingin tahu dan ingin
berinovasi). Seseorang yang terbuka terhadap pengalaman
memiliki kreativitas yang lebih dalam berbagai hal, sehingga
cocok untuk pemimpin ketika menghadapi perubahan organisasi.
 Keramahan
Seorang pekerja yang ramah tentu saja akan mempunyai banyak
teman, dan disukai oleh pekerja lainnya. Seorang pekerja yang
ramah juga mempunyai kinerja yang lebih baik dibanding pekerja
lainnya dalam pekerjaan yang berorientasi interpersonal seperti
layanan pelanggan.
 Kehati-hatian
Seseorang yang memiliki tingkat kehati-hatian yang tinggi
memiliki kinerja dan mampu memimpin dengan lebih baik, hal
itu disebabkan mereka yang memikirkan kehati-hatian yang
tinggi cenderung memiliki usaha yang lebih dan persisten,
kemudian mereka memiliki kedisiplinan dan motivasi yang lebih,
serta lebih teratur dan terencana.

4. Dark Triad
Faktor lima besar dalam kepribadian merupakan faktor-faktor
yang diinginkan dalam dunia sosial, terdapat tiga faktor yang disebut
Dark Triad, yaitu faktor-faktor yang tidak disukai dalam dunia sosial.
Faktor-faktor tersebut adalah machiavellianisme, narsisme, dan psikopat.
 Machiavellanisme
Individu yang memiliki kepribadian ini cenderung menggunakan
cara-cara yang kurang tepat demi mencapai hasil yang
diinginkan, seorang yang termasuk kategori machiavellanisme
mempercayai bahwa tercapainya tujuan atau hasil dapat

6
membenarkan segala cara. Mereka cenderung berperilaku agresif
dan kontraproduktif.
 Narsisme
Narsisme ada suatu kepribadian seseorang dimana orang tersebut
memiliki rasa berlebihan akan pentingnya diri, ingin dikagumi
secara lebih, dan cenderung angkuh. Seseorang yang narsis
memiliki motivasi kerja, keterlibatan kerja, dan kepuasan hidup
yang lebih tinggi dibanding orang lainnya. Namun dalam konteks
etis, seorang pemimpin yang memiliki kepribadian narsis dinilai
tidak etis dan tidak efektif karena mereka cenderung berpikir
mereka memimpin dengan lebih baik dibanding pemimpin-
pemimpin lainnya.
 Psikopat
Dalam konteks perilaku organisasi, psikopat didefinisikan
sebagai perilaku kurang peduli terhadap orang lain, dan
kurangnya rasa bersalah atas perilakunya yang membahayakan
orang lain. Biasa nya seorang psikopat cenderung berperilaku
licik, dan menggunakan taktik-taktik keras seperti ancaman dan
manipulasi, dan perilaku kerja bullying, dimana perilaku tersebut
membantu mereka untuk memperoleh kekuasaan dalam
organisasi.

5. Pendekatan-Penghindaran Menggunakan Motivasi


Kerangka kerja pendekatan-penghindaran menggunakan motivasi
sebagai karakteristik kepribadian. Motivasi pendekatan dan
penghindaran merupakan reaksi dari adanya rangsangan atau stimulus.
Kerangka pendekatan-penghindaran membantu memprediksi perilaku
kerja dan mencakup beragam motif kita saat bertindak. Contohnya
tekanan kompetitif memunculkan motivasi pendekatan dan motivasi
penghindaran, motivasi pendekatan berupa motivasi untuk bekerja lebih
keras untuk memenangkan kompetisi, sedangkan motivasi penghindaran
berupa pengalihan dan hilangnya motivasi karena rasa takut untuk kalah.

7
Kinerja seorang individu dipengaruhi oleh motivasi yang mendominasi
apakah motivasi pendekatan atau motivasi penghindaran.

C. Sifat Kepribadian Yang Relevan Dengan Perilaku Organisasi

Terdapat 3 faktor kuat dalam kepribadian yang  mempengaruhi


perilaku organisasi, yaitu :

 Evaluasi Inti Diri


Evaluasi inti diri adalah evaluasi individu terhadap kemampuan,
kompetensi, dan nilai mereka sebagai individu. Seseorang yang
memiliki evaluasi inti diri positif cenderung lebih menyukai
dirinya, memandang dirinya efektif, mampu, dan dalam kendali
atas lingkungannya. Sedangkan seseorang yang memiliki evaluasi
diri yang negatif cenderung tidak menyukai dirinya, ragu
terhadap kemampuannya, dan merasa tidak berdaya atas
lingkungannya.
Orang yang memiliki evaluasi diri positif, memiliki kinerja lebih
baik dibanding yang orang yang memiliki evaluasi negatif, hal itu
disebabkan mereka mampu menetapkan tujuan  yang tepat,
mampu berkomitmen atas tujuannya, dan mampu bertahan dalam
proses pencapaian tujuannya.

 Pengawasan Diri
Pengawasan diri adalah kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan perilakunya terhadap faktor-faktor situasional
eksternal. Pengawasan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan
adaptasi yang baik, dapat menyesuaikan perilakunya terhadap
perubahan situasi dan tuntutan faktor eksternal. Seorang yang
memiliki pengawasan diri yang tinggi memiliki kinerja yang
baik, dan lebih mungkin untuk menjadi seorang pemimpin.

8
 Kepribadian Proaktif
Kepribadian proaktif adalah, ketika seseorang mengidentifikasi
peluang, mengambil inisiatif dan tindakan, serta mampu bertahan
sampai adanya perubahan yang berarti. Orang-orang yang
memiliki kepribadian proaktif lebih dibutuhkan oleh organisasi,
karena mereka mampu mengidentifikasi peluang, mengambil
tindakan atas adanya peluang tersebut, dan mampu bertahan
sampai adanya perubahan yang berarti. Selain itu, seorang yang
memiliki kepribadian proaktif lebih cepat memperoleh pekerjaan,
hal itu dikarenakan mereka mampu mempertimbangkan
alternatif-alternatif (mengambil inisiatif dan tindakan) dalam
menghadapi kegagalan.

D. Pengertian Nilai

Nilai (value) menunjukkan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan


atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara pribadi atau sosial
dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan.” Nilai
memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu
mengenai hal-hal yang menyampaikan yang baik, benar, atau diinginkan.
Nilai memiliki sifat isi dan intensitas.
Sifat menyampaikan bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir dari
kehidupan adalah penting. Sifat intensitas menjelaskan betapa pentingnya
hal tersebut. Ketika menggolongkan nilai seorang individu menurut
intensitasnya, kita mendapatkan sistem nilai orang tersebut.
Nilai penting terhadap penelitian perilaku organisasional karena
menjadi dasar pemahaman sikap dan motivasi individu, dan arena hal
tersebut berpengaruh terhadap kita. Individu memasuki suatu organisasi
dengan pendapat yang telah terbentuk sebelumnya tentang apa yang
“seharusnya” dan apa yang “tidak seharusnya” terjadi.

9
Secara umum, nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Misalnya,
anda memasuki sebuah perusahaan dan memiliki pandangan bahwa
pengalokasian berdasarkan prestasi kerja adalah benar, sementara
pengalokasian imbalan berdasarkan senioritas adalah salah.
 Nilai terminal (terminal value) adalah hasil akhir yang dinginkan
dari keberadaan, sasaran yang ingin dicapai seseorang dalam
hidupnya.
 Nilai instrumental (instrumental value) adalah mode perilaku
yang lebih disukai, atau alat untuk mencapai nilai terminal
seseorang

E. Nilai – Nilai Dalam Setiap Generasi

Para peneliti telah mengintegrasikan beberapa analisis terbaru dari


nilai-nilai kerja ke dalam kelompok atau generasi berbeda dalam angkatan
kerja AS, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut :

Generasi Memasuki Perkiraan Umur Nilai-nilai Kerja


Angkatan Kerja Sekarang Dominan
Lonjakan bayi 1965-1985 Pertengahan 40- Kesuksesan, pencapaian,
an sampai ambisi, ketidaksukaan
pertengahan 60- akan otoritas, kesetiaan
an pada karier
X 1985-2000 Akhir 20-an Keseimbangan kerja /
sampai akhir 40- hidup, orientasi tim,
an tidak menyukai aturan,
setia pada hubungan
Milenium 2000 – sekarang Dibawah 30 Percaya diri, kesuksesan
finansial, mengandalkan
diri tetapi berorientasi
tim, kesetiaan pada diri

10
maupun hubungan

Berdasarkan tabel nilai-nilai kerja dominan pada angkatan kerja di atas,


ternyata klasifikasi ini belum cukup didukung oleh riset yang solid. Tinjauan
terkini menyatakan banyak terjadi generalisasi yang dilebih-lebihkan atau tidak
benar. Satu studi yang menggunakan sebuah desain longitudinal menemukan
bahwa nilai yang ditempatkan pada kesenangan telah meningkat selama generasi
dari generasi lonjakan bayi ke generasi milenium dan sentralis kerja telah
menurun, tetapi ia tidak mendapati bahwa generasi milenium memiliki nilai kerja
yang lebih altruistik seperti yang diharapkan.  Klasifikasi generasional bisa
membantu kita memahami generasi kita sendiri dan generasi lainnya dengan lebih
baik, tetapi kita juga harus mengapresiasi batasan-batasannya.

F. Mengaitkan Kepribadian dan Nilai Individu di Tempat Kerja

 Kecocokan Orang-Pekerjaan
Usaha untuk mencocokkan tuntutan pekerjaan dengan karakteristik
kepribadian diartikulasikan paling baik dalam teori kecocokan kepribadian-
pekerjaan (personality-job fit theory) John Holland. Holland menampilkan
enam tipe kepribadian serta mengusulkan bahwa kepuasan dan keinginan
untuk meninggalkan sebuah posisi bergantung pada seberapa baik individu
itu mencocokkan kepribadiannya dengan sebuah pekerjaan.
Teorinya berpendapat bahwa kepuasan tertinggi dan perputaran
terendah ketika kepribadian dan pekerjaan cocok. Seorang yang realistis
dalam pekerjaan yang realistis berada dalam situasi yang lebih kongruen
dibandingkan orang realistis dalam pekerjaan investigatif. Seorang yang
realistis dalam pekerjaan sosial berada dalam situasi yang paling tidak
kongruen. Poin penting dari model ini adalah bahwa orang-orang yang
memiliki pekerjaan yang kongruen dengan kepribadiannya seharusnya lebih
puas dan kurang berisiko mengundurkan diri dibandingkan orang-orang yang
memiliki pekerjaan yang tidak kongruen.

11
 Kecocokan Orang-Organisasi
Kita telah memperhatikan bahwa para peneliti telah mengamati
kecocokan orang dengan organisasi sebagaimana dengan pekerjaan. Jika
sebuah organisasi menghadapi lingkungan yang dinamis dan berubah serta
membutuhkan pekerja untuk siap mengubah tugas-tugas dan berpindah antar
tim dengan mudah, maka yang lebih penting adalah melihat kecocokan
kepribadian pekerja dengan budaya keseluruhan organisasi dibandingkan
dengan karakteristik setiap pekerjaan.
Kecocokan orang-organisasi pada dasarnya berpendapat bahwa
orang-orang tertarik pada dan dipilih oleh organisasi yang sesuai dengan
nilai-nilai mereka, dan mereka meninggalkan organisasi yang tidak cocok
dengan kepribadiannya. Misalnya, dengan menggunakan terminologi Lima
Besar, kita dapat mengharapkan bahwa orang-orang yang sangat ekstrover
cocok dengan budaya agresif dan berorientasi tim, bahwa orang yang sangat
ramah cocok dengan iklim organisasi yang mendukung daripada yang
berfokus pada keagresifan, dan bahwa orang dengan sangat terbuka pada
pengalaman cocok dengan organisasi yang menekankan inovasi
dibandingkan standardisasi. Mengikuti panduan-panduan ini pada saat
merekrut, membantu mengidentifikasi pekerja-pekerja baru yang lebih cocok
dengan budaya organisasi, yang kemudian, menghasilkan kepuasan pekerja
dan mengurangi jumlah pekerja yang mengundurkan diri (perputaran).
Kecocokan ini memprediksi kepuasan kerja, komitmen pada organisasi, dan
perputaran yang rendah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepribadian adalah karakter-karakter internal termasuk didalamnya


berbagai atribut, sifat, tindakan yang membedakan dengan orang lain. Secara
praktis konsep kepribadian dapat didefinisikan sebagai seperangkat pola

12
perasaan, pemikiran dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon
konsumen untuk berbagai situasi.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan


berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia.

B. Saran
Dalam makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami dengan baik apa
itu kepribadian dan nilai serta mengetahui karakteristik keduanya. Penulis
memahami jika pemaparan materi di makalah ini kurang luas cangkupan nya,
untuk itu penulis mengharapkan pembaca bisa menelusuri lebih jauh kepribadian
dan nilai dalam perilaku organisasi secara lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai