Anda di halaman 1dari 6

RMK PERPAJAKAN I

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN 1

(NPWP, NPPKP & SPT dan Tatacara Pembayaran & Pelaporan pajak)

AJAR M. ALI

A031211142

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Peraturan perundangan-undangan perpajakan yang mengatur tentang


“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983,
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16 tahun
2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007. Undang-undang tentang “ketentuan
umum dan tata cara perpajakan” dilandasi falsafah Pancasila dan UUD 1945. UU No.
28 tahun 2007 pada dasarnya menagtur hak dan kewajiban wajib pajak, wewenang
dan kewajiban apparat pemungut pajak serta sanksi perpajakan.

Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assessment, yaitu


Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak yang
terutang, menyetronya serta melaporkan perhitungan dan penyetoran pajak tersebut,
sedangkan fungsi Direktorat Jenderal Pajak adalah melakukan pengawasan atas
sistem self assessment tersebut agar Wajib Pajak melaksanakannya sesuai dengan
ketentuan undang-undang perpajakan. Perhitungan pajak yang terutang diatur dalam
undang-undang material perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU PPh dan UU
PPN. Sementara itu pendaftaran, penyetoran, dan pelaporan pajak, serta wewenang
Direktorat Jenderal pajak diatur dalam undang-undang formal perpajakan
sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir
dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(selanjutnya disebut UU KUP) yang termasuk sanksi perpajakan apabila Wajib Pajak
tidak memenuhi kewajiban perpajakan.

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

NPWP adalah nomor yang diberikan oleh direktur jendral pajak kepada wajib
pajak sebagai suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewjiban perpajakannya. Oleh karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan
satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor Pajak Wajib Pajak juga
dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembahayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen
perpajakan, wajib pajak diwajibkan mencantumkan NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) yang dimilikinya.
SURAT PEMBERITAHUAN

Surat pemberitahuan yaitu surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan bukan objek
pajak, atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan pertauran perundang-
undangan perpajakan. KUP Pasal 1 angka 11.

Fungsi SPT

1. Fungsi SPT bagi wajib pajak PPh:


a) Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.
b) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaukan
sendiri dan melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun
pajak.
c) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan
sendiri dan melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun
pajak.
2. Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak:
a) Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
3. Fungsi SPT bagi pengusaha kena pajak:
a) Sebagai sarana untuk melaporkan dan memeprtanggungjawabkan
perhitungan jumlah PPN dan PPn-BM yang seharusnya terutang.
b) Untuk melaporkan pembayaran atau kpelunasan pajak yang telah
dilaksanakan oleh pengusaha kena pajak dan melalui pihak lain dalam satu
masa pajak yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
c) Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Kelurahan.

Sanksi keterlambatan pembayaran pajak

Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikarenakan sanksi denda administrasi


bunga 2% sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo pembayaran. Wajib
Pajak yang alpa tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap dan dapat merugikan negara yang dilakukan pertama kali
tidak dikenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 200% dari pajak yang kurang dibayar.

TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK

Wajib pajak (orang pribadi atau badan) dalam melaksanakan kewajiban


perpajakannya harus sesuai dengan sistem self assessment, yaitu wajib melakukan
sendiri perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak terutang.

1) Kewajiban Membayar Pajak


Mekanisme pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak dapat dijelaskan sebagai berikut:
Membayar sendiri pajak yang terutang:
• Pembayaran angsuran PPh setiap bulan (PPh Pasal 25), yaitu pemabyaran
pajak penghasilan secara angsuran. Hal ini dimaksudkan untuk
meringaknkan beban Wajib Pajak dalam melunasi pajak yang terutang
dalam satu tahun pajak. Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak
yang akan terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran
pajak tersebut setiap bulan.
• Untuk wajib pajak badan, besarnya pembayaran angsuran PPh 25 yang
terutang diperoleh dari pengahsilan kena pajak dikalikan dengan tarif PPh
yang diatur di Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-undang Pajak Pengahsilan.
• Membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh
Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21,22,dan 23, sera PPh Pasal 26).
2) Pemotongan atau Pemungutan Pajak
Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, ada pembayaran bulanan
yanag dilakukan dengan mekanisme pemotongan atau pemungutan yang
dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan. Pihak pemberi penghasilan adalah
pihak yang ditunjuk berdasarkan ketentuan perpajakan untuk memotong atau
memungut, yang ditunjuk tersebut adalah badan Pemerintah, Subjek pajak badan
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya. Jenis pemotongan atau pemungutan adalah : PPh
Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat 2, PPh
Pasal 15 dan PPN dan PPn-BM.
3) Tampat Pembayaran dan Penyetoran Pajak
Wajib pajak membayar atau menyetor pajak yang terhutang dengan menggunakan
surat setoran pajak ke kas negara melalui tempat pembyaraan yang diatur atau
berdasarkan peraturan Menteri keuangan. KUP : Pasal 10 ayat (1).
Tempat pembayaran tersebut adalah:
a) Bank-bank yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral anggaran.
b) Kantor pos.

apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh Undang-Undang Perpajakan untuk


melakukan pemotongan atau pemungutan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku maka dapat dikenakan sanksi berupa bunga 2% dan kenaikan 100%.

batas waktu pembayaran atau penyetoran diatur sebagai berikut:

Batas waktu Pemabyaran Masa

a) PPh Pasal 21 paling lambat tanggal 10 bulan triwulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir.
b) PPh Pasal 21-impor Harus dilunasi sendiri oleh wajib pajak bersamaan dengan
pembayaran Bea Masuk. Apabila Bea Masuk dibebaskan atau ditunda, harus
dilunasi pada saat penyelesaian dokumen impor.
c) PPh Pasal 22-Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 1 hari setelah pemungutan pajak
dilakukan.
d) PPh Pasal 22-Bendaharawan Pemerintah pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran.
e) PPh Pasal 22 dari pemyerahan oleh Pertamina dilunasi sendiri oleh wajib pajak
sebelum surta pemerintah pengeluaran barang ditebus.
f) PPh Pasal 22 yang dipungut oleh badan tertentu paling lambat tanggal 10 bulan
takwim berikutnya.
g) PPh Pasal 23 dan 26 paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah
bulan saat terutangnya pajak.
h) PPh Pasal 25 paling lambat tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat
terutangnya pajak.
i) PPN dan PPn-Bm paling lambat tanggal 15 bulan takwim berikunya setelah masaa
pajak berkahir.
j) PPN dan PPn-B impor harus dilunasi sendiri oleh wajib pajak bersamaan dengan
pembayaran Bea Masuk.
k) PPN dan PPn-Bm Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 1 hari setelah pemungutan
pajak dilakukan.
l) PPN dan PPn-Bm Bendaharawan paling lambat tanggal 7 bulan takwim berikutnya
setelah masa pajak berakhir.

Anda mungkin juga menyukai