PERPAJAKAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
SURAT PERNYATAAN...................................................................................................3
DAFTAR ISI......................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................6
A. Latar Belakang.......................................................................................................6
B. Rumusan Masalah..................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................8
A. Pengertian, Fungsi, dan Cara Mendapatkan NPWP, NPPKP.................................8
1. NPWP................................................................................................................8
2. NPPKP.............................................................................................................10
B. Pengertian dan Fungsi SPT, SKP, STP.................................................................11
1. SPT...................................................................................................................11
2. (Surat Ketetapan Pajak) SKP............................................................................12
3. STP...................................................................................................................16
C. Kewajiban Pembukuan.........................................................................................18
D. Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak......................................................................20
E. Keberatan dan Banding........................................................................................24
1. Keberatan.........................................................................................................24
2. Banding............................................................................................................26
F. Penagihan Pajak...................................................................................................28
G. Sengketa dalam Perpajakan dan Penyelesaiannya............................................31
H. Sanksi Perpajakan.............................................................................................32
BAB III PENUTUP..........................................................................................................39
A. Kesimpulan..........................................................................................................39
B. Kritik dan Saran...................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................40
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak adalah istilah yang tidak asing bagi kita, peranannyapun dalam
pengembangan suatu Negara juga sangat besar. Karena itu, di Indonesia
banyak UU maupun peraturan yang menjelaskan tentang pajak. Dari period eke
periode peraturan tentang pajak selalumengalami perubahan, begitupuun di
Indonesia. Sehingga muncullah istilah-istilah baru tentang perpajakkan yang
harus diketahui oleh orang banyak.
Selain tiu, perlu disadari juga bahwa sebagian besar penduduk Indonesia
yang belum mempunyai NPWP, padahal NPWP tersebut sangat penting bagi
pembangunan Negara. Maka dari itu kami membuat makalah ini guna
memberitahu pembaca tentang NPWP dan menumbuhkan kesadaran pembaca
untuk membayar pajak.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalahnya, sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan NPWP dan NPPKP, apa fungsinya dan
bagaimana cara untuk mendapatkan NPWP, NPPKP ?
2. Apa yang dimaksud dengan SPT, SKP, STP dan apa saja fungsinya ?
3. Apa itu kewajiban pembukuan ?
4. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan dan penyidikan pajak ?
5. Bagaimana cara mengajukan keberatan dan banding ?
6. Bagaimana cara penagihan pajak sesuai prosedur ?
7. Bagaimana sengketa yang ada di dalam perpajakan dan penyelesainnya ?
3
8. Apa sanksi perpajakan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan NPWP dan NPPKP, apa
fungsinya dan bagaimana cara untuk mendapatkan NPWP, NPPKP
Deskripsi tentang sukuk.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan SPT, SKP, STP dan apa saja
fungsinya.
3. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan dan penyidikan pajak.
4. Agar mengetahui cara mengajukan keberatan dan banding.
5. Mengetahui tata cara penagihan pajak sesuai prosedur.
6. Mengetahui sengketa yang ada di dalam perpajakan dan penyelesainnya.
7. Mengetahui apa saja sanksi yang ada dalam perpajakan.
4
BAB II PEMBAHASAN
a) Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
berdasarkan system self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus
untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
b) Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan
mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
c) Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima
atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
5
pemotongan atau pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
d) Tempat pendaftaran dilakukan pada kantor Direkotorat Jendral Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal dan kantor Direktorat Jendral
Pajakyang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan, bagi
Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu.
e) Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin
yang dikenal pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hukum atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta.
f) Wanita kawin selain tersebut di atas dapat mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
hak dan kewajiban perpajakan suaminya.
g) Direktur Jendral Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajb Pajak secara
jabatan apabila Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. Kewajiban
perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak
secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya
Nomor Pokok Wajib Pajak.
h) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka
waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan
kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP
adalah:
1) Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan, wajib mendftarkan diri paling lambat 1
bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.
2) Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau
tidak melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya
6
sampai dengan satu bulan yang disetahunkan telah melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri paling lambat
pada akhir bulan berikutnya.1
Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa khusus untuk mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP wajib mengisi, mendatangani, dan
menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak. Selanjutnya
Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keterangan Terdafdar dengan
jangka waktu paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan
pendaftaran serta persyaratannya diterima secara lengkap.Wajib Pajak yang
telah terdaftar yaitu Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP yang terdiri atas 15 (lima
belas) digit; yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan
6 (enam) digit berikutnya merupakan kode administrasi pajak. Kartu NPWP ini
diterbitkan oleh KPP.2
2. NPPKP
NPPKP adalah Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak yang berguna
sebagai identitas Wajib Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah
pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang
PPN 1984.
Fungsi NPPKP :
7
3. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran
lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta
menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
4. Melaporkan penghitungan pajak.
1. Pengusaha kecil.
2. Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dana tau jasa yang
tidak dikenakan PPN.
3
Agus Arwani,S.E,M.Ag,. PPT.Pertemuan%201-2%20Pengata,hlm.18.
4
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak,……hlm.31.
8
3) Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain
dalam satu masa pajak.
5
Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: Refika Aditama, 2003).
9
2) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
3) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata
tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen).
4) Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
5) Kepada Wajib Pajak diterbitkan NPWP dana tau dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
Sanksi Administrasi:
a. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin di atas (a dan e),
maka jumlah kekurangan pajak terutang ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan paling lama 24 bulan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
b. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin di atas (b, c, dan d),
maka dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang
dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi
tidak atau kurang disetorkan.
100% dari PPN dan PPn BM yang tidak atau kurang dibayar.
10
Fungsi SKPKB, yaitu :
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKP.
Sanksi SKPKBT :
11
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBT, ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan
pajak tersebut. Sanksi administrasi berupa kenaikan tidak dikenakan apabila
SKPKBT diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas
kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai
melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan.
Dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data
baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah
dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
SKPKBT.
Apabila jangka waktu 5 tahun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam
hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 tahun tersebut dipindana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Penerbitan SKPN :
12
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran
pajak.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak
yang menentukn jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
a. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah
pajak yang terutang.
b. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung
dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
3. STP
Surat Keterangan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
13
e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap (selain: identitas pembeli, nama dan
tanda tangan).
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak.
g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a)
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Fungsi STP :
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak.
b. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
c. Alat untuk menagih pajak.
14
Kekuatan Hukum STP
C. Kewajiban Pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengmpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyususn laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut. 7
Kewajiban pembukuan menurut ketentuan perundang-undangan
perpajakan telah diatur dalam Pasal 28 tentang Undnag-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pada prinsipnya Wajib Pajak Orang Pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan
di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan. Namun, Wajib Pajak
Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto
dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, dikecualikan dan kewajiban menyelenggarakan pembukuan
tetapi wajib melakukan pencatatan. Pencatatan terdiri atas data yang
dikumpulkan secara teratur tentang peredaran bruto dana tau penerimaan
penghasilan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang.
6
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak,……hlm.41-46.
7
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak,……hlm.57.
15
3. Menggunakan huruf latin dan angka Arab.
4. Menggunakan satuan mata uang rupiah dan mata uang asing yang diizikan
oleh Menteri Keuangan.
5. Disusun dalam Bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizikan oleh
Menteri Keuangan.
6. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan dasar akrual (accrual
basis) atau dasar kas (cash basis). Perubahan atas metode pembukuan atau
pencatatan harus mendapat persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.
8
Dr. Waluyo,M.Sc.,Ak,……., hlm.58-59.
16
D. Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
17
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas
perpajakan.
k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda.
9
BookletKUP.hlm.22
18
Wewenang Memeriksa
Prosedur Pemeriksaan
10
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak,……hlm.54.
19
tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
20
Penyidik Pajak tidak berwenang melakukan penahanan dan penangkapan.
Kewajiban Penyidik :
11
BookletKUP.hlm.26-27.
21
Ilmu Hukum Pajak. Uraian berikut menyampaikan ketentuan formal bagi Wajib
Pajak yang mengajukan keberatan maupun banding.
Tata cara pengajuan keberatan yaitu Wajib Pajak mengajukan surat dalam
bentuk Surat Keberatan yang harus memenhi syarat :
22
6. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat
Keberatan ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak, Surat Keberatan
tersebut harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.
2. Banding
Apabila Wajib Pajak tidak menyetujui atas keputusan keberatan, Wajib
Pajak dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak (PP) sebagai upaya hukum
dalam menyelesaikan perselisihan/ sengketa di bidang perpajakan. Pada sub bab
banding, akan dijelaskan ketentuan banding sebagaimana diatur dalam KUP
sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.
23
3. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
dengan alasan yang jelas paling lama 3 bulan sejak Surat Keputusan
Keberatan diterima dan dilampiri dengan Salinan Surat Keputusan
Keberatan. Untuk keperluan pengajuan permohonan banding, Direktur
Jenderal Pajak berkewajiban memberikan keterangan secara tertulis hal
yang menjadi dasar penerbitan Surat Keputusan Keberatan, tetapi terlebih
dahulu WP mengajukan permintaan keterangan tersebut.
4. Terhadap WP yang mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak
atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan
menjadi tertangguhkan sampai dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan
putusan banding. Jangka waktu pelunasan pajak dimaksud yaitu yang telah
diatur dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat (7), atas jumlah
pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan.
5. Terhadap jumlah yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan
seperti butir 4 tersebut tidak termasuk sebagai utang pajak yang dimaksud
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang KUP yaitu utang pajak yang dapat
dikompensasikan.
6. Bila permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, WP akan
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak
berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak.
Sebagai contoh perhitungan: Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) PT Ananta sebesar Rp. 1.000.000.000,00. Dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan WP hanya menyetujui Rp. 200.000.000,00 dan
mengajukan keberatan atas jumlah pajak yang disetujui telah dilunasi.
Putusan keberatan mengabulkan sebagian, dengan pajak yang harus
dibayar menjadi Rp. 750.000.000,. WP dimaksud tidak menyutujui
putusan tersebut yang selanjutnya mengajukan banding. Putusan banding
pengadilan pajak bahwa pajak yang harud dibyar menjadi
Rp.450.000.000,00. Kaus sedemikian terhadap sanksi administrasi berupa
bunga 2% per bukan (Pasal 19 UU KUP) maupun sanksi berupa denda
(Pasal 25 ayat (9) ) tidak dikenakan. Tetapi pengenaan sanksinya justru
24
sanksi administrasi berupa denda Pasal 27 ayat (5d) UU KUP sebesar
100% (Rp 450.000.000,00 – Rp 200.000.000,00) = Rp 250.000.000,00).12
F. Penagihan Pajak
Dasar Penagihan Pajak
12
Dr. Waluyo,M.Sc.,Ak,……., hlm.77-86.
25
mengajukan keberatan atau surat ketetapan pajak kurang bayar atau
surat ketetapan pajak kurang tambahan.
b. Wajib pajak disampaikan surat teguran setelah 7 hari sejak saat jatuh
tempo pengajuan banding, apabila wajib pajak tidak menyetujui
sebagian atau seluruh jumlh pajak yang masih harus dibayar dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan wajib pajak tidak
mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan
sehubungan dengan surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB),
atau surat ketetapan kurang bayar tambahan (SKPKBT).
c. Wajib pajak disampaikna surat teguran setelah 7 hari sejak jatuh
tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan
putusan banding, apabila wajib pajak tidak menyetujuisebagian atau
seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan, dan wajib pajak mengajukan permohonan
banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan surat
ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) atau surat ketetapan pajak
kurang bayar tambahan (SKPKBT).
d. Wajib pajak disampaikan surat teguran setelah 7 hari setelah sejak
sat tempo pelunasan (1 bulan sejak tanggal diterbitkan) apabila wajib
pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masoh harus dibayar
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
e. Wajib pajak disampaikan surat teguran setelah 7 hari sejak tanggal
pencabutan pengajuan kebertan apabila wajib pajak mencabut
pengajuan keberatan atas surat ketetapan pajak kurang byar
(SKPKB) atau surat ketetapan pajak kurang bayar tambaham
(SKPKBT) setelh tanggal jatuh tempo pelnasan tetapi sebelum
tanggal diterima surat pemberitahuan untuk hadir oleh wajib pajak.
2. Surat Paksa. Surat paksa diterbitkan oleh pejabat dan diberitahukan
secara langsung oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak, apabila
jumlah utang pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat
waktu 21 hari sejak tanggal disampaikan surat teguran.
26
3. Surat Perintah Melakukan Penyitaan.Pejabat menerbitkan surat
perintah melaksanakan perintah apabila setelah lewat waktu 2 x 24 jam
sejak surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak dan utang
pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak. Berdasarkan surat perintah
melaksankan penyitaan, jurusita pajak melaksanakan penyitaan
terhadap barang milik penanggung pajak.
4. Pengumuman Lelang.Pengumuman lelang dilakukan pejabat apabila
setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan,
penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagih pajak.
Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali dan untuk
barang tiak bergerak dilakukan 2 kali.
5. Penjualan Barang Sitaan. Penangung pajak dilakukan oleh pejabat
melalui kantor lelang negara apabila batas waktu 14 hari sejak
pengumuman lelang, penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak.
a. Daluwarsa Penagihan Pajak
Daluarsa penagihan pajak dapat tertangguh/melampaui 5 tahun
apabila :
1. direktur jendral pajk menerbitkan dan memberitahukan surat
pajak kepada pkepada penanggung pajak tidak melakukan
pembayaran hutang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak
dihitung sejak tanggalm pemberitahuan surat paksa tersebut.
2. Wajib pajak menyatakan hutang pajak dengan cara mengajukan
pembayaran angsuran atau penundaan pembayaran hutang pajak
sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu,
daluwarsa penagihan pajak dihitumg sejak tanggal surat
permohonan angsuran atau penundaan pembayaran uatang pajak
diterima oleh direktur jenderal pajak.
3. Terdapat surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan
pajak kurang bayar tambahan yang diterbitkan terhadap wajib
27
pajak karena wajib pajak melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan dan tindak pidana lain yang dapat merugikan
pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu,
daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan
surat ketapan pajak tersebut.
4. Terhadap wajib pajak dilakukan penyidikan tindak pidana
dibidang perpajakan. Daluwarsa dihitung sejak tanggal
penerbitan surat perintah penyidikan tindak pidana dibidang
perpajakan.
“Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara
WP atau penanggung pajak dengan pejabat berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada
Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan,
termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan UU Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.”
28
H. Sanksi Perpajakan
Sanksi bagi Petugas Pajak
Pegawai Direktorat Jenderal Pajak wajib mematuhi kode etik Direktorat Jenderal
Pajak :
29
1. Pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik dikenakan sanksi moral
dan atau hukuman disiplin.
2. Pengenaan sanksi moral disampaikan secara tertutup dan terbuka.
1. Alpa
(Pasal 38 UU KUP)
Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT dan menyampaikan SPT tidak
benar , maka berakibat :
a. Dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan
tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13A.
b. Didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.
c. Dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun.
2. Sengaja
(Pasal 38 Ayat 1 UU KUP)
Tindak Pidana yang secara sengaja dilakukan oleh Wajib Pajak , sebagai
berikut :
a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
c. Tidak menyampaikan surat pemberitahuan.
d. Menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap.
30
e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 29.
f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak atau tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia,
tidak memperlihatkan atau meminjamkan buku , catatan , atau
dokumen lain.
h. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen lain, menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil
pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia
sebagaimana maksud dalam pasal 18 ayat (11).
i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.
Hal tersebut juga berlaku bagi wakil, kuasa, pegawai dari wajib pajak,
atau pihak lain yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan,
yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana
perpajakan ( menurut Pasal 43 Ayat (1) ).
31
a. Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan
pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak
berdasarkan transaksi yang sebenarnya.
b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak.
3. Pengulangan
(Pasal 39 Ayat (2) UU KUP)
Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
sebelum lewat 1 tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan.Ancaman pidana (Pasal 39 Ayat (1) ) sanksi
dilipatkan dua.
4. Percobaan
(Pasal 39 Ayat (3) UU KUP)
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana :
a. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP pajak dan
pengukuhan PKP.
b. Menyampikan surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap.
32
paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.13
Sanksi Administrasi
Merupakan pembayaran kerugian kepada negara khususnya yang
berupa bunga dan kenaikan.
1. Sanksi administrasi berupa bunga dapat dibagi menjadi bunga pembayaran,
bunga penagihan dan bunga ketetapan.
2. Bunga pembayaran adalah bungs karena melakukan pembayaran pajak tidak
pada waktunya, dan pembayaran pajak tersebut dilakukan sendiri tanpa adanya
surat tagihan berupa STP, SKPKB, dan SKPKBT.
3. Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak yang ditagih dengan
surat tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT, tidak dilakukan dalam batas
waktu pembayaran. Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP (lihat
pasal 19 (1) KUP).
4. Bunga ketetapan adalah bunga yang dinamakan dalam surat ketetapan pajak
tambahan pokok pajak. Bunga ketetapan dikenakan maksium 24 bulan. Bunga
ketetapan umumnya ditagih dengan SKPKB (lihat pasal 13 (2) KUP).
Denda Administrasi
13
Agus Arwani,S.E,M.Ag,.PPT.Pertemuan%203-4%20KUP,hl.118-127
33
membuat faktur (PKP
yang tidak di kukuhkan)
4. Khuhus PBB STP + denda 2%
a. STP/SKPKB tidak/kurang (maksimum 24 bulan)
dibayar/telat dibayar SKPKB + denda
b. Dilakukan pemeriksaan, administrasi dari selisih
pajak kurang dibayar pajak yang terutang
Sanksi Pidana
Merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat terakhir
atau benteng hokum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.
1. Denda Pidana
Berbeda dengan sanksi yang berupa denda adminstrasi yang hanya
dikenakan kepada Wajib Pajak yang melanggar ketentuan perpajakan, selain
Wajib Pajak ada juga yang diancamkan kepada pejabat pajak atau kepada
pihak ketiga yang melanggar norma.
2. Pidana Kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat
pelanggaran. Dapat ditunjukkan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga.
Karena pidana kurungan diancamkan terhadap si pelanggar norma itu
ketentuan sama dengan yang diancamkan dengan denda pidana, maka
maslahnya hanya ketetentuan mengenai denda pidana sekian itu diganti
dengan pidana kurungan selama-lamanya.
Pidana Penjara
Pidana penjara sama halnya seperti pidana kurungan, merupakan hukuman
perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan kepada kejahatan.
Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditunjukan kepada pihak Ketiga
adanya kepada pejabat dan Wajib Pajak.
Sanksi Pidana
Ditetapkan dalam UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir
34
dengan UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan dan UU No. 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan
UU No.v12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
35
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan
diri pada Dirjen Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan wajb pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak (menurut Pasal 2 UU KUP ). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Agus Arwani,S.E,M.Ag,.PPT.Pertemuan%203-4%20KUP
37