041725484
b. Pajak merupakan instrumen politik perekonomian suatu negara karena penerimaan pajak
sangat dominan sebagai penerimaan negara guna membiayai roda pemerintahan Negara
Indonesia. Karena itu, hukum pajak mempunyai daya paksa yang kuat, ketetapannya langsung
dapat dilaksanakan walaupun pembayar pajak sedang mengajukan upaya hukum (ketetapan
pajak bersifat executorial beslag yang mempunyai kekuatan hukum tetap). Dalam rangka
meningkatkan penerimaan dalam pemerintahan, Bapak Presiden Joko Widodo melakukan
pengawasan yang ketat terhadap kewajiban perpajakan sebagai instrumen politik
perekonomian nasional guna mewujudkan cita-cita kemakmuran rakyat. Dengan demikian,
pajak dapat dijadikan sebagai instrumen politik perekonomian suatu negara, namun
pelaksanaannya harus berpijak pada undang-undang sebagaimana tercantum konstitusi dasar
NKRI 1945 Pasal 23A.
c. Sejak tahun 1983, pemerintah Indonesia telah mengubah sistem pemungutan pajak yang
semula menggunakan official assessment (dipakai saat era kolonial Belanda) menjadi self
assessment.
Apa perbedaan dua sistem tersebut? Salah satu inti perbedaan dari dua sistem pemungutan
pajak ini adalah wewenang menetapkan besaran pajak terutang. Jika pada official assessment,
wewenang penetapan besaran pajak ada pada pemerintah, sedangkan pada self assessment
wewenang tersebut ada pada wajib pajak.
Di era pra kolonial (sebelum masuknya Belanda), pajak dikenal dengan istilah upeti. Upeti
dipungut oleh raja untuk kepentingan pribadi dan operasional kerajaannya. Contohnya seperti
membangun istana atau membiayai rumah tangga kerajaan. Jenis pajak yang diberlakukan di
era ini misalnya pajak tol dan pajak candu.
Perpajakan di Indonesia Pada Masa Belanda
Saat Indonesia dijajah oleh Belanda, saat itulah sistem kita mengenal sistem perpajakan
modern. Salah satu jenis pajak yang berlaku saat itu di antaranya pajak rumah tinggal yang
diberlakukan tahun 1839 dan pajak usaha.
Pada era pra kemerdekaan, penjajah Belanda dan Inggris juga telah memperkenalkan sistem
pemungutan pajak yang sistematis.
Setelah tahu bagaimana sejarah perpajakan di Indonesia, kini kita akan membahas dasar
hukum perpajakan di Indonesia pada era kemerdekaan. Untuk lebih jelasnya lagi, berikut ini
berbagai dasar hukum yang mengatur perpajakan di Indonesia.
1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diatur dalam UU No.
6/1983 dan diperbarui oleh UU No. 16/2000.
2. Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yang diatur dalam UU No. 7/1983 dan
diperbarui oleh UU No. 17/2000.
3. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan yang diatur oleh UU No.
8/1983 dan diganti menjadi UU No. 18/2000.
4. Undang-undang penagihan pajak dan surat paksa yang diatur dalam UU No. 19/1997
dan diganti menjadi UU No. 19/2000.
5. Undang-Undang Pengadilan Pajak yang diatur dalam UU N0. 14/2002.
4. Dalam sistem perpajakan ada yang disebut withholding taxes atau potput (pemotongan dan
pemungutan). Organisasi non profit berkewajiban dalam withholding taxes. PSSI mendapatkan
penghasilan sponsor. Mungkin penghasilan tersebut dibagi habis menjadi gaji para pemain dan
pelatih. Nah, saat PSSI memberikan honor atau gaji ke pemain dan pelatih, PSSI wajib
memotong PPh Pasal 21. Organisasi lain seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mungkin
menyelenggarakan kegiatan di tempat orang lain. Artinya IAI menyewa gedung atau sewa
tempat, maka atas kegiatan ini IAI wajib potong PPh Pasal 23. Itu contoh contoh transaksi yang
dilakukan oleh organisasi non profit dan menimbulkan konsekuensi kewajiban perpajakan. Jadi,
kewajiban mendaftarkan NPWP bagi organisasi bukan berarti organisasi tersebut wajib bayar
pajak. Orang lain yang bayar pajak dan dipungut atau dipotong oleh organisasi tersebut.
5. Untuk pemain tenis asing, mereka memenuhi kriteria sebagai Subjek Pajak Luar Negeri, yaitu
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia