Anda di halaman 1dari 14

Nama Kelompok 3 :

- Adinda Cyfra Abigail Simorangkir (3194001)


- Betzy Amelia Hertina Batubara (3194003)
- Wahyu Christiant Da Costa Loe (3194023)

Kelas : D4 AK 2A

Materi : Perpajakan “Penetapan dan Ketetapan Pajak”

1. SKPKB
2. SKPKBT
3. SKPN
4. SKPLB
5. Kelebihan Pembayaran Pajak Pasal 17C & 17D
6. Tatacara Pembayaran Kelebihan Pajak
7. Tatacara Keberatan dan Banding
8. Pembetulan, Pengurangan ,Penghapusan atau Pembatalan

SKPKB

SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) adalah surat ini merupakan salah satu sarana
administrasi bagi Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak untuk melakukan penagihan pajak, yang
mana jumlah pajak yang harus dibayar bisa bertambah.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 dijelaskan bahwa SKPKB merupakan surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, serta jumlah pajak yang
masih harus dibayar.

Dalam Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang 6/1983 itu pun dijelaskan sejumlah kondisi yang
membuat Ditjen Pajak mengeluarkan SKPKB. Kondisi dimaksud adalah:

1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang pajak dibayar.
2. Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.

Jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa paling lambat 20 hari setelah
akhir masa pajak, Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak
(WP) pribadi paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak, sementara SPT PPh WP badan
paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak.

3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak


Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) ternyata
tidak seharusnya dikenai tarif 0%.
4. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 tentang pembukuan atau Pasal
29 tentang pemeriksaan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak
yang terutang.
5. Apabila kepada Wajib pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

SKPKBT

SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan) adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Menurut Pasal 15 ayat 1
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007,
menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKBT dalam jangka waktu 5
tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang
terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.

SKPKBT merupakan koreksi atas SKP yang diterbitkan sebelumnya. Ketika wajib pajak
telah melaporkan dan membayar pajak terutang sesuai dengan nominal yang tercantum dalam
SKP, petugas pajak akan melakukan pemeriksaan kembali pada data baru tersebut. Jika masih
ditemukan adanya pajak terutang yang kurang atau tidak dibayar oleh wajib pajak, Ditjen Pajak
akan menerbitkan SKPKBT.
SKPKBT diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, dengan jumlah pajak terutang yang
harus dibayar ditambah 100% sebagai sanksi administrasi. Jika sudah melewati jangka waktu
tersebut dan wajib pajak belum membayar kekurangan pajak, akan ada tambahan sanksi sebesar
48% dari jumlah pajak terutang yang harus dibayar. Selengkapnya mengenai penjelasan dan
penghitungan bayar tambahan dapat dilihat di artikel berikut.

SKPN

SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak. SKPN diterbitkan setelah Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan Surat
Pemberitahuan.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007, SKPN diterbitkan untuk:

1. Pajak Penghasilan jika jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau
pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
2. Pajak Pertambahan Nilai jika jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang
terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika terdapat pajak yang
dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang
dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut;
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.

SKPLB

SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Secara sederhana, SKPLB diterbitkan karena
wajib pajak lebih membayar pajak terutang dari yang seharusnya.
SKPLB akan diterbitkan jika ada permohonan tertulis dari wajib pajak dengan ketentuan:
Jumlah kredit pajak pada Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau
sudah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.

Penerbitan surat ini dilakukan setelah dilakukannya pemeriksaan atas permohonan, paling
lambat 12 bulan terhitung sejak surat permohonan diterima atau sesuai dengan keputusan Ditjen
Pajak. Jika terlambat diterbitkan, wajib pajak berhak menerima imbalan bunga 2% sebulan
terhitung sejak berakhirnya jangka waktu.

Kelebihan Pembayaran Pajak Pasal 17C & 17D

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak atau yang disebut


Pengembalian Pendahuluan adalah pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang diberikan
kepada Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C atau Pasal 17D Undang-Undang
KUP, atau Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang PPN.

Pengembalian Pendahuluan dapat diberikan kepada:

 Pengusaha Kriteria Tertentu (tautan),


 Pengusaha Persyaratan Tertentu (tautan), dan
 Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah (tautan).

Tatacara Pembayaran Kelebihan Pajak

Mekanisme pengajuan Pengembalian Pendahuluan adalah sebagai berikut:

Pajak Penghasilan - Orang Pribadi


1. Anda melaporkan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dapat langsung ke KPP atau eFiling
dengan menghitung sesuai dengan penghasilan, PTKP, bukti potong, dan kredit pajak
yang ada. Kemudian apabila diketahui terjadi lebih bayar Anda dapat mengajukan
restitusi.

2. Anda dapat mengajukan permohonan restitusi dengan cara mengisi kolom Pengembalian
Pendahuluan dalam pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

3. Anda menerima Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak yang


selanjutnya disingkat SKPPKP.

4. Anda menyampaikan rekening dalam negeri atas nama Anda pribadi ke KPP dengan atau
tanpa surat/konfirmasi dari Kantor Pajak.

5. Anda menerima salinan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

6. Kelebihan Pajak ditransfer/dicairkan melalui nomor rekening Anda.

Pajak Penghasilan – Badan

1. Anda melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dapat langsung ke KPP atau eFiling dengan
menghitung sesuai dengan penghasilan, bukti potong, dan kredit pajak yang ada.
Kemudian apabila diketahui terjadi lebih bayar Anda dapat mengajukan restitusi.

2. Anda dapat mengajukan permohonan restitusi dengan cara mengisi kolom Pengembalian
Pendahuluan dalam pelaporan SPT Tahunan PPh Badan.
3. Anda menerima Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak yang
selanjutnya disingkat SKPPKP.

4. Anda menyampaikan rekening dalam negeri atas nama Anda pribadi ke KPP dengan atau
tanpa surat/konfirmasi dari Kantor Pajak.

5. Anda menerima salinan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP.

6. Kelebihan Pajak ditransfer/dicairkan melalui nomor rekening Wajib Pajak.

Pajak Pertambahan Nilai

1. Pelaporan SPT Masa PPN disampaikan langsung ke KPP atau eFiling. Menghitung pajak
masukan, pajak keluaran, dan pajak yang telah dibayar/dipungut. Apabila diketahui
terjadi lebih bayar, dapat diajukan pengembalian pajak (restitusi) .

2. Anda mengajukan restitusi dengan cara mengisi kolom Pengembalian Pendahuluan


dalam pelaporan SPT Masa PPN.

3. Anda menerima Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak yang


selanjutnya disingkat SKPPKP.

4. Anda menyampaikan rekening dalam negeri atas nama Anda pribadi ke KPP dengan atau
tanpa surat/konfirmasi dari Kantor Pajak.

5. Anda menerima salinan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

6. Kelebihan Pajak ditransfer/dicairkan melalui nomor rekening Wajib Pajak.


JANGKA WAKTU

 Penerbitan SKPKPP

1. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi diterima sampai dengan SKPPKP terbit : 15
(lima belas) hari kerja

2. SPT Tahunan PPh Badan diterima sampai dengan SKPPKP terbit : 1 (satu) bulan

3. SPT Masa PPN diterima sampai dengan SKPPKP terbit : 1 (satu) bulan

 SKPPKP sampai dengan SPMKP/transfer ke rekening : 30 hari

 Jika tidak ditemukan terdapat kelebihan pembayaran dan tidak diterbitkan SKPPKP, akan
diberikan surat pemberitahuan paling lambat : 1 (satu) bulan

Tatacara Keberatan dan Banding

Ketentuan pajak dalam proses banding pajak ini diatur dalam UU No.14 tahun 2002
mengenai pengadilan Pajak dan proses hukumnya melibatkan keberatan, banding, sampai
peninjauan kembali.

Dalam proses pelaksanaan banding pajak terdapat beberapa syarat yang menjadi acuan
apakah wajib pajak dapat mengajukan banding atas pajak terutangnya, yaitu antara lain:

1. Setiap 1 keputusan wajib pajak dapat mengajukan 1 surat banding.

2. Permohonan banding yang diajukan harus diajukan secara tertulis dengan menggunakan
Bahasa Indonesia dalam jangka waktu permohonan pengajuan surat banding yaitu 3
bulan sejak keputusan keberatan diterima, dan akan dikecualikan bila ada aturan lain
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3. Surat banding yang akan diajukan harus dilampiri surat keputusan keberatan yang sudah
diputuskan.
4. Pengajuan banding hanya dapat diajukan ketika besarnya jumlah pajak terutang seorang
wajib pajak yang dimaksud sudah terbayar sebesar 50%.

5. Wajib pajak melampirkan Surat Setoran Pajak (SSP)

Proses banding pajak dapat diajukan langsung oleh wajib pajak yang terkait sendiri, ahli
waris, pengurus, ataupun kuasa hukum dari wajib pajak yang terkait. Namun ada 2 kemungkinan
yang akan terjadi ketika proses berlangsung yaitu jika selama proses banding berlangsung
pemohon pengajuan banding meninggal dunia, maka proses banding pajak tersebut bisa
dilanjutkan oleh ahli waris wajib pajak yang terkait . Serta Jika selama proses banding pajak
berlangsung pemohon pengajuan melakukan penggabungan, pemisahan, peleburan usaha maka
proses banding pajak tersebut dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima permintaan
pertanggungjawaban atas terjadinya kasus tersebut.

Ketika setiap persyaratan yang ada pada proses permohonan pengajuan banding pajak telah
terpenuhi maka pemohon banding pajak akan mendapat hak-hak yang dapat digunakan untuk
memperjuangkan dalam hal banding pajak. Hak-hak tersebut antara lain adalah:

1. Dalam jangka waktu 3 bulan dari diterimanya keputusan banding pajak, pemohon
banding mempunyai hak untuk melengkapi surat bandingnya untuk pemenuhan ketentuan
yang berlaku.

2. Pemohon pengajuan banding pajak berhak untuk hadir dalam persidangan guna
memberikan keterangan secara lisan dan bukti yang diperlukan

3. Pemohon pengajuan banding pajak mempunyai hak untuk didampingi atau diwakilkan
oleh kuasa hukum yang sudah mendapat izin kuasa hukum dari ketua pengadilan pajak.

4. Pemohon pengajuan banding pajak berhak untuk meminta kepada majelis untuk
kehadiran saksi.

Dalam penyelesaian banding pajak, pengadilan pajak wajib untuk menetapkan putusan paling
lambat 12 bulan sejak surat banding pajak diterima. Namun jika permohonan banding pajak
ditolak atau dikabulkan namun hanya sebagian saja, maka wajib pajak akan dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak terutangnya berdasarkan putusan
banding yang keluar yang kemudian akan dikurangkan dengan pembayaran pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Pembetulan, Pengurangan ,Penghapusan atau Pembatalan Pajak

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR 01/PJ.07/2007

TENTANG
PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBETULAN

KETETAPAN PAJAK, KEBERATAN, PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI

ADMINISTRASI, DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK

YANG TIDAK BENAR PAJAK PENGHASILAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

BAB I

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN

PEMBETULAN KETETAPAN PAJAK

Pasal 1

(1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
membetulkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang
Tidak Benar, atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak,
yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau
kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
(2) Pembetulan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas
dilaksanakan dalam rangka menjalankan tugas pemerintahan yang baik, sehingga
apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan yang sifatnya manusiawi dalam suatu
ketetapan pajak perlu dibetulkan sebagaimana mestinya.
(3) Sifat kesalahan atau kekeliruan tersebut tidak mengandung persengketaan antara
fiskus dengan Wajib Pajak.

Pasal 2

Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak terbatas pada kesalahan atau kekeliruan sebagai
akibat dari :

a. Kesalahan tulis, yaitu antara lain kesalahan yang dapat berupa nama, alamat, Nomor
Pokok Wajib Pajak, nomor surat ketetapan pajak, Jenis Pajak, Masa atau Tahun Pajak,
dan tanggal jatuh tempo;
b. Kesalahan hitung, yaitu kesalahan yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan
dan atau perkalian dan atau pembagian suatu bilangan;
c. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase
Norma Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi,
kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak, kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan
dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam pengkreditan.

Pasal 3

(1) Surat permohonan pembetulan ketetapan pajak Wajib Pajak dapat disampaikan langsung
atau melalui pos tercatat ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar atau ke KP4/KP2KP dalam
wilayah KPP yang bersangkutan.
(2) Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses surat permohonan
pembetulan ketetapan pajak adalah :
a. Tanggal terima surat Wajib Pajak, dalam hal disampaikan secara langsung oleh Wajib
Pajak pada petugas TPT atau petugas yang ditunjuk; atau
b. Tanggal stempel pos tercatat, dalam hal surat permohonan pembetulan ketetapan
pajak disampaikan melalui pos tercatat.
BAB II

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN

Pasal 4

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;


b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan

Pasal 5

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari surat ketetapan
pajak, pemotongan atau pemungutan pajak dalam hal Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah
rugi,

Pasal 6

Surat keberatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Satu surat keberatan untuk satu ketetapan pajak atau satu bukti pemotongan/pemungutan
pajak;
b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut, atau rugi menurut penghitungan Wajib Pajak;
d. Disertai dengan alasan-alasan yang jelas;
e. Diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak atau tanggal
pemotongan atau pemungutan pajak, kecuali karena keadaan di luar kekuasaan Wajib
Pajak (force majeur) yang harus disertai bukti pendukung adanya keadaan luar biasa
tersebut;
f. Dilampiri dengan surat kuasa khusus dalam hal surat keberatan ditandatangani bukan
oleh Wajib Pajak sebagaiman diatur dalam Pasal 32 Undang-undang KUP.

BAB III

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN

PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 11

Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang
dikenakan karena adanya kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahan Wajib Pajak.

Pasal 12

Surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut :

a. Hanya boleh diajukan oleh Wajib Pajak yang tidak mengajukan keberatan atas surat
ketetapan pajaknya;
b. Diajukan atas suatu Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
d. Disertai dengan alasan-alasan yang jelas;
e. Diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak kecuali karena
keadaan diluar kekuasaan Wajib Pajak (force majeur) yang harus disertai bukti
pendukung adanya keadaan luar biasa tersebut;
f. Dilampiri dengan surat kuasa khusus dalam hal surat permohonan ditandatangani bukan
oleh Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Undang-undang KUP.

Pasal 13
(1) Surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Wajib Pajak
disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar
atau ke KP4/KP2KP dalam wilayah KPP yang bersangkutan.
(2) Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses surat permohonan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi adalah :
a. Tanggal terima surat Wajib Pajak, dalam hal disampaikan secara langsung oleh Wajib
Pajak pada petugas TPT atau petugas yang ditunjuk; atau
b. Tanggal stempel pos tercatat, dalam hal surat permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi disampaikan melalui pos tercatat.

BAB IV

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN

PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK YANG

TIDAK BENAR

Pasal 16

Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.

Pasal 17

Surat permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Diajukan untuk suatu surat ketetapan pajak;


b. Mengemukakan jumlah pajak menurut penghitungan Wajib Pajak seharusnya terutang;
c. Dilampiri dengan surat kuasa khusus dalam hal surat permohonan pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Undang-undang KUP;

Pasal 18
(1) Surat permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar Wajib
Pajak disampaikan langsung atau melalui pos tercatat ke Kantor Pelayanan Pajak dimana
Wajib Pajak terdaftar atau ke KP4/KP2KP dalam wilayah KPP yang bersangkutan.
(2) Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses surat permohonan
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar adalah :
a. Tanggal terima surat Wajib Pajak, dalam hal disampaikan secara langsung oleh Wajib
Pajak pada petugas TPT atau petugas yang ditunjuk; atau
b. Tanggal stempel pos tercatat, dalam hal surat pengurangan atau pembatalan ketetapan
pajak yang tidak benar disampaikan melalui pos tercatat.

Sumber :

https://www.online-pajak.com/seputar-pajakpay/5-jenis-surat-ketetapan-pajak#:~:text=Surat
%20Ketetapan%20Pajak%20Kurang%20Bayar,jumlah%20pajak%20yang%20telah
%20ditetapkan.&text=SKPKBT%20diterbitkan%20dalam%20jangka%20waktu,ditambah
%20100%25%20sebagai%20sanksi%20administrasi.

https://www.pajak.go.id/id/pengembalian-pendahuluan-kelebihan-pembayaran-pajak

https://www.pajakku.com/read/5f7c0c742712877582239140/Tata-Cara-Pengajuan-Banding-
pada-Pengadilan-Pajak

Anda mungkin juga menyukai