Anda di halaman 1dari 19

PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi

Disusun Oleh :

Nur Alim Muttaqin (401200093)

Agung Eka Prasetya (401220008)

Alfaisal Saputra (401220014)

Dosen Pengampu :

Mun Yah Zahiroh, S.E., M.B.A.

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perilaku Individu dalam Organisasi” tepat
waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi di Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Mun Yah Zahiroh,


S.E., M.B.A. selaku dosen mata kuliah Perilaku Organisasi. Penulis juga berterimakasih
kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Terlepas dari
semua itu, penulis memohon maaf atas kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ponorogo, 25 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Perilaku Individu Dalam Organisasi........................................................................2


B. Kepribadian.............................................................................................................2
C. Sikap........................................................................................................................3
D. Persepsi....................................................................................................................6
E. Jenis-Jenis Perilaku..................................................................................................12
F. Jawaban Studi Kasus...............................................................................................12

BAB III PENUTUP...........................................................................................................15

A. Kesimpulan..............................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................15

Daftar Pustaka...................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja organisasi
sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan
dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan keberhasilannya. Sehingga
berbagai upaya meningkatkan produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan
produktivitas karyawan. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi
menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Perilaku merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari baik perilaku
individu ataupun perilaku kelompok, mungkin kedengarannya asing untuk
mempelajari perilaku itu sendiri, namun hal ini sangat penting karena dengan
mengetahui arti dari perilaku kita dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh individu
tersebut, hal ini bertujuan agar apa yang kita harapkan dapat tercapai dengan
kerjasama setiap individu dengan keanekaragaman perilakunya. Selain itu perilaku
dalam sebuah organisasi sangat mempengaruhi jalannya suatu organisasi tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku individu dalam organisasi?
2. Apa saja jenis-jenis perilaku dalam organisasi?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi dari perilaku individu dalam organisasi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis perilaku dalam organisasi.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perilaku Individu Dalam Organisasi


Perilaku individu merupakan suatu perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu
atau cara seseorang bertindak terhadap suatu kegiatan dengan menggunakan
ketrampilan atau otak mereka. Adanya ketrampilan tidak terpisah dari latar belakang
atau pengetahuan. Di dalam suatu organisasi perilaku individu mencerminkan setiap
perilaku manajer terhadap bawahannya dimana jika ia memperlakukan bawahannya
dengan baik maka suatu hubungan antara bawahan dan atasan terjalin dengan baik
pula sehingga jalinan kerjasama di dalam organisasipun bisa berjalan dengan baik.
Perilaku merupakan fungsi interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Perilaku ditentukan oleh dua karakteristik, yaitu karakteristik biografi dan
karakteristik lingkungan. Karakteristik biografi yang berpengaruh terhadap perilaku
biografi: kemampuan, kebutuhan, kepercayaan, pengharapan dan pengalaman masa
lalunya. Dan karakteristik lingkungan (organisasi) yang berpengaruh: hirarki, tugas,
wewenang, sistem reward, sistem kontrol dan lain sebagainya.1
B. Kepribadian
Kepribadian adalah kombinasi cara-cara yang dipergunakan oleh seseorang atau
dalam berinteraksi dengan orang lain, yang dipengaruhi oleh sifat turunan (genetis)
dan lingkungan. Kepribadian berpengaruh pada perilaku individu dalam suatu
organisasi. Beberapa atribut kepribadian utama yang mempengaruhi perilaku manusia
di tempat kerja, sebagai berikut:
1. Locus of Control, sejauh mana seorang individu percaya perilakunya memiliki
pengaruh langsung terhadap nasib mereka sendiri.
2. Self Efficacy, adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk
melakukan suatu tugas.

1
Mochamad Mochklas, Perilaku Organisasi (Banten : CV. AA. RIZKY, 2019), hlm. 10

v
3. Machiavellianism, adalah atribut kepribadian yang muncul dalam perilaku
yang berhubungan dengan penguasaan dan pengendalian terhadap perilaku
orang lain. Ciri-cirinya: cenderung rasional, tidak emosional, bersedia
berbohong demi kepentingan pribadi, loyalitas rendah, tidak tulus, dan suka
memanipulasi orang lain.
4. Self Esteem, keyakinan seorang dimana dia percaya akan keberadaannya
berguna bagi orang lain dan berhak dapat penghargaan.
5. Risk Taking, merupakan tingkatan di mana seseorang individu bersedia
mengambil kesempatan (walaupun itu beresiko) dan membuat keputusan.
6. Authirianism, sejauh mana seorang individu percaya akan perbedaan
kekuasaan status diperlukan dalam sistem hirarki sosial seperti di organisasi.
7. Dogmatism, menggambarkan kekakuan akan keyakinan seseorang dan
keterbukaan terhadap pandangan orang lain.2
C. Sikap
Sikap merupakan keadaan pada diri manusia dalam menggerakkan diri untuk
bertindak dalam menanggapi situasi di sekitarnya. Dalam tempat kerja sikap individu
terbentuk dari interaksi sosial baik baik dalam maupun luar tempat kerja. Interaksi
inilah yang membentuk pola sikap individu terhadap objek psikologis yang dihadapi.
Sikap adalah pertimbangan evaluative dengan memperhatikan mana yang
menguntungkan atau tidak terhadap objek, orang atau peristiwa yang dihadapi. Sikap
merupakan cerminan dari seseorang bagaimana orang tersebut merasakan sesuatu
yang dialami. Dalam studi perilaku organisasi pemahaman atas sikap sangat penting
karena berpengaruh terhadap kinerja.3
Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu objek.
Oleh karenanya maka sikap terbentuk selama perkembangan individu yang
bersangkutan. Karena terbentuk selama perkembangan maka sikap dapat
berubah, dapat dibentuk dan dipelajari. Namun kecenderungannya sikap
bersifat tetap.
2. Sikap selalu berhubungan dengan objek

2
Mochamad Mochklas, Perilaku Organisasi (Banten : CV. AA. RIZKY, 2019), hlm. 12
3
Mochamad Mochklas, Perilaku Organisasi (Banten : CV. AA. RIZKY, 2019), hlm. 14

vi
Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui
persepsi terhadap objek tersebut.
3. Sikap dapat tertuju pada satu objek dan sekumpulan objek
Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maka ia akan
menunjukkan sikap yang negatif pada kelompok orang tersebut.
4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan
berlangsung lama bertahan, tetapi jika sikap belum mendalam dalam diri
seseorang maka sikap relaatif dapat berubah.
5. Sikap mengandung perasaan atau motivasi
Sikap terhaadap sesuaatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif
maupun negatif. Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong untuk
berperilaku.

Ada tiga komponen utama dari sikap yang lebih dikenal dengan komponen ABC, yaitu:

1. Komponen Affection (Afektif), segmen emosional atau perasaan suka atau


tidak suka terhadap obyek sikap.
2. Komponen Behaviour (Perilaku), yang menyatakan niat untuk atau
berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
3. Komponen Cognitive (Kesadaran), segmen opini dimana komponen ini
menyatakan keyakinan dari sikap.
Contohnya dalam sebuah perusahaan terdapat seorang pemimpin yang otoriter
atau “keras”. Maka para bawahannya akan memiliki sikap yang berbeda-beda. Ada
yang bersikap positif, ada juga yang bersikap negatif. Mereka yang bersikap positif
biasanya loyal terhadap pemimpin tersebut.
Karena mereka menyukai pemimpin tersebut, dan sadar dan yakin bahwa hal
tersebut digunakan untuk mendidik mereka. Sehingga mereka berperilaku patuh dan
taat terhadap pemimpinnya. Sedangkan mereka yang bersikap negative akan
berperilaku cenderung melawan dan berontak terhadap pemimpinnya.
Sikap bukanlah sesuatu yang menetap, tapi sikap dapat juga berubah karena satu
dan lain hal. Perubahan sikap ini mampu menjadikan orang yang tadinya bersikap
negatif terhadap obyek sikap, menjadi lebih positif. Atau sebaliknya orang yang
tadinya bersikap positif menjadi negatif terhadap obyek sikap.

vii
Pada akhir tahun 195-an, Leon Fissinger mengemukakan teori ketidaksesuain
kognitif (cognitive dissonance theory), yang menjelaskan hubungan antara sikap dan
perilaku.
Pada umumnya, penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi
di antara sikap mereka serta antara sikap dan perilaku mereka. Ini berarti bahwa
individu berusaha untuk menetapkan sikap yang berbeda serta meluruskan sikap dan
perilaku mereka sehingga mereka terlihat rasional.
Ketika terdapat ketidakkonsistenan, timbullah dorongan untuk mengembalikan
individu tersebut ke keadaan seimbang , dimana sikap dan perilaku kembali konsisten.
Ini bisa dilakukan dengan cara mengubah sikap maupun perilaku, atau dengan
mengembangkan rasionalisasi untuk ketidaksesuaian.
Contohnya Anda memberi tahu anak-anak Anda untuk membersihkan gigi
mereka setiap hari, namun Anda tidak melakukannya. Apabila elemen yang
menghasilkan ketidaksesuaian relative tidak penting, tekanan untuk memperbaiki
ketidakseimbangan akan rendah.
Sikap kerja berisi evaluasi positif atau negative yang dimiliki oleh karyawan
tentang aspek aspek lingkungan kerja mereka. Penelitian dalam perilaku organisasi
berhubungan dengan tiga sikap :
1. Kepuasan kerja (jobs satisfaction) adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan
seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya.
2. Keterlibatan pekerjaan (job involvement) adalah mengukur sampai dimana
individu secara psikilogis memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting
tingkat kinerja yang di capai sebagai bentuk penghargaan diri. Karyawan yang
mempunyai tingkat keterlibatan pekerjaan yang tinggi sangat memihak dan benar-
benar peduli dengan bidang pekerjaan yang mereka lakukan.
3. Komitmen organisasional (organizational commitment) merupakan suatu keadaan
di mana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.

Ada tiga dimensi terpisah dari komitmen organisasional yaitu:

1. Komitmen afektif, adalah perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam
nilai-nilainya.

viii
2. Komitmen berkelanjutan, nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu
organisasi bila dibandingkan dengan membandingkan organisasi tersebut.
3. Komitmen normative, kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan
moral atau etis.
Sikap karyawan yang berubah untuk mencerminkan perspektif yang berubah
mengenai ras, gender, dan persoalan perbedaan lainnya, semakin menngkhawatirkan
para manajer. Karena hal tersebut bisa menjadi hal penghambat dalam organisasi.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan sebuah program keberagaman, yang
meliputi fase evaluasi diri. Individu didesak untuk memeriksa diri sendiri serta
menghadapi stereotip etnis dan cultural yang mungkin mereka miliki.
Dapat juga ditambahkan aktivitas yang mengatur individu untuk melakukan
pekerjaan sukarela di pusat-pusat layanan social atau masyarakat. Untuk bertemu
langsung dengan dengan individu atau kelompok dari latar belakang yang berbeda,
agar mereka merasakan seperti apakah menjadi berbeda.
Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi perilaku organisasi memfokuskan
diri pada sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. Hal ini meliputi kepuasan kerja ,
keterlbatan kerja ( tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung dalam pekerjaannya
dan secara aktif berpartisipasi di dalamnya), dan komitmen organisasi (sebuah
indikator loyalitas kepada dan keberpihakan terhadap organisasi). Tidak dapat
dipungkiri kepuasan kerja mendapat perhatian yang cukup besar.
D. Persepsi
Persepsi adalah merupakan proses kognitif yang memungkinkan kita
menginterprestasikan dan memahami sekitar kita. Dikatakan pula sebagai proses
menginterprestasikan suatu lingkungan. Orang harus mengenal objek untuk
berinteraksi sepenuhnya dengan lingkungan mereka.
Dalam Penelitian Joseph (2013: 2) Persepsi adalah proses yang dilalui orang
dalam memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna
membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia seseorang yang termotivasi siap
untuk bertindak. Bagaimana orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsinya
mengenai situasi. Dari pengertian para ahli diatas, kami menyimpulkan bahwa
persepsi merupakan keadaan penggabungan dari individu terhadap stimulus yang
diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-
pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Proses
kognisi dimulai dari persepsi. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya.
ix
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Robbins dan Judge (2012:175) Ketika sesorang individu melihat
sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan apa yang ia lihat,
interpretasi itu sangat di pengaruhi oleh berbagai karekteristik pribadi dari
pembuat persepsi individual tersebut. karekteristik pribadi yang mempengaruhi
persepsi meliputi sikap, keperibadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan
harapan-harapan seseorang. Karekteristik target yang diobservasikan bisa
mempengaruhi apa yang diartikan individu yang bersuara keras cenderung di
perhatikan dalam sebuah kelompok di bandingkan individu yang diam. Begitu
pula dengan individu yang luar biasa menarik atau tidak menarik. Oleh karena
target tidak di libatkan secara khusus, hubungan sebuah target dengan latar
belakang juga mempengaruhi persepsi, seperti halnya kecenderungan kita untuk
mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip. Kebutuhan atau
motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh
yang kuat pada persepsi mereka. Contohnya seperti seorang tukang rias akan lebih
memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada seorang tukang masak,
seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan
perhatian untuk orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh
kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk
memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa
memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
2. Pengelompokan Persepsi
Jika informasi berasal dari suatu situasi yang telah diketahui oleh seorang,
maka informasi yang datang tersebut akan mempengaruhi cara seseorang
mengorganisasikan persepsinya. Hasil pengorganisa-sian persepsinya mengenai
sesuatu informasi dapat barupa pengertian tentang sesuatu obyek tersebut.
Menurut Thoha (2011: 157) Pengorganisasian persepsi itu meliputi tiga hal
berikut ini:
a. Kesamaan dan ketidaksamaan
Sesuatu obyek yang mempunyai kesamaan dan ketidaksamaan ciri, akan
diperepsi sebagai suatu obyek yang berhubungan dan ketidakhubungan.
Artinya obyek yang mempunyai ciri yang sama diperepsikan ada
hubungannya, sedangkan obyek yang mempunyai ciri tidak sama adalah
terpisah.
x
b. Kedekatan dalam ruang
Obyek atau peristiwa yang dilihat oleh orang karena adanya kedekatan dalam
ruang tertentu, akan dengan mudah diartikan sebagai obyek atau peristiwa
yang ada hubungannya.
c. Kedekatan dalam waktu
Obyek atau peristiwa juga dilihat sebagai hal yang mempunyai hubungan
karena adanya kedekatan atau kesamaan dalam waktu.
Demikianlah ketiga hal di atas merupakan proses pengorganisasian persepsi.
Setiap obyek yang diketahui adanya kesamaan dan ketidaksamaan, kedekatan
dalam ruang, dan kedekatan dalam waktu, maka akan diorganisasikan sedemikian
rupa sehingga menciptakan suatu persepsi tertentu.
3. Kesalahan Persepsi
Apabila seseorang melihat orang lain maka persepsinya terhadap orang
tersebut mungkin saja salah atau keliru. Dalam hal demikian telah terjadi
kesalahan persepsi. Kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi menurut para
pakkar bentuknya sangat beragam. Pendapat mereka mengandung persamaan,
namun terdapat pula perbedaan, sehingga secara keseluruhan dapat saling
melengkapi. Kesalahan persepsi menurut Greenberg dan Baron dalam Wibowo
(2014: 67) dapat berupa: Fundamental attribution error, Halo effect, Similar-to-
me effect, selective perception, dan First-impression error.
a. Fundamental Attribution Error
Merupakan kesalahan persepsi karena kecenderungan kita menghubungkan
tindakan orang lain pada sebab internal seperti sifatnya, sementara untuk
sebagian besar mengabaikan faktor eksternal yang mungkin juga
memengaruhi perilaku. Dengan demikian, kita cenderung berasumsi bahwa
perilaku orang lain ditentukan oleh cara, sifat dan watak mereka. Kebanyakan
di antara kita mengasumsi bahwa seseorang yang datang terlambat di tempat
pekerjaan adalah karena dia malas, daripada karena mengalami kemacetan lalu
lintas.
b. Halo Effect
Merupakan kesalahan persepsi karena kesan umum kita tentang orang
biasanya didasarkan pada satu karakteristik yang ditentukan sebelumnya,
sehingga mewarnai persepsi kita terhadap karakteristik lain dari orang
tersebut. Terjadi karena seorang penilai membentuk kesan menyeluruh tentang
xi
sesuatu objek dan kemudian menggunakan kesan tersebut membias penilaian
tentang sesuatu objek.
c. Similar-to-me Effect
Kecenderungan orang merasa atau menganggap enteng atau ringan orang lain
yang diyakini sama dengan dirinya dalam setiap cara yang berbeda.
Sebaliknya, bisa terjadi karena kecenderungan orang merasa lebih menyukai
orang lain yang seperti mereka daripada mereka yang tidak sama. Apabila
atasan menilai bawahan, maka semakin sama bawahan, semakin tinggi
penilain yang diberikan oleh atasan. Kecenderungan ini terjadi pula pada
beberapa dimensi kesamaan yang berbeda seperti kesamaan dalam nilai kerja
dan kebiasaan, kesamaan keyakinan tentang cara yang harus dilakukan dalam
pekerjaan, dan kesamaan yang berkaitan dengan variabel demografis seperti
umur, ras, gender, dan pengalaman kerja.
d. Selective Perception
Kecenderungan memfokus pada beberapa aspek lingkungan sementara itu
mengabaikan lainnya. Apabila kita bekerja dalam lingkungan yang kompleks
di mana banyak pendorong yang meminta perhatian kita, adalah masuk akal
bahwa kita cenderung menjadi selektif, mempersempit bidang persepsi kita.
Hal ini menimbulkan bias karena kita membatasi perhatian kita pada beberapa
pendorong dan meningkatkan perhatian kita pada pendorong lainnya.
e. First-impression Error
Kecenderungan mendasarkan pertimbangan kita tentang orang lain pada kesan
kita sebelumnya tentang mereka. Sering kali cara kita mempertimbangkan
seseorang tidak didasarkan semata pada seberapa baik orang tersebut
kinerjanya sekarang, tetapi pada pertimbangan awal kita terhadap individu
tersebut. Kesan awal kita membimbing kesan kita berikutnya, kita telah
menjadi korban first empreion error. Tugas manajerial menentukan secara
akurat kinerja orang lain adalah penting. Ketika kinerja bawahan membaik,
maka perlu untuk dikenal. Tetapi sering kali terjadi evaluasi sekarang
didasarkan pada kesan pertama yang buruk.
f. Primacy Effect
Merupakan kesalahan persepsi di mana kita secara cepat membentuk opini
tentang orang atas dasar informasi pertama yang kita terima tentang mereka.
Persepsi organisasi dan interpertasi cepat terjadi karena kita perlu mengerti
xii
tentang dunia sekitar kita. Masalahnya adalah bahwa kesan pertama, terutama
kesan pertama negatif, sulit untuk mengubah. Setelah mengategorikan
seseorang, kita cenderung memilih informasi yang mendukung kesan pertama
kita dan membuang informasi yang berlawanan dengan kesan tadi. Primacy
effect ini sebenarnya mirip dengan First-impression error.
g. Recency Effect
Merupakan kesalahan persepsi di mana informasi yang paling baru
mendominasi persepsi kita terhadap orang lain. Bisa persepsi ini paling umum
terjadi ketika orang, terutama yang pengalamannya terbatas, melakukan
evaluasi yang menyangkut informasi yang kompleks. Merupakan
kecenderungan untuk mengingat informasi yang baru terjadi. Apabila
informasi yang baru adalah negatif, orang atau objek dievaluasi secara negatif.
h. False-consensus Effect
Merupakan kesalahan persepsi di mana kita memperkirakan lebih tinggi
terhadap orang lain yang mempunyai keyakinan dan karakteristik sama
dengan kita. Pekerja yang berfikir untuk keluar dari pekerjaan berkeyakinan
bahwa sebagian besar rekan kerjanya juga berfikir untuk keluar juga.
i. Lineancy Effect
Merupakan karakteristik personal yang mengarahkan individu untuk secara
konsisten mengevaluasi orang atau objek lain dalam cara sangat positif
Karenanya dapat terjadi menilai tinggi seorang profesor pada semua dimensi
kinerja tanpa memandang kinerja aktualnya. Penilai yang membenci
mengatakan masalah negatif tentang orang lain. Karenanya kita perlu berusaha
jujur dan realistis ketika mengevaluasi orang lain.
j. Central Tendency Effect
Merupakan kecenderungan menghindari semua pertimbangan ekstrem dan
menilai orang atau objek sebagai rata-rata atau netral. Karenanya yang terjadi
adalah menilai profesor rata-rata pada semua dimensi kinerja tanpa
memandang kinerja aktualnya. Adalah wajar untuk memberikan umpan balik
berupa informasi baik positif maupun negatif.
k. Contrast Effect
Merupakan kecenderungan mengevaluasi orang atau objek dengan
membandingkan mereka dengan karakteristik orang atau objek yang baru saja
diamati. Menilai seorang profesor yang baik sebagai rata-rata karena kita
xiii
membandingkan kinerjanya dengan tiga profesor terbaik yang kita miliki
dalam perguruan tinggi. Hal tersebut terjadi karena kita baru mengikuti kuliah
dari ketiga profesor yang unggul. Karenanya penting untuk mengevaluasi
pekerja terhadap standar daripada memori kita tentang orang terbaik atau
terburuk dalam pekerjaan tertentu. Menurut Sofyandi & Garniwa (2007 :72)
ekef kontras adalah evaluasi dari karakteristik-karakteristik seseorang yang
dipengaruhi oleh pembandingan-pembandingan dengan orang-orang lain yang
baru saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada
karakteristik-karakteristik yang sama.
4. Memperbaiki Persepsi
Sebagaimana kita bahas sebelumnya, selain persepsi dapat mempengaruhi
perilaku, dapat juga terjadi persepsi mengalami penyimpangan dalam berbagai
macam bentuk. Oleh karena itu, seorang manajer harus mampu mengurangi
kemungkinan terjadinya penyimpangan. Di bawah ini beberapa pedoman menurut
Badeni (2013:59) yang dapat dipakai untuk mengatasi hal tersebut.
a. Menyadari kapan faktor perceptual dapat memengaruhi persepsi seseorang.
Misalnya, ketika kita menyampaikan suatu ide baru, kita harus sadar bahwa
hal yang baru dapat memengaruhi persepsi orang tersebut bahwa hal itu
sesuatu yang terbaik. Untuk itu, kita harus mencoba memengaruhi supaya hal
baru tersebut tidak memengaruhi persepsinya. Contoh lain, ketika kita
menugasi seseorang dengan tugas tertentu, seperti memimpin suatu kelompok.
b. Menyadari motif (misalnya motif kuasa, afiliasi, dan lainnya) dapat
berpengaruh terhadap persepsi tentang peran memimpin. Cara yang dilakukan
adalah dengan menjelaskan perannya secara ekspilisit.
c. Mencari informasi lain untuk mengonfirmasi yang kita tangkap. Misalnya,
ketika kita mendapat kesan bahwa seseorang adalah orang baik, kita dapat
mengkonfirmasikannya dengan mencoba meminta bagaimana pendapat orang
lain terhadap orang tersebut.
d. Empati yaitu usaha untuk melihat suatu situasi sebagaimana dipersepsi orang
lain sebab setiap orang dapat mendefinisikan sesuatu yang sama secara
berbeda.
e. Meluruskan persepsi seseorang melalui meminta umpan balik ketika mereka
memersepsi suatu situasi yang menyimpang.

xiv
f. Menghindari penyimpangan-penyimpangan yang umum terjadi seperti
stereotype, hallo effect, dan lain-lain.
g. Menghindari terjadi pengatribusian yang salah dengan cara menganalisis
beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengatribusian.4

E. Jenis-Jenis Perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015) dalam (Halima, 2018):
1. Perilaku sadar
Prilaku sadar adalah perilaku yang terjadi melalui pusat sususnan saraf dan
Kerja otak
2. Perilaku tak sadar
Prilaku tak sadar adalah perilaku yang terjadi secara spontan atau instingtif
3. Perilaku yang tampak dan perilaku yang tidak tampak
Perilaku tampak adalah perilaku yang bisa langsung dapat diobservasi melalui
alat indra manusia titik respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau dilihat oleh orang lain. Perilaku tidak tampak
adalah perilaku yang tidak dapat ditangkap melalui Indra. Melainkan harus
menggunakan alat pengukuran tertentu seperti psikotes, perilaku tertutup
adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
4. Perilaku dari yang sederhana hingga kompleks
Perilaku sederhana adalah perilaku yang hanya melibatkan satu aktivitas
kehidupan seperti perilaku binatang bersel satu. Perilaku kompleks adalah
perilaku yang melibatkan banyak aktivitas kehidupan seperti sosial manusia.
5. Perilaku yang afektif, psikomotor, kognitif dan konatif
Prilaku efektif adalah perilaku yang berhubungan dengan penilaian emosional
dimana individu akan memberikan respon senang atau tidak senang, menyukai
atau tidak menyukai terhadap suatu obyek. Pengertian psikomotorik adalah

4
Candra Wijaya, Perilaku Organisasi (Medan : Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia,
2017), hlm. 46

xv
kemampuan yang berkaitan erat dengan gerakan fisik atau perilaku.Aspek
psikomotorik dapat dilihat atau dinilai dengan mengukur kemampuan anak
berdasarkan jarak, kecepatan, teknik, ketepatan, dan cara melakukan suatu
kegiatan. Perilaku kognitif atau perilaku yang melibatkan proses pengenalan
yang dilakukan oleh otak yang terarah kepada objektif faktual dan logis seperti
berfikir dan mengingat. Komponen konatif (perilaku) terdiri dari kesiapan
seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.
5

F. Jawaban Studi Kasus


1. Komponen efektif dalam sikap terkait pekerjaan yang telah di katakan oleh
litchman dan trust dalam studi kasus tersebut yaitu dalam dunia bisnis, hal yang
paling menyenangkan adalah anda dapat menggunakan seluruh aspek pendidikan
anda sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan seluruh
wawasan dan pengetahuan yang pernah mereka peroleh melalui pendidikan di
dalam perkejaan, sehingga ketika mendapatkan tantangan yang berbeda dalam
situasi dapat menciptakan efek yang efektif dalam menghadapi berbagai situasi dan
tantangan, mereka mengatakan ia sangat mencintai pekerjaan walaupun kurangnya
waktu pribadi, mereka meraka menghabiskan waktu di tempat kerja dan di luar jam
kerja tidak memiliki kesempatan untuk berlibur maupun untuk tidak menjawab
telepon ataupun keluar pada malam hari tanpa menghidupkan telepon, sesuatu
selalu terjadi dan selalu menjadi tanggung jawab kami, dalam hal ini mencirikan
cara mencintai pekerjaan dimana dia selalu bertanggung jawab terhadap tugas
tugasnya, bahkan jika itu mengharuskan mereka untuk tidak pergi berlibur, dan
harus meluangkan waktu pribadi nya.
Di dalam studi kasus tersebut mereka selalu menjadikan pengalaman dalam
pekerjaan sebagai pelajaran walaupun pekerjaan tersebut tidak mereka sukai,
Setiap pengalaman yang Anda alami berfungsi sebagai dualitas komponen kognitif
dan intensional yang berharga dalam proses pembelajaran. Komponen kognitif
mengeksplorasi aspek analitis dari pengalaman tersebut, memetakan detil-detilnya,
menguraikan tantangan yang dihadapi, dan mengidentifikasi apa yang telah
dipelajari. Ini menciptakan landasan pengetahuan yang lebih kaya dan kontekstual.
5
Okviana Rini, 2015, Aturan Perilaku Pegawai Di Organisasi Publik, Rineka Cipta, Jakarta

xvi
Secara keseluruhan, kombinasi komponen kognitif dan intensional memberi
dimensi yang dalam dan komprehensif pada pengalaman hidup, mengubah setiap
pengalaman menjadi potensi pembelajaran berharga, bahkan jika itu tidak selalu
menghasilkan kesenangan langsung.
2. Orang yang menikmati pekerjaan dan menghabiskan waktu dalam dan di luar
pekerjaan juga dapat mengalami disonansi kognitif dalam beberapa situasi.
Disonansi kognitif terjadi ketika seseorang mengalami konflik antara keyakinan,
nilai-nilai, atau pandangan mereka, yang dapat menyebabkan ketegangan
psikologis. Meskipun seseorang menikmati pekerjaan mereka, orang yang
menikmati pekerjaan mereka mungkin cenderung untuk terus bekerja tanpa henti
karena antusiasme mereka terhadap pekerjaan. Namun, jika mereka terlalu sibuk
dan terlalu banyak bekerja, ini bisa menyebabkan ketidaksesuaian mereka pada
pekerjaan dan beban kerja yang berlebihan. Mereka mungkin merasa tertekan
karena mereka ingin berada dalam pekerjaan yang mereka nikmati, tetapi merasa
terlalu kewalahan dengan beban kerja.
3. Prilaku yang di terapkan mereka di tempat kerja adalah sikap kerja keras,
komitmen terhadap organisasi, dan juga hubungan mereka yang akrab dengan
bawahan. Itu adalah akibat dari sikap mereka yang dimana mereka sangat
menikmati pekerjaan mereka, dimana mereka seeing menghabiskan waktu di
dalam dan luar jam kerja. Semua prilaku mereka mencerminkan sikap dan nilai-
nilai individu terhadap pekerjaan dan lingkungan kerja mereka. Namun, prilaku
juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti tuntutan pekerjaan, budaya
organisasi, dan lingkungan kerja secara keseluruhan.

xvii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku individu sangat penting dalam konteks organisasi karena memiliki dampak
yang signifikan terhadap kinerja dan keberhasilan organisasi. Perilaku individu
mencakup sejumlah faktor seperti motivasi, kepribadian, sikap dalam konteks
organisasi karena setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab dalam mencapai
tujuan organisasi. Perilaku individu dapat berdampak positif maupun negatif terhadap
kinerja dan efektivitas organisasi.
Faktor-faktor personal seperti kepribadian, nilai-nilai, motivasi, dan persepsi
mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi. Penting bagi organisasi untuk
memahami faktor-faktor ini dan menciptakan lingkungan yang mendorong perilaku
yang diinginkan. Komunikasi yang efektif juga merupakan faktor penting dalam

xviii
perilaku individu dalam organisasi. Komunikasi yang jelas dan terbuka
memungkinkan individu untuk saling memahami dan bekerja sama secara efektif.
Pentingnya kepemimpinan yang efektif dalam mempengaruhi perilaku individu dalam
organisasi. Kepemimpinan yang baik mampu menginspirasi, memotivasi, dan
memandu individu untuk mencapai tujuan organisasi.

B. Saran
Perilaku individu dalam organisasi merupakan faktor kunci yang mempengaruhi
kinerja dan efektivitas organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi
kita individu dalam organisasi sebagai kunci untuk meningkatkan efektivitas,
produktivitas, dan keberhasilan organisasi secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Mochamad Mochklas, 2019, Perilaku Organisasi, CV. AA. RIZKY, Banten

Candra Wijaya, 2017, Perilaku Organisasi, Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia,
Medan

Okviana Rini, 2015, Aturan Perilaku Pegawai Di Organisasi Publik, Rineka Cipta, Jakarta

http://lukmancoroners.blogspot.co.id/2010/05/sikap-dan-kepuasan-kerja.html

http://priscaholi-perilakuorganisasi.blogspot.co.id/2014/03/nilai-sikap-dan-kepuasan-
kerja.html

xix

Anda mungkin juga menyukai