Anda di halaman 1dari 61

PEMBAYARAN,

PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN
DAN PELAPORAN

Wida Fadhlia
Dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai
dengan self assesment system, Wajib Pajak wajib
melakukan sendiri penghitungan, pembayaran dan
pelaporan pajak yang terutang.
Setelah menghjitung pajak terutang, kewajiban WP
dalam Self Assessment System selanjutnya adalah
menyetor atau membayar pajak terutang ke kas negara
apabila terdapat pajak yang harus disetor
Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan cara:

1. Membayar sendiri pajak yang terutang, melalui pembayaran


angsuran setiap bulan (PPh pasal 25) dan pelunasan pajak
pada akhir tahun pajak (PPh pasal 29).
2. Pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh pasal 4(2),
15, 21, 22, 23, dan 26).
3. Pembayaran pajak di luar negeri (PPh pasal 24)
4. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau pihak yang ditunjuk
pemerintah.
5. Pembayaran pajak lainnya (PBB, BPHTB, dan Bea Materai).
SARANA PEMBAYARAN
 Pasal 10 Ayat 1 UU KUP menegaskan Wajib Pajak wajib membayar atau
menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan SSP (Surat Setoran
Pajak) ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
 Surat Setoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai

bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima
pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
 bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan

menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
SURAT SETORAN PAJAK (SSP)

adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang


telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau
telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk olehMenteri
Keuangan

SSP diisi sesuai bentuk dan isi formulir SSP sebagaimana


ditetapkan dengan Peraturan Dirjen Pajak
(PER-38/Pj/2009)
JENIS SSP

1. SSP Standar
adalah bukti pembayaran atau penyetoran
pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan
dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan.

SSP
2. SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak)
adalah surat yang digunakan untuk
melakukan pembayaran dan sebagai bukti
pembayaran atau penyetoran penerimaan
negara dalam rangka impor
SSP STANDAR

SSP Standar dibuat dalam rangkap 4 (empat), dengan peruntukan


sbb: 
a. Lembar ke-1 : untuk arsip Wajib Pajak.
b. Lembar ke-2 : untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN).
c. Lembar ke-3 : untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP.
d. Lembar ke-4 : untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran.
e. Jika diperlukan, SSP dapat dibuat rangkap 5 (lima) : untuk arsip
pemungut atau pihak lain.
 
Satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran
satu jenis pajak dan untuk satu Masa Pajak atau satu Tahun
Pajak/Surat Ketetapan Pajak/Surat Tagihan Pajak, dengan
menggunakan satu kode Akun Pajak dan satu Kode Jenis
Setoran
TEMPAT PEMBAYARAN
PMK No. 184/PMK.03/2010 menegaskan :
1. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor
Pos atau bank yang ditunjuk Menkeu (bank persepsi)
2. SSP (Surat Setoran Pajak) atau sarana administrasi lain
yang berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila
telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran
yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi
dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara, pada
umumnya SSP yang dibayarkan ke bank persepsi atau
kantor pos yang sudah online dengan kantor kas negara
terdapat nomor transaksi penerimaan negara
BAGAIMANA APABILA SSP LEMBAR KE-1 HILANG?

Wajib pajak dapat melakukan langkah-langkah berikut ini:


1. Wajib pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada KPP
tempat wajib pajak terdaftar untuk mendapatkan kopi SSP yang
hilang.
2. Berdasarkan surat permohonan tersebut, KPP akan mencocokkan SSP
lembar ke-3 yang dilaporkan wajib pajak bersamaan dengan SPT,
dengan SSP lembar ke-2 yang berasal dari KPPN.
3. Jika antara lembar ke-2 dan ke-3 sudah cocok, maka lembar ke-2 atau
ke-3 di fotokopi, kemudian dilegalisir oleh KPP setempat.
4. Kopi dibuat dalam rangkap 2 (dua) yaitu :

 - Lembar ke-1 : untuk arsip wajib pajak. 


