Anda di halaman 1dari 9

PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

Pengertian

Membayar dan menyetor pajak yang terutang adalah KEWAJIBAN bagi


setiap WAJIB PAJAK dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
ke kas Negara.

 Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu


saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian
Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 10)

 Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau


penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan. (Pasal 1 angka 14 UU KUP)

 Surat Setoran Pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak


apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran
yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.(Pasal 10 ayat 1a UU KUP)

JATUH TEMPO PEMBAYARAN PAJAK

Batas Waktu Batas Waktu


No Jenis SPT Pembayaran/Penyetora Penyampaian/Pelapora
n n SPT
MASA

PPh Pasal 4 ayat paling lama 20 (dua puluh)


tanggal 10 (sepuluh) bulan
1 (2) yang dipotong hari setelah Masa Pajak
berikutnya
oleh Pemotong berakhir
PPh Pasal 4 ayat
tanggal 15 (lima belas)
2 (2) yang harus
bulan berikutnya
dibayar sendiri
3 PPh Pasal 4 ayat Sebelum akta, keputusan,
(2) atas perjanjian, kesepakatan
pengalihan atas
tanah/atau
atau risalah lelang
bangunan baik
ditandatangani oleh
dipotong/dipung
pejabat yang berwenang
ut atau dibayar
sendiri
PPh Pasal 15 yang
tanggal 10 (sepuluh) bulan
4 dipotong oleh
berikutnya
pemotong
PPh Pasal 15 yang
tanggal 15 (lima belas)
5 harus dibayar
bulan berikutnya
sendiri
PPh pasal 21 yang
tanggal 10 (sepuluh) bulan
6 dipotong oleh
berikutnya
pemotong
PPh Pasal 23/26
tanggal 10 (sepuluh) bulan
7 yang dipotong
berikutnya
oleh pemotong
tanggal 15 (lima belas)
8 PPh pasal 25
bulan berikutnya
Bersamaan dengan saat
pembayaran bea masuk.
PPh Pasal 22,
Atas impor harus dilunasi
9 PPN, PPnBM atas tidak ada pelaporan
saat penyelesaian dokumen
impor
pemberitahuan pabean
impor
melaporkan hasil
PPh Pasal 22, disetor dalam jangka waktu
pemungutannya secara
PPN, PPnBM atas 1 (satu) hari kerja setelah
10 mingguan paling lama
impor yang dilakukan pemungutan
pada hari kerja terakhir
dipungut DJBC pajak
minggu berikutnya
PPh pasal 22 yang
dipungut Kuasa disetor pada hari yang
Pengguna sama dengan pelaksanaan
11
Anggaran/Pejabat pembayaran/pencairan
penanda tangan melalui KPPN
SPM
disetor pada 7 hari setelah
pelaksanaan pembayaran
PPh pasal 22 yang atas penyerahan barang paling lama 14 (empat
12 dipungut yang dibiayai APBN/APBD, belas) hari setelah Masa
bendahara dengan menggunakan SSP Pajak berakhir
an. Rekanan dan di tanda
tangani Bendahara
PPh pasal 22 yang
pemungutannya paling lama 20 (dua puluh)
tanggal 10 (sepuluh) bulan
13 dilakukan oleh hari setelah Masa Pajak
berikutnya
WP Badan berakhir
tertentu
PPN atau PPN paling lama akhir bulan
dan PPnBM yang berikutnya setelah Masa
14 akhir bulan berikutnya
terutang dalam Pajak berakhir
satu Masa Pajak
PPN yang
terutang atas
pemanfaatan BKP tanggal 15 (lima belas)
15
tidak berwujud bulan berikutnya
dan/atau JKP
dari luar pabean
PPN Kegiatan
Membangun tanggal 15 (lima belas)
16
Sendiri / PPN bulan berikutnya
KMS
PPN, PPnBM
yang dipungut
disetor pada hari yang
pejabat
17 sama saat pelaksanaan
penandatangan
pembayaran melalui KPPN
SPM sebagai
pemungut PPN
18 PPN, PPnBM 7 (tujuh) hari setelah
yang dipungut tanggal pelaksanaan
bendahara pembayaran melalui KPPN
pengeluaran
sebagai pemungut
PPN
PPN, PPnBM
yang dipungut
oleh pemungut tanggal 15 (lima belas)
19
PPN selain bulan berikutnya
Bendahara
Pemerintah
PPh Pasal 25 bagi
Wajib Pajak
dengan kriteria
tertentu
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3b)
dibayar paling lama pada
20 Undang-Undang
akhir Masa Pajak terakhir
KUP yang
melaporkan
beberapa Masa
Pajak dalam satu paling lama 20 (dua puluh)
Surat hari setelah Masa Pajak
Pemberitahuan berakhir
Masa
Pembayaran
masa selain PPh
Pasal 25 bagi
harus dibayar paling lama
Wajib Pajak
sesuai dengan batas waktu
21 dengan kriteria
untuk masing-masing jenis
tertentu
pajak
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3b)

