Anda di halaman 1dari 2

Inisiasi 7

Penetapan Tarif Cukai dan Pelunasan Cukai


Sistem tarif cukai yang diterapkan terhadap BKC hasil tembakau sejak tahun 2007 telah
menggunakan sistem tarif cukai spesifik. Artinya bahwa, penentuan besarnya cukai yang dibebankan
terhadap wajib cukai bersifat variabel terhadap tarif cukai spesifik (Rp/satuan tertentu) dan jumlah
barang kena cukai. Tarif cukai hasil tembakau ditetapkan dengan menggunakan jumlah dalam rupiah
untuk setiap satuan batang atau gram hasil tembakau. Penetapan dimaksud didasarkan atas 3 (tiga)
variabel pokok sebagai berikut:
1. Jenis hasil tembakau;
Kebijakan membedakan jenis hasil tembakau menjadi beberapa kategori hasil tembakau telah
diimplementasikan sejak pemberlakuan Ordonansi Cukai Hasil Tembakau oleh Pemerintah Kolonial
Belanda berdasarkan Tabsacccijns Ordonnantie, Stbl. 1932 Nomor 517. Berikut ini adalah kategori
hasil tembakau yang diakomodasikan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur sistem
tarif cukai hasil tembakau. Masing-masing jenis hasil tembakau tersebut memiliki struktur tarif cukai
yang berbeda-beda.

2. Golongan Produsen yang ditentukan berdasarkan jumlah produksi hasil tembakau selama satu
tahun takwim;
Penggolongan pabrikan hasil tembakau dikelompokkan berdasarkan masing-masing jenis dan jumlah
produksi hasil tembakau sesuai dokumen pemesanan pita cukai (CK-1) dan/atau dokumen
pemberitahuan pengeluaran sekaligus pelindung pengangkutan atas BKC untuk kebutuhan konsumsi
penduduk di kawasan bebas dengan fasilitas pembebasan cukai (CK-FTZ) atas pabrik yang
bersangkutan, baik dalam satu lokasi pengawasan maupun beberapa lokasi pengawasan kantor bea
cukai, untuk setiap satu tahun takwim.

3. Batasan harga jual eceran (HJE) per batang atau gram,


HJE minimum yang boleh diajukan Pengusaha dalam rangka penetapan Tarif cukai. Batasan per
gram hanya berlaku bagi jenis TIS dan HPTL Meskipun tidak lagi menjadi fokus utama kebijakan di bidang
cukai hasil tembakau, instrumen harga jual eceran tetap menjadi komponen yang cukup menentukan
dalam pengambilan kebijakan mengenai tarif cukai hasil tembakau. Dalam sistem penetapan tarif cukai
hasil tembakau, pengusaha hasil tembakau tetap wajib memenuhi ketentuan batasan HJE minimal yang
boleh diajukan.
Untuk penetapan tarif cukai atas pengajuan merek baru hasil tembakau maupun untuk penetapan
kembali atas merek yang sudah ada sebelumnya, maka penentuan batasan HJE yang bersangkutan harus
mengacu kepada :
a. Harga jual eceran yang tercantum dalam penetapan tarif cukai yang masih berlaku berdasarkan
struktur tarif yang lama;
b. Harga jual eceran yang diberitahukan oleh Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau, khusus untuk
pengajuan merek baru; atau
c. Harga jual eceran yang telah mengalami kenaikan.
.
Untuk lebih jelas tentang cara menghitung Cukai Hasil Tembakau:

Contoh Perhitungan:
Produsen rokok SKM “PT LM” telah mengajukan P3C untuk kebutuhan bulan Februari. Pada tanggal 4 Februari,
Pengusaha tersebut mengajukan CK-1 dengan total rincian pengajuan, sebagai berikut :
Jumlah
No Seri Pita Cukai Merek Isi/Bks HJE/ Bungkus
Gol (Lbr)
1. II SERI III 1.000 A 12 Btg Rp. 8.600,-
2. II SERI I 500 B 20 Btg Rp. 19.950,-

Sebagai tambahan informasi, bahwa Tarif cukai berdasarkan PMK yang telah ditetapkan terhadap produk Hasil
tembakau tersebut adalah:
 Merk A, Tarif cukai spesifik adalah Rp. 370/btg
 Merk B, Tarif cukai spesifik adalah Rp. 385/btg
 Tarif PPN HT adalah 9,1%
 Seri pita cukai; untuk pita cukai hasil tembakau dibedakan menjadi tiga seri: seri I = 120 keping per lembar,
seri II =56 keping per lembar dan seri III = 150 keping per lembar;

Berdasarkan data-data tersebut, Hitung:


1. Total Nilai cukai yang terhutang!
2. Total PPN Hasil Tembakau yang terhutang!

Jawab :
Perhitungan Cukai dan PPN untuk merk A
Jumlah batang = 1.000 lbr × 12 × 150 keping = 1.800.000 batang
Cukai terhutang = Rp370 × 1.800.000 = Rp. 666.000.000,00
PPN terhutang = 9,1% × Rp. 8.600 × 1.000 lbr 150 =
Rp117.390.000,00

Perhitungan Cukai dan PPN untuk merk B


Jumlah batang = 500 lbr × 20 × 120 keping = 1.200.000 batang
Cukai terhutang = Rp. 385 × 1.200.000 = Rp462.000.000,00
PPN terhutang= 9,1% × Rp19.950 × 500 lbr × 120 = Rp108.927.000,00

Total Cukai terhutang: Rp666.000.000,00 + Rp462.000.000,00


= Rp1.128.000.000,00
Total PPN terhutang: Rp117.390.000,00 + Rp. 108.927.000,00
= Rp226.317.000,00

Anda mungkin juga menyukai