Anda di halaman 1dari 15

PERPAJAKAN

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
( UU N0 28 Tahun 2017)

Jenis Pajak:

1. Payroll Tax : Pajak yang dikenakan atas penghasilan pegawai


2. Individual Income Tax : Pajak yang dibayar oleh orang pribadi atas penghasilan yang
diperoleh selama setahun
3. Corporate Income Tax : Pajak yang dikenakan atas penghasilan korporasi
4. Wealth Tax ; Pajak yang tidak dikenakan atas penghasilan tapi atas nilai asset yang dimiliki
seseorang atau keluarga,misalnya tanah, perhiasan, barang seni, real estate, dan saham
termasuk pajak property
5. Consumption Tax : Pajak yang dikenakan atas konsumsi orang pribadi atau rumah tangga
atas barang dan jasa. Bentuknya berupa pajak penjualan dan cukai.(PPN)

Ciri- ciri Pajak :

1. Kontribusi Wajib kepada Negara


2. Terutang oleh orang pribadi dan badan
3. Bersifat memaksa
4. Berdasrkan Undang-Undang
5. Tidak ada imbalan secara langsung
6. Digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Fungsi Pajak :

1. Fungsi Penerimaan ( Budgetair)


Sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah
2. Fungsi Mengatur (Regulatoir)
Sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi.
3. Fungsi Redistribusi
Ditekankan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat, terlihat dari adanya lapisan
tarif dalam pengenaan pajak dengan adanya tarif pajak.
4. Fungsi Demokrasi
Dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat pembayar pajak.

Jenis SPT ( Surat Pemberitahuan)

1. Masa :
a. PPh Pasal 21 dan 26
b. PPh Pasal 22
c. PPh Pasal 23 dan 26
d. PPh Pasal 25
e. PPh Pasal 4 ayat 2
f. PPh Pasal 15
g. PPN ( Formulir 1107 Dan PPnBM (Formulir 1101 BM)
h. PPN bagi pemungut PPN
i. PPN (Formulir 1111)
2. Tahunan :
a. SPT Tahunan PPh WP badan (Formulir 1771 dan Formulir 1771$)
b. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi ( Formulir 1770)
c. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi (Formulir 1770S)
d. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi ( Formulir 1770SS)

Keterangan :

Formulir 1770

digunakan oleh wajib pajak perseorangan dengan status pekerjaan sebagai pemilik bisnis
atau pekerja yang memiliki keahlian tertentu dan tidak ada ikatan kerja. Contoh penggunaan
formulir ini ketika melakukan lapor pajak adalah untuk profesi dokter, konsultan, penulis, atau
notaris. ormulir ini juga ditujukan untuk perseorangan yang bekerja di lebih dari satu perusahaan
atau instansi dengan PPh final, penghasilan dari dalam negeri (royalti, bunga, penghasilan dari
perbedaan kurs mata uang), dan penghasilan yang diperoleh dari luar negeri.

Formulir 1770S

SPT Tahunan khusus untuk pribadi yang memiliki penghasilan tahunan lebih dari Rp60
juta. digunakan untuk pegawai yang bekerja di dua atau lebih perusahaan dalam kurun waktu satu
tahun. Artinya, meski penghasilan bruto sang pegawai di bawah Rp60 juta per tahun, pegawai yang
bekerja di lebih dari dua perusahaan tetap melapor pajak dengan menggunakan formulir jenis ini.

Formulir 1770SS

Untuk perseorangan atau wajib pajak dengan penghasilan tahunan kurang dari atau
sama dengan Rp60 juta. formulir jenis ini ditujukan untuk karyawan yang hanya bekerja pada satu
perusahaan atau instansi dan sudah bekerja minimal satu tahun. Penggunaan formulir ini juga
mencakup penghasilan tambahan diperoleh bukan dari pekerjaan sampingan, melainkan dari
bunga koperasi atau bunga bank.
Batas Waktu Penyampaian SPT

Jenis SPT Yang Menyampaikan Batas Akhir Penyampaian


SPT Tahunan PPh Orang Pribadi WP yang bersangkutan Paling lama 3 bulan setelah akhir
tahun pajak
SPT Tahunan PPh Badan WP yang bersangkutan Paling lama 4 bulan setelah akhir
tahun pajak
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong Pemotong PPh Paling lambar tanggal 20 setelah
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayar WP yang bersangkutan akhir masa pajak
sendiri
SPT Masa PPh Pasal 21/26 Pemotong PPh Jika PPh Pasal 21 atau 26 nihil,
SPT Masa PPh Pasal 23/26 Pemotong PPh SPT tetap wajib dilaporkan
SPT Masa PPh Pasal 15 yang Pemotong PPh
dipotong
PPh Pasal 15 yang dibayar sendiri WP yang bersangkutan
PPh Pasal 25 yang dibayar WP yang bersangkutan
SPT Masa PPh Pasal 22 Bendaharawan Paling lambar tanggal 14 setelah
akhir masa pajak
Pemungut PPh atas Impor Laporan mingguan paling lama
pada hari akhir kerja terakhir
minggu berikutnya
Pemungut Lainnya Paling lambat tanggal 20 setelah
akhir masa pajak
SPT Masa PPN dan PPnBM Pengusaha Kena Pajak Paling lambat akhir bulan
Pemungut PPN berikutnya setelah akhir masa
pajak
SSP lembar ketiga atas PPN yang Orang Pribadi atau badan yang non- Paling lama akhir bulan berikutnya
telah atas kegiatan membangun PKP setelah Masa Pajak berakhir ke KPP
sendiri yang wilayahnya meliputi tempat
bangunan tersebut
SSP lembar ketiga atas PPN yang Orang Pribadi atau badan yang non- Paling lama akhir bulan berikutnya
telah disetor atas pemanfaatan PKP setelah saat terutangnya pajak
BKP tidak berwujud dan/atau JKP
dari luar daerah pabaean
SPT Masa yang terdiri dari Wajib Pajak dengan criteria Paling lambat tanggal 20 setelah
beberapa masa pajak tertentu sesuai Pasal 3 ayat (3b) UU akhir masa pajak
KUP

Batas Waktu Pembayaran/Penyetoran Pembayaran Pajak

Jenis Pajak Batas Akhir Pembayaran


PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Paling lama tangal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
pemotong PPh berakhir
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
sendiri oleh Wajib Pajak Berakhir
PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari Sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah
pengalihan hak atas tanah dan/atau lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
bangunan yang dipotong/dipungut atau ditandatangani oleh pejbat yang berwewenang
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak
PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Paling lama tangga; 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
Pemotong PPh Berakhir
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
Berakhir
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
Pemotong PPh berakhir
PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
dipotong oleh Pemotong PPh berakhir
PPh Pasal 25 Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
Berakhir
PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM Bersamaan dengan saat penyampaian Bea Masuk
atas impor
Saat Penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor dalam
hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan
PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM Dalam jangka waktu 1 hari kerja setelah pemungutan pajak
atas impor yang dipungut oleh DJBC
PPh Pasal 22 yang pemungutannya Pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayran kepada PKP
dilakukan oleh kuasa pengguna anggaran rekanan pemerintah melalui kantor Pelayanan Perbendaharaan
atau pejabat penanda tangan Surat Negara (KPPN)
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Paling lama 7 hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran atas
Bendahara Pengeluaran penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja
Daerah, dengan menggunakan SSP atas nama rekanan dan
ditandatangani oleh bendahara
PPh Pasal 22 yang pemungutannya Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
dilakukan oleh WP badan Tertentu sebagai Berakhir
Pemungut Pajak
PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang Paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
dalam satu masa pajak dan sebelum SPM PPN disampaikan
PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya
tidak berwujud dan/atau JKP dari luar pajak
Daerah Pabean
PPN yang terutang atas kegiatan Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
membangun sendiri berakhir
PPN atau PPN dan PPnB, yang Pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada
pemungutannya dilakukan oleh Pejabat PKP Rekanan Pemerintah melalui KPPN
Penandatanganan SUrat Perintah
Membayar sebagai Pemungut PPN
PPN atau PPN dan PPnBM yang dipungut Paling lama 7 hari setelah tanggal pembayaran kepada PKP
oleh Bendahara Pengeluaran sebagai Rekanan Pemerintah melalui KPPN
Pemungut PPn
PPN atau PPN dan PPnBM yang Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
pemungutannya dilakukan oleh Pemungut berakhir
PPN selain Bendahara Pemerintah
PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan Paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir
criteria tertentu sesuai Pasal 3 ayat 3(b)
UU KUP
PPh Pasal 29 Harus dibayar lunas sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan
tetapi tidak melebihi batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
Bea Materai Harus dilunasi pada saat terutang Bea Materai
PBB menurut SPPT Harus dilunasi paling lama 6 bulan sejak tanggal SPPT diterima
oleh Wajib Pajak

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (PPh 21)

Pemotong PPh Pasal 21

Didalam pasal 21 UU PPh 2008 (UU N0.36 Tahun 2008) yang diatur oleh Menkeu NO.
252/PMK.03/2008 :

1. Pemberi Kerja terdiri dari OP dan Badan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai( mendapat penghasilan dari pemberi kerja
sehubungan dengan ikatan kerja tidak tetap)
2. Bendahara atau pemegang kas Pemerintah
3. Dana Pensiun
4. Orang Pribadi
a. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan/atau kegatan yang
dilakukan oleh OP dengan status Subjek Pajak DN termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri bukan
untuk atas nama perseketuannya.
b. Honorarium atau pembayaran lain sebagi imbalan sehubungan dengan kegiatan dan
jasa yang dilakukan oleh OP dengan status subjek pajak LN
c. Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan magang
5. Penyelenggara kegiatan termasuk badan pemerintah , organisasi yang bersifat nasional dan
internasional, perkumpulan, OP srta lembaga lainnya yang menyelnggarakan kegiatan yang
membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada WP OP DN
berkenaan dengan suatu kegiatan

Tarif PPh 21

0-50 Juta = 5%
Diatas 50 juta- 250 juta = 15 %
Diatas 250 Juta – 500 juta = 25 %
Diatas 500 juta = 30%

Jurnal PPh Pasal 21

Jurnal Akuntansi

Biaya Jasa xxx

Utang Usaha xxx

(Untuk mencatat tagihan)

Utang Usaha xxx

Bank xxx

(Untuk mencatat pembayaran tagihan)

Jurnal Akntansi dan Pajak

Biaya Jasa 100.000.0000

Utang Jasa 100.000.0000

(Untuk mencatat tagihan)

Utang Usaha 2.500.000


Utang PPh Pasal 21 2.500.000

(Untuk mencatat pengakuan utang pajak)

Utang PPh Pasal 21 2.500.000

Bank/Kas 2.500.000

(Untukn mencatat pembayaran pajak)

Utang Usaha 97.500.000

Bank 97.500.000

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ( PPh Pasal 23)

Pemotong PPh Pasal 23

1. Badan Pemerintah
2. Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
3. Penyelenggara Kegiatan
4. Bentuk Usaha Tetap
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

Saat pemotongan PPh 23


a. Saat dibayarkan
b. Saat disediakn untuk dibayarkan
c. Saat telah jatuh tempo pembayarannya

Objek dan Tarif PPh Pasal 23

Dividen Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh 15 %


Bunga Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh 15 %
Royalti 15 %
Hadiah, Penghargaa, Bonus, dan sejenisnya selain yang 15 %
telah dipotong oleh PPh 21
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan 2%
penggunaan harta kecuali sewa lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang telah dikenai PPh Pasal 4 ayat(2)
atau PPh Final
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, menajemen, jasa 2%
konstruksi, jasa konsultan
Jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh sebagaimana 2%
dalam Pasal 21 UU PPh 2008
a. Jasa Penilai
b. Jasa Aktuaris
c. Jasa Akuntansi, atestasi LK
d. Jasa Perancang (design)
e. Jasa pengeboran dibidang penambangan minyak
dan gas bumi kecuali yang dilakukan oleh BUT
f. Jasa penunjang dibidang penambangan migas
1. Jasa penyemenan dasar
2. Jasa penyemenan perbaikan
3. Jasa pengontrolan pasir
4. Jasa pengasaman
5. Jasa peretakan hidrolika
6. Jasa Nitrogen
7. Jasa Uji Kandung Lapisan
8. Jasa reparasi pompa reda
9. Jasa pemasangan instalasi dan perawatan
10. Jasa penggantian peralatan/material
11. Jasa mud logging
12. Jasa mud-engineering
13. Jasa well testing
14. Jasa alat control navigasi lepas
15. Jasa pemeliharaan untuk pekejeraan drilling
16. Jasa mobilasasi dan demobilasasi pekerjaan
drilling
17. Jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drilling
18. Jasa stimulasi dan secondary decovery
19. Jasa lainnya yang sejenisnya dibidang
pengeboran migas
g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang
penambangan selain migas :
1. Jasa pengeboran
2. Jasa penebasan
3. Jasa pengupasan dan pengeboran
4. Jasa penambangan
5. Jasa pengangkutan
6. Jasa pengolahan bahan galian
7. Jasa reklamasi tambang
8. Jasa Pelaksanaan mekanikal, elektrikal,
manufaktur, fabrikasi dn
penggalian/pemindahan tanah
9. Jasa lainnya yang sejenis dibidang
pertambangan umum
h. Jasa penunjang dibidang penerbangan dan
Bandar usaha
1. Bidang aeronautika termasuk:
a. Jasa pendaratan, penempatan,
penyimpanan pesawat udara dan jasa
lain sehubungan dengan pendaratan
pesawat udara
b. Jasa penggunaan jembatan pintu
c. Jasa pelayanan penerbangan
d. Jasa Ground Handling
e. Jasa penunjang lain dibidang
aeronautika
2. Bidang Non- Aeronatika termasuk :
a. Jasa Catering di pesawat dan jasa
pembersihan pantry pesawat
b. Jasa penunjang lain dibidang non-
aeronautika
i. Jasa penebangan hutan
j. Jasa pengolahan limbah
k. Jasa penyedia tenaga kerja
l. Jasa dibidang perdangangan SSB kecuali yg
dilakukan Bursa Efek, KSEI dan KPEI
m. Jasa custodian/penyimpanan/penitipan ekcuali
yang dilakukan KSEI
n. Jasa perantara/keagenan
o. Jasa pengisian suara(dubbing)
p. Jasa mixing film
q. Jasa sehubungan dengan software computer
termasuk perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan
r. Jasa instalasi/pemasangan
mesin,peralatan,listrik,telepon,air,gas,AC, TV
Kable, alat transportasi/kendaraan dan/atau
bangunan selain yang dilakukan oleh WP yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai ijin sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi
s. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan
mesin,perawatan listrik,telepon, air,gas, AC, TV,
Kable alat transportasi/kendaraan dan/atau
bangunan selain yang dilakukan WP yang ruang
lingkupnya dibidang konstruksi dan mempunyai
izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi
t. Jasa Maklon
u. Jasa penyelidikan dan kemanan
v. Jasa penyelenggara kegiatan atau EO
w. Jasa pengepakan
x. Jasa penyediaan tempat dan atau waktu dalam
media massa, media luar ruang atau media lain
untuk penyampian informasi
y. Jasa kebersihan atau Cleaning service
z. Jasa Catering atau Tata Boga

Jurnal PPh Pasal 23

Jurnal Akuntansi

Biaya Jasa 100.000.000

Utang Usaha 100.000.000

(Untuk mencatat tagihan)

Utang Usaha 100.000.000

Bank 100.000.000

Untuk mencatat pembayaran tagihan)

Jurnal Akuntansi dan Pajak

Biaya Jasa 100.000.000

Utang Usaha 100.000.000

(Untuk mencatat Tagihan)

Utang Usaha 2.000.000

Utang PPh Pasal 23 2.000.000


(Untuk mencatat pengakuan utang pajak)

Utang PPh Pasal 23 2.000.000

Bank/Kas 2.000.000

(Untuk mencatat pembayaran pajak)

Utang Usaha 98.000.000

Bank 98.000.000

(Untuk mencatat pembayaran tagihan)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2)

Jenis Objek Pajak Pemotong/Pemungut Penerima Tarif PPh DPP Saat Referensi
Pajak Penghasilan pemotongan
Bunga Deposito dan a. Bank yang didirikan WP DN dan 20% Jlh Bruto Saat PP No.131/2000
tabungan serta atau bertempat BUT diterima/dip
diskoto bersertfikat kedudukan di Indonesia eroleh
BI b. Cabang Bank LN
c. BI
Bunga Obligasi Penerbit Obligasi WP DN dan 15 % Jlh bruto sesuai dgn Pada saat PP No. 16/2009:
a. Bunga dari /Kustondian selaku BUT masa kepemilikan jatuh tempo PMK
obligasi dgn kupon agen pembayaran WP LN selin 20% atasu obligasi bungan No.85/PMK.03/2
yang ditunjuk BUT sesuai obligasi 011)
tariff P3B
b. Diskonto dari Penerbit Obligasi WP DN dan 15 % Selisih lebih HJ/ nilai Pada saat
Obligasi dengan /Kustondian selaku BUT nominal diatas Harga jatuh tempo
kupon agen pembayaran WP LN selin 20% atau perolehan Obligasi bungan
yang ditunjuk BUT sesuai tidak termasuk bunga obligasi
tariff P3B berjalan
c. Diskonto dari Penerbit Obligasi atau WP DN dan 15 % Selisih harga jual atau Pada saat
Obligasi tanpa custodian selaku agen BUT nilai nominal diatas jatuh tempo
bunga pembeyaran yang WP LN selin 20% atasu harga perolehan obligasi
ditunjuk BUT sesuai obligasi
tariff P3B
d. Bunga dan/atau Perusahaan Bursa WP 0% Jlh Bruto utk tahun Pada saat
diskoton dari Efek,dealer, atau bank, reksadana 2009 /2010 transaksi
obligasi selaku pedagang yang
perantara dan/atau terdafatr 5% Jlh Bruto utk tahun Pada saat
pembeli pada badan 2011/2013 transaksi
pengawas
pasar modal 15% Jumlah bruto untuk Pada saat
dan lembaga tahun 2014 dan transaksi
keuangan seterusnya
Surat Utang Negara Penerbit SPN atau WP DN dan 20% Diskonto SPN Saat jatuh PP No 27/2008
atau SPN(Surat custodian yang BUT tempo
Perbendaharaan ditunjuk selaku agen WP LN selain 20% atasu Diskonto SPN Saat jatuh
Negara) pembayar BUT sesuai tempo
tariff P3B
Perusaahn WP DN dan 20% Diskonto SPN Diterima
efek(broker) atau BUT dipasar
bank selaku pedagang sekunder
perantara maupun WP LN selain 20% atasu Diskonto SPN Diterima
selaku pembeli BUT sesuai dipasar
tariff P3B sekunder
Bunga simpanan yg Koperasi Anggota 0% Jlh bruto buga senilai -- PP No.15/2009
dibayarkan oleh Koperasi OP 240.000 / kurang PMk No.
koperasi kpd 112/PMK.03/201
anggota koperasi OP 0
10% Jlh Bruto bunga senaili Saat
lebih dari 240.000 per pembayaran
bulan
Hadiah undian, yaitu Penyenelanggara Pihak yang 25% Jlh bruto nilai hadiah Sebelum PP
hadiah dengan nama Undian berhak yang dibayarkan atau hadiah No.132/2000;Kep
dan dalam bentuk nilai pasar hadiah undian utusan Menteri
apa pun yang berupa natura atau dibayarkan Keuangan
diberikan melalui kenikmatan yang atau No.639/PMK.04/
undian diserahkan diserahkan 1994;Keputusan
kepada yang Dirjen Pajak
berhak No.Kep-
395/PJ/2001
Transaksi saham Penyelenggara Bursa Orang 0.1% Jumlah bruto nilai Pada saat PP No.41/1994;
dan sekuritas Efek Pribadi atau untuk transaksi penjualan terutang PP No.14/1997;
lainnya badan yang saham non untuk setiap Keputusan
melakukan pendiri transaksi Menkeu
transaksi 0.6 % penjualan No.282/KMK.04/
penjualan untuk saham 1997
saham di saham non
bursa efek pendiri