KETENTUAN MENGENAI PEMBAYARAN PAJAK

 Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran


dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa
Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas)
hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak. (Pasal 9 ayat 1 UU KUP)

 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat


Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas
sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
disampaikan. (Pasal 9 ayat 2 UU KUP)

 Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (Pasal 9 ayat
3 UU KUP)

 Dirjen Pajak atas permohonan WP dapat memberikan persetujuan


untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk
kekurangan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
lama 12 (dua belas) bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 9 ayat 4 UU KUP)

BAGAIMANA (?)

 Pembayaran pajak yang dapat dilakukan dengan cara


mengangsur atau menunda pembayaran: 

o pajak yang masih harus dibayar dalam STP, SKPKB,


SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding,
serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang terutang bertambah; dan PPh Pasal 29
(PPh Kurang Bayar)

o dengan syarat: WP terlebih dahulu mengajukan


permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak kepada DJP

 Jika hari libur :

o hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional

o termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan


Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan
cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh
Pemerintah

o pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada


hari kerja berikutnya
 Tempat Pembayaran : menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas
negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dilakukan di Kantor
Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan (untuk SSP)

SSP dan SSPE (E-Billing)


Formulir Surat Setoran Pajak via finansialku.com

Formulir SSP lazimnya berisi 4 lembar :

Lembar 1         : untuk isian arsip wajib pajak.


Lembar 2         : untuk Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara
(KPPN).

Lembar 3         : untuk dilaporkan wajib pajak ke KPP.

Lembar 4         : untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran atau bank.

            Sesuai dengan perkembang tekhnologi, maka SSP sekarang sudah


digantikan dengan SSPE (Surat Setoran Pajak Elektronik) atau terkenal
dengan E-BILILING. SSPE (Surat Setoran Pajak Elektronik) pajak
online atau aplikasi surat setoran elektronik ini akan menerbitkan kode
billing (ID billing) pajak untuk berbagai kode akun pajak dan kode jenis
setoran, yang nantinya kode billing (ID billing) yang telah diberikan dapat
digunakan wajib pajak (baik badan usaha maupun orang pribadi) untuk
pembayaran pajak secara online maupun pembayaran melalui bank. Untuk
lebih lengkapnya bisa langsung masuk ke website

SANKSI

Sanksi administrasi untuk keterlambatan pembayaran/


penyetoran pajak terutang pada suatu masa pajak

Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),


yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan. (Pasal 9 ayat 2a UU KUP)

Sanksi administrasi untuk keterlambatan pembayaran pajak


yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh

Atas pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai dari
berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan. (Pasal 9 ayat 2b UU KUP)

Sanksi administrasi karena pajak yang masih harus dibayar


dalam SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan
Banding atau Putusan PK  tidak/kurang dibayar
Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali,
yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa,
yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan
atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 19 ayat 1 UU KUP)

Sanksi administrasi karena mengangsur atau menunda


pembayaran pajak

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda


pembayaran pajak juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang masih harus
dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 19
ayat 2 UU KUP)

Sanksi pidana tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau


dipungut

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah


dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar. (Pasal 39 ayat 1 huruf i UU KUP)

Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali


menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak
pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan. (Pasal 39 ayat 2 UU
KUP)

Sumber:

https://pajakuntuknegeri.wordpress.com/2017/10/28/pembayaran-penyetoran-pajak/

Anda mungkin juga menyukai