Anda di halaman 1dari 4

NAMA = BAMBANG AYU ANDIKA

NIM = 041096699
UPBJJ PEKANBARU
DISKUSI 2 TCPP PAJA3339
SOAL:
Diskusikan  alur tata cara penetapan pajak yang diawali dengan penerbitan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) oleh aparat pajak, dalam hal ini penetapan pajak dengan cara official assessment
system dan self assessment system.
JAWABAN:
- Tata Cara Penetapan Pajak Official Assessment System
Sistem Official Assessment (SOA) atau penetapan pajak secara jabatan oleh DJP
merupakan cara penetapan pajak yang berlaku sejak zaman penjajahan Belanda hingga akhir
tahun 1983. Menurut peraturan perpajakan peninggalan Belanda (ordonansi), pemungutan pajak
dilakukan oleh DJP berdasarkan wewenangnya setelah terlebih dahulu menerbitkan ketetapan
pajak. Penetapan pajak dilakukan oleh unit organisasi vertikal sebagai bagian dari Organisasi
Kementrian (dahulu Departemen) Keuangan RI yang disebut Kantor Inspeksi Keuangan (IK)
Kantor IK dipimpin oleh Inspektur Keuangan (disebut Kepala Inspeksi Keuangan).
Kantor Inspeksi Pajak dipimpin oleh Kepala Inspeksi Pajak. Sejalan dengan berubahnya
cara penetapan pajak pada tahun 1984 maka pada tahun 1989 nomenklatur Kantor Inspeksi Pajak
diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Berdasarkan ordonansi Pajak (PPs atau PPd), wewenang untuk menetapkan pajak berada
di tangan para Kepala Inspeksi Pajak (KIP), bukan pada Direktur Jenderal Pajak, sebagaimana
bunyi Pasal 10 Ayat (1) Ordonansi PPd, yaitu sebagai berikut:
“Ketetapan pajak ditetapkan oleh Kepala Inspeksi Pajak, masing masing sekedar
mengenai daerah jabatannya”
Demikian pula menurut ketentuan Pasal 22 Ayat (1) Ord PPS yang berbunyi:
"Ketetapan Pajak ditetapkan oleh Kepala Inspeks Pajak secepat mungkin sesudah akhir
tahun buku atau tahun takwim”
Penetapan pajak tersebut, dilakukan terhadap wajib pajak yang terdaftar di wilayah kerja
Kantor Inspeksi Pajak dengan penetapan pajak. Hal ini berarti bahwa DJP menerbitkan secara
tertulis keputusan mengenai jenis pajak tertentu yang terutang oleh wajib pajak dengan nama dan
alamat sebagaimana tercantum dalam ketetapan pajak tersebut. Pada surat keputusan tertulis DJP
tersebut juga disertai jumlah denda bila ada, dengan menyebutkan pasal yang menjadi dasar
hukumnya, serta menentukan saat timbulnya utang pajak, dan saat pembayaran harus dilakukan.
Dalam suatu ketetapan pajak, saat timbul dan berakhirnya utang pajak sangat penting karena
menentukan saat berakhirnya suatu perikatan (saat penting dalam hukum pajak).
Produk kegiatan menetapkan adalah surat keputusan pejabat yang dikenal dengan istilah
Surat Ketetapan Pajak atau SKP (dalam bahasa Belanda disebut aanslag biljet, atau dalam bahasa
Inggris disebut Tax Assessment Notice. Surat Ketetapan Pajak dalam SOA meliputi:
a) Surat Ketetapan Pajak Sementara, diterbitkan pada awal tahun pajak berdasarkan
anggapan bahwa pendapatan wajib pajak pada tahun berjalan sama dengan pendapatan
tahun yang lalu;
b) Surat Ketetapan Pajak Rampung, SKP yang diterbitkan setelah tahun pajak berakhir,
dalam SKP rampung, penghasilan dihitung berdasarkan pendapatan riil yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, hasilnya adalah besarnya pajak terutang dikurangkan dengan
pajak terutang dalam SKP sementara;
c) Surat Ketetapan Pajak Tagihan Kemudian, digunakan untuk menagih kekurangan
pemotongan pajak atas gaji para karyawan;
d) Surat Ketetapan Pajak Susulan, ketetapan pajak yang diterbitkan apabila terdapat data
baru yang belum terungkap pada waktu menerbitkan SKP rampung.

- Tata Cara Pelaksanaan Sistem Self Assessment


Inti Sistem Self Assessment adalah pelimpahan kepercayaan dan wewenang oleh
pemerintah kepada para wajib pajak, dan para pengusaha kena pajak (PKP) untuk menetapkan
sendiri besarnya pajak terutang, dan melaporkan secara teratur jumlah pajak terutang yang telah
dibayar. Selanjutnya, melaporkan secara teratur jumlah pajak terutang merupakan
pertanggungjawaban Wajib Pajak yang dilakukan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) baik berupa SPT Tahunan atau SPT Masa ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan
beralihnya sistem penetapan menjadi SSA, maka terjadi perubahan sebagai berikut.
a. Falsafah tentang saat timbulnya utang pajak menganut paham utang pajak material;
b. Proses penetapan pajak dilakukan oleh wajib pajak sendiri sesuai dengan ketentuan
UU Perpajakan yang berlaku; serta timbulnya utang pajak tidak lagi harus menunggu
SKP;
c. Fungsi SPT berubah dari media informasi menjadi bukti ketetapan pajak oleh wajib
pajak sendiri.

Oleh karenanya dari sudut hukum administrasi, penerbitan Surat Ketetapan Pajak (dalam
SSA) tidak hanya bersifat constitutive beshikking yang minimbulkan hubungan hukum baru,
tetapi ketetapan tersebut dapat bersifat memberi perintah (beleven) yang mewajibkan si wajib
pajak membayar kekurangan pajak beserta sanksinya. Wewenang menerbitkan surat ketetapan
pajak nampak dari bunyi Pasal 13 Ayat(1) UU No.28 Tahun 2007 Ketentuan umum dan tatacara
perpajakan (KUP) sebagai berikut:
Dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
tahun pajak, atau tahun pajak, direktur jenderal pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
kurang bayar dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar
b. Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan kan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 3 dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran
c. Apabila Berdasarkan hasil pemeriksaan kan atau keterangan lain mengenal pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah ah ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih kakak atau tidak seharusnya dikenai tarif
0%
d. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 atau pasal 29 tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang
e. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan nomor pajak wajib pajak dan atau
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan sebagai dimaksud dalam
pasal 2 ayat 4A
Apa yang dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya pada dasarnya merupakan wujud
penetapan pajak oleh Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak itu sendiri. Adapun penyampaian
SPT ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak merupakan sesuatu yang dimaksudkan oleh pembuat
undang-undang sebagai kewajiban membayar pajak tidak tergantung pada adanya Surat
Ketetapan Pajak. Macam surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh DJP dapat berupa:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (bersifat menegaskan dan memberikan hak kepada
Wajib Pajak).

SUMBER REFERENSI MODUL 2 PAJA3339 TATA CARA PELAKSANAAN PERPAJAKAN

Anda mungkin juga menyukai