Anda di halaman 1dari 8

Kelompok :7

Anggota :

1. Shella Maylina Putri (12030120130214


2. Tjia, Gleen Theresia (12030120130200)
3. Hatfina Dini Sabrina (12030120130198)
4. Azita Aulia Hertanto (12030120130226)
5. Zhahira Adriyani (12030120130242)
6. Jhon Feliks Sarma Silalahi (12030120130227)

WEEK 2

1. What are Tax Audits (Pemeriksaan Pajak) ? and what is Tax Assessments Letter (Surat
Ketetapan Pajak (SKP))?
Jawab :
Pemeriksaan pajak adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang melliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
untuk periode tahun pajak tersebut
Hasil dari pemeriksaan pajak antara lain :
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
 Surat Ketetapan Pajak lebih Bayar (SKPLB)
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPNihil)

Pengertian Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT, Surat Ketetapan Pajak Nihil
(SKPN), dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.(SKPLB) kepada Wajib Pajak  (Pasal 1
angka 15 Undang-undang KUP).
Surat ketetapan pajak (SKP) diterbitkan untuk suatu Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak. Surat ketetapan pajak (SKP) untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan  Pajak Penghasilan

Surat ketetapan pajak (SKP) untuk Masa Pajak diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
sesuai dengan Masa Pajak yang tercakup dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak
Penghasilan atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN

Surat ketetapan pajak (SKP) atas Pajak Penghasilan Pasal 21 diterbitkan untuk Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak. Surat ketetapan pajak (SKP) yang telah diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak harus dikirimkan kepada Wajib Pajak. Pengiriman surat
ketetapan pajak (SKP) tersebut, dapat dilakukan :

 Secara langsung
 Melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
 Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat

Surat Ketetapan Pajak (SKP) dibagi menjadi 4 (empat) jenis, meliputi :

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar  (SKPKB). Adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah
pajak yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). Adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih
besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
2. How do tax authorities collect the tax? What is tax collection using a distress warrant?
Jawab :
Direktorat Jenderal Pajak akan melakukan penagihan pajak bagi Wajib Pajak yang tidak
melaksanakan kewajiban membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang
telah ditentukan dalam Surat Tagihan Pajak(STP), atau Surat Ketetapan Pajak (SKP),
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding. Proses
penagihan dimulai dengan Surat Teguran dan dilanjutkan dengan Surat Paksa.
Terdapat 4 tahap proses penagihan pajak:
1) Surat Teguran, diterbitkan apabila dalam jangka 7 hari dan jatuh tempo
pembayaran Wajib Pajak tidak membayar hutang pajaknya.
2) Surat Paksa,diterbitkan dalam jangka waktu 21 hari setelah Surat Teguran apabila
Wajib Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya.
3) Surat Penyitaan, diterbitkan dalam jangka waktu 2x24 jam sejak Surat Paksa
disampaikan kepada Wajib Pajak.
4) Lelang dilakukan paling singkat 14 hari setelah pengumuman lelang.
Pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 hari setelah penyitaan

Distress Warrant atau Surat Paksa diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 1997
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa. Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak yang diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang
pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo. Dalam Pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa
fisik dari surat paksa sendiri di bagian kepalanya bertuliskan “Demi Keadilan dan
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan dalam Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa surat paksa
sekurang-kurangnya harus memuat :

 Nama Wajib Pajak atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
 Dasar penagihan
 Besarnya utang pajak
 Perintah untuk membayar
3. What is Tax Dispute? How many kinds of tax disputes?
Jawab :
Definisi sengketa pajak menurut UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan Pajak
berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Sengketa pajak terjadi
karena adanya kebijakan perpajakan oleh Ditjen Pajak berdasarkan wewenang dan Wajib
Pajak merasa tidak puas, adanya perbedaan interpretasi antara Wajib Pajak dengan Ditjen
Pajak terkait peraturan perundang-undangan, adanya perbedaan metode penghitungan
pajak, dan adanya keberatan Wajib Pajak atas penetapan sanksi denda pajak.
Sengketa pajak dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Sengketa pajak yang penyelesaiannya di Ditjen Pajak :
 Pembetulan ketetapan pajak
 Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
 Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
 Keberatan
2) Sengketa pajak yang penyelesaiannya di Pengadilan Pajak, yaitu Banding dan
Gugatan
3) Sengketa pajak yang penyelesaiannya di Mahkamah Agung, yaitu Peninjauan
Kembali (PK)

4. How does a taxpayer file an objection? How will tax disputes be resolved?
Jawab :
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan secara tertulis, ditujukan kepada pejabat PPID.
Selanjutnya Wajib Pajak dapat mengisi formulir Pernyataan Keberatan Atas Permohonan
Informasi serta menerima salinan formulir tersebut bersamaan dengan tanda terima.
Selanjutnya atasan PPID akan menerbitkan tanggapan serta keputusan tertulis. Apabila
Wajib Pajak masih belum setuju maka dapat mengajukan penyelesaian sengketa yang
diajukan kepada Komisi Informasi Pusat.
Penyelesaian sengketa pajak dapat dilakukan dengan upaya administratif melalui
lembaga keberatan (peradilan administrasi tidak murni yang tidak sepenuhnya memenuhi
syarat-syarat peradilan administrasi murni.) dan melalui lembaga yudikasi yaitu
Pengadilan Pajak

5. What are Early tax refunds? How do taxpayers report it?


Jawab :
Pengembalian Pendahuluan adalah pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang
diberikan kepada Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C atau Pasal 17D
Undang-Undang KUP, atau Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang PPN. Pengembalian
Pendahuluan dapat diberikan kepada :
1) Wajib Pajak Kriteria Tertentu :
 Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
 Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
 Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama
3 (tiga) tahun berturut-turut
 Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir
2) Wajib Pajak Persyaratan Tertentu. Adalah  Wajib Pajak yang memenuhi
persyaratan tertentu yang dapat diberikan Pengembalian Pendahuluan terhadap
kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan maupun Pajak Pertambahan Nilai.
Wajib Pajak tersebut meliputi :
 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar
restitusi
 Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi
dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah)
 Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); atau
 Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan
Nilai lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3) Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah. Merupakan Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan kegiatan tertentu dan ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
Berisiko Rendah yang dapat diberikan Pengembalian Pendahuluan atas kelebihan
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai pada setiap Masa Pajak. Pengusaha Kena
Pajak yang dimaksud meliputi :
 Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
 Perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki secara langsung oleh
pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah
 Pengusaha Kena Pajak yang telah ditetapkan sebagai Mitra Utama
Kepabeanan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan
yang mengatur mengenai Mitra Utama Kepabeanan
 Pengusaha Kena Pajak yang telah ditetapkan sebagai Operator Ekonomi
Bersertifikat (Authorized Economic Operator) sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Operator
Ekonomi Bersertifikat (Authorized Economic Operator)
 Pabrikan atau produsen selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, yang memiliki tempat
untuk melakukan kegiatan produksi; atau
 Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu.
 Pedagang Besar Farmasi yang memiliki :
 Sertifikat Distribusi Farmasi atau Izin Pedagang Besar Farmasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pedagang besar farmasi; dan
 Sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai cara
distribusi obat yang baik
 Distributor Alat Kesehatan yang memiliki :
 Sertifikat Distribusi Alat Kesehatan atau Izin Penyalur Alat
Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai penyalur alat kesehatan.
 Sertifikat Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
cara distribusi alat kesehatan yang baik; atau
 Perusahaan yang dimiliki secara langsung oleh Badan Usaha Milik Negara
dengan kepemilikan saham lebih dari 50% (lima puluh persen) yang
laporan keuangannya dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Badan
Usaha Milik Negara induk sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Kegiatan tertentu Pengusaha tersebut meliputi:
 Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
 Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
 Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya tidak dipungut
 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan/atau
 Ekspor Jasa Kena Pajak
 Tata Cara Pembayaran Kelebihan Pajak :
 Pengembalian pembayaran pajak yang masih tersisa tersebut dilakukan dengan
menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
 Kelebihan pembayaran pajak dikembalikan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
atas nama Direktur Jenderal Pajak dengan menerbitkan Surat Keputusan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP).
 Atas dasar SKPKPP tersebut, Kantor Pelayanan Pajak atas nama Menteri
Keuangan menerbitkan SPMKP per jenis pajak dan per masa/tahun pajak.
 SPMKP dibuat dalam rangkap 4 (empat) dengan peruntukan sebagai berikut:
o Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan
mitra kerja Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan SPMKP
o Lembar ke-3 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan. c. Lembar ke-4 untuk
Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan 5 PMKP
 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara mengembalikan lembar ke-2 SPMKP
disertal Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) lembar ke-2 kepada penerbit
SPMKP setelah dibubuhi cap tanggal dan nomor penerbitan SP2D
 SPMKP beserta SKPKPP wajib disampaikan Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum
jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas
terlampaui.
 Kepala Kantor Pelayanan Pajak wajib menyampaikan spesimen tanda tangannya
ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. Dalam hal pejabat berhalangan,
maka pejabat yang ditunjuk wajib menyampaikan spesimen tanda tangannya ke
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Anda mungkin juga menyukai