MAKALAH
ADMINISTRASI PAJAK
TATA CARA PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
PASAL 21
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 7
1. ALBAR ARRASYID
2. DHANDY HERNANDA
3. NADIA PUTRI AULIA
4. NOPAN PASA SETIAWAN
5. REZA SWASTIKA ANDINI
6. MEI NURVITA
CONTOH SPT PASAL 21
SPT adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau
pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban yang
terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Fungsi SPT
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 ( satu ) tahun pajak atau bagian tahun pajak.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang
pribadi atau badan lain dalam 1 ( satu ) Masa Pajak, yang ditentukan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
– Bagi PKP adalah sebagai saran untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang
dan untuk melaporkan tentang :
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui
pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
– Bagi Pemotong atau Pemungut pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
3. Jenis-Jenis SPT
a. Surat Pemberitahuan Masa, adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.
b. Surat Pemberitahuan Tahunan, adalah surat pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak.
CONTOH SPT PASAL 21
a. SPT Masa
Batas Waktu
Jenis Pajak Yang Menyampaikan Penyampaian
Tanggal 20 Bulan
Takwim berikutnya
Pemotong PPh Pasal setelah Masa Pajak
PPh Pasal 21 21 berakhir
14 hari setelah
PPh Pasal 22 Impor PPN Direktorat Bea dan berakhirnya Masa
dan PPnBM Impor Cukai Pajak
Tanggal 14 bulan
takwim berikutnya
setelah Masa Pajak
PPh Pasal 22 Bendaharawan Bendaharawan berakhir
Tanggal 20 bulan
Takwim berikutnya
Pemotong PPh Pasal setelah Masa Pajak
PPh Pasal 23 23 berikutnya
Tanggal 20 bulan
Wajib Pajak Yang Takwim setelah Masa
PPh Pasal 25 Mempunyai NPWP Pajak berakhir
Tanggal 20 bulan
Pemotong PPh Pasal Takwim setelah Masa
PPh Pasal 26 26 Pajak berakhir
b. SPT Tahunan
• Denda Administrasi :
a. SPT Masa :
b. SPT Tahunan :
d. Denda 150% dari jumlah pajak yang kurang bayar dalam hal WP dilakukan tindakan penyidikan
pengungkapan ketidakbenaran perbuatannya
e. Denda 4 kali jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan
dalam hal terjadi penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan atas persetujuan
MENKEU untuk kepentingan penerimaan negara.
• Sanksi Bunga = 2% x jumlah bulan dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan
tanggal pembayaran kekurangan pajak dan akibat pembetulan tersebut.
CONTOH SPT PASAL 21
• Denda Kenaikan
a. SPT tidak disampaikan pada waktunya walaupun telah ditegur secara tertulis dan tidak juga
disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran. Dirjen Pajak dapat
menerbitkan SKPKB dengan sanksi kenaikan 50% dari pajak yang kurang bayar dalam satu tahun
pajak untuk PPh yang harus disetor sendiri dan 100% PPh pemotong dan pemungutan PPN
b. WP yang berkewajiban melakukan pemungutan atau pemotongan PPh pasal 21/23/26 atau PPN
namun tidak melakukan pemotongan, melakukan pemotongan namun kurang, tidak menyetorkan
pemotongan yang telah dilakukan maka dikenakan sanksi kenaikan 100% dalam hak WP tidak
menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran.
d. WP karena kealfaannya sehingga menimbulkan kerugian pendapatan negara tidak dikenakan
sanksi pidana, melainkan sanksi administrasi kenaikan sebesar 200%.
• Pidana ; Jika WP melakukan perbuatan tidak benar dibidang perpajakan maka kepadanya tidak
akan dilakukan penyidikan sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
c. Ketidakbenaran perbuatan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kealfaan Pasal 38, yaitu alfa
tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar ( ada indikasi
penyelundupan ).
d. Bersedia melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2x jumlah pajak yang harus dibayar.
Yang menyampaikan
Jenis Pajak Pajak Batas Waktu Penyampaian
a. SPT Tahunan di cetak oleh kantor Direktorat Jendral Pajak ( DJP ), lalu disalurkan keseluruh
Kantor Pelayanan Pajak seluruh Indonesia untuk kemudian di sampaikan kepada para Wajib Pajak
yang telah mempunyai NPWP.
b. Setiap Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP wajib mendapat SPT Tahunan dengan mengambil
sendiri blanko SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat untuk di isi dengan lengkap, benar
dan jelas.
c. Setelah di isi dengan lengkap, benar dan jelas maka blanko SPT Tahunan tersebut dikembalikan
lagi ke Kantor Pelayanan Pajak untuk diserahkan ke bagian pelayanan untuk diteliti kelengkapannya
agar tidak terjadi kesalahfahaman mengenai pembayaran pajak.
d. Setelah diteliti oleh bagian pelayanan, maka SPT Tahunan diserahkan kebagian Pemeriksaan Data
dan Informasi ( PDI ) untuk direkam. Apabila pada saat perekaman terjadi kesalahan, misalnya
kurang bayar ( kb ), lebih bayar ( lb ) diperlukan pemeriksaan, untuk memeriksa kesalahan tersebut
maka SPT Tahunan diserahkan ke bagian Pengawasan dan konsultasi ( waskon ) 1 sampai waskon 1V
atau menurut wilayah tempat si Wajib Pajak tinggal.
e. Bagian pengawasan dan konsultasi ( waskon ) akan memeriksa kesalahan tersebut, Apabila setelah
diperiksa terjadi kurang bayar ( kb ) maka Wajib Pajak akan dipanggil untuk diberikan himbauan dan
diberikan SKPKB ( surat ketetapan kurang bayar ) dan Wajib Pajak harus membayar kepada Kantor
Pelayanan Pajak, Tapi apabila lebih bayar ( lb ) maka Wajib Pajak akan diberikan restitusi atau uang
milik Wajib Pajak akan dikembalikan ( konpensasi ) juga dapat diberikan restitusi.
f. Setelah selesai diteliti, diperiksa dan direkam maka blanko SPT di arsipkan oleh KPP sebagai bukti
apabila suatu saat dibutuhkan.
Pengertian Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 berdasarkan peraturan Direktur Jendral Pajak
Nomor PER-32/PJ/2015 Adalah Pajak Atas Penghasilan Berupa Gaji, Upah, Honorarium,
CONTOH SPT PASAL 21
Tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
perkerjaan atau jabatan,Jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak
dalam negeri.
Pajak adalah iyuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak)
untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat
ditunjuk secara langsung. Pajak mempunyai banyak golongan ataupun jenisnya, yang salah
satunya yaitu pajak penghasilan (PPh). Seseorang ataupun badan yang mempunyai
penghasilan pasti akan dipungut pajak dari penghasilan tersebut, oleh karena itu, sangat
penting untuk mengetahui apa saja dan bagaimana perhitungan pajak penghasilan (PPh) pasal
4 ayat 2.
Bagi wajib pajak dalam negeri orang pribadi yang seluruh penghasilanya (termasuk bunga
dan diskonto) dalam satu tahun pajak tidak melebihi Panghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP),
atas pajak yang telah dipotong dapat diajukan permohonan restitusi.
Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintan dalam rangka pemilikan rumah
sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat
sederhana,atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni
sendiri.
Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16
Tahun 2009, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak adalah sebagai berikut:
1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi, menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar,
lengkap, dan jelas.
2. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ditandatangani oleh
Wajib Pajak/Pengurus/Direksi atau Kuasa Wajib Pajak. SPT yang ditandatangani oleh Kuasa
Wajib Pajak harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.
3. SPT Masa PPh Pasal 21 dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau
tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 534/KMK.04/2000, Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 181/PMK.03/2007 dan Keputusan Direktur Jendera2l Pajak Nomor KEP-
214/PJ./2001.
5. Pembayaran/penyetoran PPh yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung dari saat jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan. 6. SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan setelah jangka waktu yang
ditetapkan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp100.000 (seratus ribu
rupiah).
PETUNJUK UMUM
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 menggunakan format yang dapat dibaca dengan
mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
• Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, jangan lupa untuk membuat tanda ¦
(segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
• Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan,
semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak
yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak
sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak
namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan.
I. BAGIAN INDUK
• Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Normal” jika SPT yang disampaikan
merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Pembetulan
Ke- __” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan.
• Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: “SPT Pembetulan Ke-___ ” diisi dengan angka
kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan. Contoh : Pembetulan ke-satu atas
SPT PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Masa Pajak Januari 2009, maka diisi sebagai berikut :
X SPT Pembetulan Ke- 1
• Masa Pajak Diisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan. Untuk SPT Pembetulan, diisi
dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan.
II. BAGIAN A
1. Angka 1 : NPWP Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pemotong Pajak
sesuai dengan yang tercantum pada Kartu NPWP.
CONTOH SPT PASAL 21
2. Angka 2 : Nama WP Bagian ini diisi dengan nama Pemotong Pajak sesuai dengan nama
yang tercantum pada Kartu NPWP.
3. Angka 3 : Alamat Bagian ini diisi dengan alamat Pemotong Pajak yang sekarang
ditempati atau alamat terbaru.
5. Angka 5 : Alamat Email Diisi dengan alamat email (jika Pemotong Pajak memiliki
alamat email).