Transaksi Derivatif - - - - - PP No.17/2009;


yang PP No.31/2011
diperdagangngkan
di bursa
Transaksi penjualan -- Perusahaan 0.1% Jlh bruto nilai Pada saat PP No4/1995;
saham atau modal transaksi penjualan terutang Keputusan
pengalihan ventura saham atau untuk setiap Menkeu No
penyertaan modal pengalihan transaksi 250/KMK.04/199
pada perusahaan penyertaan modal penjualan 5; Surat edaran
pasangannya yang saham Dirjen Pajak
diterima oleh (dibayar No.SE-
perusahaan modal sendiri) 33/PJ.4/1995
ventura
Transaksi -- Wajib Pajak 5% Jlh bruto yaitu nilai Saat PP No.48/1994;
Pengalihan harta tertinggi antara nilai pengalihan pp
berupa tanah berdasarkan akta (dibayar 71/2008;Keputus
dan/atau bangunan pengalihan hak sendiri) an Menkeu No.
dan usaha real dengan nilai jual objek 635/KMK.04/199
estate pajak tanah dan/atau 4;PMK No
bangunan yang 243/PMK.03/200
bersangkutan 8; Peraturan
Dirjen Pajak
Nilai berdasarkan No.Per-
keputusan pejabat 28/UsajPJ/2009
yang bersangkutan
(untuk pengalihan hak
kepada pemerintah)

Nilai menurut risalah


lelang(untuk
pengalihan hak sesuai
dengan peraturan
lelang(Staatsblad
Tahun 1908 nomor
189 dengan segala
perubahannya)
Wajib Pajak 1% Jumlah bruto nilai
yang usaha pengalihan hak atas
pokoknya rumah sederhana dan
melakukan rumah susun
pengalihan sederhana
hak atas
tanah
dan/atau
bangunan
Usaha Jasa Pengguna Jasa Penyedia 2% Dipotong PP No.51/2008;
Konstruksi jasa saat pp No.40/2009;
pelaksana pembayaran( PP Menkeu
konstruksi dalam hal No.187/pmk.03/
yang pengguna 2008;Peratuan
memiliki jasa Menkeu
kualifikasi merupakan No.153/PMK.03/
kecil pemotong 2009
Penyedia 4% pajak)
jasa
pelaksana Dibayar
konstruksi sendiri oleh
yang tidak penyedia
memiliki jasa(dalam
kualifikasi hal pengguna
usaha jasa bukan
Penyedia 3% merupakan
jasa pemotong
pelaksana pajak)
konstruksi
yang Penyedia
memiliki jasa
kualifikasi perencana/
usaha besar pengawasan
& menengah konstruksi
Penyedia 4% yang tidak
jasa memiliki
perencanaan kualifikasi
/pengawasa usaha
n kosntruksi
yang
memiliki
kualifikasi
usaha
Penyedia 6%
jasa
perencanaan
/pengawasa
n konstruksi
yang tidak
memiliki
kualifikasi
usaha
Persewaan tanah Badan pemerintah WP OP 10% Semua jlh yang Dipotong PP No.29/1996;
dan/atau maupun dibayarkan atau saat terutang PP No.5/2002;
bangunan(tanah,ru Subjek Pajak Badan badan terutang oleh pihak atau Keputusan
mah, rumah susun, DN yang menyewa dengan dibayarkan Menkeu
apartemen, nama dan dalam No.394/KMK.04/
kondominium, Penyelenggara bentuk apa pun yang 1996;
gedung perkantoran kegiatan; berkaitan dengan Keputusan
rumah kantor, toko, tanah dan/atau Menkeu No.
rumah toko, gudang BUT; bangunan yang 120/KMK.03/200
dan industri disewa, termasuk 2; Keputusan
Kerja Sama operasi; biaya perawatan, Dirjen Pajak No.
biaya pemeliharaan Kep-227/PJ/2002
Perwakilan biaya keamanan dan
perusahaan luar service charge baik
negeri lainnya dan yang perjanjiaannya
dibuat secara terpisah
OP yng ditetapkan maupun yang
oleh DJP disatukan dengan
perjanjian persewaan
yang bersangkutan
Penghasilan dari PPh dibayar tidak WP OP atau 1% Jlh perederan bruto PPh dibayar PP No.46/2013;
usaha dengan melalui badan yang setiap bulan paling lama PP Menkeu No.
peredaran bruto pemotongan/pemung memenuhi tanggal 15 107/PMK.011/20
tidak melebihi Rp4,8 utan criteria bulan 13; Peraturan
M dalam 1 tahun tertentu berikutnya Dirjen Pajak
pajak setelah Masa No.Per-
Pajak 32/PJ/2013
berakhir

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 (PPh 26)

Tarif dan objek pemotongan PPh Pasal 26


Jenis Objek PPh Tarif PPh
Dividen 20% * Jumlah Bruto
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta
Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan
Hadiah dan penghargaan
Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
Keuntungan karena pembebasan utang
Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di
Indonesia kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2)
UU PPh, yang diterima atau diperoleh WP luar negeri
selain BUT di Indonesia(Keputusan Menkeu No.
434/KMK.04/1999)
Premi Asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan
asuransi luar negeri( Keputusan Menkeu No.
6224/KMK.04/1994)
a. Premi yang dibayarkan oleh pemegang polis 20%*50%* Premi yang dibayarkan
kepada perusahaan asuransi di luar negeri
b. Premi yang dibayarkan oleh perusahaan 20%*10%* Premi yang dibayarkan
asuransi dalam negeri kepada perusahaan
asuransi di luar ngeri
c. Premi yang dibayarkan oleh perusahaan 20%*25%*Premi yang dibayarkan
reasuransi dalam negeri kepada perusahaan
asuran di luar negeri
Penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham 20%*25%*Harga Jual
sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (3c) UU
PPh (Peraturan Menkeu No. 258/PMK.03/2008)
Penghasilan Kena Pajak (PhKP), sesudah dikurangi 20%*(PhKP-PPh Badan BUT)
pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia,
dalam hal penghasilan tersebut tidak ditanamkan
kembali di Indonesia (kententuan lebih lanjutnya
berdasarkan PMK (PMK No.14/PMK.03/2011)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22(PPh 22)

Objek dan Tarif PPh 22


Pemungut PPh Objek PPh Tarif & DPP Sifat Pengenaan Sifat Terutang
Pasal 22 Pajak Pajak
Bank Devisa Impor Barang 7,5% dari nilai Tidak final Terutang dan
DJBC impor barang- dilunasi
barang tertentu bersamaan
sebagaimana dengan saat
tercantum dalam pembayaran Bea
lampiran PMK No Masuk
175/PMK.011/2013
Dalam hal
0.5% dari nilai pembayaran Bea
impor kedelai, Masuk ditunda
gandum dan tepung atau dibebaskan,
terigu PPh pasal 22
terutang dan
2.5% dari nilai dilunasi pada
impor yang saat
menggunakan API penyelesaian
(Angka Pengenal dokumen
Impor), selain di pemberitahuan
atas atas impor

7.5% dari nilai


impor yang tidak
menggunakan API

7.5% dari harga jual


lelang atas impor
yang tidak dikuasai
Bendahara Pembayaran atas 1,5 % dari harga Tidak final Terutang dam
Pemerintah pembelian barang pembelian, tidak dipungut pada
Kuasa Pengguna termasuk PPN saat
Anggaran (KPA) pembayaran
Bendahara Pembayaran yang 1,5% dari harga Tidak final Terutang dan
Pengeluaran dilakukan dengan pembelian tidak dipungut pada
mekanisme uang termasuk PPN saat
persediaan (UP) pembayaran
Kuasa Pengguna Pembayaran yang 1,5% dari harga Tidak Final Terutang dan
Anggaran (KPA) dilakukan kepada pembelian tidak dipungut pada
atau pejbat pihak ketiga yang termasuk PPN saat
penerbit Surat dilakukan dengan pembayaran
Perintah Membayar mekanisme
yang diberi delegasi pembayaran langsung
oleh KPA
BUMN yaitu badan Pembayaran atas 1,5% dari harga Tidak Final Terutang dan
usaha yang seluruh pembelian barnag pembelian tidak dipungut pada
atau sebagain besar dan/atau bahan- termasuk PPN saat
modalnya dimiliki bahan untuk pembayaran
oleh Negara melalui keperluan kegiatan
penyertaan secara usahanya
langsung yang
berasal dari
kekayaan Negara
yang dipisahkan
yang meliput :
PT PERTAMINA,
PLN,PGN,TELKOM
INDO, GARUDA
INDONESIA, PT
PEMBANGUNAN
PERUMAHAN,
WIJAYA KARYA.
ADHI
KARYA,HUTAMA
KARYA, KRAKATAU
STEEL
BANK-BANK BUMN
Badan Usaha yang TIDAK FINAL Terutang dan
bergerak dalam dipungut pada
bidang usaha saat penjualan
berikut ini dan
dtunjuk oleh kepala
KPP
Industri Semen Penjualan semua jenis 0.25% dari DPP
semen di DN PPN

Industri Kertas Penjualan kertas di 0,1% dari DPP PPN


DN

Industri baja yang Penjualan baja di DN 0,3% dari DPP PPN


merupakan industi
hulu, termasuk
industry hulu yang
terintegrasi dengan
industry antara dan
industry hilir
Penjualan semua jenis
Industri otomotif kendaraan bermotor 0,45% dari DPP
roda dua atau lebih di PPN
DN

Penjualan obat kepada


Industri Farmasi distributo DN 0,3% dari DPP PPN
Agen tunggal Penjualan Kendaraan 0,45 % dari DPP Tidak Final Terutang dan
Pemegang Merek Bermoto di DN PPN dipungut pada
saat penjualan
Agen Pemegang
Merek

Importir Umum
Kendaraan
Bermotor
Produsen atau Bahan bakar minyak 0,25% dari PPh Pasal 22 atas Terutang dan
importer bahan penjualan tidak penjualan kepada dipungut pada
bakar minyak gas, termasuk PPN penyalur/agen saat penerbitan
dan pelumas untuk penjualan bersifat final surat perintah
kepada SPBU pengeluaran
Pertamina barang (delivery
order)
0,3% dari penjualan PPh Pasal 22 atas
tidak termasuk PPN penjualan kepada
untuk penjualan selain
kepada SPBU Non- penyalur/agen
Pertamina & Non- bersifat tidak final
SPBU
Bahan Bakar Gas
0,3% dari penjualan
tak termasuk PPN
Pelumas
0,3% dari penjualan
tak termasuk PPN

Industri dan Pembelian bahan- 0,25% dari harga Tidak Final Terutang dan
Eksportir yang bahan dari pedagang pembelian tidak dipungt pada
bergerak dalam pengumpul, yaitu termasuk PPN saat pembelian
sektor kehutanan, badan/atau OP yang
perkebunan, kegiatan usahanya:
pertanian, dan a) Mengumpulkan hasil
perikanan yang kehutanan,
ditunjuk oleh perkebunan, pertanian,
Kepala KPP peternakan, dan
perikanan
b) Menjual hasil
tersebut kepada badan
usaha industry dan
eksportir yang bergerk
dalam sektor
kehutanan,
perkebunan, pertanian,
peternakan,dan
perikanan

Anda mungkin juga menyukai