Anda di halaman 1dari 4

Nama : Avisa Novemia

Asal instansi : Universitas Islam Nusantara

Jawaban ( Pemeriksaan pajak, keberatan dan banding )

1). Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun serta mengolah data,
keterangan, dan bukti yang dilaksanakan secara objektif serta profesional berdasarkan standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. tujuan dilakukannya
pemeriksaan adalah untuk pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, sebagaimana telah di atur dalam PMK yang mengatur mengenai tata cara
pemeriksaan adalah PMK Nomor 17/PMK.03/2013 dimana PMK tersebut telah disempurnakan
di PMK Nomor 184/PMK.03/2015. Dalam PMK ini dibahas mengenai ketentuan umum
pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan ketentuan lain mengenai
pemeriksaan pajak.

2). fungsi jenis-jenis Surat Ketetapan Pajak

a. Surat Tagihan Pajak (STP)


 Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
 Terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis atau salah hitung.
 Terkena sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
 Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan perubahannya namun tidak melaporkan kegiatan untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
 Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak namun mencantumkan
faktur pajak.
 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak mencantumkan
faktur pajak, atau faktur pajak, namun tidak mengisinya secara lengkap.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Dalam Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2009, SKPKB adalah surat yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, jumlah pajak yang harus dibayar, serta jumlah pajak yang masih harus
dibayar. Jenis surat ketetapan pajak ini diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun setelah
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
SKPLB adalah surat pajak pajak yang menentukan jumlah pembayaran pajak karena
jumlah pajak pajak lebih besar daripada pajak pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang. Secara sederhana, SKPLB diterbitkan karena wajib pajak lebih membayar pajak
terutang dari yang seharusnya. SKPLB akan diterbitkan jika ada permintaan tertulis dari
wajib pajak dengan ketentuan: Jumlah kredit pajak pada Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), lebih besar
dari jumlah pajak yang terutang, atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang tidak
seharusnya terutang.
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak. SKPN diterbitkan setelah Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan Surat
Pemberitahuan.
e. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan. Menurut Pasal 15 ayat 1 dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, menyatakan
bahwa Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKBT dalam jangka waktu 5 tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan
SKPKBT.

3). Apabila wajib pajak tidak setuju dengan SKPKB dan atas kurang bayar tersebut, wajib pajak
dapat mengajukan banding ke pengadilan pajak.Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan
atas Surat Ketetapan Pajak dan keberatan ditolak, maka wajib pajak dapat mengajukan
banding. Sesuai dengan pasal 36 ayat (4) Undang-Undang Pengadilan Pajak, wajib pajak
diwajibkan membayar 50% (lima puluh persen) dari utang pajaknya sebelum mengajukan
permohonan banding.

4). Jakarta, 5 April 2005

No. :

Lampiran : –

Hal : Permohonan Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 No. xxxx

Tgl 25 Desember 2021

Kepada Yth.

Direktorat Jenderal Pajak

Kantor Wilayah

Kantor Pelayanan Pajak

Alamat lengkap

UP : Sie Penerimaan dan Keberatan.

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan telah diterbitkannya SKPKB PPh Pasal 21 No. xxxx tanggal 25 Desember
2021 Sebesar Rp. 132.811.256,- atas nama :

Nama Wajib Pajak : PT Tax Ina

NPWP : 00.000.000.-000.000

Alamat : JAKARTA

yang kami terima tanggal 28 Desember 2021 dengan perincian sebagai berikut :

Uraian : Jumlah (Rp) :


Dasar Pengenaan Pajak 3.052.302.069

PPh pasal 21 terutang 660.806.052

Setoran Masa & Tahunan 553.700.200

PPh 21 Kurang Bayar 107.105.852

Sanksi Bunga pasal 13 (2) 25.705.404

Jumlah Pajak yang masih harus dibayar 132.811.256

Bersama ini kami mengajukan Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 No. xxxx tersebut.

5). Upaya hukum keberatan Ketika wajib pajak memperoleh suatu surat ketetapan pajak dan
merasa tidak puas atas ketetapan pajak dimaksud, maka wajib pajak dapat mengajukan upaya
hukum dengan nama keberatan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang KUP, upaya
hukum atas keberatan dapat diajukan ke Direktorat Jendral Pajak, yaitu ke Kantor Pelayanan
Pajak tempat dimana wajib pajak terdaftar. Keberatan merupakan upaya hukum biasa yang
diperuntukkan bagi wajib pajak untuk mendapatkan keadilan dan kebenaran terhadap
perbuatan hukum yang dilakukan oleh pejabat pajak dalam melakukan penagihan pajak
sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang KUP. Untuk dapat mengajukan upaya
hukum keberatan, maka wajib pajak harus memenuhi tata cara pe-nyelesaian keberatan yaitu
Keberatan tersebut diajukan kepada Direktur Jendral Pajak melalui Kantor Pelayan Pajak (KPP)
setempat, yang wilayah hukumnya meliputi tempat dimana wajib pajak berada atau
berkedudukan. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau jumlah rugi
menurut penghitungan. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud, kecuali apabila
wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan
di luar kekuasaannya.

Anda mungkin juga menyukai