- Lembar ke-2 : untuk KPP setempat.
JANGKA WAKTU (JATUH TEMPO) PEMBAYARAN

Jangka waktu pembayaran dikelompokkan sbb :


1. Pembayaran pajak secara bulanan/Masa Pajak

2. Pembayaran pajak tahunan

3. Pembayaran ketetapan pajak atas STP, SKPKB,


SKPKBT, dan tambahan pajak yang tercantum dalam
SK Dirjen Pajak : surat keputusan keberatan, surat
keputusan pembetulan, serta tambahan pajak yang
tercantum dalam putusan banding Badan Pengadilan
Pajak dan putusan peninjauan kembali MA
JANGKA WAKTU (JATUH TEMPO) PEMBAYARAN

Pasal 9 UU KUP menjelaskan :


Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh
tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang
terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi
masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima
belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak.
JANGKA WAKTU (JATUH TEMPO) PEMBAYARAN

 Bila tanggal jatuh tempo pembayaran atau


penyetoran pajak bertepatan dengan hari
libur termasuk hari sabtu atau hari libur
nasional, pembayaran atau penyetoran pajak
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
 Hari libur nasional termasuk hari yang
diliburkan untuk penyelenggaraan pemilu
yang ditetapkan pemerintah dan cuti bersama
secara nasional yang ditetapka pemerintah
PENUNDAAN ATAU PENGANGSURAN PEMBAYARAN
PAJAK
Pasal 9 ayat (4) UU Kup :
 Atas permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat memberikan
persetujuan untuk mengangsur atau menundapembayaran pajak yang terutang
termasuk kekurangan pembayaran Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan meskipun tanggal jatuh
tempo pembayaran telah ditentukan.
 Kelonggaran tersebut diberikan dengan hati-hati untu paling lama 12 (dua belas)
bulan dan terbatas kepada Wajib Pajak yang benar-benar sedang mengalami
kesulitan likuiditas.
 Pembayaran pajak yang dapat diangsur atau ditunda adalah :

a. Pajak yang masih harus dibayar dalam STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan,
SK Keberatan, Putusan Banding, Serta Putusan Peninjauan kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang terutang bertambah
b.PPh ps 29
PEMBAYARAN PAJAK
Jatuh Tempo
Pembayaran Pajak
PPh Pasal 4(2)
PPh Pasal 15 tanggal 15 bulan berikutnya
Wajib Pajak PPh Pasal 25

PPh Pasal 29 sebelum SPT Tahunan disampaikan

PPh Pasal 4(2)


Pemotong/ PPh Pasal 15
PPh Pasal 21
tanggal 10 bulan berikutnya
Pemungut
PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 25 bagi WP usaha kecil


atau WP di daerah tertentu paling lama pada akhir Masa
(melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 Pajak terakhir
SPT Masa)

*Berdasarkan Pasal 9 UU KUP dan


PMK 184/PMK.03/2007
PEMBAYARAN PAJAK

Jatuh Tempo
Pembayaran Pajak
Wajib Pajak
Sebelum pelaporan
selain bend./Pemungut
PPN & PPnBM
Bendaharawan tanggal 7 bulan berikutnya
Pemungut tanggal 10 bulan berikutnya

Importir (WP) saat penyelesaian doc.


DJBC 1 hari kerja
PPh Pasal 22
Bendaharawan hari yg sama
Pemungut tanggal 10 bulan berikutnya
PEMBAYARAN PAJAK

Jatuh Tempo Pembayaran

STP, SKPKB, SKPKBT, SK


1 bulan sejak tanggal
Keberatan, SK
Pembetulan, Putusan
diterbitkan
Banding, & Putusan PK

*Berdasarkan Pasal 9 UU KUP dan


PMK 184/PMK.03/2007
ANGSURAN & PENUNDAAN

WP dapat mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda


pembayaran pajak dalam:

STP, SKPKB, SKPKBT, SK-


Keberatan, SK- 9 hari kerja
Pembetulan, Putusan sebelum jatuh
Banding, & Putusan PK tempo sanksi bunga
2% per bulan
yg menyebabkan jumlah pajak yg
terutang bertambah
alasan & jumlah (kecuali untuk STP)
pembayaran
pajak
PPh Pasal 29

* Apabila ternyata batas waktu 9 hari kerja tidak dapat dipenuhi oleh Wajib Pajak karena keadaan di luar kekuasaannya,
permohonan WP masih dapat dipertimbangkan oleh Dirjen Pajak
*Berdasarkan Pasal 9 & 19 UU KUP,
PMK 184/PMK.03/2007 & PER - 38/PJ/2008
PELAPORAN MELALUI
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
SPT
PASAL 1 ANGKA (10), (11), DAN (12)

Merupakan surat yang digunakan WP untuk melaporkan


penghitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban.

Untuk suatu masa pajak. Untuk suatu tahun pajak


atau bagian tahun pajak.

SPT Masa SPT Tahunan

23
FUNGSI SPT PPH BAGI WP PPh PENJELASAN PASAL 3 AYAT (1)

Sarana pelaporan dan pertanggungjawaban


penghitungan PPh terutang.
• Pembayaran atau pelunasan pajak yang
telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain.
• Penghasilan yang merupakan objek dan
bukan Objek Pajak, Harta dan kewajiban.
• Pembayaran dari pemotong atau pemungut.

24
FUNGSI SPT BAGI PKP
PENJELASAN PASAL 3 AYAT (1)

Sarana pelaporan dan pertanggungjawaban


penghitungan PPN atau PPnBM terutang.

Sarana melaporkan tentang:

• Pengkreditan PPN Masukan terhadap PPN


Keluaran.
• Pembayaran atau pelunasan pajak yang
telah dilaksanakan sendiri atau melalui pihak
lain.

25
FUNGSI SPT BAGI BAGI WP PEMOTONG/PEMUNGUT
PENJELASAN PASAL 3 AYAT (1)

Sarana pelaporan dan pertanggungjawaban


penghitungan PPN atau PPnBM terutang.

Sarana melaporkan tentang:

• pajak yang dipotong/dipungut dan


disetorkannya.

26
FUNGSI SPT BAGI WP PEMOTONG/PEMUNGUT

sebagai sarana bagi pemotong/pemungut untuk


melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak
yang dipotong/dipungut dan disetorkannya.
JENIS SPT
PPh;
21/26, 22, 23/26, 4 ayat (2), 15,
SPT Masa
SPT yang digunakan untuk
melakukan pelaporan atas PPN
pembayaran pajak bulanan
PPN Pemungut

SPT
PPh Badan (1771-Rp, 1771-US)
SPT Tahunan
SPT yang digunakan untuk
pelaporan tahunan
PPh OP (1770, 1770 S, 1770 SS)
SPT TAHUNAN
 SPT Tahunan WP Badan (1771-Rupiah)
 SPT Tahunan WP Badan yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa
Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat (1771-US)
 SPT Tahunan WP OP yang mempunya penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pembukuan atau norma penghitungan penghasilan neto; dari 1 atau
lebih pemberi kerja; yang dikenakan PPh Final dan/atau bersifat final; dan dari
penghasilan lain (1770)
 SPT Tahunan WP OP yang mempunya penghasilan dari 1 atau lebih pemberi kerja;
dalam negeri lainnya; dan yang dikenakan PPh Final dan/atau bersifat final; dan dari
penghasilan lain atau WP yang memiliki penghasilan bruto sama dengan atau lebih dari
Rp. 60.000.000(1770 S)
 SPT Tahunan WP OP yang mempunya penghasilan dari 1 pemberi kerja dan tidak
mempunyai penghasilan lainnya kecuali bunga bank dan/atau bunga koperasi atau WP
yang memiliki peghasilan bruto dibawah Rp. 60.000000(1770 SS)
BENTUK SPT

1. Formulir Kertas (Hardcopy)


2. e-SPT yaitu SPT dalam bentuk elektronik dengan
menggunakan aplokasi e-SPT yang disediakan
oleh DJP. Aplikasi e-SPT adalah aplikasi dari
DJP yang dapat digunakan WP untuk membuat e-
SPT (e-Filing)
KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SPT

Benar

Mengisi Lengkap

Jelas

Menandatangani
WP Tempat
terdaftar

Tempat
Menyampaikan
dikukuhkan KPP
Mobil Pajak, Pojok
Tempat lain
Pajak, Drop Box
KETENTUAN PENGISIAN SPT
PASAL 4 DAN PENJELASAN PASAL 3 AYAT (1)

SPT bersifat benar.

• Yaitu benar dalam perhitungan, penerapan ketentuan


peraturan perundangan, penulisan, dan sesuai dengan
keadaan sebenarnya.

SPT bersifat lengkap.

• Yaitu memuat semua unsur yang berkaitan dengan objek


pajak dan unsur lain yang harus dilaporkan.

SPT bersifat jelas.

• Yaitu dapat melaporkan asal usul atau sumber dari objek


pajak dan unsur lain yang harus dilaporkan.

WP yang wajib melaksanakan pembukuan harus melengkapi SPT dengan


32
laporan keuangan.
PENGISIAN SPT HARUS BLJ

 Mengisi SPT adalah mengisi formulir SPT, dalam bentuk kertas


dan/atau dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas
sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam
penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
 Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan
objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT
 Jelas merupakan asal-usul atau sumber objek pajak dan unsur lain
yang harus diisikan dalam SPT.
PENANDATANGAN SPT

Biasa

Wajib Pajak Stempel

Pihak yang Elektronik


menandatangani
SPT
Kuasa
Wajib Pajak

Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa, surat kuasa khusus harus
dilampirkan pada SPT
CARA PENYAMPAIAN SPT

KPP
Langsung
KP2KP

Cara
Pos
Penyampaian
Jasa Ekspedisi
Cara Lain
e-filling

*Berdasarkan PMK Nomor 181/PMK.03/2007


TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SPT

WP wajib mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, jelas dan
menandatanganinya

SPT WP Badan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi

Dalam hal WP menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus


untuk mengisi dan menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut
harus dilampirkan pada SPT

SPT Tahunan PPh WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan


harus dilampiri dengan L/K berupa neraca dan L/R serta keterangan
lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya PKP

Dalam hal L/K diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak


dilampirkan pada SPT, SPT dianggap tidak lengkap dan tidak
jelas, sehingga SPT dianggap tidak disampaikan.
SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN
SPT tidak ditandatangani

SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan


dan/atau dokumen yg disyaratkan

SPT LB disampaikan setelah 3 tahun sesudah berakhirnya Masa


Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan WP telah ditegur
secara tertulis

SPT disampaikan setelah dilakukan pemeriksaan atau diterbitkan


skp

SPT dianggap tidak lengkap atau jelas

*Tidak melampirkan laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik


DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SPT

Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT adalah WP PPh tertentu

WPOP yang dalam satu Tahun


Pajak menerima/memperoleh SPT Tahunan PPh WPOP
penghasilan neto < PTKP

WPOP yang tidak menjalankan


SPT Masa PPh Pasal 25
kegiatan usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas
SPT UNTUK BEBERAPA MASA

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1
SPT Masa

WPOP Dalam Negeri


WP OP Peredaran usaha/ peredaran
Wajib Pajak bruto < 600 juta
usaha kecil
100% WNI
WP Badan
Peredaran usaha < 900 juta
Wajib Pajak
di daerah tertentu
BATAS PENYAMPAIAN SPT

BATAS WAKTU
Akhir bulan berikutnya

PPN
SPT Masa

3 bulan
SPT Tahunan PPh OP setelah akhir
Tahun Pajak

4 bulan
SPT Tahunan PPh Badan setelah akhir
Tahun Pajak

Perpanjangan (maksimal 2 bulan)

*Berdasarkan Pasal 3 UU KUP


BATAS WAKTU PEMBAYARAN DAN PELAPORAN
Jenis SPT Masa Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu Pelaporan

PPh Pasal 21/26 Tgl 10 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa pajak

PPh Pasal 23/26 Tgl 10 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa pajak

PPh Pasal 25 Tgl 15 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa pajak

PPh Pasal 22, PPN&PPnBM oleh 1 hari setelah dipungut 7 hari setelah pembayaran
Bea Cukai

PPh Pasal 22 Bendaharawan Pada hari yang sama saat Tanggal 14 bulan berikutnya
Pemerintah penyerahan barang

PPh Pasal 22 Pertamina Sebelum Delivery Order dibayar

PPh Pasal 22 Pemungut tertentu Tgl 10 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa pajak

PPH Pasal 4 ayat (2) Tgl 10 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa pajak

PPN&PPnBM PKP Tgl 15 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa pajak

PPN&PPnBM Bendaharawan Tgl 17 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa pajak

PPN&PPnBM Pemungut Non Tgl 15 bulan berikutnya 20 hari setelah akhir masa pajak
Bendaharawan
BATAS WAKTU PEMBAYARAN DAN PELAPORAN
Jenis SPT Tahunan Batas Waktu Pembayaran Batas Waktu Pelaporan
PPh WP OP Tgl 25 bulan ketiga setelah Paling lama 3 bulan setelah
berakhirnya tahun atau akhir tahun pajak atau bagian
bagian tahun pajak tahun pajak

PPh WP Badan Tgl 25 bulan keempat Paling lama 4 bulan setelah


setelah berakhirnya tahun akhir tahun pajak atau bagian
atau bagian tahun pajak tahun pajak

PBB 6 bulan sejak tanggal -


diterimanya SPPT

BPHTB Dilunasi pada saat -


terjadinya perolehan hak
atas tanah dan bangunan
SANKSI TIDAK MENYAMPAIKAN SPT

SANKSI
PPN Rp 500 Ribu
SPT Masa
Lainnya

SPT Tahunan PPh OP Rp 100 Ribu

SPT Tahunan PPh Badan Rp 1 Juta

*Berdasarkan Pasal 7 UU KUP


HAK WAJIB PAJAK
(SETELAH MENYAMPAIKAN SPT)

Memperpanjang jangka
paling lama 2 (dua) bulan
waktu penyampaian SPT

• DJP belum melakukan pemeriksaan


Membetulkan SPT yang • Paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa
telah disampaikan penetapan

Mengungkapkan • Pasal 8 ayat (3)


ketidakbenaran • Pasal 8 ayat (4) dan (5)

*Berdasarkan Pasal 4 dan 8 UU KUP


WP Membetulkan SPT dengan
PEMBETULAN SPT menyampaikan pernyataan
tertulis
Beri tanda di SPT

Syarat, belum dilakukan:


o Verifikasi dalam rangka menerbitkan SKP;
o Pemeriksaan; atau
o Pemeriksaan Bukti Permulaan.

rugi atau lebih bayar

TIDA
YA
K

sampai paling lama 2 (dua) tahun


daluwarsa sebelum daluwarsa
PEMBETULAN SPT
(KOMPENSASI KERUGIAN)

WP masih dapat membetulkan SPT meskipun


telah diterbitkan:
SKP
SK Keberatan yang menyatakan rugi fiskal
yang berbeda dengan rugi fiskal dalam jangka waktu
SK Pembetulan yang telah dikompensasikan 3 bulan
dalam SPT Tahunan yang akan
Putusan Banding dibetulkan tersebut
Putusan PK
Jangka waktu 2 tahun terlampaui

Syarat: Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan


thd SPT Tahun Pajak yang dibetulkan.

*Berdasarkan Pasal 8 (6) UU KUP


PEMBETULAN SPT
Kompensasi Kerugian

WP menerima:
yg menyatakan rugi fiskal yg berbeda dg rugi
SKP
fiskal yg telah dikompensasikan dalam SPT
Tahunan
SK Keberatan

SK Pengurangan
Ketetapan Pajak
WP tidak membetulkan
SK Pembatalan WP membetulkan SPT
SPT
Ketetapan Pajak
jangka waktu
SK Pembetulan
3 bulan Dirjen Pajak
sejak tanggal memperhitungkan rugi
Putusan Banding  stempel pos pengiriman
 diterima secara langsung fiskal
Putusan PK

atas Tahun Pajak sebelumnya atau


beberapa Tahun Pajak sebelumnya,
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN

Pemeriksaan SKP Penyidikan

Pengungkapan Ketidakbenaran dalam SPT

Sanksi denda 50% Sanksi denda 150%

*Berdasarkan Pasal 8 UU KUP


PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN (1)

Pengungkapan Wajib
Ketidakbenaran Pajak
Perbuatan
Tidak sesuai
dengan Usulan Penyidikan
keadaan yg
sebenarnya
Dirjen Pemeriksaan
Pajak Bukper
Terbuka tetap sesuai dengan
dilanjutkan keadaan yg
> dengan Temuan
Pemeriksaan sebenarnya
Pemeriksaan Bukper
Bukper
Terbuka
Laporan Hasil Pemberitahuan
Tidak Dilakukan
Pemeriksaan
Penyidikan
Bukper

Pemeriksaan terdapat
Bukper data lain
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN (2)

tidak menyampaikan SPT


alpa/
sengaja menyampaikan SPT tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yg isinya tidak benar

Syarat:
Kemauan sendiri
Ditandatangani WP
Pernyataan tertulis
penghitungan kekurangan pajak dalam
Sepanjang mulainya penyidikan belum format SPT
diberitahukan kpd penuntut umum
SSP Kurang Bayar
SSP denda sebesar 150%

Dirjen Pajak
SOAL
Apabila SPT belum dilaporkan, dan tanggal batas akhir
pelaporan bertepatan dengan libur, kapan batas terakhir
SPT dapat dilaporkan?
JAWABAN

Batas akhir pelaporan/penyampaian SPT bertepatan


dengan hari libur Sabtu atau hari libur nasional (termasuk
hari yang diliburkan untuk pemilu dan cuti bersama
secara nasional), maka pelaporan SPT dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya (sesuai dengan PMK Nomor
184/PMK.03/2007)
SOAL
Apabila WP tidak dapat menyampaikan SPT
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan,
apakah WP tersebut dapat meminta perpajangan
waktu penyampaian SPT?
Bagaimanakah langkah2nya dan dokumen apa
saja yang harus dilengkapi?
JAWABAN

Wajib pajak, baik OP maupun badan yang ternyata tidak


dapat menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-
masalah teknis penyusunan lap keuangan, atau sebab-sebab
lain sehingga sulit memenuhi batas waktu penyelesaian dan
memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah
ditentukan, WP tersebut dapat memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan PPh paling lama 2 bulan
JAWABAN
 Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan dibuat secara
tertulis dan disampaikan ke KPP sebelum batas waktu
penyampaian SPT berakhir.
 Dokumen yang harus dilampiri:
a. Perhitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu)
tahun pajak.
b. Lap keuangan sementara.

c. SSP sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran


pajak yang terutang.
SOAL

Dalam mengisi SPT Tahunan OP, WP diminta mengisi


daftar harta lengkap dengan rincian tahun nilai
perolehannya.
 Bagaimana batasannya, harta apa saja yang
dicantumkan?
 Bagaimana jika data atau dokumen perolehan harta
tidak lengkap/hilang?
JAWABAN
 Tidak ada batasan nominal harta yang harus dicantumkan dalam
SPT.
 Namun, biasanya harta yang dicantumkan adalah harta yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup material (dibutuhkan
pengorbanan penghasilan yang cukup material untuk
memperolehnya serta berpotensi mendatangkan penghasilan kalau
dialihkan.
 Sebaiknya WP mencantumkan semua harta berupa tanah, bangunan,
kenderaan bermotor, surat berharga, perhiasan, dan barang-barang
koleksi yang bernilai ekonomis, hak cipta dan hak paten
SOAL

 Dilema yang dihadapi WP dalam mengisi daftar harta di SPT


Tahunan OP, dimana apabila diisi dengan benar, maka
dikhawatirkan pajak masa lalu yang tidak benar dapat diungkit
kembali, dan sebaliknya jika tidak diisi dengan jujur maka
kemungkinan akan aman namun melanggar hukum
 Bagaimana sebaiknya pengisian daftar harta tersebut?
JAWABAN

 WP harus mengisi daftar harta secara jujur.


 Jika WP melaporkan harta secara lengkap, belum tentu Kantor
Pajak akan mengusut pajak masa lalu.
 WP juga dapat mengandalkan kadaluwarsa penetapan pajak (5
tahun)jika memang terdapat pembayaran pajak yang belum
sempat dituntaskan di masa lalu.
 Sebaliknya bila harta tidak dilaporkan karena pertimbangan
takut atau sudah terlambat, maka semakin lama akan semakin
terlambat dan konsekuensi hukum semakin berat.
JAWABAN

 Jika WP kemudian diperiksa dan dilakukan penetapan pajak


oleh Kantor Pajak, maka WP bisa meminta pengurangan sanksi
atau pokok pajak. Itikad baik WP yang telah pengungkapan
penuh (full disclosure) dalam mengisi SPT bisa dijadikan
pertimbangan, sehingga kemungkinan besar permohonan
diterima.
 Dalam kasus pengadilan pajak, WP pemohon banding yang
tidak manyampaikan SPT, kecil kemungkinan akan
memenangkan sengketa pajak.
PR
1. Jelaskan
 E FIN

 E billing

 E filing

2. Proses pembayaran pajak menggunakan e billing.. Disertai


gambar
3. Proses pelaporan pajak menggunakan e filing Disertai
gambar
Cantumkan sumber referensinya
widafadhlia@unsyiah.ac.id

Anda mungkin juga menyukai