Anda di halaman 1dari 7

Dasar Hukum dan Pengertian Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Dasar Hukum

Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-undang No.6
Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.16 Tahun 2009.

Pengertian-pengertian

Dalam pembahasan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan akan dijumpai pengertian-
pengertian atau istilah yang sudah baku. Pengertian atau istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutabg oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan
pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya.

4. Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam jangka waktu tertentu sebagaimana
ditentukan dalam Undang-undang KUP. Masa pajak sama dengan 1 (satu) bulan kalender
atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga)
bulan kalender.

5. Tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib
pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

6. Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.

7. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak,
dalam tahun pajak, atau dalam bagaian tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

8. Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


Pengertian
Nomor pokok wajib pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administarsi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Fungsi NPWP

a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administarsi
perpajakan.

Pencatuman NPWP

Dalam hal ini berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan
mencamtukan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

Pendaftaran NPWP

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan wajib mendaftarankan diri
pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan wajib pajak dan kepada wajib pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Sanksi

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang atau kekurangan dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah
terutang yang tidak atau kurang bayar.

Penghapusan NPWP

Penghapusan NPWP adalah tindakan menghapus NPWP dari administrasi Kantor Pelayanan
Pajak. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan oleh Direktur Jendral Pajak apabila:

1. Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau
penggabungan usaha.

3. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan.

4. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.


5. Dianggap perlu oleh Direktur Jendral Pajak untuk menghapus Nomor Pokok Wajib Pajak
dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Format NPWP

NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (Sembilan) digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak
dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Adminitrasi Perpajakan. Formatnya adalah
sebagai berikut: XX. XXX. XXX. X-XXX. XXX

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai berdasarlan
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai


1984 yang:

1. Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak

2. Tidak memiliki sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi sampai dengan suatu bulan dalam
suatu usaha tahun buku jumlah nilai peredaran bruo atas penyerahan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak telah melampui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil,
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lama
akhir bulan berikutnya.

Fungsi Pengukuhan PKP

a. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.

b. Melaksanakan hak dan kewajiban dibidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah.

c. Pengawasan administrasi perpajakan.

Tempat Pengukuhan PKP


Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan sebagai PKP wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP pada:

a. Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan atau tempat
kegiatan usaha Wajib Pajak.

b. Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan dibidang perpajakan.

Pencabutan Pengukuhan PKP

Direktur Jendral Pajak karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat melakukan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Pencabutan PKP dapat dilakukan dalam hal
:

a. PKP pindah alamat ke wilayah kerja kantor pelayanan pajak lain.

b. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai PKP termasuk PKP yang jumlah peredaran
dan atau penerimaan bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran
tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai ditempat lain.

c. PKP telah dipusatkan tempat terutangnya PPn ditempat lain.

d. PKP menyalahgunakan Pengukuhan PKP.

Sanksi

Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan usahanya untuk dilakukan sebagai
Pengusaha Kena Pajak atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang atau kekurangan dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah terutang yang tidak atau kurang bayar.

Surat Pemberitahuan (SPT)


Pengertian SPT

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan
atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Fungsi SPT

Fungsi surat pemberitahuan bagi wajib pajak, Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya dan
untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan bukan objek pajak.

c. Harta dan kewajiban.

d. Pembayaran dari pemotongan atau pemungutan tentang pajak orang pribadi atau badan
lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pembayaran Pajak


Pengertian

Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

Fungsi SSP

SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor
penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.

Tempat Pembayaran Penyetoran Pajak

a. Bank ditunjuk oleh Menteri Keuangan

b. Kantor Pos

Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak diatur sebagai berikut:

a. Pembayaran Masa
1. PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan harus disetor paling
lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

2. PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain
oleh menteri keuangan.

3. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

4. PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas)
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

5. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor pling lama tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya setalh masa pajak berakhir.

6. PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling
lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

7. PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.

8. PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM
atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor.

9. PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah
dilakukan pemungutan pajak.

10. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau
belanja Daerah, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan an
ditandatangani oleh bendahara.

11. PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada
penyalur/agen atau industri yang dipungut oleh Wajib Pajak badan yang bergerak dalam
bidang produksi bahan bakar minyak, gas pelumas, harus disetor paling lama tanggal 10
(sepuluh) bulan beikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

b. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Keteapan Pajak
Kurang bayar tambahan, dan surat keputusan keberatan, surat keputusan pembentulan,
putusan banding, serta putusan peninjauan kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal
diterbitkan.
c. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai