Anda di halaman 1dari 45

* PENYETORAN, PEMOTONGAN

DAN PELAPORAN PAJAK

KMMI
Tax on Demand for Millennials
* SURAT SETORAN PAJAK (SSP)
PENGERTIAN

Surat Setoran Pajak adalah surat yang


oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke kas negara melalui
Kantor Pos dan atau bank badan usaha milik
Negara atau bank badan usaha milik Daerah
atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan
2
*Fungsi dan Tempat
Fungsi Pembayaran
1. Sebagai sarana atau alat untuk membayar pajak
2. Sebagai bukti pembayaran pajak
Tempat Pembayaran
◦ .Kantor Pos
◦ Bank badan usaha milik Negara atau Bank
badan usaha milik Daerah
◦ Bank-bank lain yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Anggaran

3
BATAS WAKTU PEMBAYARAN PAJAK
1. Pembayaran Masa (Bulanan)
Pembayaran masa adalah pembayaran yang dilakukan pada
setiap masa pajak.
Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang
untuk suatu saat atau Masa Pajak ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dengan batas waktu tidak melewati 15 hari setelah
saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir. Keterlambatan
dalam pembayaran dan penyetoran tersebut berakibat
dikenakannya sanksi administrasi sesuai ketentuan yang berlaku.

4
Batas Waktu Pembayaran Masa
No. JENIS PAJAK BATAS WAKTU PEMBAYARAN
1. PPh Pasal 21 Paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
2. PPh Pasal 22-Impor Harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak
bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk,
dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan harus dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen impor
3. PPh Pasal 22 – Direktorat Harus disetor dalam jangka waktu sehari setelah
Jenderal Bea dan Cukai pemungutan pajak dilakukan
(DJBC)
4. PPh Pasal 22 - Harus disetor pada hari yang sama dengan
Bendaharawan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan
barang yang dibiayai dari belanja Negara atau
belanja Daerah, dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak yang telah diisi dan atas nama
rekanan serta ditandatangani oleh Bendaharawan
Pemerintah

5
5. PPh Pasal 22 - Pertamina atas Harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak
hasil produksinya dan sebelum Surat Perintah Pengeluaran
penyerahan bakar minyak dan Barang (Delivery Order) ditebus
gas oleh Badan Usaha lain

6. Pajak Penghasilan Pasal 22 harus disetor paling lambat tanggal 10


Badan tertentu sebagai bulan takwim berikutnya
Pemungut Pajak selain badan
tersebut pada angka 5

7. PPh Pasal 23 dan 26 Paling lambat tanggal 10 bulan takwim


berikutnya setelah bulan saat terutangnya
pajak
8. PPh Pasal 25 Paling lambat tanggal 15 bulan takwim
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
9. PPN & PPn BM – Impor Harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak
bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk, dan apabila pembayaran Bea
Masuk ditunda atau dibebaskan harus
dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
impor

6
10. PPN & PPn BM – DJBC Harus disetor dalam jangka waktu sehari
setelah pemungutan pajak dilakukan

11. PPN & PPn BM terutang pada Harus disetor paling lambat akhir bulan
masa pajak takwim berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir

12. PPN & PPn BM – Bendaharawan Harus disetor paling lambat tanggal 7
atau instansi pemerintah yang bulan takwim berikutnya setelah Masa
ditunjuk Pajak berakhir

13. PPN & PPn BM yang dipungut Harus disetor paling lambat tanggal 15
oleh Pemungut PPN selain bulan takwim berikutnya setelah Masa
Bendaharawan Pemerintah atau Pajak berakhir
Instansi Pemerintah yang ditunjuk

7
2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan
Apabila pada waktu pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan ternyata masih terdapat kekurangan pembayaran pajak
yang terutang, maka kekurangan pembayaran pajak tersebut harus
dibayar lunas paling lambat tanggal akhir bulan ketiga bagi WPOP
dan akhir bulan keempat bagi WP Badan setelah Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak berakhir sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan itu disampaikan.
3. Pembayaran karena terbitnya Surat Ketetapan atau Surat
Keputusan
Terhadap Surat Ketetapan dan Surat Keputusan seperti Surat
Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan
8 sejak tanggal diterbitkan.
SANKSI BERKENAAN DENGAN PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN
PAJAK
Apabila pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan setelah
tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan yang dihitung
dari jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran,
dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

Catatan
1. Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran atau penyetoran
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
2. Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal 9Pajak.
3. Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23, dan Pasal 26, memberikan tanda bukti pemotongan
atau tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan
yang dibebani membayar Pajak Penghasilan yang dipotong atau
dipungut, dan khusus untuk Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan
atau pegawai tetap, hanya diberikan bukti pemotongan tahunan
paling lambat 2 bulan setelah tahun takwim berakhir.
4. Jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang tidak
dibayar oleh Penanggung Pajak, ditagih dengan Surat Paksa.

10
CONTOH KASUS TENTANG KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK
Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun 2002
sejumlah Rp10.000.000,00 sebulan. Angsuran Masa Pajak
Mei Tahun 2002 dibayar tanggal 18 Juni 2002 dan
dilaporkan tanggal 19 Juni 2002. Tanggal 15 Juli 2002
diterbitkan Surat Tagihan Pajak karena terlambat
melakukan pembayaran yang seharusnya dilakukan
paling lambat tanggal 15 Juni 2002. Atas keterlambatan
tersebut, wajib pajak dikenakan sanksi bunga yang
ditagih dengan STP dengan perhitungan sebagai berikut :
Sanksi bunga dihitung 1 bulan = 1 x 2% x
Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
11
* MENGANGSUR DAN MENUNDA PEMBAYARAN PAJAK

Wajib Pajak dapat mengangsur atau menunda pembayaran:


a. Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah.
b. Kekurangan pembayaran Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang No.7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan undang- undang No.28 Tahun 2007
Catatan
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2% sebulan, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
12
Surat Pemberitahuan adalah surat
yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek
pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

* SURAT PEMBERITAHUAN
(SPT)

13
1. Bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan
sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam 1 Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan
objek pajak
*FUNGSI SPT
c. Harta dan kewajiban
d Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau
badan lain dalam 1 Masa Pajak, yang ditentukan
peraturan perundang- undangan perpajakan yang
berlaku. 14
2. Bagi Pengusaha Kena Pajak
sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang:
a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan
atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang
ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang -
undangan perpajakan yang berlaku
3. Bagi pemotong atau pemungut pajak sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak
yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya

15
1. Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa)
adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
2. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)
adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.

*JENIS-JENIS SPT
16
1. SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26 (1721)
2. SPT Masa PPh Pasal 22
3. SPT Masa PPh Pasat 23 dan Pasal 26
4. SPT Masa PPh Pasal 25
5. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
6. SPT Masa PPh Pasal 15
7. SPT Masa PPN
*JENIS-JENIS SPT MASA
8. SPT Masa PPN bagi Pemungut
9.  SPT Masa PPN bagi Pengusaha Kena Pajak
Pedagang Eceran yang menggunakan nilai lain
sebagai Dasar Pengenaan Pajak
10.SPT Masa PPn BM 17
1. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771-Rupiah)
2. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Inggris dan mata
uang Dollar Amerika Serikat (1771-US)
2. SPT Tahunan Pajak PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang
mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pembukuan dengan NPPN (1770)

*JENIS-JENIS SPT
TAHUNAN
18
*Jenis-Jenis SPT (Lanj)
4. SPT Tahunan WPOP yang mempunyai
penghasilan dari satu atau lebih pemberi
kerja, dalam negeri lainnya, dan yang
dikenakan PPh Final dan/atau bersifat
final (1770 S)
5. SPT Tahunan WPOP yang mempunyai
penghasilan dari satu pemberi kerja
dengan penghasilan bruto tidak lebih dari
Rp 60.000.000 setahun (1770 SS)
19
* Cara Memperoleh SPT

a. Mengambil atau meminta dari :


1. Kantor Pelayanan Pajak
2. Kantor Penyuluhan Pajak
3. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
4. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atau
5. Kantor Pusat Direkdorat Jenderal Pajak.
6. Dari Internet dengan alamat situs internet atau
Homepage Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:
http://www.pajak.go.id
b. Mencetak/menggandakan/fotokopi sendiri dengan
bentuk dan isi yang sama dengan aslinya.
20
* Pengisian SPT
1. Mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku, dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, dan satuan mata
uang Rupiah.
2. Bagi Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri
Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah,
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa
Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang
pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
3. Pengisian Surat Pemberitahuan yang tidak benar yang
mengakibatkan pajak yang terutang kurang dibayar, akan
dikenakan sanksi sesuai peraturan
21
perundang-undangan
Perpajakan.
a. Untuk WP Orang Pribadi ditandatangani oleh wajib pajak
b. Untuk WP badan, ditandatangani oleh pengurus atau direksi.
c. Bila ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib Pajak, harus
dilampiri surat kuasa khusus.

*Penandatanganan SPT
22
* Lampiran SPT
1 Untuk Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan harus
dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan
laba rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
2. SPT Masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar
Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan, dan jumlah kekurangan atau kelebihan
pajak.
3. Keterangan dan dokumen yang dapat berupa antara lain surat
kuasa, surat keterangan tentang perkawinan dengan pisah harta
dan penghasilan, dokumen yang berkenaan dengan impor atau
ekspor dan Surat Setoran Pajak.

Catatan
SPT Masa dan Tahunan harus dilengkapi.dan atau dilampiri juga
dengan keterangan dan atau dokumen tertentu lain, yang diperlukan
atau disebutkan dalam Surat Pemberitahuan atau petunjuk
pengisiannya yang ditetapkan oleh Direktur
23 Jenderal Pajak. 
* Penyampaian SPT
Setelah diisi dan ditandatangani serta dilengkapi dengan
lampiran yang ditentukan, SPT harus disampaikan ke kantor
Direktorakt Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau
dikukuhkan dalam batas waktu yang telah ditentukan.
Bagi Wajib Pajak tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan, diperkenankan untuk melaporkan beberapa
Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa.
Cara Menyampaikan SPT
1. Diantar Langsung (minta tanda terima)
2. Melalui Kantor Pos
3. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang
ditunjuk
4. eFilling
24
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lambat 20 hari setelah
akhir Masa Pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan,
1. OP = paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak.
2. Badan= Paling lama 4 Bulan setelah akhir Tahun Pajak

Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu


yang telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian
*Batas
Surat Pemberitahuan Waktu
Tahunan, Penyampaian
diterbitkan Surat Teguran. SPT

25
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
Batas Waktu
Yang Menyampaikan
No. Jenis Pajak Penyampaian
SPT
SPT
1. Pajak Penghasilan Pasal 21 Pemotong PPh Pasal Paling lambat 20 hari
21 setelah Masa Pajak
berakhir
2. PPh Pasal 22 - Pertamina Pertamina dan Badan paling lambat 20 hari
atas hasil produksinya dan Usaha lain setelah Masa Pajak
penyerahan bakar minyak berakhir
dan gas oleh Badan Usaha
lain
Pajak Penghasilan Pasal 22 Badan Tertentu yang paling lambat 20 hari
Badan tertentu sebagai ditunjuk setelah Masa Pajak
Pemungut Pajak selain berakhir.
badan tersebut pada angka
5

26
4. PPh Pasal 22 Impor - Dirjen Bea dan Melaporkan hasil
Direktorat Jenderal Bea Cukai pemungutannya secara
dan Cukai (DJBC) mingguan paling lambat 7
hari setelah batas waktu
penyetoran pajak berakhir.

5. PPh Pasal 22 – Bendaharawan Melaporkan hasil


Bendaharawan pemungutannya paling
lambat 14 hari setelah Masa
Pajak berakhir.
6 Penghasilan Pasal 23 Pemotong PPh Paling lambat 20 hari setelah
Pasal 23 Masa Pajak berakhir

7. Pajak Penghasilan 25 Wajib Pajak Paling lambat 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir

8. Pasal 26 Pemotong PPh Paling lambat 20 hari setelah


Pasal 26 Masa Pajak berakhir

27
9. PPN & PPnBM Impor – Dirjen Bea dan Melaporkan hasil
DJBC Cukai pemungutannya secara
mingguan paling lambat 7
hari setelah batas waktu
penyetoran pajak berakhir.

10. PPN & PPn BM terutang Pengusaha Kena Paling lambat 20 hari setelah
pada masa pajak Pajak Masa Pajak berakhir.

11. PPN & PPn BM – Bendaharawan Paling lambat 14 hari setelah


Bendaharawan atau atau Instansi Masa Pajak berakhir.
instansi pemerintah yang Pemerintah yang
ditunjuk ditunjuk

12. PPN & PPn BM yang Pemungut selain Paling lambat 20 hari setelah
dipungut oleh Pemungut Bendaharawan Masa Pajak berakhir.
PPN selain Bendaharawan pemerintah atau
Pemerintah atau Instansi Instansi
Pemerintah yang ditunjuk Pemerintah

28
* Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Yang
Batas Waktu
No. Jenis Pajak Menyampaikan
Penyampaian SPT
SPT

1. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Yang Selambatnya 3 bulan


WPOP Mempunyai NPWP setelah berakhirnya tahun
pajak (biasanya tangal 31
Maret Tahun Pajak
berikutnya

2. SPT PPh WP Badan Selambatnya 4 bulan


Badan setelah akhir tahun pajak

29
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian
Surat Pemberitahuan, dikenakan sanksi adminsirasi berupa denda
sebesar :
a. Rp 500.000 untuk SPT-Masa PPN dan Rp. 100.000,00 untuk
Surat Pemberitahuan Masa Lainnya
b. Rp. 100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan untuk WPOP
dan Rp 1.000.000 untuk WP Badan
* Sanksi Administrasi Atas Pelanggaran
Kewajiban Untuk Menyampaikan SPT

30
1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan
usaha atau melakukan pekerjaan bebas, yang tidak
mempunyai kewajiban membayar angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25 tahun pajak berjalan, dikecualikan
dari kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Penghasilan Pasal 25.
2. Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilan netonya
tidak melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak,
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 dan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
* Wajib Pajak Tertentu Yang Dikecualikan Dari
Kewajiban Untuk Menyampaikan SPT

31
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Tertentu adalah
Wajib Pajak Non Efektif.
Wajib Pajak yang dapat digolongkan dalam Wajib Pajak
Non Efektif adalah:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia
yang belum diterima pemberitahuan tertulis secara
resmi dari ahli warisnya sehingga masih terdaftar dalam
administrasi Direktorat Jenderal Pajak
2. Wajib Pajak badan yang tidak lagi melakukan
kegiatan usaha tetapi belum dibubarkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
3.  Wajib Pajak yang tidak diketahui lagi alamatnya

* Wajib Pajak Tertentu Yang Dikecualikan Dari Pengenaan


Sanksi Administrasi Berupa Denda Karena Tidak
Menyampaikan SPT Dalam Jangka Waktu Yang Ditentukan

32
* Penundaan atau Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Tata Cara Penundaan


Mengajukan Permohonan secara tertulis disertai:
1. Alasan-alasan penundaan penyampaian SPT Tahunan
2. Surat Pernyataan mengenai penghitungan sementara pajak
terutang dalam 1 Tahun Pajak
3. Bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.

33
Catatan
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat
Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang
terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, maka
atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenakan bunga
sebesar 2% sebulan yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan sampai dengan tanggal
dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 bulan.

34
* KASUS PENUNDAAN PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN

PT A pada tanggal 10 Maret 2002 mengajukan permohonan penundaan


pemasukan SPT tahunan PPh Tahun Pajak 2001 dan sekaligus mengisi dan
memasukkan SPT Tahunan sementara dengan perhitungan sebagai berikut:
Pajak Terutang tahun 2001 Rp. 30.000.000,00
Kredit Pajak selama tahun 2001
- PPh 22 Rp. 2.000.000,00
- PPh 23 Rp. 3.000.000,00
- Surat Tagihan Pajak Rp. 4.000.000,00
- Pajak dibayar di Luar Negeri Rp.5.000.000,00
- PPh Pasal 25 Rp. 6.000.000,00 (+)
Jumlah Kredit Pajak Rp. 20.000.000,00 (-)
Pajak Kurang bayar Rp. 10.000.000,00
Dilunasi tanggal 8 Maret 2002 Rp. 10.000.000,00 (-)
PPh (Kurang)/lebih bayar Nihil

35
Pada tanggal 25 Juli 2002 PT A memasukkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak
2001 dengan jumlah pajak terutang sebenarnya adalah sebesar Rp.
35.000.000,-
Maka jumlah pajak yang harus dibayar oleh PT. A sebelum memasukkan SPT
Tahunan PPh Tahun Pajak 2001 adalah dengan perhitungan sebagai berikut:
PPh Terutang tahun pajak 2001 sebenarnya Rp.35.000.000,00
Pajak yang telah dibayar
1. Tahun 2001 melalui kredit pajak Rp. 20.000.000,00
2. Tahun 2002 tanggal 8 Maret Rp. 10.000.000,00 (+)
Jumlah Pajak yang telah dibayar Rp.30.000.000,00 (-)
Jumlah pajak yang kurang bayar Rp. 5.000.000,00
Sanksi bunga 4 x 2 % x Rp. 5.000.000,00 Rp. 400.000,00 (+)
Jumlah pembayaran Rp. 5.400.000,00

36
Bila PT A pada kasus diatas terlambat menyampaikan SPT Tahunan PPh
Tahun Pajak 2001 dengan tidak memasukkan permohonan penundaan dan
tidak memasukkan SPT Tahunan Sementara, maka jumlah yang harus
dibayar pada saat memasukkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2001 pada
tanggal 25 Juli 2002 adalah sebagai berikut:

PPh Terutang tahun pajak 2001 Rp. 35.000.000,00


Kredit Pajak selama tahun 2001
- PPh 22 Rp. 2.000.000,00
- PPh 23 Rp. 3.000.000,00
- STP Rp. 4.000.000,00
- Pajak dibayar di LN Rp.5.000.000,00
- PPh Pasal 25 Rp. 6.000.000,00 (+)
Jumlah Kredit Pajak Rp. 20.000.000,00 -
Pajak Kurang bayar Rp. 15.000.000,00
Denda terlambat penyampaian SPT Tahunan Rp. 100.000,00
Sanksi administrasi 4 x 2 % x 15.000.000 Rp. 1.200.000,00 +
Jumlah yang harus dibayar Rp. 16.300.000,00

37
* Pembetulan SPT
a. Dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak,
bagian tahun pajak atau Tahun Pajak

1. Sebelum dilakukan pemeriksaan oleh dirjen pajak


Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis

Sanksi Administrasi
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
maka kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat
penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran karena pembetulan Surat Pemberitahuan itu.

38
2. Setelah dilakukan pemeriksaan tapi belum dilakukan Penyidikan
oleh Dirjen Pajak
Sekalipun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi sepanjang
belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran
yang dilakukan Wajib Pajak, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib
Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak
dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya
tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak
yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi.

Sanksi Administrasi
Denda sebesar 2 kali jumlah pajak yang kurang dibayar.

Catatan
Namun bilamana telah dilakukan tindakan penyidikan dan mulainya
penyidikan tersebut diberitahukan kepada Penuntut Umum, maka
kesempatan untuk membetulkan sendiri sudah tertutup bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan.

39
b. Setelah lewat jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya
masa pajak, bagian tahun pajak atau Tahun Pajak
1. Sepanjang Dirjen Pajak belum menerbitkan surat
ketetapan pajak, dan terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi
lebih besar atau
b. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi
lebih kecil atau
c. Jumlah harta menjadi lebih besar atau
d. Jumlah modal menjadi lebih besar.

Sanksi Administrasi
kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang
dibayar, harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum
laporan tersendiri dimaksud disampaikan.
40
2. Sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan
pemeriksaan, Wajib Pajak dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang telah
disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima Keputusan
Keberatan atau Putusan Banding mengenai surat ketetapan pajak
tahun pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang
berbeda dari ketetapan pajak yang diajukan keberatan atau
Keputusan Keberatan yang diajukan banding, dalam jangka waktu
3 bulan setelah menerima Keputusan Keberatan atau Putusan
Banding tersebut.

41
1. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
tahun dan atau denda paling tinggi 2 kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
untuk setiap orang yang karena kealpaannya :
a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara

*SANKSI PIDANA SEHUBUNGAN DENGAN


PELANGGARAN KETENTUAN TENTANG SPT

42
2. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling
tinggi 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
untuk setiap orang yang dengan sengaja:
a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau keterangan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara
c. Pidana sebagaimana dimaksud dalam angka2 dilipatkan 2 apabila
seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum
lewat 1 tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara
yang dijatuhkan.
d. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda
paling tinggi 4 kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau
kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak.untuk setiap orang yang
melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyampaikan
Surat Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau
melakukan kompensasi pajak.

43
Catatan
1. Ketentuan tentang sanksi pidana diatas berlaku juga bagi wakil,
kuasa, atau pegawai dari wajib pajak, yang menyuruh
melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan,
atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
2. Tindak pidana dibidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah
lampau waktu sepuluh tahun sejak saat terutangnya pajak,
berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak atau
berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.

44
WP Fiskus

Hitung

SKP

Keberatan/Banding

Pemeriksaan Surat Paksa


Setor

STP

Tinjau ulang
Penelitian
Lapor

Anda mungkin juga menyukai