Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar ( Pasal 17, Pasal 17B, dan Pasal 17C Undang-Undang Nomor 28
TAHUN 2007 ) :
- SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
- SKPLB diterbitkan sehubungan dengan hasil pemeriksaan baik atas SPT LB yang diajukan restitusi, SPT
LB yang tidak diajukan restitusi, SPT Nihil, maupun SPT KB.
- Dalam hal SPT LB diajukan restitusi, Ditjen Pajak harus menerbitkan surat ketetapan pajak (SKPLB
atau SKPN atau SKPKB) dalam jangka waktu 12 bulan. Dan apabila dalam jangka waktu 12 bulan
tersebut belum diterbitkan SKPLB, maka permohonan restitusi wajib pajak dianggap dikabulkan, dan
SKPLB harus diterbitkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan setelah 12 bulan tersebut
terlewati. Atas pajak yang lebih dibayar ini (sama dengan lebih bayar pada SPT) ditambah bunga 2%
per bulan (Pasal 17B Undang-Undang Nomor 28 Tahun2007 ).
- Dalam hal permohonan restitusi atas SPT LB tersebut diajukan oleh Wajib Pajak dengan criteria
tertentu, Dirjen Pajak setelah melakukan penelitian harus menerbitkan Surat Keputusan Pendahuluan
Kelebihan Pajak (SKPKP) paling lambat 3 bulan sejak permohonan diterima (untukPPh) dan paling
lambat 1 bulan sejak permohonan diterima (untuk PPN).
- Setelah menerbitkan SKPKP tersebut di atas, Dirjen Pajak masih dapat melakukan pemeriksaan
terhadap wajib pajak dimaksud dan menerbitkan surat ketetapan pajak. Dan apabila hasil
pemeriksaan tersebut berupa SKPKB, jumlah kekurangan pajaknya dikenakan sanksi kenaikan 100%.
- Hasil pemeriksaan atas SPT Lebih Bayar tanpa permohonan restitusi, SPT Nihil, maupun SPT Kurang
Bayar yang hasilnya menunjukkan jumlah kredit pajak (jumlah pajak yang telah dibayar) lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang (Pasal 17 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 ).
SKPLB diterbitkanuntuk :
1. Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak (jumlah pajak yang dibayar) lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang
2. Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah
pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang
dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan nilai tersebut
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang
1. Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Dirjen Pajak melalui Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar atau berdomisili.
2. Dirjen Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:
Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang;
Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi
dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut; atau
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang.
SKPLB diterbitkan oleh Dirjen Pajak paling lama 12 bulan sejak surat permohonan diterima secara
lengkap.
Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Dirjen Pajak tidak memberikan
keputusan, maka permohonan dianggap dikabulkan. SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat satu
bulan setelah jangka waktu berakhir. Apabila SKPLB terlambat diterbitkan, WP akan diberikan imbalan
bunga sebesar 2% per bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu satu bulan tersebut sampai
dengan saat diterbitkan SKPLB.
Wajib Pajak (WP) termasuk orang pribadi yang belum memiliki NPWP dapat mengajukan
permohonan restitusi ke Dirjen Pajak melalui KPP tempat WP terdaftar atau berdomisili. Surat
permohonan harus melampirkan: bukti pembayaran pajak asli; perhitungan pajak yang
seharusnya tidak terutang; serta alas an permohonan pengembalian pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang.
Wajib Pajak yang dipotong atau dipungut (PPh, PPN, dan PPnBM) dapat mengajukan
permohonan restitusi ke Dirjen Pajak melalui KPP tempat WP yang dipotong atau yang dipungut
terdaftar atau melalui KPP tempatPengusahaKenaPajak yang dipungutdikukuhkan. Dengan
catatan PPh, PPN, dan PPnBM yang dipotong atau dipungut belum dikreditkan atau dibiayakan.
Surat permohonan harus melampirkan: bukti pemotongan/pemungutan pajak asli; perhitungan
pajak yang seharusnya tidak terutang; serta alasan permohonan pengembalian pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang.
WP yang melakukan pemotong atau pemungutan dapat mengajukan permohonan restitusi ke
Dirjen Pajak melalui KPP tempat WP yang melakukan pemotongan atau pemungutan terdaftar
atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan pemungutan dikukuhkan. Syarat pihak yang
dipotong atau dipungut adalah: orang pribadi yang belum memiliki NPWP; subjek pajak luar
negeri; atau terdapat kesalahan penerapan ketentuan oleh pemotong atau pemungutan. Surat
permohonan wajib melampirkan: bukti pembayaran pajak asli; perhitungan pajak yang
seharusnya tidak terutang; alasan permohonan pengembalian pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang; dansurat kuasa dari pihak yang dipotong atau dipungut kepada WP
yang melakukan pemotongan atau pemungutan atau Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
pemungutan.