PPh Umum
Subjek dan Objek PPh
Tidak Termasuk Objek Pajak
Fakultas : FBIS
Program studi : Akuntansi
Tatap Muka
05
Kode Matakuliah : W1219009
Dalam hal laporan keuangan Wajib Pajak tidak diaudit oleh akuntan publik, maka Wajib
Pajak harus mengajukan permohonan tertulis paling lambat 3 bulan sebelum tahun
buku berakhir, untuk dapat ditetapkan sebagai WP Patuh sepanjang memenuhi syarat
pada huruf a sampai huruf e, ditambah syarat:
Bagi Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria sebagai WP Patuh akan diberikan
pelayanan khusus dalam restitusi Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai
berupa pengembalian pendahuluan kelebihan pajak tanpa dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu.
2 (dua) bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap untuk Pajak
Penghasilan;
7 (tujuh) hari sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap untuk Pajak
Pertambahan Nilai
Direktur Jenderal Pajak menetapkan Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai
Wajib Pajak Patuh setiap bulan Januari.
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, Direktur Jenderal Pajak berwenang secara jabatan
(ex-officio) menetapkan status Wajib Pajak Patuh tanpa permohonan Wajib Pajak
sepanjang Wajib Pajak Orang Pribadi tersebut memenuhi persyaratan huruf a sampai
dengan huruf e di atas.
Pencabutan WP Patuh
Surat Penetapan Wajib Pajak Patuh dicabut oleh Kepala Kantor Wilayah setelah
mempertimbangkan usulan Kepala Kantor Pelayanan Pajak, dalam hal memenuhi
kriteria pembatalan yaitu:
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada WP tertentu yang
disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data
fiskal yang tidak dilaporkan oleh WP.
Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur
Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur
Pajak.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat
ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan dengan
Surat Paksa.
PEMBAYARAN PAJAK
Pembayaran pajak terutang adalah kewajiban yang melekat pada diri setiap WP yang
bertanggungjawab terhadap pembayarannya ke Kas Negara, baik sebagai pemikul
beban pajak maupun sebagai pemotong atau pemungut pajak.
Setelah diketahui adanya pajak terutang (objek pajak) dan pihak yang
bertanggung jawab terhadap pembayarannya ke Kas Negara (subjek pajak), kewajiban
berikutnya adalah pembayaran dan penyetoran pajak. Kewajiban membayar pajak yang
terutang dinyatakan dalam Pasal 10 ayat 1 UU KUP yang berbunyi: .WP wajib
membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan SSP ke kas
negara melalui tempat pembayaran yg diatur dengan atau berdasarkan PMK.
Sarana yang dipakai untuk pembayaran dan penyetoran pajak adalah SSP. SSP
adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh
Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan
validasi, dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara {NTPN}. (Pasal 10 ayat 1a UU
KUP).
2. PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Paling lama
tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
3. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong Pajak Paling lama tanggal 10 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
4. PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri Paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
5. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh Paling lama tanggal 10 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
6. PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh Paling lama
tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
7. PPh Pasal 25 Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
8. PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor Dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan,
harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor
9. PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut Ditjen Bea dan Cukai
Jangka waktu 1 (satu hari kerja) setelah dilakukan pemungutan pajak 10. PPh
Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara Pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja
Negara atau belanja Daerah, dengan SSP atas nama rekanan dan
ditandatangani oleh bendahara
10. PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada
penyalur/agen atau industri yang dipungut oleh WP badan yang bergerak dalam
bidang produksi bahan bakar minyak, gas, dan pelumas Paling lama tanggal 10
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
11. PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh WP badan tertentu sebagai
Pemungut Pajak Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
12. PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak Paling lama tanggal 15
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
13. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Bendahara Pemerintah
atau instansi
14. Pemerintah yang ditunjuk Paling lama tanggal 7 bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
15. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pemungut PPN selain
Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk Paling lama
tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
16. PPh Pasal 25 bagi WP dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3b) UU KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu
SPT Masa Paling lama pada akhir Masa Pajak berakhir
17. Pembayaran Masa selain PPh Pasal 25 bagi WP dengan kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UU KUP yang melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa Paling lama sesuai dengan batas
waktu untuk masing-masing jenis pajak.
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan
dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau
penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Termasuk hari libur
nasional adalah hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang
ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Contoh: Angsuran masa PPh Pasal 25 Tahun 2008 sejumlah Rp10juta per bulan.
Angsuran Masa Pajak Mei Tahun 2008 dibayar tanggal 18 Juni 2008 dan dilaporkan
tanggal 19 Juni 2008. Tanggal 15 Juli 2008 diterbitkan STP dengan sanksi bunga 1
bulan (15 Juni s/d 18 Juni) atau sebesar : 1x 2% x Rp.10.000.000,00 = Rp.200.000,00
Dalam Pasal 9 ayat 3 UU KUP ditetapkan bahwa:. STP, SKPKB, serta SKPKBT,
dan SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu
1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
a. pajak yang masih harus dibayar dalam STP, SKP KB, SKP KBT, SK
Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yg menyebabkan jumlah pajak yg terutang bertambah; dan
b. PPh Pasal 29.
3. Permohonan harus diajukan paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum saat
jatuh tempo pembayaran utang pajak berakhir disertai alasan dan jumlah
pembayaran pajak yang dimohon diangsur atau ditunda;
4. Apabila batas waktu 9 hari tersebut tidak dapat dipenuhi oleh WP karena
keadaan diluar kekuasaannya, permohonan WP masih dapat dipertimbangkan
Dirjen Pajak sepanjang WP dapat membuktikan kebenaran keadaan diluar
kekuasaannya itu;
6. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat, Dirjen Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan WP dianggap diterima;
BUKU:
Basri, Hasan. “Modul Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan”, BPPK, Widyaiswara
Pusdiklat Pajak
Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas, “Undang-Undang KUP No. 16 Tahun
2009” Direktorat Jenderal Pajak
Wirawan, “Hukum Pajak”, Salemba Empat
Waluyo,(2011).Perpajakan Indonesia: Buku 1 dan Buku 2.Jakarta: Salemba Empat
Wardoyo, Teguh Hadi dan Sapto Windi Argo.(2010). Pajak Terapan A dan B. Jakarta: TaxSys
INTERNET:
www.pajak.go.id
www.ortax.org