Wajib Pajak akan dikenakan tarif PPh 21 dari PKP yaitu jumlah penghasilan bruto dikurangi
komponen pengurang penghasilan bruto dan komponen PTKP.
Tarif PPh 21 yang berlaku saat ini adalah :
1. Sebesar 5% untuk wajib pajak dengan penghasilan tahunan Rp50.000.000.
2. Sebesar 15% untuk wajib pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp50.000.000.
3. Lalu sebesar 25% untuk wajib pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp250.000.000.
4. Lalu sebesar 25% untuk wajib pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp250.000.000.
5. Sedangkan Wajib pajak yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan tarif lebih tinggi 20%.
Dari perhitungan tersebut akan ditemukan tarif pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak.
Apabila jumlah penghasilan tahunan yang diterima masih di bawah PTKP, maka wajib pajak tidak perlu
membayar PPh 21. Kebingungan tentang hak dan kewajiban NPWP apa saja memang sering
menghinggapi benak para wajib pajak yang baru saja menerima NPWP. Kebanyakan dari mereka tidak
tahu langkah apa yang bisa ditempuh setelah memperoleh NPWP. Informasi di atas diharapkan dapat
membatu Anda dalam memahami hak-hak dan kewajiban NPWP yang harus Anda lakukan.Karena
begitu Anda menerima NPWP berarti Anda telah sah menjadi wajib pajak.
• APA ITU PENGUSAHA KENA PAJAK?
Pengusaha yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena.
Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Tahun 1984 dan
perubahannya disebut dengan Pengusaha Kena Pajak atau yang biasa dikenal PKP.
TATA CARA PENGUKUHAN PKP, Permohonan pengukuhan PKP dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Secara langsung; Melalui pos dengan bukti pengirim surat;
2. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat ke KPP
atau KP2KP yang wilayah kerjanya atau Secara elektronik.
• Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) Dasar hukum UU No.19 tahun 1997 jo UU No.19
tahun 2000 :
- Penagihan pajak: serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
- Surat paksa: surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
• Daluwarsa Penagihan Pajak (Pasal 22 ayat LUU KUP 1984)
Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan dan biaya penagihan
pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT, SK
Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding dan Putusan Peninjauan Kembali.
Di dalam Pasal 1 angka 29 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, disebutkan bahwa Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut.
Penyelenggaraan pembukuan bertujuan untuk mempermudah setiap Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Diantaranya adalah pengisian SPT, perhitungan PKP. Serta untuk mengetahui
posisi keuangan dari hasil kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak.
Kesimpulan kewajiban pembukuan dilakukan oleh Wajib Pajak :
- Orang Pribadi yang melakukan usaha dan atau pekerjaan bebas
- Badan, baik SPDN maupun SPLN
Secara umum, aturan hukum terkait tindak pidana diatur dalam KUHP. Namun, khusus untuk tindak
pidana di bidang perpajakan, berlaku ketentuan lex specialis derogat legi generalis, di mana ketentuan
yang khusus mengesampingkan ketentuan yang umum.Oleh karena itu, ketentuan mengenai tindak
pidana perpajakan diatur khusus dalam UU Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
atau UU KUP. Secara spesifik, diatur dalam Bab VIII UU KUP.
Selain itu, ketentuan pidana di bidang perpajakan perpajakan juga diatur dalam hukum pajak
material. Ketentuan itu termuat dalam UU Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), UU Bea Meterai, dan
UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP).
Penjelasan atas Pasal 33 ayat (3) UU Penanaman Modal, berbunyi "Yang dimaksud dengan tindak pidana
perpajakan adalah informasi yang tidak benar mengenai laporan yang terkait dengan pemungutan pajak
dengan menyampaikan surat pemberitahuan, tetapi yang isinya tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara dan
kejahatan lain yang diatur dalam undang-undang yang mengatur perpajakan".
Selain itu, definisi mengenai tindak pidana perpajakan juga termaktub dalam aturan teknis
perpajakan. Secara spesifik, pada Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
239/PMK.03/2014 s.t.d.d PMK 242/PMK.03/2014. Aturan tersebut berbunyi "Tindak Pidana di Bidang
Perpajakan adalah perbuatan yang diancam sanksi pidana oleh undang-undang di bidang perpajakan
yang meliputi Pasal 38, Pasal 39, Pasal 39A, Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 41B, Pasal 41C, dan Pasal 43
Undang-Undang KUP, Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-Undang PBB, Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-
Undang Bea Meterai, dan Pasal 41A Undang-Undang PPSP".
Ketentuan umum dan tata cara perpajakan diatur dalam UU 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua
undang-undang No 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan taat cara perpajakan. Dengan demikian
ada dua jenis wajib pajak yaitu :
• Orang perorangan atau pribadi (person) danBadanNomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP). Nomor yang
diberikan kepada wajib pajak sebagi sarana administrasi perpajakan sebagai tanda pengenal Surat
Pemberitahuan Surat Setoran Pajak. Surat setoran pajak adalah surat yang digunakan oleh wajib
pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke kas negara. Surat Ketetapan
Pajak. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang melalui surat ketetapan pajak kurang bayar
.Surat Tagihan Pajak. Surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukan kegiatan pajak.Disamping
yang diterangkan di atas yang perlu juga diketahui dalam ketentuan umum tentang perpajakan ini
adalah sebagai berikut.
• Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
perkerjaanya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengeskpor barang melakukan uasah
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari laur daerah pabean, melakuakn usaha jasa
atau memanfaatkan jasa dari laur daerah pabean. Pengusaha kena pajak adalah pengusaha
sebagaimana dimaksud di atas yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan atau penyerahan
jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang pajak pertambahan nilai 1984
• Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak dalam tahun
pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentaan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Dengan diterbitkannya peraturan pemerintah nomer 74 tahun 2011 tentang cara pelaksanaan
Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap
ketentuan mengenai tata cara pengurangan ataupenghapusan sanksi administrasi,pengurangan
atau pembatalan surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak yang tidak benar, dan
pembatalan hasil pemerikasaan. Direktur Jendral Pajak berdasarkan permohonan WP dapat
mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan UU perpajakan dalam hal sanksi tersebut
dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan Karena kesalahannya. Mengurangkan atau
membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar. Mengurangkan atau membatalkan Surat
Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 UU KUP yang tidak benar atau
membatalkan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan atau verifikasi yang dilaksanakan
tanpa penyampaian surat pemberitahuan hasil verifikasi dan/atau pembahasan akhir hasil
pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi dengan Wajib Pajak. Sanksi administrasi
yang dapat dikurangkan atau dihapuskan berdasarkan permohonan wajib pajak meliputi :
1. Sanksi administrasi yang tercantum dalam surat ketetapan pajak
2. Sanksi administrsi yang tercantum Tagihan Pajak yang terkait dengan penerbitan surat
ketetapan pajak.
Dalam hal surat ketetapan pajak dibatalkan terhadap masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun
pajak dan jenis pajak yang terkait dengan surat ketetapan pajak yang dibatalkan tersebut dianggap
tidak pernah diterbitkan surat ketetapan pajak dan Direktur Jendral Pajak tetap dapat menerbitkan
surat ketetapan pajak atas masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dan jenis pajak
tersebut. Surat Tagihan Pajak yang tidak benar yang dapat dikurangkan meliputi Surat Tagihan
Pajak dengan jumlah administrasi yang tidak benar dan Surat Tagihan Pajak yang tidak benar yang
dapat dibatalkan meliputi Surat Tagihan Pajak yang seharusnya tidak diterbitkan.