III. BAGIAN B
12. Angka 28 Apabila ternyata Angka 25 atau angka 27 menunjukkan lebih setor, kelebihan
tersebut diperhitungkan oleh Pemotong Pajak dengan penyetoran PPh Pasal 21 yang
terutang untuk bulan dilakukannya penghitungan kembali.
IV. BAGIAN C
Angka 29 – angka 31
• Kolom 5 : Diisi dengan jumlah PPh Pasal 21 dan atau Pasal 26 yang dipotong.
V. BAGIAN D
Berilah tanda X dalam kotak yang telah disediakan sesuai dengan lampiran yang
disampaikan.
VI. BAGIAN E
• Kolom Pernyataan Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pimpinan (yang tercantum
namanya didalam “NAMA PIMPINAN”) atau kuasanya wajib menandatangani dan
membubuhkan nama lengkap, NPWP yang bersangkutan dan membubuhkan cap perusahaan
serta mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun diisinya SPT Tahunan ini pada tempat yang
sudah tersedia.
• Kolom Diisi oleh Petugas Berilah tanda (X) dalam kotak yang sesuai. Pegawai
menandatangani dan membubuhkan nama lengkap, NPWP yang bersangkutan dan
membubuhkan cap perusahaan serta mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun diisinya SPT
Tahunan ini pada tempat yang sudah tersedia. 1721
seperti kita ketahui saat ini SPT masa PPh Pasal 21 terdapat 2 jenis, yaitu SPT masa PPh
Pasal 21 manual dan SPT PPh Pasal 21 yang berbentuk elektronik (ESPT). Yang saat ini
akan saya sharing adalah cara pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 Nihil di SPT Manual.
Dengan adanya penyesuaian PTKP melalui PMK Nomor 122/PMK.010/2015, besar
CONTOH SPT PASAL 21
Ket: PTKP yang digunakan PTKP yang baru tahun 2015 Dilihat dari tabel pembayaran gaji
dan perhitungan pajak di atas, sudah jelas bahwa tidak ada potongan pajak atas penghasilan
yang diberikan atas pegawai aliah nihil...
2. Lalu bagaimana cara pengisian SPT masa PPh Pasal 21 atas parak terutang yang nihil
ini?? Pertama, Pastikan teman-teman formulir yang akan diisi adalah formulir 1721 yach
teman-teman, jangan formulir yang lain Kedua, isi masa pajak (Panah A) dengan masa
pajak yang akan dilaporkan, dalam contoh ini masa pajak bulan juli (bulan 7), selanjutnya
cakra kotak yang bertuliskan SPT Normal (Panah B), Selanjutnya isi identitas perusahaan
sebagai pemotong pajak (Panah C). identitas perusahaan dibawah adalah fiktif..
Ketiga, Isi Kolom 4 Jumlah penerima penghasilan dengan jumlah pegawai yang menerima
penghasilan, dalam contoh di atas sebanyak 8 orang, selanjutnya isi kolom 5 Jumlah
penghasilan Bruto dengan jumlah seluruh penghasilan pegawai, dalam contoh di atas
jumlahnya RP. 23.000.000,- dan kolom 6 Jumlah pajak Dipotong isi dengan jumlah pajak
yang dipotong, dalam contoh di atas nihil / nol.
Keempat, Isi nomor urut 14 dan 15 dengan nol, itu merupakan penjumlahan dari atas..
Kelima, Untuk selanjutnya isi halaman 2, yang pertama harus diisi di halaman 2 adalah
NPWP perusahaan sebagai pemotong pajak..
Keenam, Selanjutnya isi identitas pemotong / pimpinan perusahaan yang mempunyai hak
untuk menandatangani SPT (lihat panah G), selanjutnya tanda tangan dan kasih stempel
perusahaan (lihat panah H)
Apa Saja Yang Perlu DIlaporkan Pada SPT Masa PPh 21 Nihil?
Anggota Tentara Nasional Indonesia, Anggota Polisi Republik Indonesia, Pejabat Negara dan
Pensiunannya;
Formulir 1721-II dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final) dan Pasal 26
dengan menggunakan Formulir 1721-VI;
Formulir 1721-III dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Final) dengan
menggunakan Formulir 1721-VII;
Formulir 1721-IV dalam hal tidak ada penyetoran dan pemindahbukuan PPh Pasal 21 dan
Pasal 26 dengan menggunakan SSP dan Bukti Pbk;
Formulir 1721-V dalam hal Pemotong wajib menyampaikan SPT Tahunan;
Formulir 1721-VI;
Formulir 1721-VII;
Formulir 1721-A1;
Formulir 1721-A2;
CONTOH SPT PASAL 21