Anggota :
WEEK 2
1. What are Tax Audits (Pemeriksaan Pajak) ? and what is Tax Assessments Letter (Surat
Ketetapan Pajak (SKP))?
Jawab :
Pemeriksaan pajak adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang melliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
untuk periode tahun pajak tersebut
Hasil dari pemeriksaan pajak antara lain :
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak lebih Bayar (SKPLB)
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPNihil)
Pengertian Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT, Surat Ketetapan Pajak Nihil
(SKPN), dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.(SKPLB) kepada Wajib Pajak (Pasal 1
angka 15 Undang-undang KUP).
Surat ketetapan pajak (SKP) diterbitkan untuk suatu Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak. Surat ketetapan pajak (SKP) untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
Surat ketetapan pajak (SKP) untuk Masa Pajak diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
sesuai dengan Masa Pajak yang tercakup dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Penghasilan atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN
Surat ketetapan pajak (SKP) atas Pajak Penghasilan Pasal 21 diterbitkan untuk Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak. Surat ketetapan pajak (SKP) yang telah diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak harus dikirimkan kepada Wajib Pajak. Pengiriman surat
ketetapan pajak (SKP) tersebut, dapat dilakukan :
Secara langsung
Melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). Adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah
pajak yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). Adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih
besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
2. How do tax authorities collect the tax? What is tax collection using a distress warrant?
Jawab :
Direktorat Jenderal Pajak akan melakukan penagihan pajak bagi Wajib Pajak yang tidak
melaksanakan kewajiban membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang
telah ditentukan dalam Surat Tagihan Pajak(STP), atau Surat Ketetapan Pajak (SKP),
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding. Proses
penagihan dimulai dengan Surat Teguran dan dilanjutkan dengan Surat Paksa.
Terdapat 4 tahap proses penagihan pajak:
1) Surat Teguran, diterbitkan apabila dalam jangka 7 hari dan jatuh tempo
pembayaran Wajib Pajak tidak membayar hutang pajaknya.
2) Surat Paksa,diterbitkan dalam jangka waktu 21 hari setelah Surat Teguran apabila
Wajib Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya.
3) Surat Penyitaan, diterbitkan dalam jangka waktu 2x24 jam sejak Surat Paksa
disampaikan kepada Wajib Pajak.
4) Lelang dilakukan paling singkat 14 hari setelah pengumuman lelang.
Pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 hari setelah penyitaan
Distress Warrant atau Surat Paksa diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 1997
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa. Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak yang diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang
pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo. Dalam Pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa
fisik dari surat paksa sendiri di bagian kepalanya bertuliskan “Demi Keadilan dan
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan dalam Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa surat paksa
sekurang-kurangnya harus memuat :
Nama Wajib Pajak atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
Dasar penagihan
Besarnya utang pajak
Perintah untuk membayar
3. What is Tax Dispute? How many kinds of tax disputes?
Jawab :
Definisi sengketa pajak menurut UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan Pajak
berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Sengketa pajak terjadi
karena adanya kebijakan perpajakan oleh Ditjen Pajak berdasarkan wewenang dan Wajib
Pajak merasa tidak puas, adanya perbedaan interpretasi antara Wajib Pajak dengan Ditjen
Pajak terkait peraturan perundang-undangan, adanya perbedaan metode penghitungan
pajak, dan adanya keberatan Wajib Pajak atas penetapan sanksi denda pajak.
Sengketa pajak dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Sengketa pajak yang penyelesaiannya di Ditjen Pajak :
Pembetulan ketetapan pajak
Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
Keberatan
2) Sengketa pajak yang penyelesaiannya di Pengadilan Pajak, yaitu Banding dan
Gugatan
3) Sengketa pajak yang penyelesaiannya di Mahkamah Agung, yaitu Peninjauan
Kembali (PK)
4. How does a taxpayer file an objection? How will tax disputes be resolved?
Jawab :
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan secara tertulis, ditujukan kepada pejabat PPID.
Selanjutnya Wajib Pajak dapat mengisi formulir Pernyataan Keberatan Atas Permohonan
Informasi serta menerima salinan formulir tersebut bersamaan dengan tanda terima.
Selanjutnya atasan PPID akan menerbitkan tanggapan serta keputusan tertulis. Apabila
Wajib Pajak masih belum setuju maka dapat mengajukan penyelesaian sengketa yang
diajukan kepada Komisi Informasi Pusat.
Penyelesaian sengketa pajak dapat dilakukan dengan upaya administratif melalui
lembaga keberatan (peradilan administrasi tidak murni yang tidak sepenuhnya memenuhi
syarat-syarat peradilan administrasi murni.) dan melalui lembaga yudikasi yaitu
Pengadilan Pajak