Anda di halaman 1dari 6

SURAT KETETAPAN PAJAK

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang
masih harus dibayar, dan memiliki fungsi:
a.Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya.
b.Sarana untuk mengenakan sanksi.
c.Alat untuk menagih pajak.

SKPKB hanya dapat diterbitkan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain tidak memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban meterial. Keterangan lain
tersebut adalah data kongkret yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktur Jendral Pajak, antara
lain berupa hasil konfirmasi faktur pajak dan bukti pemotonganPajak Penghasilan.

Sanksi Administrasi SKPKB


a.Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2a dan 2e, maka jumlah
kekurangan pajak terutang ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) perbulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat
terutangnnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau tahun pajak
sampai dengan diterbitkannya SKPKB.

b.Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2b, 2c, dan 2d maka dikenakan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
=50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
=100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut,tidak
atau kurang di setor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan. =100%
dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
Jangka Waktu Penerbita SKPKB, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jendral
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
SKPKBT adalah surat ketetapanpajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan, dan memiliki fungsi yang sama dengan SKPB
SKPKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
3. urat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau seharusnya
tidak terutang,SKPLB memiliki fungsi sebagai alat atau sarana untuk mengembalikan kelebihan
pembayaran pajak , SKPLB diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan, jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar diterbitkan untuk:
a.Pajak Penghasilah apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang;
b.Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Penambahan Nilai, jumlah
pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang
dipungut oleh Pemungut Pajak Penambahan Nilai tersebut
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak. Penerbitan SKPN, SKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)


Pengertian Surat Tagihan Pajak (STP)
surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda.
Fungsi STP:
- Koreksi jumlah pajak yang terutang.
- Sarana untuk memberikan sanksi berupa bunga atau denda.
- Menagih pajak yang belum dibayar.
Sanksi administrasi Surat Tagihan Pajak (STP) meliputi:

1. *Bunga:*
- Dikenakan sebesar 2% per bulan, dengan batas maksimal 24 bulan.
- Dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.

2. *Denda:*
- Dikenai sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali.
- Dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak hingga tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak.
- Bagian dari bulan dihitung sebagai satu bulan.
Kekuatan Hukum STP (Surat Tagihan Pajak) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
surat ketetapan pajak, sehingga dalam penagihannya dapat juga dilakukan dengan surat paksa.

Yang memiliki kewajiban melakukan penyelenggaraan pembukuan adalah wajib pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau wirausaha dan wajib pajak badan di Indonesia.
Oleh karena itu, semua pengusaha di Indonesia wajib memiliki pembukuan. Bahkan dalam UU
Perseroan Terbatas, perusahaan yang memiliki kriteria tertentu harus menerbitkan laporan
keuangannya kepada akuntan publik untuk diaudit (Pasal 68 UU Perseroan Terbatas).

Pencatatan
Pencatatan dalam perpajakan diberlakukan karena tidak semua wajib pajak mampu melakukan
pembukuan secara lengkap. Beberapa wajib pajak diberikan pengecualian dari kewajiban
pembukuan namun tetap diwajibkan untuk membuat pencatatan. Ini termasuk orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Ada dua kriteria dalam Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP) yang memungkinkan pengecualian dari pembukuan:

1. Orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas secara utuh tidak
diwajibkan melakukan pembukuan. Namun, jika mereka memiliki kegiatan usaha sampingan,
seperti restoran, mereka harus melakukan pembukuan.

2. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas bisa menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto (Norma) untuk menghitung penghasilan neto mereka.
Namun, ini hanya berlaku jika penghasilan bruto mereka tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 dan
mereka memberitahukan hal tersebut kepada Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 3 bulan
pertama tahun pajak yang bersangkutan.

Pencatatan ini diatur dalam peraturan pelaksanaan, seperti 197/PMK.03/2007 dan


PER-4/PJ/2009, yang memuat:

1. Pencatatan penghasilan dari kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang tidak dikenai pajak final,
dengan mencatat tanggal, uraian, jumlah bruto, dan keterangan. Semua dokumen terkait harus
disimpan.

2. Pencatatan penghasilan lainnya yang bukan dari kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang tidak
dikenai pajak final, dengan mencatat tanggal, uraian, jumlah bruto, biaya, jumlah neto, dan
keterangan. Semua dokumen terkait juga harus disimpan.

3. Pencatatan penghasilan bruto untuk orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha/pekerjaan bebas, dengan mencatat tanggal, uraian, penghasilan bruto, pengurang
penghasilan bruto, penghasilan neto, dan keterangan. Ini mencakup penghasilan dari pekerjaan
sendiri, pasangan, dan anak-anak yang belum dewasa, termasuk yang tidak dikenakan
pemotongan pajak Pasal 21 serta dari pemberi kerja yang bukan subjek pajak.

KEBERATAN
Keberatan dalam perpajakan merupakan mekanisme yang memungkinkan Wajib Pajak untuk
menyalurkan ketidakpuasan atau ketidaksetujuan mereka terhadap hasil pemeriksaan pajak
yang tercermin dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP). Proses ini memberikan kesempatan kepada
Wajib Pajak untuk membela diri atau mengklarifikasi perbedaan pandangan mereka terhadap
penilaian pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

1. **Proses Pengajuan Keberatan**:


- Saat Wajib Pajak menerima SKP yang menunjukkan ketidakpuasan atau ketidaksetujuan atas
jumlah kerugian yang ditetapkan, pemotongan pajak, atau tunggakan pajak yang dianggap tidak
sesuai dengan kenyataan, mereka memiliki hak untuk mengajukan keberatan kepada Direktur
Jenderal Pajak.
- Pengajuan keberatan harus dilakukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan diajukan
dalam waktu 3 bulan sejak tanggal pengiriman SKP.

2. **Ruang Lingkup Keberatan**:


- Wajib Pajak hanya dapat mengajukan keberatan terhadap jenis SKP tertentu, seperti SKPKB,
SKPKBT, SKPLB, SKPN, serta pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga sesuai
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
- Keberatan hanya dapat diajukan terhadap materi atau isi SKP, termasuk jumlah rugi sesuai
ketentuan perpajakan, besarnya pajak, atau materi atau isi pemotongan atau pemungutan
pajak.

3. **Persyaratan Pengajuan Keberatan**:


- Pengajuan keberatan harus mencakup uraian yang jelas mengenai hal-hal terkait pajak yang
terutang atau dipotong/pungut, serta alasan penghitungannya.
- Wajib Pajak harus telah membayar di muka akumulasi jumlah pajak dengan jumlah minimum
yang ditentukan yang disetujui pada saat pembahasan hasil pemeriksaan sebelumnya.
- Pengajuan keberatan harus dilakukan dalam waktu 3 bulan sejak SKP dikirim atau
pemotongan/pemungutan pajak dilakukan.
- Wajib Pajak harus menangani keberatan sendiri, kecuali jika ada kuasa khusus sesuai dengan
hukum yang menyertai permohonan.

4. **Pengecualian Waktu Pengajuan**:


- Ada pengecualian jika Wajib Pajak dapat membuktikan bahwa batas waktu pengajuan tidak
dapat dipenuhi karena kendala di luar kendali mereka.

Pada intinya, mekanisme keberatan memberikan Wajib Pajak kesempatan untuk memberikan
argumen atau bukti tambahan yang mungkin tidak dipertimbangkan selama pemeriksaan awal.
Hal ini memungkinkan proses perpajakan menjadi lebih transparan dan memberikan jalan bagi
penyelesaian yang lebih adil bagi kedua belah pihak.

BANDING
Undang-Undang Pengadilan Pajak No. 14 Tahun 2002 memberikan hak kepada Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak untuk melakukan upaya hukum banding terhadap keputusan yang mereka
ajukan banding, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Banding di Pengadilan Pajak merupakan langkah hukum tambahan yang dapat diambil oleh
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang, seperti keputusan atas keberatan yang diajukan.

Perlu dicatat bahwa banding dalam Peradilan Pajak berbeda dengan banding dalam Peradilan
Tata Usaha Negara. Dalam Peradilan Tata Usaha Negara, banding adalah upaya hukum terhadap
Pengadilan Tingkat II setelah terdapat keputusan dari pengadilan tingkat sebelumnya.
Sementara dalam Peradilan Pajak, banding adalah permohonan hukum yang diajukan oleh
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap keputusan yang dapat diajukan banding sesuai
dengan peraturan perpajakan.

Proses pengajuan banding harus dilakukan melalui surat pengaduan dalam bahasa Indonesia ke
Pengadilan Pajak dalam waktu 3 bulan sejak tanggal diterimanya keputusan banding, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan perpajakan. Batas waktu ini tidak berlaku
jika Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kendali mereka. Alasan banding harus jelas dan
tanggal penerimaan dibandingkan, dengan satu surat banding diajukan untuk satu putusan.

Dalam kasus banding yang diterima, jika menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan
tersebut akan dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan tambahan bunga sebesar 2% per bulan,
maksimal selama 24 bulan sejak tanggal pembayaran pajak hingga dikeluarkannya Keputusan
Banding. Penting untuk dicatat bahwa putusan pengadilan pajak bukan merupakan putusan tata
usaha negara.

IMBALAN BUNGA
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau seluruhnya,
sepanjang utang pajak sebagaimana dimaksud dalam SKPKB dan SKPKBT telah dibayar yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, maka kelebihan pembayaran pajak dikembalikan
dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan, paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan dihitung sejak tanggal pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya
Keputusan Keberatan atau Putusan Banding
GUGATAN
**Definisi dan Tujuan:**
Gugatan adalah langkah hukum yang diambil oleh Wajib Pajak atau penanggung pajak terkait
dengan penagihan pajak atau keputusan perpajakan yang diatur oleh Undang-Undang (UU)
perpajakan. Gugatan disampaikan kepada pengadilan pajak dengan tujuan mencari keadilan
dalam sengketa pajak. Pengadilan pajak merupakan badan peradilan yang memiliki yurisdiksi
tertinggi dalam menyelesaikan sengketa pajak, dan putusannya tidak dapat digugat di
pengadilan lain kecuali ada pertimbangan tertentu.

**Pihak yang Berwenang:**


Menurut UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, gugatan dapat diajukan oleh Wajib
Pajak, ahli warisnya, pengurus, atau kuasa hukumnya. Jika pihak yang mengajukan gugatan
meninggal, gugatan dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya atau kuasa hukumnya. Jika terjadi
restrukturisasi perusahaan, pihak yang menerima tanggung jawab dapat melanjutkan gugatan.

**Syarat Pengajuan Gugatan:**


Gugatan harus diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada pengadilan pajak. Batas
waktu pengajuan gugatan adalah 14 hari sejak diterimanya keputusan penagihan, dapat
diperpanjang dalam kondisi tertentu. Gugatan juga dapat diajukan dalam 30 hari sejak
diterimanya keputusan lain yang akan digugat. Setiap keputusan penagihan atau perpajakan
hanya dapat diajukan satu gugatan. Gugatan harus disertai alasan yang jelas, tanggal
diterimanya keputusan, serta dokumen pendukung yang relevan.
**Isi Gugatan:**
Gugatan dapat diajukan terkait dengan penagihan paksa, perintah penyitaan, atau
pengumuman lelang. Selain itu, gugatan juga bisa terkait dengan keputusan pencegahan
penagihan pajak, keputusan perpajakan yang tidak sesuai, dan keputusan lain yang relevan.

**Proses Gugatan:**
Surat gugatan harus disusun dalam Bahasa Indonesia dan ditujukan kepada pengadilan pajak.
Surat gugatan harus dilampiri dengan salinan keputusan yang digugat, bukti pendukung, dan
surat kuasa jika diperlukan.

**Pencabutan Gugatan:**
Gugatan dapat dicabut dengan mengajukan surat pernyataan pencabutan kepada pengadilan
pajak. Pencabutan juga dapat dilakukan jika terdapat penetapan Ketua atau putusan
Majelis/Hakim Tunggal yang menyetujui pencabutan tersebut.

Dengan demikian, proses gugatan pajak melalui pengadilan pajak memiliki aturan yang jelas dan
tersusun untuk menyelesaikan sengketa pajak dengan adil dan sesuai dengan hukum yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai