Anda di halaman 1dari 24

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan : Ketentuan Umum; NPWP, NPPKP

& SPT dan Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak

OLEH :

Nurul Amaliah (A031211061)

Alya Tryadna Maharani (A031211063)

Muhammad Adlan Fikri (A031211144)

Airul Fadil Hasfian (A031211147)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023

1
A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
1. Ketentuan Umum
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang
“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 Tahun 1983,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU No. 28 Tahun
2007. Keberadaan UU KUP adalah merupakan mutatis mutandis, yaitu
diberlakukan sepanjang UU lain tidak mengatur secara khusus mengenai tata
cara mengajukan banding dan gugatan ke Pengadilan Pajak atas keputusan
perpajakan.
Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah Self assessment,
yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung
pajak yang terutang, menyetorkannya, serta melaporkan penghitungan dan
penyetoran pajak tersebut. sedangkan fungsi Direktorat Jenderal Pajak
adalah melakukan pengawasan atas sistem self assessment tersebut agar
wajib pajak melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan. Penghitungan pajak yang terutang diatur dalam undang-undang
material perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU PPh dan UU PPN.
Sementara itu pendaftaran, penyetoran, dan pelaporan pajak, serta
wewenang Direktorat Jenderal Pajak diatur dalam undang-undang formal
perpajakan.
Berikut beberapa pengertian berdasarkan UU No.28/2007/KUP :
● Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 2 UU No. 28/2007
KUP)
● Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP). (Pasal 2 angka 1 UU No. 28/2007 KUP)

2
● Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya,

3
wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). (Pasal 2 angka 2 UU No.
28/2007 KUP)
● Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu selain
mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain juga
mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat- tempat kegiatan usaha Wajib Pajak. Pasal 3 ayat 2
PMK No.182/PMK.03/2015)
● Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang
pengecer yang mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan yang mengatur mengenai Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu. (Pasal 1 Per-20/PJ/2013)
2. Tatacara Perpajakan
Tahap-tahapan tata cara perpajakan :
1. Pendaftaran NPWP & PKP pembukuan/pencatatan, pembayaran lapor
SPT
2. Penelitian pemeriksaan SKPKB, SKPN, SKPLB, SKPKBT, STP
3. Keberatan, pembulatan, penghapusan, pengurangan, dan peninjauan
kembali.
4. Banding ke pengadilan pajak
B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan kepada wajib pajak
sebagai tanda pengenal diri dan identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.

4
Fungsi NPWP
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan (Mardiasmo,2011: 25-260
c. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakn karena
yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan
mencantumkan NPWP.
d. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya dalam
setoran pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri maupun
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga harus mencantumkan NPWP.
e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang
diajukan, seperti dokumen impor (PIB), dokumen ekspor (PEB)
f. Untuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau
tahunan.
Pendaftaran NPWP
Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem
self assessment, wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak
untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.
Persyaratan Subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai
subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
persyaratan Objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan pemungutan
pajak dengan ketentuan undang-undang pajak penghasilan dan perubahannya.
kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktu, karena
hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak
terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah :
a. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 bulan
setelah saat usaha mulai dijalankan.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan

5
suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi penghasilan tidak kena pajak,
wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

6
Untuk lebih jelasnya, mengenai pendaftaran wajib pajak/ NPWP, NPPKP adalah
sebagai berikut :
a. Semua wajib pajak berdasarkan sistem self assessment wajib mendaftarkan
diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak
dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin
yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta.
Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut adalah suatu saran dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak. Oleh karena itu, kepada setiap wajib pajak hanya diberikan satu
Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor Pokok Wajib Pajak juga
dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan
dokumen perpajakan, wajib pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Wajib
Pajak yang dimilikinya. Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri
untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenakan sanksi perpajakan.
b. Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenakan pajak pertambahan
nilai berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak
Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada Kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan, sedangkan bagi Kapita
Selekta Perpajakan di Indonesia….(Abdul Kadir) 205 pengusaha badan
kewajiban melaporkan usahanya tersebut adalah pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha
dan tempat kegiatan usaha dilakukan.
Fungsi pengukuhan pengusaha kena pajak selain dipergunakan untuk
mengetahui identitas pengusaha kena pajak yang sebenarnya, juga berguna
dalam pemenuhan kewajiban pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah serta untuk pengawasan administrasi perpajakan.

7
c. Terhadap wajib pajak maupun pengusaha kena pajak tertentu, Direktorat
Jenderal Pajak dapat menentukan kantor Direktorat Jenderal Pajak selain
yang ditentukan dalam ayat (1) dan ayat (2), sebagai tempat pendaftaran
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pengukuhan
pengusaha kena pajak.
Selain itu, bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu, yaitu wajib
pajak orang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa
tempat. Misalnya, pedagang elektronik yang mempunyai toko di beberapa
pusat perbelanjaan, di samping wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal wajib
pajak, juga diwajibkan mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha wajib pajak
dilakukan.
d. Terhadap wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang tidak memenuhi
kewajiban untuk mendaftarkan diri dan/atau melaporkan usahanya, dapat
diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan. Hal ini dapat dilakukan apabila
berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktorat Jenderal pajak
ternyata orang pribadi atau badan atau pengusaha tersebut telah memenuhi
syarat untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak.
e. Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
dan kewajiban melaporkan usaha untuk memperoleh pengukuhan pengusaha
kena pajak dibatasi jangka waktunya karena hal ini berkaitan dengan saat
pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang.
Wajib Pajak
Yang wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak adalah
a. Wajib pajak badan : Setiap wajib pajak badan wajib mendaftarkan diri pada
kantor pelayanan pajak/kantor penyuluhan pajak.
b. Wajib pajak perseorangan : Bagi setiap wajib pajak yang memperoleh
penghasilan melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
c. Bentuk usaha tetap : Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia
oleh badan atau perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat

8
kedudukan di Indonesia, sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (5)
Undang Undang Pajak Penghasilan tahun 1994.
d. Wajib pajak sebagai pemungut/pemotong pajak (wajib pajak non subjek)
seperti bendaharawan dan badan-badan tertentu yang ditetapkan Menteri
Keuangan.
e. Pengusaha kena pajak : Pengusaha kena pajak adalah pengusaha
sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 3 yang melakukan penyerahan
barang kena pajak dan atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan
pajak berdasarkan Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan
dengan keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih
untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak
Sanksi yang Melanggar NPWP
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP
atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit 2(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan hak NPWP dalam rangka mengajukan
permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan
denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 kali kali jumlah restitusi yang
dimohonkan atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.
Penghapusan NPWP
penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila :
a. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh wajib pajak dan/ ahli
warisnya apabila wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
b. Wajib pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha.

9
c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami dari wanita
tersebut telah terdaftar sebagai wajib pajak.
d. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia,
e. Dianggap Perlu oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menghapusnya NPWP
dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif atau
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (Sembilan) digit pertama merupakan Kode Wajib
Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.
Contoh Format NPWP : XX. XXX. XXX. X - XXX. XXX
Catatan :
a. Wajib Pajak yang tidak diwajibkan mendaftarkan diri apabila memerlukan
NPWP, dapat mendaftarkan diri dan kepadanya akan diberikan NPWP.
b. Setiap wajib pajak hanya mempunyai satu NPWP untuk semua jenis pajak.
c. Untuk perusahaan perseorangan, NPWP atas nama pemiliknya.
d. Untuk badan (Misalnya PT) yang baru berdiri sebaiknya tetap mempunyai
NPWP karena apabila rugi dapat dikompensasi dengan tahun berikutnya.
e. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukannya sebagai subjek pajak
menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak orang pribadi yang
meninggalkan warisan tersebut.
C. Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)
pengusaha Kena Pajak Merupakan Pengusaha yang melakukan penyerahan barang
kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan
undang- undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai
berdasarkan undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai :
a. memilih sebagai pengusaha kena pajak, atau
b. tidak memilih sebagai pengusaha pajak tetapi sampai dengan suatu bulan
dalam satu tahun buku jumlah nilai peredaran bruto atas penyerahan
barang

10
kena pajak atau jasa kena pajak telah melampaui batasan yang ditentukan
sebagai pengusaha kecil.
Fungsi NPPKP
a. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan
b. Melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
c. Pengawasan administrasi perpajakan.
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pengukuhan PKP,
yaitu
1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, yang menjalankan usaha atau melakukan
pekerjaan bebas, berupa :
a. Dokumen yang menunjukkan identitas diri Wajib Pajak untuk Warga
Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing.
b. Dokumen yang menunjukkan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas, dan
c. dokumen yang menunjukkan pemberian izin usaha atau pekerjaan
bebas dari pejabat atau instansi berwenang.
2. Untuk Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pembayar pajak, pemotong dan/ atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang perpajakan, berupa :
a. dokumen yang menunjukkan pendirian atau pembentukan badan dan
perubahannya
b. dokumen yang menunjukkan identitas diri pengurus badan
c. dokumen yang menunjukkan tempat kegiatan usaha
d. dokumen yang menunjukkan adanya pemberian izin usaha atau
kegiatan dari pejabat atau instansi yang berwenang.

Permohonan NPWP dan Pengukuhan PKP


Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kepala
Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan melakukan :
a. Penerbitan NPWP paling lama satu hari kerja terhitung setelah permohonan
diterima secara lengkap, dan

11
b. Pengukuhan PKP paling lama sepuluh hari kerja terhitung setelah
permohonan diterima secara lengkap.
Pengukuhan PKP dilakukan setelah Kantor Pelayanan Pajak atau Kepala Kantor
Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan meneliti dan memastikan
keberadaan tempat dan kegiatan usaha Wajib Pajak.
Pencabutan PKP
1. Pencabutan pengukuhan PKP dilakukan terhadap PKP yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
2. Pencabutan pengukuhan PKP dilakukan dalam hal:
a. PKP dengan status Wajib Pajak Non Efektif;
b. PKP yang tidak diketahui keberadaan dan/atau kegiatan usahanya;
c. PKP menyalahgunakan pengukuhan PKP;
d. PKP pindah alamat ke wilayah kerja KPP lain;
e. PKP yang sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai PKP;
f. PKP telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai di
tempat lain; atau
3. Pencabutan Pengukuhan PKP dapat dilakukan:
a. Atas permohonan WP; atau
b. Secara jabatan
● Permohonan Pencabutan pengukuhan PKP dilakukan secara
elektronik atau tertulis, dan dilampiri dengan dokumen yang
disyaratkan. Permohonan Pencabutan pengukuhan PKP secara tertulis
disampaikan:
○ secara langsung;
○ melalui pos; atau
○ melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
● Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan
pencabutan pengukuhan PKP meliputi dokumen yang menunjukkan
bahwa Wajib Pajak secara subjektif dan/atau objektif sudah tidak lagi
memenuhi persyaratan sebagai PKP.
● Dalam hal pencabutan pengukuhan PKP dilakukan berdasarkan
permohonan Wajib Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak
menerbitkan keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan

12
PKP dalam

13
jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan Wajib Pajak
diterima secara lengkap.
● Apabila jangka waktu telah terlampaui dan Kepala Kantor Pelayanan
Pajak tidak menerbitkan keputusan, permohonan Wajib Pajak
dianggap dikabulkan dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan
Surat Keputusan Pencabutan Pengukuhan PKP dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu berakhir.
D. Surat Pemberitahuan (SPT)
SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan
dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak, dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Surat Pemberitahuan (SPT) dibedakan menjadi 2 (dua) hal, yakni Surat
Pemberitahuan Masa dan Surat Pemberitahuan Tahunan. SPT masa adalah Surat
Pemberitahuan untuk suatu masa pajak tertentu. Sementara untuk SPT Tahunan
adalah Surat Pemberitahuan untuk satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.
Fungsi SPT
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu
tahun pajak atau bagian tahun pajak.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau buka objek pajak
c. harta dan kewajiban
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu Masa Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bagi pengusaha kena pajak, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan terutang :
a. Pengkreditan Pajak masukan terhadap pajak keluaran, dan

14
b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh
pengusaha kena pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Yang Wajib Mengisi SPT Tahunan
Yang wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan adalah
a. Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan yang jumlahnya melebihi
batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dan
b. Setiap badan yang didirikan di Indonesia (berkedudukan) yang terdiri atas
perseroan terbatas, CV, persekutuan, koperasi, yayasan, BUMN, dan bentuk
usaha tetap.
Batas Waktu Penyampain SPT
Batas waktu penyampaian SPT adalah(Mardiasmo, 2011: 35) :
a. Untuk surat pemberitahuan masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
akhir masa pajak. Khusus untuk surat pemberitahuan masa Pajak
Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak.
b. Untuk surat pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak orang
pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak, atau
c. Untuk surat pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak badan,
paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.
E. Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Jika setelah diadakan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang
dengan jumlah pajak yang telah dibayar menunjukkan jumlah selisih lebih (jumlah
pajak yang telah dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang). Wajib pajak
berhak untuk meminta kembali kelebihan pembayaran pajak, dengan catatan wajib
pajak tersebut tidak mempunyai utang pajak lain.
Dalam hal ini wajib pajak masih mempunyai utang pajak lainnya yang belum
dilunasi, kelebihan pembayaran tersebut harus diperhitungkan dahulu dengan utang
pajak tersebut dan bilamana masih terdapat lebih, baru dapat dikembalikan kepada
wajib pajak. Untuk memperoleh kembali kelebihan pembayaran tersebut, wajib pajak
harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak atau pejabat
yang ditunjuknya.

15
Untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi wajib pajak dan menjamin
ketertiban administrasi, batas waktu pengembalian oleh Direktur Jenderal Pajak
ditetapkan dalam jangka waktu selama-lamanya satu bulan.
a. Untuk SKPLB, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B, dihitung sejak
tanggal penerbitan.
b. Untuk SKPLB, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dihitung sejak
tanggal diterimanya permohonan tertulis tentang pengembalian kelebihan
pembayaran pajak.
Untuk terciptanya keseimbangan hak dan kewajiban bagi wajib pajak dengan
kecepatan pelayanan oleh Direktur Jenderal Pajak, Pasal 11 ayat (3) menentukan
bahwa atas setiap kelambatan dalam pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dari jangka waktu tersebut pada Pasal 11 ayat (2) kepada wajib pajak yang
bersangkutan diberikan imbalan oleh pemerintah berupa bunga 2 % (dua persen)
per bulan, dihitung sejak saat berlakunya batas waktu satu bulan sampai saat
dilakukan pembayaran. Yang dimaksud dengan saat dilakukan pembayaran
kelebihan pembayaran pajak adalah saat Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP) diterbitkan. Menteri Keuangan diberi kewenangan untuk mengatur tata
cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (Marsyahrul,
2005: 72-73).
F. Keberatan dan Banding
1. Keberatan
Hal keberatan diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Adapun syarat-syarat
mengajukan keberatan adalah sebagai berikut (Marsyahrul, 2005: 79-81):
a. Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur
Jenderal Pajak atas suatu :
i. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
ii. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
iii. Surat Ketetapan Surat Pajak Lebih Bayar,
iv. Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau
v. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan perundang-undangan perpajakan.
b. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
menyatakan alasan-alasan secara jelas.

16
c. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
tanggal surat, tanggal pemotongan, atau pemungutan sebagaimana
dalam ayat (a), kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaannya.
d. Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh pejabat
Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda
pengiriman Surat Keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda bukti
penerimaan Surat Keberatan tersebut bagi kepentingan wajib pajak.
e. Apabila diminta oleh wajib pajak untuk keperluan pengajuan keberatan,
Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan secara tertulis hal-hal yang
menjadi dasar pengenaan, pemotongan, atau pemungutan pajak.
f. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak.
2. Banding
Hal banding diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu (Marsyahrul,
2005: 83):
1. Wajib pajak dapat mengajukan banding hanya kepada
badan peradilan pajak terhadap keputusan yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak mengenai
keberatan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
tanggal keputusan diterima, dengan dilampiri salinan
surat keputusan tersebut.
2. Sebelum badan peradilan pajak dibentuk,
permohonan banding diajukan ke Majelis
Pertimbangan Pajak.
3. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam
Bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas.
4. Putusan badan peradilan pajak merupakan putusan
akhir dan bersifat tetap.
5. Pengajuan permohonan banding tidak menunda
kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak.
6. Susunan, kekuasaan dan acara badan peradilan

17
pajak diatur dengan undang-undang.
Dalam hal wajib pajak masih merasa kurang puas terhadap keputusan
Direktur Jenderal Pajak atas keberatan yang diajukan, wajib pajak masih
diberi kesempatan untuk mengajukan banding ke badan peradilan pajak
dalam hal

18
ini seperti yang ada sekarang Majelis Pertimbangan Pajak, dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal keputusan keberatan tersebut diterima.
Dengan demikian, bagi wajib pajak telah diberikan cukup waktu untuk
menyiapkan surat banding beserta alasan-alasan dan bukti-bukti yang
diperlukan bagi badan peradilan pajak tersebut.
G. Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak
Berikut tata cara pembayaran sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia No. 242/PMK.03/2014 :
Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan ke Kas Negara melalui:
Layanan pada loket/teller (over the counter);
1. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan SSP
atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP.
a. Pembayaran dan penyetoran pajak sebagaimana dimaksud adalah
meliputi pembayaran dan penyetoran PPh, PPN, PPnBM, Bea Meterai,
dan PBB.
b. Sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud adalah dapat berupa:
i. BPN atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui sistem
pembayaran pajak secara elektronik atau dengan datang
langsung ke Bank Persepsi
ii. SSPCP atas pembayaran dan penyetoran PPh Pasal 22 impor,
PPN impor, dan PPnBM impor serta PPN Hasil Tembakau
Buatan Dalam Negeri;
iii. Bukti Pbk atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui
Pemindahbukuan; atau
iv. bukti penerimaan pajak lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan.
c. SSP atau sarana administrasi lain sebagaimana dimaksud pada ialah
dinyatakan sah, dalam hal telah divalidasi dengan NTPN.
i. Bukti Pbk dinyatakan sah dalam hal telah ditandatangani oleh
Pejabat yang berwenang untuk menerbitkan Bukti Pbk.
d. Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak diakui sebagai
pelunasan kewajiban sesuai dengan tanggal bayar yang tertera pada
BPN atau tanggal bayar berdasarkan validasi MPN pada SSP atau
sarana administrasi lain.

19
Layanan dengan menggunakan Sistem Elektronik lainnya, pada Bank
Persepsi/Pos Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing.
1. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dan penyetoran pajak melalui
sistem pembayaran pajak secara elektronik diberikan BPN.
a. BPN sebagaimana dimaksud, berupa dokumen bukti pembayaran
yang diberikan oleh tempat pembayaran, termasuk dokumen bukti
pembayaran dalam format elektronik atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan BPN.
b. Ketentuan mengenai tata cara penerapan sistem pembayaran pajak
secara elektronik diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
H. Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pembayaran Pajak
Pengertian
SSP merupakan bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Adapun tempat
Pembayaran dan penyetoran pajak adalah :
a. Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
b. Kantor Pos
Fungsi SSP
SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat
kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapat validasi.
Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak
a. Pembayaran Masa
1. PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan
harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
2. PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
harus disetor paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir kecuali ditentukan lain oleh Menteri keuangan.
3. PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling
lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
4. PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor paling lama
tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

20
5. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah atau Instansi Pemerintah
yang ditunjuk, harus disetor paling lama tanggal 7 bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir.
6. PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh
harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir.
7. PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir
8. PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi bersamaan
dengan saat pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea masuk
ditunda atau dibebaskan, PPh pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor
harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan
pabean impor.
9. PPh pasal 22, PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1
hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak.
b. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,
harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan sejak diterbitkan.
c. Kekurangan Pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum
Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.

21
Tau engga di halaman terakhir ini akan dibahas secara singkat
yang dimana kita tau sesuai dengan perkembangan zaman perpajakan juga begitu
yang dimana menggunakan
E-Registration atau Sistem Pendaftaran Wajib Pajak secara Online adalah sistem
aplikasi bagian dari Sistem Informasi Perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak Kementerian Keuangan dengan berbasis perangkat keras dan perangkat
lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk
mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak.
Sistem ini terbagi dua bagian, yaitu sistem yang dipergunakan oleh Wajib Pajak
yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajib Pajak secara online dan sistem
yang dipergunakan oleh Petugas Pajak yang berfungsi untuk memproses
pendaftaran Wajib Pajak.
Cara buat NPWP ONLINE
 Buka laman www.ereg.pajak.go.id
 Lalu pilih menu "Daftar Akun"
 Masukan email, password dan kode captcha, lalu klik "Daftar"
 Kemudian, Anda akan menerima email link aktivasi NPWP online
 Buka email Anda dan klik link aktivasi yang telah dikirimkan
 Selanjutnya, masukan nama, alamat email, password dan nomor
handphone, pertanyaan keamanan dan kode captcha pada kolom yang
tersedia dan klik "Daftar"
 Setelah itu, akan muncul notifikasi telah selesai melakukan pendaftaran
 Silahkan buka kembali Email Anda, cek email yang masuk dan klik
link aktivasi.
 Pada tahap ini Anda telah selesai melakukan aktivasi Setelah proses
aktivasi selesai, silakan login ke sistem e-Registration dengan memasukkan
email dan password akun yang telah dibuat sebelumnya
 Setelah masuk ke halaman registrasi, isi data diri secara lengkap dan benar
 Setelah pengisian data diri selesai, ikuti semua tahapan pengisian
dengan teliti
 Setelah semua pengisian formulir terisi lengkap, pilih tombol daftar
untuk mengirimkan formulir registrasi ke kantor pajak terdaftar

22
 Setelah selesai, kantor pajak akan memproses pengajuan NPWP
Setelah mengisi semua formulir secara lengkap, maka akan muncul
status pendaftaran di dashboard situs ereg pajak
 Di sana pendaftar harus menekan tombol kirim token, dan harus
mengisi Captcha, lalu klik submit
 Konfirmasi akan dikirim melalui email
 Salin token yang sudah didapatkan
 Klik menu token untuk mendapatkan kode unik sebagai syarat pengajuan
 Kemudian cek email masuk untuk melihat token
 Jika permohonan pendaftaran NPWP online disetujui, maka NPWP
akan dikirimkan kantor pajak ke alamat wajib pajak via pos.

Ada 2 langkah mudah dalam melakukan pembayaran pajak melalui e-billing website
pajak.go.id :
Langkah pertama : buat kode billing.
anda dapat menggunakan laptop,tab,atau smartphone yangterhubung oleh internet
buka situs www.pajak.go.id lalu klik login setelah itu isikan Npwp,kata sandi,serta
kode keamanan baru klik login.
anda akan diarahkan keberanda klik pada ikon bayar terus kemudian klik e-billing.
Data Npwp otomatis akan terisi sendiri. Isikan jenis pajak dan semua kolom
bertanda * klik buat kode billing.
apabila ada kesalahan dalam isi kode billing atau masa berlakunya habis. Kode
billing dapat dibuat kembali. Isikan kode keamanan. Dan aka nada cek kembali data
setelah data dipastikan benar silahkan klik cetak.
Langkah kedua : bayar
Gunakan Id billing untuk membayar sesuai jangka waktu pembayaran dapat
dilakukan di Teller bank,Atm,mobile/internet banking atau mini atm/EDC
Uuntuk lebih lanjut silahkan klik website dibawah ini
https://pajak.go.id/id/pembayaran-pajak-menggunakan-e-billing

23
24

Anda mungkin juga menyukai