Disusun Oleh :
Kelas : SM- 3
SURABAYA
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya.
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “ Perilaku
Individu, Persepsi dan Kepribadian“ ini yang membahas mengenai pengertian perilaku
individu, persepsi dan kepribadian.
Dalam penulisan makalah ini, kami dapat banyak bantuan dari referensi buku dan website-
website tentang manajemen. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang turut memudahkan penulisan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Akhir kata, kami memohon maaf apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
2.1 Karakteristik Biografis..................................................................................................6
2.1.1 Usia / Umur...............................................................................................................6
2.1.2. Jenis Kelamin / Gender..........................................................................................9
2.1.3. Status Perkawinan................................................................................................10
2.1.4. Masa Kerja............................................................................................................11
2.2. Kemampuan Individu.................................................................................................12
2.2.1. Kemampuan Intelektual (Intellectual ability)....................................................13
2.2.2. Kemampuan Fisikal (Physical Ability)..............................................................13
2.3 Pengertian dan Proses Persepsi..............................................................................14
Pengertian........................................................................................................................14
Proses...............................................................................................................................15
2.4 Persepsi dan Perilaku..............................................................................................16
2.5 Pengertian dan teori Kepribadian.........................................................................16
2.6 Peran Keturunan dan Otak....................................................................................18
2.7 Ciri Kepribadian.....................................................................................................18
2.8 Meyress-Briggs Type Indicator (MBTI)...............................................................20
BAB III....................................................................................................................................21
PENUTUP...............................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan................................................................................................................21
3.2 Saran..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah salah satu dimensi dalam organisasi yang amat penting, dan juga
merupakan salah satu faktor dan pendukung organisasi. Bagaimanapun baiknya
organisasi, lengkapnya sarana dan fasilitas kerja, semuanya tidak akan
mempunyai arti tanpa ada manusia yang mangatur, menggunakan, dan
memeliharanya.
Menurut Miftah Thoha, (2000 : 33) Perilaku organisasi pada hakekatnya adalah
hasil-hasil interaksi antara individu-individu dengan organisasinya. Oleh karena
itu untuk memahami perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu
individu-individu sebagai pendukung organisasi tersebut.
Individu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi,
pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Ini semuanya adalah
karakteristik yang dipunyai individu, dan karakteristik ini akan dibawa olehnya
manakala ia akan memasuki sesuatu lingkungan baru, yakni organisasi atau
lainnya. Organisasi yang juga merupakan suatu lingkungan bagi individu
mempunyai karakteristik pula. Adapun karakteristik yang dipunyai organisasi
antaranya keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-
pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, system penggajian
(reward system), system pengendalian dan lain sebagainya. Jikalau karakteristik
individu berinteraksi dengan karakteristik organisasi, maka akan terwujudlah
perilaku individu dalam organisasi.
Ungkapan tersebut dapat dirumuskan dengan formula sebagai berikut :P = F ( I ,
L ). Keterangan: P adalah perilaku; F adalah fungsi;I adalah individu; L adalah
lingkungan
Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan
lingkungannya. Hal ini berarti bahwa seseorang individu dengan lingkungannya
menentukan perilaku keduanya secara langsung. Individu dengan organisasi tidak
jauh berbeda dengan pengertian ungkapan tersebut. Keduanya mempunyai sifat-
sifat khusus atau karakteristik tersendiri dan jika kedua karakteristik ini
berinteraksi maka akan menimbulkan perilaku individu dalam organisasi.
Menurut Sentanoe Kertonegoro, Seluruh perilaku manusia dibentuk oleh
variable-variabel yang relatif tetap yang dibawa masuk ke organisasi. Variabel-
variabel bawaan tersebut terdiri dari : sifat-sifat / karakteristik biografis,
kemampuan, kepribadian, dan kemauan belajar. Variabel-variabel tersebut
mempunyai pengaruh terhadap prestasi dan kepuasan karyawan.
Adapun sifat-sifat/karakteristik biografis tersebut terdiri dari usia (umur), jenis
kelamin, status perkawinan dan masa kerja dalam organisasi. Adapun sifat-sifat/
karakteristik biografis semuanya adalah merupakan variable-variabel yang
mempunyai dampak pada produktivitas, absensi tingkat keluarnya karyawan dan
kepuasan karyawan.
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
untuk mengetahui :
1) Karakteristik biografis
2) Kemampuan individu
3) Pengertian dan proses presepsi
4) Persepsi dan perilaku
5) Pengertian dan teori Kepribadian
6) Peran keturunan dan otak
7) Ciri Kepribadian “ Big Five “
8) Meyres-Briggs Type Indicator (MBTI)
9) Dan membuat latihan pengalaman merasa dikucilkan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Persepsi tentang pekerja yang sudah tua, Bukti menunjukan bahwa para
majikan mempunyai perasaan yang campur aduk. Mereka melihat sejumlah
kualitas positif yang dibawa orang tua ke dalam pekerjaan mereka
khususnya: pengalaman, pertimbangan , etika kerja yang kuat, dan
komitmen terhadap mutu. Namun pekerja-pekerja tua juga dianggap kurang
luwes dan menolak teknologi baru. Di bawah ini akan kami jelaskan
mengenai dampak yang ditimbulkan dari umur / usia sebagai berikut:
7
2. Dampak umur terhadap absensi (kemangkiran) Menurut Sunarto,
(2004 : 21), Dalam organisasi yang sangat mengandalkan pada
teknologi lini-perakitan , kemangkiran lebih daripada sekedar
gangguan itu dapat mengakibatkan suatu pengurangan yang drastis
dalam kualitas keluaran , dan dalam beberapa kasus , dapat
mengakibatkan suatu penutupan total dari fasilitas produksi.
Menurut Robbins, ( 2001:43 ), Ada usaha untuk mengasumsikan
bahwa usia juga berhubungan terbalik dengan kemangkiran
(tingkat absensi), Apabila pekerja yang lebih tua kecil
kemungkinan untuk berhenti bekerja, tetapi juga menunjukan
kemantapan yang lebih tinggi dengan masuk kerja secara teratur.
Umumnya karyawan tua mempunyai tingkat kemangkiaran yang
dapat dihindari lebih rendah disbanding karyawan muda. Tetapi
mereka mempunyai tingkat kemangkiran yang tak dapat
dihindarkan lebih tinggi, mungkin karena kesehatan yang lebih
buruk sehubungan dengan penuaan dan lebih lamanya waktu
pemulihan yang diperlukan pekerja tua bila cidera.
3. Dampak umur terhadap produktivitas Menurut Sunarto , (2004 : 21
), Sebuah organisasi adalah produktif jika organisasi itu mencapai
tujuan-tujuannya, dan mencapainya dengan merubah masukan
menjadi keluaran dengan biaya paling rendah. Misal produktivitas
menyiratkan suatu kepedulian baik akan efektivitas maupun
efisiensi.
Ada suatu keyakinan yang meluas bahwa produktivitas merosot
dengan makin tuanya seseorang. Sering diandaikan ketrampilan
seorang individu terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan, dan
koordinasi mengikis/menurut dengan berjalannya waktu, dan
bahwa kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya
rangsangan intelektual semuanya menyumbang pada berkurangnya
produktivitas. Suatu tinjauan ulang menyeluruh terhadap riset baru-
baru ini menemukan bahwa usia dan kinerja tidak ada
hubungannya. Lagi pula, ini tampaknya benar untuk hampir semua
jenis pekerjaan, professional dan tidak professional. Kesimpulan
yang wajar adalah bahwa tuntutan dari kebanyakan pekerjaan,
bahwa untuk pekerjaan dengan persyaratan kerja tangan yang
berat, tidaklah cukup ekstrim untuk kemerosotan ketrampilan fisik
apapun yang disebabkan oleh usia berdampak pada produktivitas,
atau jika ada suatu kemerosotan karena usia, sering diimbangi oleh
perolehan karena pengalaman.
4. Dampak umur terhadap kepuasan kerja
Ada bukti bahwa tempat terbaik untuk memulai adalah dengan pengakuan
bahwa terdapat beberapa, jika ada, perbedaan penting antara pria dan
wanita yang mempengaruhi kinerja mereka. Misalnya, tidak ada
perbedaan yang konsisten pria wanita dalam kemampuan memecahkan
9
masalah, ketrampilan analisis, kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau
kemampuan belajar.
Dengan kekecualian isu beda pria-wanita, agaknya tidak ada isu yang lebih
merupakan subyek kesalah – pahaman dan spekulasi daripada dampak
senioritas pada kinerja.
Masa kerja juga merupakan variable yang ampuh dalam menjelaskan keluar
masuknya karyawan. Secara konsisten ditemukan bahwa masa kerja
berhubungan negatif dengan keluar masuknya karyawan dan telah
dikemukakan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik tentang keluar
masuknya karyawan. Lagi pula, konsisten dengan riset yang menyatakan
11
bahwa perilaku masa lalu merupakan peramal yang terbaik dari perilaku masa
depan, bukti menunjukkan bahwa masa kerja pada suatu pekerjaan
sebelumnya dari seorang karyawan merupakan peramal yang ampuh tentang
keluar masuknya karyawan itu dimasa mendatang.
Kita semua tidak sama dalam hal kemampuan tidaklah tersirat bahwa beberapa
individu secara inheren (tertanam) lebih asor (inferior) daripada yang lain. Semua
orang mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam hal kemampuan yang
membuatnya relatif unggul atau rendah dibandingkan orang lain dalam melakukan
tugas atau kegiatan tertentu.
13
2.2.2. Kemampuan Fisikal (Physical Ability)
Faktor-faktor Lain :
Pengertian
Para ahli banyak mengungkapkan pendapat mengenai persepsi secara
definitif yang berbeda satu sama lain, untuk lebih jelas simak ulasan berikut
ini:
Menurut Robbins, S.P. (2003:88)
Mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu
sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna pada
lingkungan mereka.
Menurut Triato Dan Titik Triwulan, T. (2006:53)
Persepsi ialah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat
tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui
proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal
dari dalam diri individu.
Proses
15
Tahap pertama merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman
atau proses fisik yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus “objek” oleh panca
indera.
Tahap kedua merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis yaitu
proses diteruskannya stimulus atau objek yang telah diterima alat indera
melalui syaraf-syaraf sensoris ke otak. Tahap ketiga merupakan proses yang
dikenal dengan nama proses psikologis yaitu proses dalam otak, sehingga
individu mengerti, menyadari, menafsirkan dan menilai objek tersebut.
Tahap keempat merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu
berupa tanggapan, gambaran atau kesan.
Contoh Persepsi : Persepsi dalam kehidupan sehari-hari.
Apa sebenarnya persepsi itu? Persepsi adalah suatu proses yang di dahului
oleh penginderaan (penerimaan stimulus oleh individu melalui alat reseptor
atau indera) dan pemberian makna terhadap stimulus tersebut. Atau dengan
kata lain, proses menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia, sekilas proses ini sangat sederhana, tetapi disadari atau tidak
persepsilah yang membuat atau menyebabkan keadaan kita seperti apa yang
kita rasakan.
1) Teori kepribadian sifat ( trait ). Sama seperti anak kecil yang selalu terlihat
mencari tanda untuk menggolongkan dunia, orang dewasa juga menandai dan
menggolongkan manusia berdasarkan karakteristik fisik dan psikologisnya.
Penggolongan membantu dalam mengatur keragaman dan mengurangi yang
banyak menjadi sedikit. Gordon Allport adalah seorang ahli teori sifat (trait)
yang paling banyak berpengaruh. Dalam pandangannya, sifat adalah
merupakan batu-bata dari suatu bangunan, alasan tindakan, sumber keunikan
individu. Sifat (traits) adalah dugaan kecenderungan yang mengarahkan
perilaku dengan cara konsisten dan ciri karakteristik tertentu . Lebih jauh lagi,
sifat menghasilkan konsistensi pada perilaku, sebab sifat melanjutkan atribut
dan cakupannya umum atau luas.
2) Teori Kepribadian Psikodinamis. Kepribadian alami yang dinamis tidak
ditanggapi secara serius sampai dengan studi Sigmund Freud diumumkan.
Freud menjelaskan perbedaan kepribadian individu dengan menyimpulkan
bahwa orang mempunyai dasar yang berbeda. Untuk menyoroti perbedaan ini,
ia menggambarkan suatu perjuangan yang terus menerus antara dua bagian
kepribadian, id dan superego, ditengahi oleh ego.
3) Teori Kepribadian Humanistik. Pendekatan humanistik untuk memahami
kepribadian menekankan pada perkembangan individu dan aktualisasi diri dan
pentingnya bagaimana seseorang mempersepsi dunianya dan semua kekuatan
yang mempengaruhi mereka. Pendekatan Carl Rogers dalam memahami
kepribadian adalah humanistik (berpusat pada manusia). Nasehatnya adalah
dengarkan apa yang orang katakan tentang mereka dan memperhatikan
17
pendapat dan arti dari pengalaman orang-orang tersebut. Roger percaya bahwa
yang paling dasar dari organisme manusia adalah untuk mengarah pada
aktualisasi diri. Cita-cita yang tetap untuk menyadari potensi inheren
seseorang. Adalah sulit untuk mengkritik teori yang sangat berpusat pada
manusia. Beberapa pengritik mengeluh, bagaimana, bahwa para humanis tidak
pernah menjelaskan dengan jelas asal-usul mekanisme untuk mencapai
aktualisasi diri. Kritik lainnya menunjukkan bahwa seseorang harus bekerja
dalam suatu lingkungan yang kebanyakan diabaikan oleh para humanis, suatu
penekanan yang berlebihan pada diri yang mengabaikan kenyataan individu
harus berfungsi di dalam lingkungan yang kompleks.
Beberapa orang bersifat pendiam dan pasif; sementara yang lainnya bersifat
ceria dan agresif. Ketika kita menggambarkan orang dari segi karakteristiknya,
bisa pendiam, pasif, ceria, agresif, ambisius, setia atau suka bergaul, kita sedang
mengkategorikan mereka dari segi sifat-sifat kepribadian. Karenanya, kepribadian
(personality) individu seseorang merupakan kombinasi sifat-sifat psikologis yang
kita gunakan untuk mengklasifikasikan orang tersebut.
Para ahli psikologi telah mempelajari sifat-sifat kepribadian secara mendalam,
dan mengidentifikasi setiap sifat merupakan bipolar; artinya masing-masing
memiliki dua titik ekstrem (Misalnya, penyendiri lawannya peramah). Keenam
belas sifat yang ditemui secara umum tersebut adalah sumber perilaku yang tetap
dan konstan, yang memungkinkan peramalan perilaku individu dalam situasi-
situasi spesifik dengan mengukur karakteristik yang berkaitan dengan situasi
mereka. Sayangnya, relevansi sifat-sifat ini dalam memahami perilaku organisasi
masih kabur.
19
cenderung menjadi lebih mudah kacau pikirannya, mengejar banyak tujuan, dan
lebih hedonistic.
4. Kemantapan emosional. Dimensi ini menampung kemampuan seseorang untuk
menahan stress. Orang dengan kemantapan emosional positif cenderung berciri
tenang, bergairah dan aman. Mereka dengan skor negative yang tinggi cenderung
gelisah, tertekan, dan tidak aman.
5. Keterbukaan terhadap pengalaman. Dimensi ini mengamanatkan tentang minat
seseorang. Jelas sekali orang terpesona oleh hal baru dan inovasi. Mereka
cenderung menjadi emaginatif, benar-benar sensitive, dan intelektual. Mereka
yang berada pada sisi lain dari kategori keterbukaan nampak lebih konvensional
dan menemukan kesenangan dalam keakraban.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
dengan proses fisiologis yaitu proses diteruskannya stimulus atau objek yang
telah diterima alat indera melalui syaraf-syaraf sensoris ke otak. Tahap ketiga
merupakan proses yang dikenal dengan nama proses psikologis yaitu proses
dalam otak, sehingga individu mengerti, menyadari, menafsirkan dan menilai
objek tersebut. Perilaku manusia adalah sesuatu yang rumit. Pandangan
kesisteman adalah jalan yang paling mudah untuk mengerti perilaku manusia.
Menurut pandangan ini, seseorang mendapatkan input (masukan) dari
lingkungannya, kemudian melakukan proses transformasi dan melakukan
suatu tindakan atau berperilaku tertentu. Menurut pandangan ini, kombinasi
antara lingkungan seseorang dengan sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir
akan menyebabkan timbulnya kebutuhan dan dorongan untuk berkembang.
MBTI adalah psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi psikologis
seseorang dalam melihat dunia dan membuat keputusan. MBTI merupakan
instrumen yang paling banyak digunakan.
3.2 Saran
23